BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan perilaku yang disarankan (Smet, 1994). Kepatuhan dapat dibedakan dua yaitu : 1) Kepatuhan penuh (total compliance)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin. (Guided Respons), Mekanisme (mekanisme), Adaptasi (adaptation)

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat stress yang dialami. Tekanan darah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif yang berkembang pesat saat ini salah satunya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi dimana jika tekanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah


BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. pengobatan dan peralatan (Busse, Blumel, Krensen & Zentner, 2010).Robertson

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terdeteksi meskipun sudah bertahun-tahun. Hipertensi dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB I PENDAHULUAN. dimana ketika masalah penyakit menular belum tuntas dikendalikan, kejadian

olahraga secara teratur, diet pada pasien obesitas, menjaga pola makan, berhenti merokok dan mengurangi asupan garam (Tedjasukmana, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Purwanto,

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)

Mengetahui Hipertensi secara Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

BAB I PENDAHULUAN. terkadang tidak disadari penderitanya sebelum memeriksakan tekanan

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LATAR BELAKANG TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. suatu konsep mengenai perubahan pola kesehatan dan penyakit. Konsep tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tiga tahun yang lalu, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)

BAB I PENDAHULUAN. sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah. penyakit gangguan hemodinamik dalam sistem kardiovaskuler

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Pengertian Hipertensi Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus hingga melewati batas normal atau dapat dikatakan melebihi 140 mmhg untuk tekanan sistole dan melebihi 90 mmhg untuk tekanan diastole, hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak output (Djoko Setyono, 2001). Tekanan darah normal orang dewasa adalah dimana rentang sistole 90 140 mmhg dan rentang diastole 60 90 mmhg, dikatakan hipertensi sistolik jika tekanan darah sistolenya yang naik melebihi 140 mmhg, dan dikatakan hipertensi diastole jika tekanan diastolenya melebihi 90 mmhg ( Soehardo, 1987 ). Menurut World Health Organitation (WHO 1994), hipertensi adalah tekanan darah yang berada diatas 160mmHg untuk tekanan sistoliknya dan diatas 95mmHg untuk tekanan diastoliknya (Halim, 2001). 2. Klasifikasi Hipertensi Menurut etiologinya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu: a. Hipertensi Esensial: Adalah sebagai suatu bentuk gangguan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya atau tanpa tanda tanda kelainan organ didalam tubuh (Masud, 1996). b. Hipertensi Sekunder 6

Gangguan tekanan darah yang penyebabnya dapat diidentifikasi, menurut tingkat beratnya hipertensi WHO mengklasifikasikan sebagai berikut (Soehardo, 1987): 1) Kelas 1: Hipertensi tanpa kelainan pada suatu organ tubuh. 2) Kelas 2: Hipertensi dengan pembesaran jantung. 3) Kelas 3: Hipertensi dengan kelainan organ-organ lain disampinh jantung. 3. Batasan Hipertensi Hipertensi dengan tekanan darah antara 140/90 hingga 160/95mmHg dianggap sebagai hipertensi perbatasan atau borderline hipertention, antara 160/95 hingga 200/100mmHg sebagai hipertensi ringan, antara 200/110 hingga 230/120mmHg sebagai hipertensi moderate dan antara 230/120 hingga 280/140mmHg sebagai hipertensi berat. Ada juga yang dinamakan hipertensi malignant, yakni hipertensi dari tingkatan mana saja dengan cepat sekali meningkat sampai 230/130mmHg atau lebih disertai dengan gangguan fungsi ginjal (Soehardo, 1987). Sesuai rekomendasi dari The Six Report of The Joint National Commite on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Preasure sebagai berikut: Table 2.1: Klasifikasi Hipertensi Kategori Sistole (mmhg) Diastole (mmhg) 1. Optimal < 120 < 80 2. Normal 120 129 80 84

