Castanea Cintya Dewi. Universitas Diponegoro. Universitas Diponegoro

dokumen-dokumen yang mirip
Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar S-1 Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Yogyakarta.

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Penta Hidayatussidiqah Ardin

Ratih Wahyu Susilo, Dwi Astuti, dan Noor Alis Setiyadi

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU

Kata Kunci: anak, ISPA, status gizi, merokok, ASI, kepadatan hunian

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

The Effect of House Environment on Pneumonia Incidence in Tambakrejo Health Center in Surabaya

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di Indramayu

KARAKTERISTIK FAKTOR RESIKO ISPA PADA ANAK USIA BALITA DI PUSKESMAS PEMBANTU KRAKITAN, BAYAT, KLATEN. Suyami, Sunyoto 1

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MELONGUANE KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS PEMBANTU (PUSTU) TOMPEYAN TEGALREJO DI KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

POLA SEBARAN KEJADIAN PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA DI KECAMATAN BERGAS, KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN FREKUENSI KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMBIRSARI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

HUBUNGAN FAKTOR RISIKO INTRINSIK DAN EKSTRINSIK DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK BALITA

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DTP JAMANIS KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2010.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: ISPA, Pengetahuan Ibu, ASI Eksklusif, Merokok, Jenis Bahan Bakar Memasak

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan yang cepat dan sangat penting atau sering disebut masa kritis anak

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA UMUR BULAN DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS MIJEN KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

HUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATISAMPURNA KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK TINGKAT KEPATUHAN ORANG TUA DALAM PEMBERIAN KOTRIMOKSAZOL SUSPENSI KEPADA BALITA YANG MENGALAMI ISPA DI PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN FAKTOR PERILAKU PADA KELUARGA BALITA PNEUMONIA DAN NON PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014

FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK USIA 6 BULAN SAMPAI 5 TAHUN DI PUSKESMAS ROWOSARI

Lingkungan Fisik Kamar Tidur dan Pneumonia pada Anak Balita di Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI KELUARGA DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA ANAK BALITA DI PUSKESMAS KARTASURA SKRIPSI

ABSTRAK. Ika Dewi Wiyanti, 2016; Pembimbing I : dr. Dani, M.kes Pembimbing II : dr.frecillia Regina,Sp.A

HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT DAN CAMPAK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 10 BULAN - 5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGURARA KOTA PALU TAHUN 2015

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang

HUBUNGAN PENCAHAYAAN ALAMI TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI DAN ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN TAHUN 2011

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

INTISARI KETEPATAN DOSIS PERESEPAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PNEMONIA PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUDIANG KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI (0-12 BULAN) (STUDI KASUS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2015)

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

Healthy Tadulako Journal (Enggar: 57-63) 57

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN ORANGTUA TENTANG ISPA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT KONTAK, KELEMBABAN, PENCAHAYAAN, DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ANAK DI KABUPATEN SUKOHARJO

Putri E G Damanik 1, Mhd Arifin Siregar 2, Evawany Y Aritonang 3

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS MOJOGEDANG II KABUPATEN KARANGANYAR ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

Salah satu upaya pencegahan pneumonia yang berhubungan dengan lingkungan adalah dengan menciptakan lingkungan hidup yang baik.

FAKTOR RISIKO PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN KEPADATAN HUNIAN DENGAN KEJADIAN ISPA NON PNEUMONIA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI PINANG

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana. Oleh : EGA WIDYA SUDANTO

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK BALITA Asriati*, M. Zamrud **, Dewi Febrianty Kalenggo***

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang sering menyerang anak-anak. Salah satu penyakit saluran

Keyword : house characteristic, smoking habits, chidren under 5 years old, Acute Respiratory Infections (ARIs)

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup manusia dan derajat kesehatan masyarakat dalam aspek pencegahan,

Faktor-Faktor Risiko Kejadian Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

Transkripsi:

