BAB I PENDAHULUAN. endemisitas baik flora maupun fauna di Indonesia. atau sekitar 17% dari total jenis burung di dunia. Jumlah tersebut sebanyak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengangkatan Potensi Hasil Penelitian Karakteristik Habitat dan. Sumber Belajar Pengayaan Materi Ekosistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni Budaya dalam Kurikulum 2013 dirumuskan untuk mencakup

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. dunia. Frekuensi erupsi Gunungaapi Merapi yang terjadi dalam rentang waktu 2-

BAB I PENDAHULUAN. Mengutip dari jurnal Puslit Biologi LIPI. Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan biodiversitas yang sangat tinggi. Menurut Sarwono. buku The Ecology of Kalimantan-Indonesia Borneo, menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kawasan memiliki potensi alam yang melimpah salah satunya. adalah kawasan Tlogo Muncar Taman Nasional Gunung Merapi, yang

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran selama ini dan sistem pembelajaran yang. mudah. Diperlukan peran aktif guru sebagai pendidik untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki separuh keanekaragaman flora dan fauna dunia dan diduga sebagai

TUNTAS/PKBM/1/GA - RG 1 Graha Pustaka

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki luas sekitar Ha yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun informal. Fakta seperti pada Tabel 1.1. Apabila ingin terlepas. manusia melalui meningkatkan mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Keberadaan hutan di Indonesia mempunyai banyak fungsi dan

I. PENDAHULUAN. rawa, hutan rawa, danau, dan sungai, serta berbagai ekosistem pesisir seperti hutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang beragam. Potensi sumber daya

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai makluk hidup mulai dari bakteri, cendawan, lumut dan berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak ternilai harganya. Dalam Dokumen Biodiversity Action Plan for

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara mega-biodiversity dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Penekanan dari upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa, akan tetapi guru

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Wujud dari proses belajar yaitu adanya interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. oleh beberapa hal. Guru sebagai pendidik, fasilitas, metode pembelajaran,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mulai diterapkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

2016 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA UNTUK TANAMAN ENDEMIK JAWA BARAT MENGGUNAKAN GISARCVIEW

I. PENDAHULUAN. secara lestari sumber daya alam hayati dari ekosistemnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan

POKOK BAHASAN EKOSISTEM MELALUI MEDIA KOMIK PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 PANINGGARAN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Apriyanti, 2013

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan aslinya (Hairiah, 2003). Hutan menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

2015 PESONA ALAM GUNUNG BURANGRANG SEBAGAI OBJEK GAGASAN BUKU FOTOGRAFI ESAI

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur keseimbangan alam. Perairan merupakan ekosistem yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan Indonesia pada peringkat keempat negara-negara yang kaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

Dampak Kegiatan Manusia terhadap Keanekaragaman Hayati

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

KISI-KISI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL GURU BIDANG STUDI BIOLOGI

Evaluasi (untuk guru) Pilihan Ganda

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

BAB I PENDAHULUAN. upaya perwujudan kompetensi siswa, dibangun oleh berbagai unsur, yaitu unsur

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kayu, tanaman dan makhluk lainnya. Makrofungi tumbuh di semua habitat yang

Kata kunci : Burung, Pulau Serangan, habitat

BAB I PENDAHULUAN. terluas di dunia sekitar ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi merupakan salah satu dampak globalisasi. Untuk. mendorong perkembangan teknologi disegala bidang, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah

BAB I PENDAHULUAN. mendukung lancarnya proses belajar mengajar disekolah. Seperti yang dikemukakan Norris

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

3.2 menganalisis sebaran flora dan fauna di Indonesia dan dunia berdasarkan karakteristik ekosistem

PENYUSUNAN MODUL KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG SEBAGAI ALTERNATIF PENGAYAAN DI SMA KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) membangun kesadaran

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati

2015 IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN MOTIF HIAS SUMATERA BARAT

Grafik 1.1 Pengguna Internet Indonesia

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan konsep siswa di sekolah sering diindikasikan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh, makroalga tersebut memerlukan substrat untuk tempat menempel/hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara dengan mega biodiversitasnya yang memiliki keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna yang tinggi di dunia dan selalu mengalami perkembangan. Keanekaragaman hayati yang tinggi ini disebabkan karena wilayahnya yang luas dan berbentuk kepulauan tropis. Selain itu, Indonesia yang terbagi menjadi dua area: zona zoogeografi Asia dan zona zoogeografi Australia, menyebabkan tingginya angka endemisitas baik flora maupun fauna di Indonesia. Burung adalah salah satu yang memberikan kontribusi besar bagi kekayaan fauna di Indonesia. Buku Daftar Burung Indonesia No. 2 (Sukmantoro, dkk., 2007) mencatat terdapat 1598 jenis burung di Indonesia atau sekitar 17% dari total jenis burung di dunia. Jumlah tersebut sebanyak 372 spesies (23,28%) diantaranya merupakan jenis burung endemik dan 149 spesies (9,32%) merupakan burung migran. Salah satu jenis burung yang endemik di Pulau Jawa adalah burung Ceret Jawa (Locustella montis). Burung Ceret Jawa ini diketahui hanya ditemukan di deretan pegunungan di Pulau Jawa bagian tengah hingga timur dan di Pulau Bali (MacKinnon, et al., 2010: 362). Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) yang bekerja sama dengan pengamat burung Yogyakarta mendapati bahwa pada rentang ketinggian 1.800 mdpl di lereng selatan Gunung Merapi dan rentang 1

ketinggian 2.000 mdpl di lereng utara Gunung Merapi juga pernah tercatat keberadaan burung Ceret Jawa. Penelitian Eky Rakhmawati (2015: 70) mengenai studi karakteristik habitat dan distribusi burung Ceret Jawa di lereng Gunung Merapi, diketahui bahwa habitat yang mempengaruhi keberadaan burung Ceret Jawa di lereng Gunung Merapi adalah daerah terbuka dengan vegetasi semak-semak. Burung Ceret Jawa ini hidup di ketinggian 1.700-2.500 mdpl di lereng Gunung Merapi. Penelitian tersebut menunjukkan lingkungan di ketinggian lereng Gunung Merapi yang sejuk hingga dingin serta vegetasi semak yang banyak terdapat beragam jenis serangga menjadi habitat yang layak ditinggali burung Ceret Jawa. Keberhasilan burung Ceret Jawa dalam beradaptasi dengan lingkungan di kawasan pegunungan tersebut menandakan terbentuknya suatu interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya, sesuai dengan prinsip ekosistem. Hal itu akan membentuk suatu komponen yang sesuai dalam ekosistem padang rumput pegunungan di lereng Gunung Merapi. Pembelajaran tentang ekosistem sudah tercantum dalam mata pelajaran Biologi di SMA. Mata pelajaran Biologi SMA untuk kelas X sesuai Kurikulum 2013 terdapat Kompetensi Dasar tentang Menganalisis informasi/data dari berbagai sumber tentang ekosistem dan semua interaksi yang berlangsung di dalamnya (Permendikbud No. 69 Tahun 2013). Karakteristik habitat burung Ceret Jawa memiliki berbagai objek dan persoalan yang sangat potensial sebagai sumber belajar. Penelitian pendidikan dipandang perlu dilakukan dalam pemanfaatan lingkungan sebagai sumber 2

belajar. Sumber belajar tersebut kemudian dapat diangkat untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan pembelajaran atau sebagai bahan pengayaan. Sumber belajar yang tersedia di alam sekitar perlu dikemas dalam bentuk bahan ajar yang mempermudah siswa agar optimal pemanfaatannya dan membantu interaksi dengan siswa. Bahan ajar umumnya dikemas dalam bentuk bahan-bahan cetakan atau media belajar lain yang secara potensial mampu menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk belajar (Surachman, 2001: 9). Penggunaan bahan ajar berupa media pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyampaian informasi dan menumbuhkan motivasi siswa. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk mendukung siswa dalam belajar mandiri yaitu menggunakan komik ilmiah. Penggunaan komik sebagai media pembelajaran dapat membantu siswa untuk memahami materi pelajaran. Komik memiliki bentuk yang praktis, juga menggunakan bahasa sederhana yang disesuaikan dengan kehidupan seharihari (Basyiruddin Usman, 2002: 55). Hasil eksperimen yang dilakukan Siti Masithoh (2012: 60) menyatakan bahwa pengaruh penggunaan media komik terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas XI di SMAN 5 Tangerang Selatan dapat disimpulkan pembelajaran menggunakan media pembelajaran komik pada materi sistem pencernaan manusia berpengaruh positif terhadap hasil posttest siswa kelas XI SMA. Artinya, siswa menjadi jauh lebih memahami materi ketika materi tersebut dikemas dalam bentuk media komik. 3

Disusunnya hasil penelitian oleh Eky Rakhmawati (2015) sebagai sumber belajar dalam bentuk komik sebagai media pengayaan pada materi ekosistem ini, diharapkan siswa akan mengetahui karakteristik habitat dari burung Ceret Jawa di kawasan lereng Gunung Merapi sebagai salah satu jenis burung endemik di Pulau Jawa, sehingga siswa akan semakin memahami tentang karakteristik suatu ekosistem berkaitan dengan habitat dan interaksi yang terjadi di dalamnya dengan makhluk hidup terutama burung. B. Identifikasi Masalah 1. Siswa belum mengetahui burung Ceret Jawa (Locustella montis) sebagai salah satu jenis burung endemik di Pulau Jawa. 2. Potensi objek dan permasalahan ekosistem dan interaksinya di lereng Gunung Merapi belum banyak dimanfaatkan sebagai sumber belajar. 3. Contoh interaksi dalam pembelajaran materi ekosistem bagi siswa SMA di buku pelajaran yang monoton dan tidak berubah dari tahun ke tahun. 4. Keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar masih kurang. 5. Guru yang jarang melakukan kreasi pada media pembelajaran dalam menyampaikan materi pembelajaran Biologi sehingga siswa mudah bosan dalam belajar. 6. Siswa lebih senang dan lebih memahami materi ketika membaca buku yang didukung ilustrasi atau gambar daripada membaca buku pelajaran yang berisi banyak teks biasa saja. 7. Potensi komik, meski berbentuk praktis dan variatif, jarang digunakan sebagai media pembelajaran di sekolah. 4

C. Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada pemanfaatan hasil penelitian Karakteristik Habitat dan Distribusi Burung Ceret Jawa (Locustella montis) di lereng Gunung Merapi sebagai bahan pembelajaran pengayaan yang dikemas dalam bentuk media komik sebagai alternatif media pengayaan pada materi ekosistem untuk siswa kelas X SMA. D. Rumusan Masalah 1. Bagaimana langkah-langkah yang sesuai digunakan dalam menyusun media pengayaan dari hasil penelitian studi karakteristik habitat burung Ceret Jawa (Locustella montis) di lereng Gunung Merapi menjadi sebuah komik sains sebagai bahan pembelajaran pengayaan materi ekosistem untuk siswa kelas X SMA? 2. Seperti apa kualitas media pengayaan berbentuk komik yang disusun dari hasil penelitian studi karakteristik habitat burung Ceret Jawa (Locustella montis) di lereng Gunung Merapi sebagai bahan pembelajaran pengayaan materi ekosistem untuk siswa kelas X SMA? E. Tujuan Penelitian 1. Menyusun media pengayaan berbentuk komik sains dengan langkahlangkah yang sesuai dari hasil penelitian studi karakteristik habitat burung Ceret Jawa (Locustella montis) di lereng Gunung Merapi sebagai bahan pembelajaran pengayaan materi ekosistem untuk siswa kelas X SMA. 2. Menghasilkan media pengayaan berbentuk komik yang baik dan layak digunakan sebagai bahan pembelajaran pengayaan materi ekosistem untuk 5

siswa kelas X SMA yang dikembangkan dari hasil penelitian studi karakteristik habitat burung Ceret Jawa (Locustella montis) di lereng Gunung Merapi. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat menambah kajian mengenai sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran beserta penyusunannya dalam bentuk media pembelajaran. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi Guru Guru dapat memberi alternatif media pembelajaran yang inovatif sehingga dapat memotivasi guru untuk memunculkan kreativitaskreativitas baru yang terkait. b. Manfaat bagi Siswa Siswa mendapat pengetahuan baru dengan mempelajari ekosistem dan interaksinya di lereng Gunung Merapi yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan sehingga mempermudah siswa dalam belajar serta memotivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran Biologi. c. Manfaat bagi Peneliti Peneliti memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian dan mencoba memberi rekomendasi pengembangan sumber belajar dalam bentuk media pembelajaran sehingga mampu meningkatkan keterampilan diri. 6

G. Definisi Operasional 1. Ekosistem Ekosistem merupakan keadaan khusus tempat komunitas suatu organisme hidup dan komponen organisme tidak hidup dari suatu lingkungan yang saling berinteraksi secara kompleks. 2. Burung Ceret Jawa Memiliki nama ilmiah Locustella montis (IOC World Bird List). Salah satu jenis burung endemik di pulau Jawa yang hanya ditemukan di daerah pegunungan di Pulau Jawa bagian tengah hingga timur dan di Pulau Bali, salah satunya ditemukan di lereng Gunung Merapi. 3. Karakteristik Habitat Karakter dan ciri-ciri dari habitat yang digunakan untuk kehidupan burung Ceret Jawa (Locustella montis) sebagai tempat tinggal, tempat mencari makan, beraktifitas, bermain, beristirahat, dan berlindung sebagai contoh dari adanya interaksi dalam suatu ekosistem. 4. Pembelajaran Pengayaan Pembelajaran pengayaan dapat diartikan memberikan perluasan pengalaman atau kegiatan siswa yang teridentifikasi melampaui ketuntasan belajar yang ditentukan oleh kurikulum. Kegiatan pengayaan bertujuan untuk memberi kesempatan siswa memperdalam penguasaan materi pelajaran yang berkaitan dengan tugas belajar yang sedang dilaksanakan sehingga tercapai tingkat perkembangan yang optimal. 7

5. Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar mendalami materi, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. 6. Komik Komik adalah suatu bentuk seni dua dimensi yang menggunakan gambargambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk rangkaian cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi dengan teks. 7. Kelayakan Media Pengayaan Media pengayaan dapat dikatakan layak apabila media tersebut bisa dipakai dalam pembelajaran pengayaan Biologi dengan kriteria mudah terbaca dan diaplikasikan, waktu penggunaan media dapat memenuhi alokasi waktu pembelajaran, dan dapat memenuhi capaian tujuan dan indikator pembelajaran pengayaan. 8