BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Dilihat dari masa

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun, hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

menempati posisi paling tinggi dalam kehidupan seorang narapidana (Tanti, 2007). Lapas lebih dikenal sebagai penjara. Istilah tersebut sudah sangat

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia pada tahun yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, komunikasi dan interaksi sosial (Mardiyono, 2010). Autisme adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya, masa tua dijalani dengan rasa ketidak bahagiaan, sehingga

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGANMEKANISME KOPING DAN SIKAP DALAM MENJALANKAN PROFESI NERS PADA MAHASISWA UNIVERSITASRESPATI YOGYAKARTAANGKATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gambaran Diri Tidak Berhubungan dengan Tingkat Depresi pada Lansia di UPT Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan fungsi mental berupa frustasi, defisit perawatan diri, menarik diri

IRMA MUSTIKA SARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL THEODORA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu juga mulai terlihat hilangnya bentuk-bentuk dukungan keluarga terhadap lansia (

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) merupakan tahap akhir dari siklus kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi jaringan tubuh. Salah satu teori penuaan menyebutkan bahwa sel sel

BAB I PENDAHULUAN. membedakan menjadi dua macam usia, yaitu usia kronologis dan usia

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kelompok lanjut usia (usia 60 tahun menurut Undang-

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu 1980-2025. Pada tahun 1980 penduduk lansia di Indonesia berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,3% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lansia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia di bawah Cina, India dan Amerika Serikat. Kenaikan pesat tersebut berkaitan dengan usia harapan hidup penduduk Indonesia yang semakin tinggi (Kuntjoro, 2002). Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologi, fisik, kejiwaan dan sosial. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan : (1) perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit, (2) perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf : otak, organ dalam rongga perut : limpa, hati, (3) perubaan panca indra : penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan (4) perubahan motorik antara lain berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar ketrampilan baru. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduran kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang ketiganya dapat saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan ini cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus seperti depresi (Stanley, 2006). 1

2 Depresi adalah sindroma klinik yang ditandai dengan suatu jenis perasaan atau emosi dengan komponen psikologi rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia. Salah satu faktor yang dapat menimbulkan depresi adalah penyakit fisik-disabilitas menetap atau cacat dan stress kehidupan (Maramis, 2004). Gangguan depresi adalah suatu gangguan yang sering, dengan prevalensi sebanyak 25% pada pria dan kemungkinan setinggi 42% pada wanita. Sedangkan pada lansia ditemukan pada kira-kira 25% dari semua penduduk lanjut usia dengan perbandingan pada lansia wanita dan lansia pria adalah 2:1. Suatu teori yang mendukung bahwa wanita lebih beresiko menderita depresi dibanding pria adalah adanya perbedaan biologis, perbedaan hormonal dan perbedaan peran gender dalam kehidupan (Kaplan, 2007). Adapun tanda-tanda orang yang mengalami depresi berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III) yaitu afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Pada lansia pria terjadinya depresi dikaitkan dengan adanya gejala-gejala yang khas yaitu: suka mengkritik diri sendiri, sulit menyelesaikan pekerjaan sendiri, menjadi cepat marah, sering mengalami kelelahan, hilang harapan, dan tidak pernah puas pada diri sendiri. Sedangkan lansia wanita akan mengalami kemunduran fungsi seksual, organ seksualnya tidak dapat berfungsi dengan baik, hasrat untuk melakukan hubungan seksual sangat rendah bahkan hilang, menganggap dirinya akan kehilangan ciri-ciri kewanitaan dan sering kali ini terjadi bersamaan dengan waktu anak-anaknya meninggalkan rumah (empty nest syndrome). Pada akhirnya hal-hal tersebut dapat menimbulkan depresi dan akibatnya akan menyebabkan ketergantungan kepada orang lain bila proses tersebut berlanjut, sehingga diperlukan suatu penanganan yang serius (kuntjoro, 2002).

3 Penanganan depresi pada lansia yang dapat menyebabkan ketergantungan kepada orang lain tersebut dapat menggunakan dua macam terapi, yaitu terapi fisik dan psikologik. (1) terapi fisik : obat (farmakologik) dan Terapi Elektrokonvulsif (ECT), (2) terapi psikologik : psikoterapi, terapi kognitif, terapi keluarga dan penanganan ansietas (Anton dkk, 2010). Penatalaksanaan yang adekuat menggunakan kombinasi terapi psikologis dan farmakologis disertai pendekatan multidisiplin yang menyeluruh. Terapi diberikan dengan memperhatikan aspek individual harapan harapan pasien, martabat (dignity) dan otonomi atau kemandirian pasien. Salah satu dari terapi psikologis yang dapat menurunkan tingkat depresi lansia yaitu emosional support. Emosional suport merupakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam penanganan depresi pada lansia. Perawat memberikan emosional suport kepada klien bertujuan untuk meringankan beban psikis yang dimiliki olah klien, klien dapat menceritakan masalah yang telah dialaminya dan membantu klien dalam mengenali perasaan seperti kecemasan, kemarahan, atau kesedihan (Dochterman, 2004). Selain emosional suport, peningkatan coping juga sangat berpengaruh terhadap depresi pada lansia. Mekanisme coping ini dapat membantu pasien dalam identifikasi nilai-nilai hidup tertentu dan mengeksplorasi metode sebelumnya untuk mengatasi masalah kehidupan yang dihadapi (Dochterman, 2004). Emotional support dan mekanisme coping dapat berpengaruh terhadap tingkat depresi lansia. Dukungan emosi adalah dukungan yang berhubungan dengan hal yang bersifat emosional atau menjaga keadaan emosi, afeksi/ekspresi. Menurut Tolsdorf & Wills (dalam Orford, 1992), tipe dukungan ini lebih mengacu kepada pemberian semangat, kehangatan, cinta, kasih, dan emosi. Leavy (dalam Orford, 1992) menyatakan dukungan sosial sebagai perilaku yang memberi perasaan nyaman dan

4 membuat individu percaya bahwa dia dikagumi, dihargai, dan dicintai dan bahwa orang lain bersedia memberi perhatian dan rasa aman. Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosional, sedih, cemas, dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan seseorang akan hal dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Sama halnya seperti emotional suport, mekanisme coping yang adptif juga dinilai berpengaruh terhadap depresi pada lansia. Melalui coping adaptif maka pertahanan diri terhadap perubahan yang terjadi baik dari dalam maupun luar diri akan semakin baik. Individu dapat menyesuaikan diri dan perilaku dengan konstruktif. Selain itu, lebih mampu bertahan dan mengantisipasi masalah yang dihadapi. Studi pendahuluan di Panti Tresna Werdha Pangesti Kecamatan Lawang Kabupaten Malang, diketahui jumlah anggota adalah sebanyak 74 orang terdiri dari 30 lansia pria dan 44 lansia wanita. Beragam pelayanan dan fasilitas bagi lansia tersedia di Panti Tresna Werdha Pangesti Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. Sebagai contoh pelayanan dan fasilitas yang ada di Panti Tresna Werdha Pangesti Kecamatan Lawang Kabupaten Malang adalah perawatan dan pelayanan para lanjut usia disediakan 36 kamar untuk 74 penghuni, serta pelayanan kerohanian dan psikologis. Meskipun demikian pada keadaan ini masih terdapat potensi dalam menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun masalah kesehatan jiwa secara khusus yaitu depresi. Para lansia yang tinggal di Panti Tresna Werdha Pangesti Kecamatan Lawang Kabupaten Malang pada umumnya kurang mendapat perawatan yang baik karena keterbatasan perawatan dan perhatian petugas panti maupun dari komunitas lansianya. Mereka sering merasa kesepian, kurang dicintai, kurang diterima

5 di lingkungan panti, kurang dapat melaksanakan peran yang diinginkannya, kemudian adanya tuntutan dari lingkungan panti untuk berperan sebagai orang yang mandiri tanpa bantuan keluarga seiring dengan menurunnya kemampuan jasmani, dan sering pula terjadi pertengkaran antara lansia yang tinggal di panti. Dan berdasarkan peryataan dari suster Leli di nyatakan bahwa angka kejadian depresi pada lansia di Panti Tresna Werdha Pangesti Kecamatan Lawang Kabupaten Malang mencapai 80%. Penelitian Probosuseno (2007), tentang hubungan mekanisme coping dengan terjadinya depresi pada lansia di Panti Wredha Tresna Wherda Wening Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang, didapatkan gambaran mekanisme coping adaptif (69,6%) lebih besar dari pada mekanisme coping maladaptif (30,4 %) gambaran terjadinya depresi (56,5 %) lebih besar dibandingkan non depresi (43,5 %). Didapatkan bahwa ada hubungan antara mekanisme coping terhadap depresi lansia. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang efektivitas support emosional dan mekanisme coping terhadap tingkat depresi pada lansia di Panti Tresna Werda Pangesti Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uruaian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut : Bagaimana efektifitas support emosional dan mekanisme coping terhadap tingkat depresi pada lansia di Panti Tresna Werda Pangesti Kecamatan Lawang Kabupaten Malang?

6 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui efektifitas dukungan emosional dan mekanisme coping terhadap tingkat depresi pada lansia di Panti Tresna Werdha Pangesti Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui : a. Tingkat depresi sebelum dilakukan intervensi support emosional dan mekanisme coping. b. Tingkat depresi sesudah dilakukan intervensi support emotional dan mekanisme coping. c. Efektifitas support emotional dan mekanisme coping terhadap tingkat depresi pada lansia di Panti Tresna Werdha Pangesti Kecamatan Lawang Kabupaten Malang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Panti Tresna Werdha Pangesti Kecamatan Lawang Kabupaten Malang 1. Dapat digunakan sebagai acuan atau bahan pertimbangan dalam program penanganan kasus depresi khususnya pada lansia. 2. Sebagai data masukan untuk pengembangan pelayanan kesehatan jiwagerontik dalam upaya pembinaan serta peningkatan kesehatan lansia. 3. Memberikan masukan intervensi dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan jiwa-gerontik ditingkat pelayanan kesehatanjiwa-gerontik dan masyarakat.

7 1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan 1. Sebagai dokumentasi serta informasi dalam rangka pengembangan pengetahuan mahasiswa mengenai efektifitas support emosianal dan mekanisme coping khususnya pada lansia. 2. Mengembangkan asuhan keperawatan jiwa dan gerontik dengan menggunakan metode baru. 3. Memberikan masukan untuk meneingkatkan peran dan fungsi perawat jiwa gerontik khususnya dalam upaya intervensi keperawatan jiwa geriatric ditingkat pelayanan kesehatan jiwa-geriatric dan masyarakat. 4. Mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif baik disarana kesehatan dan masyarakat. 5. Dapat mengembangkan sistem pelayanan untuk kemandirian penderita dengan memberdayakan lansia sehingga diharapkan lansia tersebut menjadi lansia yang produktif dengan memanfaatkan lahan yang ada disekitar. 6. Dapat menambah refrensi akademik dan pengembangan penelitian dibidang keperawatan khisusnya di keperawatan jiwa-gerontik dalam penanganan depresi. 1.4.3 Bagi Peneliti 1. Sebagai pengalaman proses belajar mengajar khusunya dalam bidang penelitian dan untuk mengamplikasikan ilmu keperawatan atau mata kuliah tentang keperawatan gerontik. 2. Menerapkan pengetahuan tentang mata kuliah yang sudah ditempa untuk memperoleh informasi dan memberikan pengetahuan bagi lansia.

8 3. Sebagai pengalaman awal dalam melakukan riset keperawatan yang dapat memberikan manfaat di masa yang akan datang. 4. Untuk mengetahui tingkat efektifitas support emosional dan mekanisme koping terhadap tingkat depresi lansia pada pasien Panti Tresna Werdha Pangesti Lawang sehingga dapat digunakan sebagai bahan penyuluhan untuk menumbuhkan atau meningkatkan mekanisme coping yang positif bagi lansia yang mengalami depresi. 1.4.4 Bagi Peneliti Lain Sebagai alat untuk melanjutkan penelitian yang lain secara berkesinambungan terhadap permasalahan yang terjadi pada lansia. 1.5 Keaslian Penelitian 1. Lazarus (2005) Hubungan antara perilaku coping dengan depresi pada lanjut usia di Panti Wredha di Yogyakarta. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adanya hubungan antara perilaku coping dan depresi pada lansia. Manfaat yang diharapkan dengan diketahuinya hubungan antara perilaku coping dengan depresi pada lansia ini ialah dapat dilakukannya prevensi depresi secara tepat dengan meningkatkan perilaku coping pada orang-orang yang akan memasuki masa lansia. Metodanya: sampel adalah 38 lansia yang tinggal di Panti Wreda "Abiyoso" Yogyakarta. Analisis data menggunakan Korelasi Product Moment dari Pearson. Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara perilaku coping dengan depresi, makin tinggi tingkat perilaku coping makin rendah tingkat depresi. Makin baik perilaku coping makin kecil kemungkinan mengalami depresi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sekarang yaitu pada obyek atau lokasi penelitian yang dilakukan serta pada penelitian ini

9 ditekankan pada efektifitas pemberian suport emosional dan mekanisme coping terhadap tingkat depresi. 2. Marwiati (2010), Hubungan mekanisme coping dengan terjadinya depresi pada lansia di Panti Wredha Tresna Wherda Wening Wardoyo ungaran kabupaten Semarang, menggunakan penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional dan responden sebayak 46 orang. Hasil uji univariat didapatkan gambaran mekanisme koping adaptif (69,6%) lebih besar dari pada mekanisme coping maladaptif (30,4 %) gambaran terjadinya depresi (56,5 %) lebih besar dibandingkan non depresi (43,5 %). Uji bivariat menggunakan chi square didapatkan bahwa ada hubungan antara mekanisme koping terhadap depresi lansia. Perbedaan dengan penelitian sekarang yaitu obyek atau lokasi penelitian dan penelitian sekarang lebih ditekankan pada tingkat efektifitas pemberian suport emosional dan mekanisme coping. 3. Mala (2005), penelitian ini mencoba membuktikan apakah Terapi Lingkungan Plant Therapy Efektif terhadap depresi pada lansia. Desain yang digunakan adalah Pre Experiment dengan metode pengambilan data pre dan pos test one group, dilakukan dua kali yaitu pengamatan dan wawancara sebelum terapi dan wawancara dilakukan lagi setelah terapi, tanmpa kelompok kontrol. Variable bebasnya adalah Terapi Lingkungan Plant Therapy sedangkan variable terikatnya adalah Depresi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dengan jumlah sampel subyek 20 orang pada sampel berpasangan. Analisis data dilakukan dengan uji statistic chi aquare tanpa ada perlakuan pada control. Hasil penelitian analisis menunjukkan bahwa Terapi Lingkungan Plant Therapy secara bermakna tidak efektif terhadap tingkat depresi. Pada Test Terapi didapatkan nilai X 2 hitung = 0,8 X 2 tabel = 3,841 nilai yang

10 didapat X 2 hitung < X 2 tabel (0,05) maka H 0 diterima. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sekarang yaitu pada obyek atau lokasi penelitian dan variabel yang digunakan terkait dengan depresi lansia.