HUBUNGAN KONDISI FISIK LINGKUNGAN RUMAH DAN PERILAKU ORANG TUA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG Castanea Cintya Dewi 1. Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 2. Staf Pengajar Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro ABSTRACT Acute Respiratory Infection is an acute infection that attacks the respiratory track that is organs starting from the nose to the alveoli and the adnexa tissue. Acute Respiratory Infection is a major health problem in Indonesia because it s growing from year to year. In 2009 recorded 24.566 of Acute Respiratory Infection in the city of Semarang. Kedungmundu public health center topped the first occurrence of Acute Respiratory Infection for the children under five years in the city of Semarang with a incident rate of 186,9 per 1000 children under five years. This research aims to find out correlation of ventilation wide, density, residential use of cooking fuel, parent s pattern care, medical treatment searching s and smoking habits. This research method using observational with case control study designs. The samples of this research are 31 cases and 31 controls. Data collection using questioner, observation and do direct measurement. Data analysis using univariat analysis and bivariat analysis using chi square test. Based on the research results obtained ventilation wide and a density of dwelling are not eligible in case of groups more than control group. Cooking fuel in case group there are several of respondents are still using firewood. Parent s pattern care and medical treatment searching s of respondents has been good. Smoking habits of case and control group are high. Based on the result of statistical test revealed that there was a correlation, ventilation wide (p= 0,011; OR = 4,444), density (p= 0,008; OR = 2,348), cooking fuels (p= 0,001; OR = 2,550). There was no correlation parent s pattern care (p= 0,088 ; OR= 3,284), medical treatment searching s (p= 1,000 ; OR= 2,069), smoking habits (p= 0,084 ; OR= 5,043). So it can be conclude that there is a meaningful correlation between ventilation wide, density and cooking fuels with acute respiratory infection. And there is no meaningful correlation between parent s pattern care, medical treatment searching s and smoking habits with acute respiratory infection Keywords : Physical Environment of House Condition, Behaviour, Acute Respiratory Infection, Children Under Five Years PENDAHULUAN Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah, dan pleura. ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan yang berlangsung selama 14 hari. ISPA merupakan penyakit menular akut yang

disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae, dan Hemophylus influenzae. ISPA dibagi menjadi dua yaitu Infeksi Saluran Pernafasan Atas dan Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Bawah. Pneumonia merupakan infeksi saluran pernafasan baguan bawah akut. Hampir semua kematian ISPA pada anak-anak umumnya adalah infeksi saluran pernafasan bagian bawah (pneumonia). Oleh karena itu infeksi saluran pernafasan bagian bawah memerlukan perhatian yang besar karena Case fatility Ratenya tinggi dan pneumonia merupakan infeksi yang mempunyai andil besar dalam morbiditas maupun mortalitas di negara berkembang. Berdasarkan data WHO ISPA mengakibatkan 20% - 30% kematian pada anak balita. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien pada sarana kesehatan. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20% - 30% kematian yang tersebar umunya adalah karena pneumonia pada bayi berumur kurang dari 2 bulan. Dari 37 Puskesmas yang terdapat di Kota Semarang, Puskesmas Kedungmundu menduduki urutan tertinggi kejadian ISPA pada balita dengan IR 186,9 per 1000 balita. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian ISPA terbagi atas faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi umur, jenis kelamin, status gizi, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status imunisasi, pemberian Air Susu Ibu (ASI), dan pemberian vitamin A. Faktor ekstrinsik seperti kondisi fisik lingkungan rumah yang meliputi kepadatan hunian, polusi udara, tipe rumah, ventilasi, asap rokok, penggunaan bahan bakar, serta faktor ibu baik pendidikan, umur, maupun perilaku ibu. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan kondisi fisk lingkungan rumah dan perilaku orang tua dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan menggunakan pendekatan case control. Populasinya adalah seluruh balita perempuan. Sampel dalam penelitian ini adalah balita perempuan.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling. Variabelnya dalam penelitian ini meliputi luas ventilasi rumah, kepadatan hunian, jenis bahan bakar memasak, pola asuh orang tua, pencarian pengobatan dan kebiasaan merokok. Data yang dikumpulkan adalah data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, Puskesmas Kedungmundu dan Kantor Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang yang meliputi gambaran umum lokasi HASIL DAN PEMBAHASAN penelitian dan data monografi. Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian yaitu dengan wawancara dan observasi. Data yang didapatkan kemudian dianalisis dengan analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan tiap variabel dari hasil penelitian dengan menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari masing-masing variabel. Analisis bivariat dengan uji statistik Chi-Square (X 2 ) 1. Hubungan antara luas ventilasi di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tabel 1. Distribusi Silang Antara Luas Ventilasi Rumah Dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Luas Ventilasi Kasus Kontrol Total Tidak Memenuhi Syarat 20 64,5 9 29 29 46,8 ρ value 0,011 Memenuhi syarat 11 35,5 22 71 33 53,2 OR = 4,444 ; 95% CI = 1,526 12,944 Hasil uji statistik Chi Square dengan kejadian ISPA pada balita di diperoleh nilai p value= 0,011 dan OR= 4,444; 95% CI = 1,526-12,944. Nilai p < 0,05 hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara status luas ventilasi Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Dengan nilai OR > 1