3. Normal tinggi 4. Hipertensi a. Ringan b. Sedang c. Berat d. Sangat Berat 130 139 140 159 160 179 180 209 > 210 Sumber: Brunner and Suddart (2001) 85 89 90 99 100 109 110 119 >210 4. Penyebab Hipertensi Hipertensi pada dasarnya disebabkan oleh faktor yang kompleks, yang hingga saat ini etiologi pastinya belum diketahui. Perkembangan penyakit ini berhubungan erat dengan abnormalitas struktur dan fungsi vaskuler yang menyebabkan kerusakan jantung, ginjal, otak dan pembuluh darah dengan akibat morbiditas dan kematian dini (Pranawa, 2006) Hipertensi dapat terjadi karena berbagai sebab, hipertensi yang diketahui penyebabnya disebut hipertensi sekunder, yang merupakan 5 sampai 10% dari seluruh penderita hipertensi, sebab itu antara lain, Sebab hormonal, misalnya: Sindrom Chusing dan hiperaldosteron, klainan pada ginjal, kelainan intrakanial. Dari kebanyakan hipertensi, (90 95%) adalah hipertensi primer atau esensial. Faktor-faktor yang mempengaruhi prevalensi hipertensi antara lain ras, umur, obesitas, asupan garam yang tinggi, gangguan emosi, konsumsi alkohol berlebihan, tembakau, yang merupakan bagian dari sebuah gaya hidup serta adanya riwayat hipertensi dalam keluarga (Susalit, 2001). 5. Pengelolaan Hipertensi Pengendalian hipertensi bertujuan untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90mmHg. Perawatan dalam hipertensi diantaranya dalam ketaatan pengobatan meliputi perlakuan khusus mengenai

gaya hidup seperti diet, istirahat dan olahraga serta konsumsi obat (Iman, 2001). Dalam upaya meningkatkan status kesehatan dengan cara meningkatkan kemampuan menyampaikan informasi yang jelas pada penderita mengenai penyakit yang diderita serta cara pengobatan, keterlibatan dan cara pendekatan yang dilakukan (Smet, 1994). Penyakit hipertensi tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan, menurut (Iman, 2001) upaya pengendalian hipertensi meliputi: a. Mengatur diit. b. Menjaga berat badan normal. c. Mengendalikan stress. d. Melakukan olah raga teratur. e. Pemakaian obat-obatan penunjang. Gambaran umum yang didapat dari teori diatas dapat dikatakan bahwa, upaya-upaya dalam mengendalikan hipertensi terutama dilakukan dengan pengelolaan diri atau life style penderita. Menururt data dari The Surgeon General, Health People menekankan bahwa modifikasi gaya hidup merupakan perubahan yang paling penting yang diperlukan untuk pencapaian prestasi kesehatan (Friedman, 1998) Secara umum indikator keberhasilan pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi dapat dibambarkan sebagai berikut: a. Tekanan darah terkendali atau terkontrol. b. Tidak terjadi komplikasi pada penderita. c. Kualitas kesehatan hidup menjadi lebih baik dan tetap produktif.

6. Pengendalian Tekanan Darah Hipertensi memang penyakit berbahaya. namun bukan berarti orang akan menderita seumur hidup ketika terkena penyakit ini. ini karena hipertensi dapat dikontrol. untuk itu, dibutuhkan pengendalian tekanan darah yang tepat dan berkesinambungan. Menurut World Health Organitation (WHO, 1982), salah satu masalah utama dalam mengontrol hipertensi adalah kemampuan pasien untuk patuh terhadap instruksi tenaga kesehatan (depkes, 2002). Pada beberapa penderita, hipertensi bisa dikontrol dengan terapi non-farmakologi dan terapi farmakologi, terapi non-farmakologi yang diberikan dapat berupa pengendalian gaya hidup atau pengendalian perilaku penderita darah tinggi, terapi tersebut dapat berupa: mengurangi berat badan sehingga mencapai berat ideal untuk dewasa dengan perhitungan body mass index 20-25 kg/m persegi, mengurangi konsumsi garam kurangi dari 6 gram garam dapur atau kurang dari 2,4 gram NA+ perhari, berhenti merokok, menjauhi alkohol, mengurangi kafein, melakukan aktivitas fisik, dan menerapkan pola makan yang baik, mengurangi stress (Joesef, 2001). Sedangkan menurut Williams (2004) untuk pengendalian tekanan darah dengan terapi farmakologi dapat digunakan obat-obatan seperti yang dianjurkan dalam The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7), terapi obat yang digunakan dalam pengendalian hipertensi antara lain, 1. Penghambat ACE (ACEI), 2. Antagonis angiotensin (ARB), 3. Antagonis Ca (CCB), 4. Penyekat beta (BB), dan 5. Diuretika. Dari uraian diatas, secara umum pengendalian tekanan darah

