IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR DALAM MENDETEKSI KELAYAKAN TELUR UNTUK DIINKUBASI

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM DIAGNOSA PENYAKIT DIABETES MELLITUS MENGGUNAKAN METODE CEERTAINTY FACTOR

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT.

KUANTIFIKASI PERTANYAAN UNTUK MENDAPATKAN CERTAINTY FACTOR PENGGUNA PADA APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT SAPI DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR BERBASIS ANDROID

CERTAINTY FACTOR UTHIE

Aplikasi untuk Diagnosis Penyakit pada Anak dan Balita Menggunakan Faktor Kepastian

PENALARAN INEXACT. KETIDAKPASTIAN dan KAIDAH

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR

PEMBERIAN ALASAN YANG TIDAK EKSAK

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT YANG DISEBABKAN OLEH VIRUS INFLUENZA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING DAN CERTAINTY FACTOR

Penggunaan Certainty Factor dalam Sistem Pakar untuk Melakukan Diagnosis dan Memberikan Terapi Penyakit Epilepsi dan Keluarganya

ANALISIS METODE SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN JENIS PENYAKIT DALAM DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR

PENERAPAN METODE CERTAINTY FACTOR DALAM MENDETEKSI DINI PENYAKIT TROPIS PADA BALITA

APLIKASI SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KANKER MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR

APLIKASI POTENSI AKADEMIK BERBASIS TES PSIKOLOGI MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR

SISTEM PAKAR PENDIAGNOSIS PENYAKIT PADA SISTEM ENDOKRIN MANUSIA MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR. Iwan Kurniawan

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS KEJIWAAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR (STUDI KASUS RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA)

EXPERT SYSTEM DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE UNTUK DIAGNOSA DINI PENYAKIT-PENYAKIT HEWAN TERNAK DAN UNGGAS

DIAGNOSIS PENYAKIT KEJIWAAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR

SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSA GEJALA DEMAM UTAMA PADA ANAK MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM. dan perancangan pembuatan Sistem Pakar Sistem Pakar Pengolahan Data Hadits

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. inferensi Forward Chaining dan Backward chaining. Hasil penelitian

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KELAMIN PADA PRIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING DAN CERTAINTY FACTOR BERBASIS WEB

JURNAL IMPLEMENTASI NET BELIEF CERTAINTY FACTOR PADA SELEKSI PENERIMA BERAS MISKIN

Aplikasi Sistem Pakar untuk Diagnosa Hama Jeruk dan Pengobatannya Menggunakan Metode Certainty Factor

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GIGI DAN MULUT MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR (Study Kasus di Puskesmas Campurdarat Tulungagung) SKRIPSI

PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSA KERUSAKAN HARDWARE LAPTOP MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR. Bhaskara Adhi Pradhana A

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DEMAM PADA BALITA MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR DAN FORWARD CHAINING BERBASIS VISUAL BASIC

SISTEM PAKAR DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE BASE MENGGUNAKAN PROBABILITAS BAYES DAN MESIN INFERENSI FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR

Feresi Daeli ( )

APLIKASI DIAGNOSIS PENYAKIT HEPATITIS MENGGUNAKAN J2ME DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan.

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM. identifikasi penyakit pada tanaman buah naga dengan menggunakan metode

BAB IV HASIL DAN UJICOBA. pakar mendeteksi penyakit pada Kanker Servik ( Kanker Mulut Rahim).

PENERAPAN CERTAINTY FACTOR DALAM SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PAPAYA

PEMBUATAN SITUS SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA. Yuanita Dwi Indah Wardhani 1 Dr. Onny Marleen, SKom.

APLIKASI UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT KISTA OVARIUM MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

BAB III LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dipaparkan teori-teori yang melandasi di dalam pembangunan sistem pakar yang penulis akan buat.

DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT INFEKSI VIRUS PADA ANAK MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR PENDETEKSI PENYAKIT PADA KUCING DENGAN METODE CASE BASED REASONING DAN CERTAINTY FACTOR BERBASIS ANDROID

Sistem Pakar Penyakit Kulit Pada Manusia Menggunakan Metode Certainty Factor Berbasis Web

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

APLIKASI SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT DAN HAMA TANAMAN PADI ORGANIK VARIENTAS IR 64 DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengan suatu media konsultasi yang bersifat online. mengemukakan pesoalan-persoalan yang terjadi kemudian pakar akan

IMPLEMENTASI METODE CERTAINTY FACTOR UNTUK PENENTUAN KEPASTIAN ATURAN PENYAKIT PADA ANAK

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT PARU-PARU DENGAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT PADA ANAK USIA 0-36 BULAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR (CF) Kunto Nashiruddin Ahmad ( ) 2

SISTEM PAKAR DIAGNOSA DYSPEPSIA DENGAN CERTAINTY FACTOR

PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK MENDETEKSI HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN CENGKEH BERBASIS WEBSITE

SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN JENIS KULIT WAJAH YANG SESUAI PADA BEDAK VIVA DENGAN MENGGUNAKA METODE CERTAINTY FACTOR

SISTEM PAKAR PENDETEKSI PENYAKIT PADA BURUNG MURAI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

Aplikasi Diagnosis Penyakit Sapi Menggunakan Metode Certainty Factors Berbasis Android

SISTEM PAKAR DALAM MENENTUKAN JENIS PERAWATAN WAJAH (STUDI KASUS RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA)

1.3 Batasan Masalah Adapun batasan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Uji coba perangkat lunak

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT BABI DENGAN METODE BACKWARD CHAINING

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BERBASIS ANDROID PENDETEKSIAN DINI INFERTILISASI PADA WANITA MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR

SISTEM PAKAR ONLINE MENGGUNAKAN RULE BASE METHOD UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT AYAM SKRIPSI KIKI HENDRA SITEPU

PENERAPAN METODE FORWARD DAN BACKWARD CHAINING DALAM SISTEM PAKAR PEMILIHAN RESEP MASAKAN KHAS PADANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Artificial Intelegence EKA YUNIAR

SISTEM PAKAR DETEKSI DINI PENYAKIT PADA BURUNG PUYUH DENGAN METODE FORWARD CHAINING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sering dialami dan penanganan yang bisa dilakukan oleh cat lover.

Aplikasi Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Gangguan Pernafasan pada Anak Menggunakan Metode CF (Certainty Factor)

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA BABY BLUES PADA WANITA DALAM MASA NIFAS DENGAN MENERAPKAN METODE CERTAINTY FACTOR

JURNAL. Detection of demage smartphone in fortuna cell

SISTEM PAKAR DIAGNOSA HAMA TANAMAN JERUK BERBASIS WEB MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan kebutuhan manusia yang semakin banyak dan kompleks. Hal ini yang

PEMODELAN SISTEM PAKAR ANALISIS KARAKTERISTIK ANAK PRASEKOLAH DENGAN GENRE MUSIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

APLIKASI DIAGNOSA PENYAKIT INFEKSI PADA IKAN PATIN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR

Implementasi Metode Certainty Factor pada Identifikasi Kerusakan Kendaraan Bermotor Roda Dua

RANCANG BANGUN APLIKASI MOBILE UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT UMUM DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR MENGGUNAKAN TEKNOLOGI ANDROID

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

IMPLEMENTASI METODE FORWARD CHAINING PADA APLIKASI SISTEM PAKAR MENDETEKSI JENIS KULIT WAJAH WANITA

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM. diagnosa penyakit pada Kanker Rahim dengan menggunakan metode certainty

SISTEM PAKAR PADA KONSULTASI JENIS SENAM DENGAN METODE FORWARD CHAINING. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT ALOPESIA PADA MANUSIA DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR

SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT PADA TANAMAN ANGGREK MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT UMUM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN PHP DAN MYSQL

SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE FUZZY LOGIC UNTUK PENENTUAN CERTAINTY FACTOR

Ketidakpastian dan teorema bayes UTHIE

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR BERBASIS ATURAN UNTUK MENENTUKAN MATA KULIAH YANG AKAN DIAMBIL ULANG (REMEDIAL) DENGAN METODE FORWARD CHAINING

Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Kucing Menggunakan Metode Backward Chaining

TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA HAMA KUTU DAUN PADA TANAMAN WORTEL DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR

APLIKASI PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KANKER SERVIKS DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR KEPASTIAN

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN SEMANGKA BERBASIS ANDROID

Jurnal Komputasi. Vol. 1, No. 1, April Pendahuluan. Hal 1 dari 90

APLIKASI WEB PADA SISTEM PAKAR FORWARD CHAININGUNTUK DETEKSI KERUSAKAN PC (PERSONAL COMPUTER)

Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kulit dan Kelamin Dengan Metode Certainty Factor dan Fuzzy Logic

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR PENDIAGNOSA PENYAKIT ANAK MENGGUNAKAN CERTAINTY FACTOR (CF) ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN UJICOBA

Rancang Bangun Sistem Pakar Pendiagnosa Penyakit Demam Typhoid dan Demam Berdarah Dengue dengan Metode Forward Chaining

Transkripsi:

IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR DENGAN METODE CERTAINTY FACTOR DALAM MENDETEKSI KELAYAKAN TELUR UNTUK DIINKUBASI Sorang Pakpahan, S.Kom., M.Kom Staf Pengajar Fakultas Ilmu Komputer Universitas Katolik Santo Thomas Medan E-mail : sorangpakpahan@yahoo.co.id ABSTRAK Kebutuhan manusia atas telur sangat tinggi merupakan kebutuhan sehari-hari baik untuk dikonsumsi langsung maupun produk makanan. Berdasarkan kebutuhan tersebut dibutuhkan sistem pakar untuk mendeteksi kelayakan telur untuk diinkubasi berdasarkan kualitas telur dilihat berdasarkan kerabang, ukuran dan berat telur. Sistem Pakar merupakan salah satu bidang dalam kecerdasan buatan, digunakan untuk menyelesaikan suatu masalah yang biasanya dikerjakan oleh seorang pakar. Dalam hal ini salah satu penerapan sistem deteksi kelayakan inkubasi telur untuk mengetahui penyebab terjadinya kematian embrio pada telur. Pada penelitian ini dilakukan perancangan dan pembuatan sistem pakar yang digunakan untuk membantu menentukan penyebab terjadinya kegagalan embrio pada telur serta mengetahui solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Masalah kepastian pengetahuan dalam sistem pakar ini diatasi dengan menggunakan metode Certeinty Factor dan proses penelusuran digunakan dengan Fordward Chaining. Proses penentuan kematian embrio dalam sistem pakar ini diawali dengan seleksi kelayakan telur untuk diinkubasi, dimana sistem akan memproses untuk memperoleh persentase kelayakan telur untuk diinkubasi. Kata Kunci : Telur, Certainty Factor, Forward Chaining A. PENDAHULUAN Pemahaman umum akan golongan petelur adalah hewan yang berkembang biak dengan menghasilkan telur untuk mempertahankan dan memperbanyak keturunan. Dari telur ini akan melalui proses menetas yang akan menghasilkan anak. Secara garis besar golongan petelor terdiri dari sejumlah ordo salah satunya adalah bangsa unggas. Dengan dijabarkannya bangsa unggas, maka klasifikasi unggas dapat dibedakan antara lain klasifikasi unggas ayam, unggas bebek (itik), dan unggas burung. Berdasarkan klasifikasi unggas, maka yang menjadi topik pembahasan ini adalah tentang ayam petelur. Proses inkubasi anak ayam merupakan proses akhir dari hasil pengeraman yang selanjutnya akan didistribusikan ke pasaran untuk dijual ataupun dipelihara sendiri. Untuk menghasilkan tetas (hidup) yang optimal perlu adanya proses-proses seleksi telur sebelum masuk ke dalam mesin inkubasi (pengeraman) berdasarkan kualitas telur (Tirto Hartono 2010). Dalam melakukan proses penyeleksian telur, seorang pakar terkadang mendasarkan pada data yang kurang lengkap atau data yang tidak pasti. Agar sistem pakar dapat melakukan penalaran sebagaimana seorang pakar meskipun data yang diperoleh kurang lengkap atau kurang pasti, dapat digunakan Certainty Factor. Faktor kepastian (certainty factor) diperkenalkan oleh Shortliffe Buchanan dalam pembuatan MYCIN (Wesley, 1984). Certainty factor (CF) merupakan nilai parameter klinis yang diberikan MYCIN untuk menunjukkan besarnya kepercayaan (Giarattano dan Riley, 1994). Selanjutnya jika proses pengeraman atau inkubasi tidak berlangsung dengan baik maka diperlukan informasi, pada hari keberapa informasi dari proses pengeraman tersebut. Untuk hal tersebut maka diperlukan seorang ahli peternakan ataupun dokter hewan, tetapi dengan adanya kemudahan dalam teknologi komputer maka diharapkan orang-orang yang tidak begitu mendalami ilmu peternakan atau ilmu kedokteran hewan dapat terbantu untuk proses inkubasi sebelum pengeraman dan evaluasi sesudah pengeraman. Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 56