menunjukkan bahwa hubungan antara luas ventilasi merupakan faktor menunjukkan bahwa balita yang tinggal di rumah dengan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat <10% berisiko terkena penyakit ISPA risiko penyebab penyakit. Nilai OR= 4,444; 95% CI = 1,526-12,944. ini 4,44 kali dibandingkan dengan balita yang tinggal di rumah dengan luas ventilasi memenuhi syarat. 2. Hubungan antara Kepadatan Hunian dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tabel 2. Distribusi Silang Antara Kepadatan Hunian Dengan Kejadian ISPA pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu ρ Kasus Kontrol Total Kepadatan Hunian value Tidak Memenuhi Syarat 8 25,8 0 0 8 12,9 0,008 Memenuhi syarat 23 74,2 31 100 54 87,1 Hasil uji statistik Chi Square diperoleh Semarang. kepadatan hunian yang nilai p value= 0,008. Nilai p < 0,05 hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota tidak memenuhi syarat dapat mempengaruhi suhu dan kelembaban di dalam rumah. Semakin padat maka pepindahan penyakit semakin cepat 3. Hubungan antara jenis bahan bakar memasak dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tabel 3. Distribusi Silang Antara Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian ISPA pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kasus Kontrol Total ρ Bahan Bakar Memasak Value Tidak Memenuhi Syarat 11 35,5 0 0 11 17,7 0,001 Memenuhi syarat 20 64,5 31 100 51 82,3 Hasil uji statistik Chi Square diperoleh antara jenis bahan bakar memasak nilai 0,001. Nilai p < 0,05 hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Kedungmundu Kota Semarang. Terdapat responden yang masih menggunakan bahan bakar kayu bakar, karena selain bahan bakar gas yang mahal, kayu bakar relatif lebih murah atau mungkin tidak mengeluarkan unag untuk mendapatkannya. 4. Hubungan pola asuh orang tua dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tabel 4. Distribusi Silang Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Kejadian ISPA pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Pola Asuh Orang Tua Kasus Kontrol Total ρ value Buruk 12 38,7 5 16,1 17 27,4 Baik 19 61,3 26 83,9 45 72,6 0,088 OR = 3,284 ; 95%CI = 0,990-10,896 Hasil uji statistik Chi Square diperoleh hubungan antara pola asuh orangtua nilai p value = 0,088 dan OR= 3,284; 95% CI = 0,990-10,896. Nilai p > 0,05 hal ini menunjukkan bahwa tidak ada dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang.. 5. Hubungan antara pencarian pengobatan dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tabel 5. Distribusi Silang Antara Pencarian pengobatan Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu ρ Kasus Kontrol Total Pencarian Pengobatan Value Buruk 2 6,5 1 3,2 3 5 1,000 Baik 29 93,5 30 96,8 59 95 OR = 2,069 ; 95%CI = 0,178 24,075 Hasil uji statistik Chi Square diperoleh bayi balita di Wilayah Kerja nilai p value = 1,000 dan OR = 2,069; 95% CI = 0,178 24,075. Nilai p > 0,05 hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pencarian pengobatan dengan kejadian ISPA pada Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. Pola pencarian pengobatan yang baik apabila responden sudah memiliki kesadaran untuk berobat ke pelayanan kesehatan apabila sakit.

6. Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang Tabel 6. Distribusi Silang Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian ISPA pada Balita Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kebiasaan Kasus Kontrol Total ρ Merokok value Merokok 29 93,5 23 74,2 52 83,9 Tidak Merokok 2 6,5 8 25,8 10 16,1 0,084 OR = 5,043 ; 95%CI = 0,975 26,086 Hasil uji statistik Chi Square diperoleh Kedungmundu Kota Semarang. Tidak nilai p value = 0,084 dan OR= 5,043; 95% CI = 0,975 26,086. Nilai p > 0,05 hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas KESIMPULAN 1. Ada hubungan antara sluas ventilasi, kepadatan hunian dan jenis bahan bakar memasak dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu. 2. Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua, pencarian pengobatan dan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu. ada hubungan karena merokok sudah menjadi bagian atau kebiasaan dari masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih seluruh staf di Puskesmas Kedungmundu dan kantor Kelurahan yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian dan banyak membantu jalannya proses penelitian. Dan terimakasih pula pada rekan rekan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, Dewa Putu Gunasastra, Diah Andarina, Defika Aufa, Dea Priska, Noni Kartika Sari dan Devi Sekar yang telah membantu selama proses penelitian berjalan.

DAFTAR PUSTAKA Saftari, Dewi. Hubungan Antara Faktor Usia Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Bagian Bawah pada Balita. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2009 Depkes RI. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut untuk Penanggulangan Pneumonia Balita. Jakarta: 2002 Dinas Kesehatan Kota Semarang, Data Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita 2011, DKK Kota Semarang, Semarang, 2012 Savitha MR, Nandeeshwara SB, Kumar MJP,. Modifiable risk factors for acute lower respiratory tract infestions. Indian J Pediatr 2007;74:477-82. Nurjazuli, Widyaningtyas.Faktor Resiko Dominan Kejadian Pneumonia pada Balita (dominant risk factros on the occurrenceof pneumonia on children under five years).semarang : Faculty of Public Health Diponegoro University, Disrict Health Office Kebumen, 29(2). 2009