dimulai dari perubahan perilaku yang harus dilakukan oleh penderita hipertensi itu sendiri. Perilaku, menurut Notoatmodjo (2003), merupakan kegiatan atau aktivitas manusia, baikyang dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati secara langsung oleh pihak luar seperti, emosi, berfikir, serta persepsi. Perilaku terdiri dari persepsi (perception), respon terpimpin (respon guide), mekanisme (mekanisme), dan adaptasi (adaptation). a. Persepsi, adalah mengenali masalah dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan dengan tindakan yang akan diambil. b. Respon terpimpin, adalah melakukan tindakan yang benar atau berurutan sesuai dengan apa yang telah dicontohkan. c. Mekanisme, merupakan sebuah kebiasaan baru melakukan sesuatu dengan benar yang timbul akibat respon terpimpin ( guide respon ). d. Adaptasi, tindakan yang telah berkembang dengan baik meskipun tindakan tersebut telah dimodifikasi sesuai kebutuhan tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut. Perilaku seseorang dipengaruhi dan ditentukan oleh beberapa faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Kwick (1974) dalam Notoatmodjo (2003), faktorfaktor internal mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi yang berfungsi mengolah rangsang dari luar. Sedangkan, faktor eksternal mencakup lingkungan sekitar, manusia, sosial ekonomi dan budaya. Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), menyebutkan bahwa perilaku kesehatan terbagi menjadi tiga teori penyebab, meliputi:

a. Faktor Presdisposing ( presdisposing faktor) Merupakan faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempresdisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang, seperti pengetahuan, serta sikap imdividu terhadap tindakan yang dilakukan. b. Faktor pemungkin ( enabling factor ) Faktor pemungkin dapat berupa fasilitas, sarana dan prasarana pendukung serta dukungan sosial dari keluarga. Friedman (2003) menyebutkan empat elemen dalam dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga mencakup, 1).Dukungan emosional, 2).Dukungan informasi, 3).Dukungan instrumental, serta 4).Dukungan penghargaan. c. Faktor penguat ( reinforcing faktor ) Beberapa faktor penguat dapat diantaranya sebuah peraturan-peraturan ataupun ketentuan-ketentuan yang mampu menyebabkan individu merubah perilakunya. Menurut Rogers (1974), sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yang meliputi: a. Awarenes (ketertarikan), dimana individu tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus. b. Interest (tertarik) terhadap stimulus tersebut, dari sini sikap terhadap perubahan perilaku mulai terbentuk. c. Evaluasi (evaluation) terhadap baik atau buruknya stimulus untuk individu tersebut.

d. Trial (mencoba atau meniru) melakukan sesuatu sesuai apa yang dikehendaki oleh stimulus. e. Adaptasi, dimana individu telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap dari stimulus. B. Dukungan Sosial Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Friedman (1998), keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang merupakan klien penerima asuhan keperawatan, keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan keperawatan yang diperlukan bagi anggota keluarga yang mengalami maslah kesehatan. Bila salah satu dari anggota keluarga mengalami masalah kesehatan, maka system didalam keluarga akan terganggu. Burgess dkk (1963) dalam Friedman (1998), mengemukakan tentang definisi keluarga adalah sebagai berikut: a. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi. b. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka. c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibi, saudara kandung. d. Penggunaan kultur yang sama didalam keluarga.

2. Tugas dan Fungsi Keluarga Beberapa fungsi keluarga menurut Friedman (1998) yaitu: a. Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian): Untuk stabilitas kepribadian keluarga dalam memenuhi kebutuhankebutuhan anggota keluarganya termasuk dalam mendapatkan kesehatan yang layak. b. Fungsi sosialisasi: Untuk sosialisasi primer yang bertujuan membuat anggota keluarga menjadi anggota masyarakat yang produktif. c. Fungsi reproduktif: Menjaga kelangsungan generasi dan keberlangsungan hidup anggota keluarga. d. Fungsi ekonomis: Mengadakan sumber-sumber ekonomi yang memadai dan pengalokasian secara efektif. e. Fungsi-fungsi perawatan kesehatan: Untuk pengadaan, perawatan dan penyedia kebutuhan-kebutuhan fisik hingga kebutuhan akan perawatan kesehatan bagi anggota keluarga. Sedangkan beberapa tugas dari sebuah keluarga menurut Friedman, (1998) adalah:

a. Mengenal masalah, keluarga dituntut mampu mengenali masalah kesehatan yang terjadi dikeluarga. b. Mampu mengambil keputusan yang tepat bila menemukan maslah pada keluarga tersebut. c. Merawat anggota keluarga. d. Memelihara lingkungan. e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Dari tugas dan fungsi keluarga diatas, keluarga merupakan faktor penting dalam pemberian atau penerimaan sebuah layanan kesehatan, terutama bagi anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. 3. Jenis Dukungan Keluarga Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Keluarga terdiri atas suami, isteri, anak dan untuk Indonesia dapat meluas mencakup saudara dari kedua belah pihak (Rahcmati cit Sukardi, 2002). Menurut Friedman (1998), menyatakan bahwa keluarga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Terdapat empat dimensi dari dukungan keluarga yaitu: a. Dukungan emosional, mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang-orang yang bersangkutan kepada anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, misalnya umpan balik dan penegasan dari

anggota keluarga. Keluarga merupakan tempat yang aman untuk istirahat serta pemulihan penguasaan emosi. b. Dukungan informasi, apabila individu tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi maka dukungan ini diberikan dengan cara memberi informasi, nasehat, dan petunjuk tentang cara penyelesaian masalah. Keluarga juga merupakan penyebar informasi yang dapat diwujudkan dengan pemberian dukungan semangat, serta pengawasan terhadap pola kegiatan sehari-hari. c. Dukungan instrumental, dukungan ini bersifat nyata dan bentuk materi bertujuan untuk meringankan beban bagi individu yang membentuk dan keluarga dapat memenuhinya, sehingga keluarga mrupakan sumber pertolongan yang praktis dan konkrit yang mencakup dukungan atau bantuan seperti uang, peralatan, waktu, serta modifikasi lingkungan. d. Dukungan penghargaan, terjadi lewat ungkapan hormat atau positif untuk pasien, misalnya: pujian atau reward terhadap tindakan atau upaya penyampaian pesan ataupun masalah, keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik seperti dorongan bagi anggota keluarga. 4. Pengertian Dukungan Sosial Keluarga Dukungan sosial merupakan informasi verbal maupun non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang dekat dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya, atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dukungan sosial juga dapat didefinisikan sebagai

adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan, atau sikap penerimaan, dukungan social tersebut diperoleh dari kelompok maupun individu (Kunjoro 2002). Menurut (Sarason, dalam Kunjoro 2002), dukungan sosial mencakup dua hal yaitu: a. Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia, merupakan persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutuhkan bantuan. b. Tingkat kepuasan akan dukungan sosial yang diterima berkaitan dengan persepsi individu bahwa kebutuhannya akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan kualitas). Dukungan sosial keluarga merupakan sebuah proses yang terjadi terus menerus disepanjang kehidupan manusia (keluarga). Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dianggap oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses untuk keluarga, tiap anggota keluarga beranggapan bahwa orang-orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan bantuan (Kunjoro, 2002). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan internal, seperti dukungan dari suami, istri, ayah, ibu atau saudara kandung, dan dukungan eksternal didapat dari teman atau sahabat maupun petugas kesehatan (Budioro, 1998). Dalam penelitian pengendalian tekanan darah peneliti membatasi dengan dukungan sosial dari keluarga karena keluarga merupakan individu atau kelompok yang paling dekat atau initim bagi pasien, serta keluarga memiliki

peran yang sangat penting dalam perannya bagi salah satu anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. 5. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kesehatan Secara umum dapat diterima bahwa orang yang hidup dalam lingkungan yang bersifat suportif, kondisinya jauh lebih baik daripada mereka yang tidak memiliki keuntungan ini. Secara spesifik, karena dukungan sosial keluarga dianggap melemahkan dampak dari stress atau masalah kesehatan lainnya, dan secara langsung mampu memperkokoh kesehatan indiviual maupun keluarga, dukungan sosial juga merupakan strategi koping penting untuk dimiliki keluarga saat mengalami masalah gangguan kesehatan (Friedman, 1998) Keluarga harus dilibatkan dalam program pendidikan dan penyuluhan agar keluarga mampu mendukung usaha pasien untuk mengendalikan hipertensi, ini memberi arti adanya hubungan yang adil dan seimbang antara klien dengan keluarganya dimana kedua pihak tersebut dapat menegosiasikan dan mengungkapkan kebutuhan dan kepentingan mereka secara terbuka (Pratt, 1976 dalam Friedman, 1998) Bimbingan, penyuluhan dan dorongan secara terusmenerus biasanya diperlukan agar penderita hipertensi tersebut mampu melaksanakan rencana yang dapat diterima utntuk mengendalikan hipertensi dan mematuhi aturan terapinya. Keluarga selalu dilibatkan dalam program pendidikan sehingga keluarga dapat memenuhi kebutuhan pasien mendukung kepatuhan terhadap program terapi dan mengetahui kapan harus mencari pertolongan dari profesional kesehatan, keluarga juga harus memepringatkan