Dengan adanya kemajuan teknologi yang makin pesat maka telah dikembangkan suatu teknologi yang mampu mengadopsi proses dan cara pikir manusia yaitu teknologi Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan. Artificial Intelligence memiliki berbagai macam jenis aplikasi, salah satunya adalah Sistem Pakar atau Expert Sistem yang memiliki kemampuan untuk mengadopsi suatu dasar pengetahuan (knowledge base) yang diperoleh melalui penginputan data dari kemampuan para pakar dalam suatu bidang tertentu yang bersifat spesifik. Aplikasi Sistem Pakar sebagai alternatif menyelesaikan masalah yang biasanya dilakukan oleh seorang pakar/ahli, telah banyak digunakan oleh peneliti untuk memecahkan berbagai macam permasalah dalam berbagai bidang, seperti peternakan, kedokteran, farmasi, bisnis, hukum, pendidikan sampai pertahanan. Implementasi Sistem Pakar dalam bidang Farmakologi dan Terapi di tulis oleh Nafisah (2001), Pada jurnal Kusrini (2006) kuantifikasi pertanyaan untuk mendapatkan certainty factor pengguna pada aplikasi sistem pakar untuk diagnosis Penyakit, sedangkan Nurhasanah (2003) dalam penelitian ini juga menekankan penggunaan Forward Chaining untuk pertolongan terhadap penyakit-penyakit ringan dan umum. B. RUMUSAN MASALAH Perumusan masalah yang dapat disimpulkan dari latar belakang di atas adalah: 1. Bagaimana merancang sistem pakar untuk melakukan pemilihan kelayakan telur tetas sebelum diproses inkubasi? 2. Bagaimana memformulasikan proses dan analisa penyebab kegagalan setelah proses inkubasi dalam rule?. 3. Bagaimana penerapan sistem pakar menggunakan Metode Certainty Factor berbasis komputer dalam menentukan kelayakan telur tetas sebelum diproses inkubasi berdasarkan kualitas telur? C. BATASAN MASALAH Batasan yang digunakan dalam permasalahan proyek akhir difokuskan pada pembahasan metode yang diindentifikasi adalah: 1. Kelayakan telur untuk Inkubasi. 2. Kegagalan proses inkubasi (pengeraman) yang hanya mengisyaratkan hanya deteksi kerusakan embrio pada hari keberapa dan penyebabnya. 3. Analisis penyebab kegagalan pengeraman yang hanya terbatas pada kesalahan teknologi mesin inkubasi (pengeraman), pakan, bibit, penyakit. D. TUJUAN PENELIAN Tujuan dari proyek akhir ini adalah untuk merancang serta mengimplementasikan sistem dengan menggunakan deteksi kelayakan inkubasi telur dan penyebab kegagalan pengeraman yang nantinya dapat digunakan sebagai proses pembelajaran dengan teknik mengikuti pola yang sudah ada. Sistem pendeteksian kelayakan telur untuk diinkubasi ini diharapkan dapat meminimalkan kegagalan dalam pengeraman/ inkubasi telur. E. DASAR TEORI 1. Faktor Kepastian (Certainty Factor) Ada tiga penyebab ketidakpastian aturan yaitu aturan tunggal, penyelesaian konflik, ketidakcocokan (incompatibility) antar konsekuensi di dalam aturan. Aturan tunggal yang dapat menyebabkan ketidakpastian dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu kesalahan, probabilitas, dan kominasi gejala (evidense). Kesalahan dapat terjadi karena: a. Ambiguitas, sesuatu didefinisikan dengan lebih dari satu cara b. Ketidaklengkapan data c. Kesalahan informasi d. Ketidakpercayaan terhadap suatu alat e. Adanya bias Probabilitas disebabkan ketidakmampuan seorang pakar merumuskan suatu aturan secara pasti. Misalnya, jika seseorang mengalami sakit kepala, demam dan bersin-bersin ada kemungkinan orang tersebut terserang penyakit flu, tetapi bukan berarti apabila seseorang mengalami gejala tersebut pasti terserang penyakit flu. Hanya karena aturan tunggalnya benar belum dapat menjamin suatu jawaban bernilai benar. Hal ini masih dipengaruhi oleh kompatibilitas antar-aturan. Inkompatibilitas suatu aturan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: a. kontradiksi aturan, misalnya : Aturan 3.1 : Jika anak demam Maka harus dikompres Aturan 3.2 : Jika anak demam Maka jangan dikompres b. Subsumpsi aturan, misalnya : Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 57

