BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kerjanya. Resiko yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal FAKTOR RESIKO KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI DESA POTUGU KECAMATAN MOMUNU KABUPATEN BUOL ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang maupun negara maju (WHO, 2008). Infeksi saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari - hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.2 TBC. Bronkitis. Asfiksi. Pneumonia

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya bagi kesehatan pekerja (Damanik, 2015). cacat permanen. Jumlah kasus penyakit akibat kerja tahun

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ABSTRAK RESIKO KEJADIAN ISPA PADA PEROKOK PASIF DAN PENGGUNA KAYU BAKAR DI RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. maupun di luar rumah, baik secara biologis, fisik, maupun kimia. Partikel

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

Informasi penyakit ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perubahan yang sangat cepat, baik dalam bidang ekonomi, dan motorisasi (Dharmawan, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien di

BAB VI DINAMIKA PROSES AKSI. seperti menghirup udara yang kurang baik dalam hal ini debu pemotongan batu

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di paru-paru yang sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak (Bindler dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan tersebut

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB I PENDAHULUAN. rongga telingga tengah, dan pleura (Kepmenkes, 2002). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran serta polusi. Pada tahun 2013 industri tekstil di Indonesia menduduki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai "masa keemasan" (golden period),

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis

BAB I PENDAHULUAN. pneumonia dijuluki oleh William Osler pada abad ke-19 sebagai The

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup sangat tergantung pada lingkungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas sehingga jumlah tenaga kerja yang berkiprah disektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyerang pada balita maupun dewasa yang terjadi di saluran napas dan

SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan atas atau yang selanjutnya disingkat dengan ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme (bakteri dan virus) kedalam organ pernafasan yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010). Penyakit ISPA mencakup penyakit saluran napas bagian atas dan saluran napas bagian bawah beserta adneksanya. Saluran napas atas meliputi mulai dari hidung, laring, termasuk sinus paranasalis dan telinga tengah. Sedangkan saluran napas bawah meliputi trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveolus (Simoes et al., 2005). Antibodi seseorang yang rendah sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Dampaknya yaitu akan lebih cepat terkontaminasi penyakit, khususnya penyakit yang ditimbulkan oleh virus contohnya ISPA. Penderita ISPA ini akan lebih meningkat pada musim pancaroba yang sedang saat ini terjadi, karena berbagai faktor salah satunya karena cuaca panas yang mengakibatkan lingkungan menjadi berdebu dan ketahanan seseorang (antibodi) akan menurun. (Depkes RI, 2010). World Health Organization melaporkan bahwa ISPA secara global mengakibatkan angka kejadian 5000 orang, dan anak setiap harinya. Hal ini

merupakan suatu Global Health Issue yang memerlukan perhatian, pengawasan dan penanganan serius baik secara nasional, regional, dan global (WHO, 2009). Sedangkan untuk angka kejadian akibat ISPA atas dan bawah pada tahun 1999 untuk negara Jepang yaitu 10%, Singapura sebesar 10,6 %, Thailand sebesar 4,1%, Brunei sebesar 3,2 % dan Philipina tahun 1995 sebesar 11,1% (SEAMIC Health Statistic, 2000). Kasus ISPA di Indonesia sebanyak 10% dari populasi. Tingginya angka kejadian ISPA di masyarakat (Puskesmas) meningkat antara 40-60% dan sisanya kunjungan kerumah sakit sebanyak 15-30% yang diakibatkan oleh ISPA (Depkes RI, 2010). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, dari jumlah 100.000 penduduk yang menderita ISPA sekitar 74,4 % tertinggi terjadi di wilayah Kabupaten Pekalongan, sedangkan yang terendah di Kota Magelang sebesar 20,6 % terdiagnosa ISPA (Dinkes Provinsi Jateng, 2013). Angka kejadian ISPA di Kabupaten Purbalingga tahun 2007 sebesar 45,4 % (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008). Sejak 2010-2013, ISPA merupakan penyakit terbanyak di wilayah Pos Kesehatan Desa Dawuhan. Berdasarkan data Pos Kesehatan Desa Dawuhan 2013 bahwa prevalensi ISPA menempati urutan tertinggi diantara penyakit yang menyerang pekerja pengrajin bata di Wilayah Desa Dawuhan. Salah satu faktor terjadinya penyakit pada pekerja pengrajin bata adalah kurangnya pengetahuan dan sikap untuk memakai Alat Pelindung Diri. Berdasarkan