bahwa terapi obat hipertensi dapat menimbulkan masalah kesehatan yang lain, misalnya hipotensi yang harus segera dilaporkan (Brunner and Suddart, 2001). Penyuluhan perawatan kesehatan sangat penting untuk menyampaikan informasi mengenai praktek kesehatan keluarga untuk membantu keluarga dalam memelihara, meningkatkan kesehatan serta dapat memenuhi fungsi perawatan kesehatan yang baik dengan menggunakan pelayanan keperawatan kesehatan profesional (Friedman, 1998). C. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Pengendalian Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Keberadaan dukungan keluarga yang adekuat mampu mempengaruhi status kesehatan seseorang, yaitu terjadinya perubahan perilaku sehingga menurunnya mortalitas dan lebih mudah sembuh dan sakit, jadi dengan adanya dukungan yang adekuat dari keluarga maka diharapkan status kesehatan penderita yang lebih meningkat. Menurut survei nasional Gallop (1985) dalam Friedman (1998), menyatakan bahwa saat berhubungan dengan masalah kesehatan, kebanyakan individu mendapatkan lebih banyak bantuan dari keluarga mereka daripada dari pihak lainnya, bahkan petugas kesehatan sekalipun, sehingga keluarga harus mampu memodifikasi perannya serta mampu beradaptasi dengan status kesehatan kelurga yang didapat. Dalam tindakan pemberian dukungan sosial oleh keluarga terhadap pengendalian tekanan darah pada klien hipertensi dapat digunakan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy, (1986), disebutkan bahwa terdapat empat elemen

penting dalam model adaptasi keperawatan, yakni keperawatan, tenaga kesehatan, lingkungan, dan sehat. 1. Elemen Keperawatan Keperawatan sebagai ilmu dan praktik berperan dalam meningkatkan adaptasi individu dan kelompok terhadap kesehatan sehingga sikap yang muncul akan semakin positif, kebutuhan pasien hipertensi atas dukungan yang diberikan keluarga mampu menimbulkan proses adaptif dari penderita. 2. Elemen Manusia Manusia atau keluarga dalam konteks ini berperan sebagai kognator atau regulator untuk mempertahankan adaptasi. 3. Elemen Lingkungan. Lingkungan didefinisikan sebagai semua kondisi, keadaan atau faktor lain yang mempengaruhi perilaku atau upaya peningkatan staus kesehatan klien 4. Elemen Sehat Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan yang terjadi pada keluarga atau anggotanya yang terintegrasi dalam individu seutuhnya.

D. Kerangka Teori Skema 2.1 Kerangka Teori Factor presdisposing 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Persepsi indivdu 4. Emosi Faktor pemungkin (enabling) 1. Fasilitas pendukung. 2. Sarana dan prasarana kesehatan 3. Dukungan sosial keluarga: a. Dukungan emosional. b. Dukungan penghargaan. c. Dukungan Instrumental. d. Dukungan Informatif. Faktor penguat (reinforcing) Aturan-aturan serta ketetapan-ketetapan yang menyebabkan individu merubah perilaku Terapi farmakologi (obat-obatan) dan non farmakologi, perubahan gaya hidup dan perilaku kesehatan (mengurangi stress, olah raga, menurunkan berat badan, mengurangi konsumsi garam, kafein, dan alkohol, mengatur pola makan. Pengendalian Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Sumber: Modifikasi Lawrence Green (1980), Iman ( 2001 )

E. Kerangka Konsep Skema 2.2 Kerangka Konsep Variabel. Independent Variabel Dependent Dukungan Sosial yang diberikan oleh keluarga Pengendalian Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Variable dependent adalah variable terikat yang dipengaruhi oleh veriable independent. Dalam proposal penelitian ini, pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi merupakan variable dependent atau terikat yang dipengaruhi oleh dukungan sosial keluarga sebagai variabel independent. Kondisi pendahuluan atau variabel independent dikaitkan dengan terjadinya kondisi atau efek lain atau variabel dependent (Dempsey, 2002). F. Hipotesa Hipotesa dari rencana penelitian ini adalah, adakah hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan pengendalian tekanan darah pada penderita hipertensi.