Aturan 3.3 : Jika E 1 Maka H Aturan 3.4 : Jika E 1 dan E 2 maka H Jika hanya E 1 yang muncul, maka masalah tidak akan timbul karena aturan yang akan digunakan adalah Aturan 3.3, tetapi apabila E 1 dan E 2 sama-sama muncul maka kedua aturan (Aturan 3.3 dan 3.4) sama-sama dijalankan. c. Redundancy aturan, misalnya Aturan 3.5 : Jika E 1 dan E 2 Maka H Aturan 3.6 : Jika E 2 dan E 1 Maka H Dalam kasus ini ditemukan aturan-aturan yang tampaknya berbeda tetapi memiliki makna yang sama. d. Kehilangan aturan, misalnya: Aturan 3.7 :Jika E 4 Maka H Ketika E 4 diabaikan maka H tidak pernah tersimpulkan e. Penggabungan data, misalnya pada diagnosa kesehatan. Seorang dokter dapat menyimpulkan suatu penyakit tidak hanya berdasarkan anamnesis, tetapi juga hasil tes laboratorium, pemeriksaan kondisi tubuh, sejarah penyakit, dan lain-lain. Untuk itu diperlukan penggabungan semua data untuk dapat menyimpulkan suatu penyakit. Pemilihan metode penyelesaian konflik (conflic resolutin) dapat juga mempengaruhi hasil penyelesaian akhir terhadap suatu masalah. Ada suatu sistem yang mendahulukan suatu aturan yang lebih spesifik, misalnya aturan 3.3 dan aturan 3.4, karena aturan 3.4 lebih spesifik maka aturan 3.4 akan dieksekusi terlebih dahulu. Ada juga sistem yang mengeksekusi aturan berdasarkan urutan pemasukan aturan. Dan ada sistem yang memberi bobot pada aturannya, sehingga eksekusi dilakukan terhadap suatu aturan berdasarkan bobot yang dimiliki Faktor kepastian (certainty factor) diperkenalkan oleh Shortliffe Buchanan dalam pembuatan MYCIN (Wesly, 1984). Certainty factor (CF) merupakan nilai parameter klinis yang diberikan MYCIN untuk menunjukkan besarnya kepercayaan. Certainty factor didefinisikan sebagai berikut (Giarattano dan Riley, 1994); CF(H,E) = MB(H,E)-MD(H,E) (2.1) CF(H,E) : certainty factor dari hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala (evidence) E. Besarnya CF berkisar antara -1 sampai 1. Nilai -1 menunjukkan ketidakpercayaan mutlak, sedangkan nilai 1 menunjukkan kepercayaan mutlak. MB(H,E) : Ukuran kenaikan kepercayaan (measure of increased belief) terhadap hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala E. MD(H,E) : Ukuran kenaikan ketidakpercayaan (measure of increased disbelief) terhadap hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala E. 2. Menentukan CF Paralel CF merupakan CF yang diperolah dari beberapa pemis pada sebuah aturan. Besarnya CF sequensial dipengaruhi oleh CFUser untuk masing-masing premis dan operator dari premis. Rumus untuk masing-masing operator dapat dilihat pada rumus 2.2, 2.3 dan 2.4. CF (x Dan y) = Min(CF(x),CF(y)) (2.2) CF (x Atau y) = Max (CF(x), CF(y)) (2.3) CF( Tidak x) = -CF(x) (2.4) F. PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK 1. Kerangka Kerja Sistem Pakar Pembuatan diagram pohon dimaksudkan untuk mengetahui ruang lingkup permasalahan yang dibahas dalam pokok bahasan. 2. Gejala Kematian Embrio Pada Telur Kegagalan dari hasil proses inkubasi terhitung dari hari pertama sampai hari ke duapuluh memiliki gejala-gejala kematian pada embrio. Tabel Gejala Kematian Embrio Dalam Hari Hari Gejala kematian embrio 1 Warna kuning telur 2 Jaringan darah pada kuning telur 3 Cincin darah pada kuning telur 4 Pigmen mata, bentuk mata Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 58