hasil observasi dan wawancara terhadap pengrajin batu bata di Desa Dawuhan, Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga telah terjadi peningkatan prevalensi ISPA pada pengrajin bata yang terkena ISPA 25 % pada Bulan Juni 2013, dan 40 % pada Bulan Agustus 2013. Pengolahan pengrajin batu bata merupakan salah satu sumber pencemaran udara, dengan hasil yang ditimbulkan berupa gas seperti : CO 2, CO, dan partikel debu. Partikel debu batu kapur ini dapat mengganggu kesehatan bila terhirup manusia, antara lain dapat mengganggu pernafasan, seperti sesak nafas ataupun terjadinya batuk dan flu. Dampak negatif yang paling dirasakan secara langsung adalah pencemaran udara dari cerobong asap tobong pembakar kapur. Bahan bakar yang digunakan untuk membakar batu bata kebanyakan menggunakan merang, yaitu residu dari sisa-sisa proses pengolahan padi atau disebut juga jerami kering (kulit sekam padi), kayu bakar. Dampak ini langsung dirasakan ketika menghirup asapnya sesak napas akibat proses pembakaran batu bata dibakar selama 1-2 hari tergantung jumlah batu bata yang dibakar (Setiardi, 2006). Pada saat musim kemarau, proses penjemuran tanah liat itu hanya memerlukan waktu sekitar dua hari. Namun, saat musim hujan, proses penjemuran tanah liat itu bisa memakan waktu hingga sepekan lebih. Proses yang terakhir yaitu membakar tanah liat yang telah dijemur itu. Cetakan tanah liat yang sudah berbentuk persegi panjang itu ditata sedemikian rupa di atas tungku pembakaran. Saat musim hujan, proses pembakaran batu bata

merah itu juga memerlukan waktu lebih lama dibanding sebelumnya (Suwardono, 2002). Paru merupakan organ manusia yang mempunyai fungsi sebagai ventilasi udara, difusi O 2 dan CO 2 antara alveoli dan darah, transportasi O 2 dan CO 2 serta pengaturan ventilasi serta hal-hal lain dari pernapasan (Mukono, 2008). Fungsi paru dapat menjadi tidak maksimal oleh karena faktor dari luar tubuh atau faktor ekstrinsik yang meliputi kandungan komponen fisik udara, komponen kimiawi dan faktor dari dalam tubuh penderita itu sendiri atau instrinsik (Amin, 2000). Faktor ekstrinsik yang pertama adalah keadaan bahan yang diinhalasi (gas, debu, uap). Ukuran dan bentuk berpengaruh dalam proses penimbunan debu, demikian pula dengan kelarutan dan nilai higroskopisnya. Komponen yang berpengaruh antara lain kecenderungan untuk bereaksi dengan jaringan di sekitarnya, keasaman atau tingkat alkalinitas (dapat berupa silia dan sistem enzim). Bahan tersebut dapat menimbulkan fibrosis yang luas di paru dan dapat bersifat antigen yang masuk paru. Faktor ekstrinsik lainnya adalah lamanya paparan, perilaku merokok, perilaku penggunaan alat pelindung diri (APD) terutama yang dapat melindungi sistem pernapasan Faktor instrinsik dari dalam diri manusia juga perlu diperhatikan, terutama yang berkaitan dengan sistem pertahanan paru, baik secara anatomis maupun fisiologis, jenis kelamin, riwayat penyakit yang pernah diderita, indeks massa tubuh (IMT) penderita dan kerentanan individu (Epler, 2000).