5 Muncul pergelangan siku dan lutut 6 Pertumbuhan awal paruh 7 Pertumbuhan awal jengger Pertumbuhan awal bulu dan Pertumbuhan awal 8 paruh atas bawah sama panjang Embrio sudah terbentuk seperti burung kecil 9 dan Muncul mulut mulai kelihatan terbuka Pertumbuhan awal jari dan Pertumbuhan gerigi 10 paruh Gerigi jengger mulai kelihatan dan 11 Pertumbuhan awal bulu ekor Pertumbuhan jari kaki mulai lengkap dan 12 Pertumbuhan awal bulu mulai terlihat Pertumbuhan badan mulai terlihat dan 13 Bayangan bulu mulai tumbuh menutupi badan Kepala mulai besar dan keluar dari kumpulan 14 kuning telur 15 Posisi usus masih di kuning telur Bulu mulai sempurna menutupi badan dan 16 Putih telur mulai menghilang Cairan amnion mulai sedikit dan Posisi kepala 17 di antara kaki Pertumbuhan embrio hampir sempurna dan 18 Posisi kepala di bawah sayap Posisi kantong kuning telur mulai sedikit 19 tertarik kedalam rongga perut dan Cairan amnion mulai menghilang Kantong kuning telur mulai masuk kerongga 20 perut dengan sempurna dan Kerabang telur kelihatan memecah Jika pilihan tersebut sesuai dengan kriteria yang diinginkan maka tingkat keberhasilan adalah 100 %. Range persentase kematian embrio dalam hari, maka diperoleh aturan seperti pada Tabel berikut : Tabel Persentase Kematian Embrio dalam Hari No Persentase (%) Hari Deteksi Penyebab Kematian Embrio 1 0.1 0.5 0 (Telur Commercial) 2 0.6 1 3 3 0.7 1 6 4 0.8 1 17 5 0.9 1 20 6 1 21 (doc/day old chicken) 3. Interpretasi Pakar Nilai CF (Rule) diperoleh interpretasi term dari pakar menjadi nilai MD/MB tertentu seperti ditunjukkan pada Tabel berikut: Tabel Interpretasi Pakar Certain Term Tabel Interpretasi MD/MB Pakar Tidak Certain Tahu/Tidak Term Ada MD/MB 0 0.2 Mungkin Tidak Tahu/Tidak Ada 0.4 0.2 Kemungkinan Mungkin Besar 0.4 0.6 Hampir Kemungkinan Pasti Besar 0.8 0.6 Pasti Hampir Pasti 10.8 Pasti 1 Kriteria yang digunakan untuk menentukan konklusi berdasarkan hasil perhitungan Certainty Factor (CF) tesebut seperti sebagai berikut : a. Jika nilai CF adalah 1, maka konklusinya Pasti. b. Jika nilai CF adalah lebih besar sama dengan 0.8 dan lebih kecil 1, maka konklusinya Hampir pasti. c. Jika nilai CF adalah lebih besar sama dengan 0.6 dan lebih kecil 0.8, maka konklusinya Kemungkinan besar. d. Jika nilai CF adalah lebih besar sama dengan 0.2 dan lebih kecil 0.6, maka konklusinya Mungkin. e. Jika nilai CF adalah 0 sampai lebih kecil sama dengan 0.2, maka konklusinya Tidak tahu/tidak ada. G. PENGUJIAN Pada bagian pengujian ini dilakukan untuk membuktikan kelayakan telur untuk diinkubasi berdasarkan rule-rule yang telah ditentukan. Pengujian deteksi kelayakan telur tersebut terdapat pada form menu utama user yaitu menu deteksi/kelayakan dan menu informasi gejala kematian embrio. 1. Pengujian Manual Pengujian manual diberikan dalam bentuk studi kasus berdasarkan rule dalam skanario tersebut di atas dibentuk dalam rule sebagai berikut : Tabel Nilai Certainty Factor Setiap Premis A. Rule Mempunyai Konklusi yang Sama Jika rule 2 dan rule 3 mempunyai konklusi yang sama, maka akan dilakukan perhitungan menual sebagai berikut : Rule 1 : If A and B and E and G and K and J and T and O and Q then Telur Pasti Layak Diinkubasi (Konklusi1), Nilai CF adalah 1 Rule 2 : If I and G and K and J and T and O then Telur Hampir Pasti Layak Diinkubasi (Konklusi1), Nilai CF adalah 0.98 Rule 3 : If E and G and K and I and T and O then Telur Hampir Pasti Layak Diinkubasi (Konklusi2), Nilai CF adalah 0.88 Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 59

Misalkan diketahui nilai masing-masing fakta/premis yaitu hasil pengurangan tingkat kepercayaan dikurang dengan tingkat ketidakpercayaan dengan rumus CF = MB MD, sehingga nilai CF masing masing premis seperti pada tabel berikut : A. Rule Mempunyai Konklusi yang Sama Jika rule 2 dan rule 3 mempunyai konklusi yang sama, maka akan dilakukan perhitungan menual sebagai berikut : a. Rule 2 CF(H,E) = CF(H, E E2 E3 E4 E5 E6) =0.98 Certainty factor evidence yang dipengaruhi partial evidence e ditunjukkan pada nilai fakta E, G, K, J, T, dan O, sehingga: CF(E, e)= CF(E1 E2 E3 E4 E5 E6,e) = min[cf(e1,e) CF(E2,e) CF(E3,e) CF(E4,e) CF(E5,e) CF(E6,e)] =min[0.93, 0.55, 0.65, 0.84, 0.71, 0.65] =0.55 0.55 Nilai CF sequansial = CF Paralel * CF Pakar = 0.55 * 0.98 = 0.539 b. Rule 3 CF(H,E) = CF(H, E1 E2 E3 E4 E5 E6) =0.88 Certainty factor evidence yang dipengaruhi partial evidence e ditunjukkan pada nilai fakta E, G, K, J, T, dan O, sehingga : CF(E, e) = CF(E1 E2 E3 E4 E5 E6,e) =min[cf(e1,e) CF(E2,e) CF(E3,e) CF(E4,e) CF(E5,e) CF(E6,e)] =min[0.93, 0.55, 0.65, 0.28, 0.71, 0.65] = 0.28 0.28 Nilai CF sequansial = CF Paralel * CF Pakar = 0.28* 0.88 = 0.2464 Berdasarkan CF Sequensial sebagai evidence baru dan CF Pakar, maka dihitung nilai CF baru disebut dengan CF Gabungan sebagai berikut : CF Gabungan(CF1, CF2) = CF1 + CF2(1-CF1) = 0.539 + 0.2464 (1-0.539) = 0.362 Nilai CF Gabungan adalah 0.362, selanjutnya dimasukkan dalam kriteria pangujian tesebut di atas, sehingga diperoleh konklusi Telur Mungkin pasti layak di inkubasi B. Rule Mempunyai Konklusi yang Berbeda Jika rule 1 dan rule 2 mempunyai konklusi yang berbeda, maka akan dilakukan perhitungan manual sebagai berikut : a. Rule 1 Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 60

CF(H,E) = CF(H, E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9) = 1 Certainty factor evidence yang dipengaruhi partial evidence e ditunjukkan pada nilai fakta A, B, E, G,, dan Q, sehingga : CF(E, e) = CF(E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9,e) = min[cf(e1,e) CF (E2,e) CF(E3,e) CF(E4,e) CF(E5,e) CF(E6,e) CF(E7,e) CF(E8,e) CF(E9,e)] = min[0.64, 0.82, 0.93, 0.55, 0.65, 0.84, 0.71, 0,65, 0.95] = 0.55 0.55. Nilai CF sequansial = CF Paralel * CF Pakar = 0.55 * 1 = 0.55 b. Rule 2 CF(H,E) = CF(H, E1 E2 E3 E4 E5 E6) =0.98 Certainty factor evidence yang dipengaruhi partial evidence e ditunjukkan pada nilai fakta E, G, K, J, T, dan O, sehingga : CF(E, e) = CF(E1 E2 E3 E4 E5 E6,e) = min [CF(E1,e) CF(E2,e) CF(E3,e) CF(E4,e) CF(E5,e) CF(E6,e)] = min[0.93, 0.55, 0.65, 0.84, 0.71, 0.65] = 0.55 = 0.296 Nilai CF Gabungan adalah 0.296, selanjutnya dimasukkan dalam kriteria pangujian tesebut di atas, sehingga diperoleh konklusi Telur Mungkin layak di inkubasi 5.2.1. Pengujian dengan Sistem Deteksi Kelayakan Telur Berdasarkan fakta/data perhitungan secara manual dapat dibandingkan dengan perhitungan dengan sistem komputer untuk melihat hasil kedua perhitungan tersebut. 5.2.2.1 Form Menu Utama Deteksi Kelayakan dan Gajala Kegagalan Jika username dan password dari Form Login memiliki level sebagai pegawai maka menu untuk deteksi kelayakan dan informasi gejala-gejala kematian embrio akan ditampilkan. Menu pilihan yang ada didalam menu pegawai terdiri dari menu deteksi kelayakan, dan informasi gejala kematian embrio dan perintah keluar. Masing-masing fungsi dari menu ini adalah: 1. Menu deteksi kelayakan untuk memasukkan ataupun mengolah data berdasarkan rule yang tersedia. 2. Menu informasi gejala kematian embrio untuk memasukkan ataupun mengolah data, sehingga dapat diketahui informasi dan bentuk gambar kematian embrio telur tersebut. Tampilan dari menu pakar ini seperti ditunjukkan pada gambar berikut : 0.55 Nilai CF sequansial = CF Paralel * CF Pakar = 0.55* 0.98 = 0.539 Berdasarkan CF Sequensial sebagai evidence baru dan CF Pakar, maka dihitung nilai CF Sequensial yang baru disebut dengan CF Rule 1 dan Rule 2 sebagai berikut : Nilai CF Paralel = min(cf Sequensial Rule 1, CF Sequensial Rule 2) = min(0.55, 0.539) = 0.539 0.539 Nilai CF akhir = CF sequansial Rule 1* CF sequansial Rule 2 = 0.55* 0.539 Gambar Form Deteksi Kelayakan dan Gajala Kegagalan 1. Deteksi Kelayakan Telur untuk Diinkubasi Dalam form menu deteksi kelayakan untuk menentukan ataupun mengolah data berdasarkan rule yang tersedia dengan menghasilkan nilai Certainty Factor (CF). Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 61

Berdasarkan hasil pengujian secara manual dengan pengujian dengan sistem yang baru, maka yang dihasilkan dari perbadingan kedua pengujian tersebut menghasilkan konklusi yang sama dari masing-masing nilai Certainty Factor (CF) seperti ditunjukkan pada Gambar 5.11. c. Menyusun rule-rule untuk menentukan kelayakan telur untuk diinkubasi, penyebab kegagalan dan geaja-gejala kematian pada embrio. DAFTAR PUSTAKA COBB, Buku Petunjuk Pengelolaan Penetasan, PT.GALUR PRIMA COBBINDO, Rivisi 2004. Edjeng Suprijatna, Umiyati Atmomarsono, Ruhyat Kartasudjana, Ilmu Dasar Ternak Unggas, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta, 2005. Farry B. Paimin, Membuat dan Mengelola Mesin Tetas, Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta, 2008. Giarratano, Joseph, Riley, Gary., 2005, Expert Systems Principles and Programming, PWS Publishing Company, Boston Kusrini, M.Kom (2008), Aplikasi Sistem Pakar, Andy Offset, Yogyakarta Sri Hartati, Sari Iswanti, 2008, Sistem Pakar & Pengembangannya, Graha Ilmu, Yogyakarti Turban, Efraim, Aronson, Jay, 1995, Decision Support System and Intelligent System, Prentice Hall, new Jersey Gambar Form Deteksi Kelayakan H. KESIMPULAN Berdasarkan pengujian dan analisa yang dibahas, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Menentukan Metode sistem pakar yang digunakan pada kasus ini adalah sistem pakar menggunakan metode Certainty Factor dan penelusuran yang digunakan dengan inference engine Forward Chaining. b. Menentukan nilai kelayakan yang diteliti serta mengumpulkan gejala-gejala yang sesuai dengan setelah inkubasi dilakuakan dengan. Majalah Ilmiah Politeknik Mandiri Bina Prestasi 62