Penumpukan dan pergerakan debu pada saluran napas dapat menyebabkan peradangan jalan napas. Peradangan ini dapat mengakibatkan penyumbatan jalan napas, sehingga dapat menurunkan kapasitas paru (Mukono, 2008). Dampak paparan debu yang terus menerus dapat menurunkan faal paru berupa obstruktif (Mukono, 2008). Akibat penumpukan debu yang tinggi di paru dapat menyebabkan kelainan dan kerusakan paru. Penyakit akibat penumpukan debu pada paru terjadi Infeksi Pernafasan. Salah satu bentuk kelainan paru yang bersifat menetap adalah berkurangnya elastisitas paru, yang ditandai dengan penurunan pada kapasitas vital paru. Prevalensi yang tinggi kasus ini berkorelasi dengan biaya kesehatan yang ditanggung oleh perusahaan untuk pengobatan dan rehabilitasi penderita. Untuk mengetahui secara dini, penegakan diagnosis kasus penurunan kapasitas paru harus dilakukan secara rutin, minimal setahun sekali dengan melakukan pengukuran kapasitas paru. Selain itu faktor pengetahuan yang dimiliki setiap manusia menjadi faktor yang sangat penting dalam menjaga kesehatannya. Sehingga masyarakat awam hanya mengenal ISPA sebagai flu biasa. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2005). Perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan dapat menjadi motivasi utama untuk melaksanakan tindakan pencegahan baik secara individu maupun secara kelompok (Notoatmodjo, 2005).

Kurangnya pengetahuan dan sikap untuk memakai Alat Pelindung Diri atau masker dapat menimbulkan penurunan kapasitas vital pada paru, sehingga penderita ISPA lebih meningkat pada musim pancaroba. Sebagian besar penyebab kegagalan dalam pencegahan penyakit lebih banyak disebabkan oleh faktor ketidaktahuan mengenai penyakit tersebut (Depkes RI, 2010). Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara pengetahuan dengan sikap tentang penyakit ISPA Pada Pengrajin Batu Bata di Desa Dawuhan, Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga. B. Perumusan Masalah Infeksi saluran pernapasan atas adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri termasuk nasofaringitis atau common cold, faringitis akut, uvulitis akut, rhinitis, nasofaringitis kronis, sinusitis. Sedangkan, infeksi saluran pernapasan akut bawah merupakan infeksi yang telah didahului oleh infeksi saluran atas yang disebabkan oleh infeksi bakteri sekunder, yang termasuk dalam penggolongan ini adalah bronkhitis akut, bronkhitis kronis, bronkiolitis dan pneumonia aspirasi. Prevalensi ISPA pada Pengrajin Batu Bata di Desa Dawuhan telah terjadi peningkatan yaitu 25 % pada Bulan juni 2013, dan 40 % pada Bulan Agustus 2013.

Faktor pengetahuan dan sikap yang dimiliki setiap pengrajin batu bata menjadi faktor yang sangat penting dalam menjaga kesehatannya. Namun pengrajin batu bata hanya mengenal ISPA sebagai flu biasa. Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah peneliti ini, adalah : Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan sikap tentang penyakit ISPA pada pengrajin batu bata di Desa Dawuhan, Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga?. C. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap terhadap penyakit ISPA pada Pengrajin Batu Bata Di Desa Dawuhan Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga tahun 2013. b. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi pengetahuan ISPA berdasarkan 6 domain tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi pada pekerja Pengrajin Batu Bata di Desa Dawuhan, Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga Tahun 2013. 2. Mengidentifikasi sikap ISPA berdasarkan 4 domain menerima, merespons, menghargai, dan bertanggung jawab pada pekerja

Pengrajin Batu Bata di Desa Dawuhan, Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga Tahun 2013. 3. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang penyakit ISPA Atas pada Pengrajin Batu Bata di Desa Dawuhan, Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga.