II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AGROFORESTRI SENTANG (Azadirachta excelsa Jack) DAN SORGUM (Sorghum bicolor L. Moench) ANDI RINTO PRASTIYO WIBOWO

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan krisis energi sampai saat ini masih menjadi salah satu

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan dan energi masih menjadi salah satu perhatian besar di

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor [L] Moench) Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) termasuk dalam divisi

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorgum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman yang termasuk di

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sungai Niger di Afrika. Di Indonesia sorgum telah lama dikenal oleh petani

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan energi dunia yang dinamis dan semakin terbatasnya cadangan energi

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia komoditas tanaman pangan yang menjadi unggulan adalah padi,

PENDAHULUAN. dengan laju pembangunan dan pertambahan penduduk. Usaha ini tidak. terbatas pada tanaman pangan utama (padi) melainkan penganekaraman

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial. Oleh sebab

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum merupakan tanaman yang termasuk di dalam famili Graminae bersama

TANAMAN PENGHASIL PATI

BAB I PENDAHULUAN. minyak bumi pun menurun. Krisis energi pun terjadi pada saat ini, untuk

I. PENDAHULUAN. Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) adalah tanaman serealia yang potensial

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. maka kebutuhan energi juga mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak

Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani Tanaman Sorgum. Berdasarkan klasifikasi botaninya, Sorghum bicolor (L.) Moench termasuk

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Sorgum. Sorgum (Sorgum bicolor [L].Moench) merupakan tanaman yang termasuk di

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum berasal dari bahasa latinsorgum bicolor L. Moench.

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Sorgum manis (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan tanaman asli

AGROFORESTRI PENDAHULUAN. Apa itu Agroforestri? Cakupan pembahasan agroforestri

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia.

I. PENDAHULUAN. Ketergantungan terhadap bahan pangan impor sebagai akibat kebutuhan. giling (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2015).

I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dari keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri. adalah spesies Sorghum bicoler (japonicum). Tanaman yang lazim

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

BAB I PENDAHULUAN. yang bertumpu pada satu sumber karbohidrat yaitu beras, melemahkan ketahanan. pangan dan menghadapi kesulitan dalam pengadaanya.

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. fermentasi tercapai, sehingga harus segera dikonsumsi (Hidayat, 2006).

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

AREN (Arenga pinnata MERR)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroforestri Definisi agroforestri

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

POTENSI SAGU SEBAGAI SUMBER PANGAN GLOBAL Oleh Bambang Hariyanto dan Agus Tri Putranto

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

SKRIPSI IDENTIFIKASI DAN PERKEMBANGAN PENYAKIT JAMUR PADA SORGUM MANIS DI LAHAN MARGINAL DI KABUPATEN BANTUL I. PENDAHULUAN A.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. populer di Indonesia. Buah dengan julukan The King of fruits ini termasuk dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan utama manusia. Badan Pusat Statistik (2010)

I. PENDAHULUAN. Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman pangan potensial masa

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan vitamin dan mineral yang diperoleh dari buah-buahan

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembibitan Jati. tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi m.

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agroforestri a. Pengertian Perubahan lingkungan daerah tropika berkaitan erat dengan perubahan hutan alam yang menimbulkan erosi, kepunahan flora dan fauna, dan perluasan lahan kritis. Semakin beratnya permasalahan tersebut telah mendorong munculnya sebuah aliran ilmu baru yang berupaya mengenali dan mengembangkan keberadaan sistem agroforestri yang diciptakan petani daerah tropika yaitu ilmu agroforestri. Agroforestri mengembangkan ilmu kehutanan dan agronomi, serta memadukan usaha kehutanan dengan pembangunan pedesaan untuk menciptakan keselarasan antara intensifikasi pertanian dan pelestarian hutan (Michon & de Foresta 2000). Dalam bahasa Indonesia Agroforestry lebih dikenal dengan istilah agroforestri atau wanatani. Dalam pengertian sederhana agroforestri adalah membudidayakan pepohonan pada lahan pertanian. Akhir-akhir ini Michon dan de Foresta (2000), mengelompokan agroforestri ini menjadi 2 yaitu (1) sistem agroforestri sederhana dan (2) sistem agroforestri kompleks. b. Peranan Agroforestri Dewasa ini kebijakan kehutanan di Indonesia adalah meningkatkan upaya pengelolaan hutan terpadu, pelestarian hutan, dan pembangunan hutan tanaman penghasil kayu. Tetapi sampai sejauh ini, pelibatan masyarakat setempat dalam proyek-proyek hutan tanaman penghasil kayu, programprogram pelestarian hutan, dan diversifikasi pola kehutanan untuk pengelolaan ekositem hutan yang serba guna dan berkesinambungan, ternyata belum menunjukkan keberhasilan. Agroforest merupakan suatu sistem pengelolaan hutan yang tepat guna, yang sesuai dengan kebutuhan petani dan yang tumbuh di masyarakat setempat. Oleh karena itu, bagi kalangan kehutanan, agroforest perlu dijadikan bentuk pendekatan baru dalam kerangka pelestarian hutan dan pembanguan untuk wilayah-wilayah dimana perlindungan hutan secara total tidak mungkin bisa dilakukan. Sejauh ini kebun-kebun agroforest di Indonesia 7

tampaknya merupakan satu-satunya sistem pemanfaatan lahan di daerah tropika yang memadukan produksi pertanian yang intensif dengan konservasi kekayaan keanekaragaman hayati (Michon & de Foresta 2000). Sistem-sistem agroforest tersebut juga menawarkan alternatif penting terhadap model-model silvikultur yang berkembang sekarang. Agroforest dapat merangsang pengertian-pengertian teknik pengelolaan sumberdaya hutan yang orisinil, dan berpotensi menyempurnakan program-program kehutanan masyarakat yang lebih berhasil. Agroforest di Indonesia merupakan kebun pepohonan yang dibangun setelah vegetasi asli dibuka, dilanjutkan dengan penanaman spesies yang berharga, pengkayaan alami, dan sedikit pengarahan. Teknik-teknik pembuatan dan perawatannya, semestinya menarik bagi kalangan ahli kehutanan. Teknik penghutanan kembali melalui pengelolaan agroforest tersebut, terbukti berhasil dan teruji sejak lama oleh jutaan petani Indonesia (Michon & de Foresta 2000). 2.2 Interaksi antara Pohon Tanah Tanaman Semusim Pada sistem pertanian monokultur, jarak tanam yang terlalu dekat akan mengakibatkan kompetisi akan air dan hara. Apabila jarak tanamnya diperlebar maka besarnya tingkat kompetisi tersebut semakin berkurang. Dalam praktek di lapangan, petani mengelola tanamannya dengan melakukan pengaturan pola tanam, pengaturan jarak tanam, pemangkasan cabang dan ranting dan sebagainya (Hairiah et al., 2000). Pada sistem campuran dari berbagai jenis tanaman atau mixed cropping (pohon dengan tanaman semusim, atau hanya pepohonan saja), maka setiap jenis tanaman dapat mengubah lingkungannya dengan caranya sendiri. Beberapa tanaman yang jaraknya terlalu dekat akan menaungi tanaman yang lain, sedangkan yang jaraknya tidak terlalu dekat akan memperoleh keuntungan, prosesnya sering disebut dengan facilitation atau saling memfasilitasi. Sebagai contohnya adalah pohon dadap yang tinggi dan lebar sebaran kanopinya memberikan naungan yang menguntungkan bagi tanaman kopi. Contoh lain, jenis tanaman yang berperakaran lebih dalam daripada yang lain sehingga lebih menguntungkan untuk menyerap air dan hara dari lapisan yang lebih dalam. Dalam waktu singkat kondisi lingkungan di sekitar tanaman 8

akan berubah karena ketersediaan hara semakin berkurang sehingga akhirnya akan menimbulkan kompetisi antar tanaman (Hairiah et al., 2002). Proses saling mempengaruhi, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan, antara komponen penyusun sistem campuran ini (termasuk agroforestri) sering disebut dengan interaksi. Secara ringkas digambarkan secara skematis dalam Gambar 2. Gambar 2. Interaksi antara tanaman tahunan dengan tanaman semusim pada sistem agroforestri, a= naungan; b= kompetisi akan air dan hara; c= daun gugur (seresah); d= pohon berperakaran dalam (Hairiah et al., 2002) Salah satu kunci keberhasilan usaha agroforestri terletak pada usaha meningkatkan pemahaman terhadap interaksi antar tanaman (tujuan jangka pendek) dan dampaknya terhadap perubahan kusuburan tanah (tujuan jangka waktu panjang). Guna menghindari kegagalan agroforestri, ada tiga hal utama yang perlu diperhatikan yaitu: (a) proses terjadinya interaksi, (b) faktor penyebab terjadinya interaksi, dan (c) jenis-jenis interaksi. a. Proses Terjadinya Interaksi: langsung atau tidak langsung Dalam sistem pertanian campuran, kompetisi antar tanaman yang ditanam berdampingan pada satu lahan yang sama sering terjadi, apabila 9

ketersediaan sumber kehidupan tanaman berada dalam jumlah terbatas. Kompetisi ini biasanya diwujudkan dalam bentuk hambatan pertumbuhan terhadap tanaman lain. Hambatan dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Hambatan secara langsung, misalnya melalui efek allelophathy, tetapi hambatan secara ini jarang sekali dijumpai di lapangan. Hambatan tidak langsung dapat melalui berkurangnya intensitas cahaya karena naungan pohon, atau menipisnya ketersediaan hara dan air kerena dekatnya perakaran dua jenis tanaman yang berdampingan. Tanaman kadang-kadang mempengaruhi tanaman lain melalui pihak ketiga yaitu apabila tanaman tersebut dapat menjadi inang bagi hama atau penyakit bagi tanaman lainnya (Gambar 3). Gambar 3. Bentuk-bentuk kompetisi antar tanaman (Hairiah et al., 2000) Dalam Gambar 3 menunjukkan bahwa spesies A secara langsung menghambat pertumbuhan spesies B atau sebaliknya. Pada interaksi tidak langsung (B) yaitu dengan merubah lingkungan pertumbuhan dan sedangkan pada interaksi tidak langsung (C) yaitu dengan menstimulasi pertumbuhan musuh (hama dan penyakit) bagi tanaman. 10

b. Faktor Penyebab Terjadinya Interaksi Secara umum interaksi yang bersifat negatif dapat terjadi karena (1) keterbatasan daya dukung lahan yang menentukan jumlah populasi maksimum dapat tumbuh pada suatu lahan; dan (2) keterbatasan faktor pertumbuhan pada suatu lahan (Hairiah et al., 2000). Konsep daya dukung alam merupakan konsep yang juga penting diketahui oleh ahli ekologi. Konsep ini menggambarkan tentang jumlah maksimum dari suatu spesies di suatu area, baik sebagai sistem monokultur atau campuran. Suatu spesies mungkin saja dapat tumbuh dalam jumlah yang melimpah pada suatu lahan. Apabila dua spesies tumbuh bersama pada lahan tersebut, maka salah satu spesies lebih kompetitif daripada yang lain. Hal ini kemungkinan mengakibatkan spesies ke dua akan mengalami kepunahan. Di dalam usaha pertanian, terutama tanaman pokok yang diharapkan tumbuh lebih baik (Hairiah et al., 2000). Salah satu sarat terjadinya kompetisi adalah keterbatasan faktor pertumbuhan (air, hara dan cahaya). Pertumbuhan tanaman mengalami kemunduran jika terjadi penurunan ketersediaan satu atau lebih faktor. Kekurangan hara di suatu lahan mungkin saja terjadi karena kesuburan alami yang memang rendah atau karena besarnya proses kehilangan hara pada lahan tersebut, misalnya karena penguapan dan pencucian. Kekurangan air dapat terjadi karena daya menyimpan air yang rendah, distribusi curah hujan yang tidak merata, atau proses kehilangan air (aliran permukaan) yang cukup besar. Pengetahuan akan ketersediaan faktor pertumbuhan (air dan hara) dan pengetahuan akan kebutuhan tanaman ini sangat diperlukan dalam pelaksanaan agroforestri (Hairiah et al., 2000). c. Jenis Interaksi Pohon-Tanah-Tanaman Penanaman berbagai jenis tanaman pada lahan yang sama dalam sistem agroforestri akan menimbulkan berbagai macam bentuk interaksi antar tanaman (Hairiah et al., 2000). Jenis-jenis interaksi yang terjadi sebagai berikut: 1. Mutualisme (Mutualism) yaitu interaksi yang saling menguntungkan diantara tanaman. Misalnya, mycorrhizae, rhizobium dengan legume. 11

2. Fasilitasi (Facilitation) yaitu interaksi yang terjadi bila satu tanaman membantu tanaman lainnya. Misalnya; penghalang angin (Windbreaks), pohon penaung (shade trees), budi daya pagar (hedgerow inter cropping). 3. Komensalisme (Commensalism) yaitu interaksi yang terjadi bila satu tanaman harus mendapatkan dukungan tanaman lain (interaction obligatory), tetapi tanaman lain tidak dirugikan. Misalnya, sebagai tempat rambatan dan Bero (Improved fallow). 4. Netralisme (Neutralism) yaitu tidak ada saling pengaruh diantara tanaman. Misalnya, pohon yang tumbuh berpencar. 5. Parasit/pemangsa (Parasitism/predation) yaitu jika satu jenis tanaman harus menghambat (Interaction obligatory) tanaman yang lain untuk hidupnya. Misalnya, hama dan penyakit. 6. Amensalisme yaitu interaksi yang terjadi bila satu tanaman terhambat dan tanaman lain tidak. Misalnya, Allelophathy. 7. Kompetisi dan penghambatan (Competition and interference) yaitu interaksi yang terjadi bila satu jenis tanaman dihambat oleh tanaman lainnya melalui persaingan terhadap cahaya, air dan hara. Misalnya, Alley cropping (yang tidak dikelola dengan baik). Dalam sistem agroforestri, interaksi positif dan negatif dalam jangka pendek terutama ditekankan pada pengaruhnya terhadap produksi tanaman semusim. Pada prinsipnya ada tiga macam interaksi di dalam sistem agroforestri (Gambar 4), yaitu: 1. Interaksi positif (complementarity = saling menguntungkan): bila peningkatan produksi satu jenis tanaman diikuti oleh peningkatan produksi tanaman lainnya (Gambar 4a). 2. Interaksi netral: bila kedua tanaman tidak saling mempengaruhi, peningkatan produksi semusim tidak mempengaruhi produksi pohon (Gambar 4b) atau peningkatan produksi pohon tidak mempengaruhi produksi tanaman semusim (Gambar 4c) 12

3. Interaksi negatif (kompetisi/persaingan = saling merugikan): bila peningkatan produksi satu jenis tanaman diikuti oleh penurunan produksi tanaman lainnya (Gambar 4d), ada kemungkinan pula terjadi penurunan produksi keduannya. Gambar 4. Interaksi positif (a), netral (b dan c), atau negatif (d) antara komponen penyusun agroforestri (Hairiah et al., 2000) 2.3 Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) Sorgum adalah tanaman serealia yang potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah marginal dan kering di Indonesia (Hoeman, 2009). Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu input lebih sedikit serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibanding tanaman pangan lain. Selain itu, tanaman sorgum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, sehingga sangat baik digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun pakan ternak alternatif. Tanaman sorgum telah lama dan banyak dikenal oleh petani Indonesia khususnya di daerah Jawa, NTB dan NTT. Di Jawa sorgum dikenal dengan nama Cantel, dan biasanya petani menanamnya secara tumpangsari dengan tanaman pangan lainnya. Produksi sorgum Indonesia masih sangat rendah, bahkan secara umum produk sorgum belum tersedia di pasar-pasar (Hoeman, 2009) 13

Menurut Zubair (2009) penggolongan tanaman sorghum yang umum digunakan dan ditanam di Indonesia: a. Sorgum biji (grain sorghum). Karakteristik utama: batang kering sampai agak basah tetapi tidak manis, batang lebih pendek (75 cm 150 cm), biji lebih banyak dan kompak, warna biji ada yang coklat sampai putih (white sorghum). Pemanfaatannya: paling cocok untuk pangan, digunakan sebagai bahan makanan seperti tape, tenteng dan popsorgum, ditepung untuk bahan dasar kue, sebagai media yang baik untuk pertumbuhan jamur dan sebagai pakan ternak. b. Sorgum manis/ sorgo/ cane (sweet sorghum) (Race bicolor). Karakteristik: batang mengandung cairan/ getah manis,tinggi berkisar dari 1.5 3 m, tipe malai terbuka sampai agak kompak, biji sering rasanya pahit, tidak cocok untuk dikonsumsi. Pemanfaatannya: cocok untuk digunakan sebagai pakan ternak (dibuat silase) dan bahan baku industri etanol (dari cairan sirupnya dan bagasnya). c. Broomcorn (dikenal di Indonesia sebagai hermada). Karakteristik: tanaman tinggi (1 4 m), batang kering dan berkayu, malai bercabang dan berserat dapat mencapai panjang 30 90 cm, biji kecil dan sedikit, sekam berduri, hijauannya/ daun sedikit. Pemanfaatannya: tidak cocok untuk pangan dan digunakan sebagai bahan baku untuk membuat sapu terutama untuk diekspor ke Jepang. Selain pemilihan jenis sorgum yang tepat sesuai peruntukannya, juga perlu pemilihan kultivar yang tepat. Meskipun secara umum sorgum adalah tanaman yang tahan kekeringan dan dapat tumbuh baik pada tanah-tanah marginal, namun pada kondisi lingkungan yang optimal hasil panennya akan meningkat secara nyata (Zubair, 2009). Pemuliaan tanaman sorgum dengan teknik mutasi menggunakan iradiasi gamma telah dilakukan di Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Tujuannya pemuliaan adalah memperbaiki hasil dan kualitas sorgum untuk pangan dan pakan ternak. Varietas induk yang digunakan adalah Durra dan Zhengzu, berasal dari materi pemuliaan kerjasama teknis antara BATAN dan FAO/IAEA melalui 14

Technical Cooperation Project INS/5/030 dan RAS/5/040. Iradiasi gamma dengan dosis 250-400 Gy digunakan untuk meningkatkan keragaman genetik kedua varietas induk tersebut. Penelitian ini menghasilkan 3 (tiga) jenis galur harapan yaitu B-100, B-76 (dari induk varietas Dura) dan ZH-30 (dari induk varietas Zhengzu). Deskripsi mengenai galur sorgum ZH-30 yang cocok sebagai jenis PAHAT (pakan sehat) disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Deskripsi galur sorgum ZH-30 (PAHAT) Asal Varietas Zhengzu dari China, iradiasi gamma 300 Gy Umur berbunga 50 % 58-71 hari Umur panen 88-101 hari Sifat tanaman Tidak beranak, dapat diratoon Tinggi tanaman 142.71-151.58 cm Bentuk daun Agak lebar memanjang Jumlah daun 10 helai Kedudukan tangkai Tegak Sifat malai Setengah kompak Bentuk malai Elips Panjang malai 30.41-34.32 cm Berat kering malai 78.46-104.52 g Sifat sekam Menutup 1/3 bagian biji Warna biji Putih Bobot 1000 biji 27.19-28.83 g Sifat biji Mudah rontok dan mudah disosoh Ukuran biji Relatif kecil Kerebahan Tahan rebah Potensi hasil 5.03 ton/ha Hasil rata-rata 4.71 ton/ha (di musim kering) Ketahanan hama Sangat disukai burung Ketahanan penyakit Tahan penyakit karat daun Kadar protein Pending (sedang dianalisa di lab. Kimia LIPI) Kadar lemak Pending (sedang dianalisa di lab. Kimia LIPI) Kadar karbohidrat Pending (sedang dianalisa di lab. Kimia LIPI) Kadar tanin Pending (sedang dianalisa di lab. Kimia LIPI) Keterangan Cocok ditanam pada musim kering, biji untuk pangan dan sisa tanaman untuk pakan ternak Pemulia Prof. Dr. Soeranto Human, M.Sc, Sihono S.P, Tarmizi S.P, Parno, Wijaya Murti Indriatama, S.P. Pengusul PATIR BATAN Sumber: Sihono (2009) 15

Varietas Numbu dan Kawali merupakan jenis sorgum unggul yang sudah dilepas dan termasuk varietas nasional. Untuk mengetahui karakteristiknya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Karakter sorgum unggul varietas Numbu Karakter Numbu Tinggi tanaman, cm 160 190 Umur panen, hari 100 110 Bentuk malai dan cabang biji Ellips dan kompak Bobot malai, g 100 110 Panjang malai, cm 22 23 Bobot 1000 butir, g 36 38 Kandungan tannin, % 0,75 Protein, % 8 9 Lemak, % 3 4 Karbohidrat, % 85-87 Warna sekam Coklat muda Warna biji Krem Bentuk butiran biji Bulat Kerontokan Mudah rontok Sumber: Sihono (2009) Pada musim kering, galur harapan B-100 dan ZH-30 memiliki rerata hasil biji 4.23 dan 4.70 ton/ha, stabil dan signifikan dibanding kontrol (Dura, UPCA-S1 dan Mandau). Kedua galur tersebut juga memiliki kualitas pati yang baik untuk industri pangan. Galur harapan B-76 stabil pada semua musim dengan rerata produksi biomasa tertinggi (36.03 ton/ha) pada musim kering dan signifikan dibanding kontrol, sehingga galur B-76 cocok untuk pakan ternak. Disarankan galur B-100, ZH-30 dan B-76 dapat segera dilepas sebagai varietas sorgum unggul baru berturut-turut dengan nama varietas TARING, PAHAT dan ARIT (Sihono, 2009). Selain itu, BATAN bekerja sama dengan SEOMEO-BIOTROP untuk melakukan penelitian uji multi lokasi sorgum yang ditanam di lahan terbuka dan ternaungi (agroforestri) yaitu di bawah tegakan jati (Tectona grandis). Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa sorgum di lahan jati pertumbuhannya kurang optimal dan diperlukan penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai pengaturan jarak tanam dan pemilihan jenis pohon (Supriyanto et al., 2011a). SEAMEO-BIOTROP juga melakukan penelitian sorgum varietas NUMBU yaitu merupakan jenis sorgum manis yang dapat digunakan sebagai 16

pengahasil ethanol, dengan penambahan unsur BORON dalam pengelolaannya (Supriyanto et al., 2012). Penggunaan boron dengan dosis 1 kg/ha dapat mengahasilkan berat biji 1000 butir sebanyak 43 g atau meningkat 30% dibanding dengan tanpa boron. Varietas NUMBU ini juga dikembangkan oleh PT TRI FONDASI INDONESIA untuk tepung dan pakan ternak. Kegunaan Sorgum Di banyak negara biji sorgum digunakan sebagai bahan pangan, pakan ternak dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan dunia, sorgum berada pada urutan ke-5 setelah gandum, padi, jagung dan barley (ICRISAT/FAO, 1996). Di negara maju biji sorgum digunakan sebagai pakan ternak unggas sedang batang dan daunnya untuk ternak ruminansia. Biji sorgum juga merupakan bahan baku industri seperti industri etanol, bir, sirup, lem, cat dan modifikasi pati (modified starch). Terkait dengan energi, di beberapa negara seperti Amerika, India dan Cina, sorgum telah digunakan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar etanol (bioetanol). Secara tradisional, bioetanol telah lebih lama diproduksi dari molases hasil limbah pengolahan gula tebu (sugarcane). Walaupun harga molases tebu relatif lebih murah, namun bioetanol sorgum dapat berkompetisi mengingat beberapa kelebihan tanaman sorgum dibanding tebu antara lain sebagai berikut (Hoeman, 2009): Tanaman sorgum memiliki produksi biji dan biomass yang jauh lebih tinggi dibanding tanaman tebu. Adaptasi tanaman sorgum jauh lebih luas dibanding tebu sehingga sorgum dapat ditanam di hampir semua jenis lahan, baik lahan subur maupun lahan marjinal. Tanaman sorgum memilki sifat lebih tahan terhadap kekeringan, salinitas tinggi dan genangan air (water lodging). Sorghum memerlukan pupuk relatif lebih sedikit dan pemeliharaannya lebih mudah daripada tanaman tebu. Laju pertumbuhan tanaman sorgum jauh lebih cepat daripada tebu. Menanam sorgum lebih mudah, kebutuhan benih hanya 4,5 5 kg/ha dibanding tebu yang memerlukan 4500 6000 stek batang/ha. 17

Umur panen sorgum lebih cepat yaitu hanya 3 bulan, dibanding tebu yang dipanen pada umur 7 bulan. Sorgum dapat diratun sehingga untuk sekali tanam dapat dipanen beberapa kali. Nilai Nutrisi Nilai nutrisi sorgum lebih baik daripada beras, singkong dan jagung. Nilai nutrisi sorgum hanya dikalahkan oleh kedelai. Tabel 3 menunjukkan nilai nutrisi beberapa makanan pokok. Tabel 3. Nilai nutrisi beberapa makanan pokok Unsur Kandungan per 100 gram Nutrisi Beras Sorgum Singkong Jagung Kedelai Kalori (Cal) 360 332 146 361 286 Protein (g) 6.8 11 12 8.7 30.2 Lemak (g) 0.7 3.3 0.3 4.5 15.6 Karbohidrat (g) 78.9 73 34.7 72.4 30.1 Kalsium (mg) 6 28 33 9 196 Besi (mg) 0.8 4.4 0.7 4.6 6.9 Pospor (mg) 140 287 40 380 506 Vit. B1 (mg) 0.12 0.38 0.06 0.27 0.93 Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI (1992) Sorgum menjadi salah satu sumber pangan sehat yang dapat diolah menjadi berbagai bentuk panganan seperti nasi sorgum, kue kering dan basah, bubur, berondong, flake (emping sorgum), dll, tergantung kreatifitas inovasi dan keahlian seseorang (Supriyanto, 2011b). Berbagai produk turunan dari sorgum (Supriyanto, 2011b) a. Pangan ; bubur, nasi, berondong dan kue sorgum Makanan berbasis sorgum memiliki nutrisi tinggi, rasa gurih, juga dapat meningkatkan ketahanan tubuh (immunomodulator) dan mengandung antioksidan yang tinggi. 18

b. Pakan ternak (hijauan segar, silase dan bekatul) Sorgum dapat digunakan sebagai pakan sapi perahdan pedaging serta kambing dalam bentuk hijauan atau silase. Kadar protein batang sorgum 12 %. Dengan pakan sorgum produksi susu perah meningkat 10-15% sedang untuk daging 0,9-1,6 kg/hari. Bekatul sorgum dapat digunakan untuk pakan unggas seperti ayam dan burung puyuh, kulit telur menjadi lebih keras dan kuning telur menjadi lebih besar. c. Energi Batang sorgum di press untuk menghasilkan nira berwarna hijau dengan kadar gula 17 % skala Briks, kemudian nira difermentasi berubah menjadi berwarna crem dan beraroma seperti tape. Nira terfermentasi didestilasi dengan menggunakan destilator ethanol (rendemen 3%). Limbah pengepresan dapat dijadikan pakan ternak atau bahan bakar biomassa. d. Industri (jamur tiram, gula, kerajinan tangan) Beberapa industri turunan berbasis sorgum dapat dikerjakan antara lain budidaya jamur (biji dan bekatul sorgum), gula semut dari nira yang dipanaskan dengan rendemen 25% dan kerajinan tangan dari malai sorgum. Serat selulosa sorgum juga sangat berpotensi untuk pembuatan kertas sedang malainya dapat dibuat xilitol dengan rendemen 33%. 2.4 Sentang (Azidarachta excelsa Jack) Deskripsi sentang menurut Orwa et al. (2009): a. Nama-nama lokal : Bahasa Inggris (Philippine neem tree, marrango tree); bahasa Indonesia (sentang, kayu bawang); bahasa Malaysia (saurian bawang, ranggu, kayu bawang); bahasa Thailand (sa-daothiam); nama perdagangan (sentang). b. Deskripsi Botani : 1) Azadirachta excelsa merupakan jenis pohon menggugurkan daun, pohonnya besar, tinggi dapat mencapai 50 m dan diameter batang dapat mencapai 125 cm, tanpa penopang. 2) Permukaan kulit kayu halus sampai ada yang pecah-pecah dan seperti terkelupas, berwarna pink-coklat atau abu-abu merah muda, sampai 19

menjadi pucat kecoklatan atau keabu-abuan kalau pohon-pohon sudah tua, kulit kayu bagian dalam oranye-merah. 3) Daun bervariasi, panjang dari 60-90 cm, dengan 7-11 pasang daun, lebar daun asimetris, mulai lanset sampai elips, batas margin sampai 12,5 x 3,5 cm. 4) Bunga berwarna putih kehijauan, di bagian aksila banyak terdapat bunga malai, Actinomorphic, 5-merous dan harum. 5) Pohonnya berbuah dan berbiji, 2,4-3,2 cm, berwarna hijau berubah kuning saat masak. c. Biologi : Di Thailand, A. excelsa berbunga mulai dari bulan Februari - Maret. Buahbuahan, biasanya dimakan oleh burung dan kelelawar, matang 12 minggu setelah bunga mekar. d. Ekologi : A. excelsa adalah tanaman hutan hujan dataran rendah di Asia Tenggara yang biasanya tumbuh setelah ada pembukaan hutan tua atau hutan sekunder, tetapi dapat juga ditemukan di hutan dipterocarpaceae sampai dengan ketinggian 350 mdpl. Jenis tanaman ini sebagian besar berinteraksi dengan jenis tanaman Durio, Palaquim, Calophyllum dan Agathis. e. Batasan Biofisik : Rentang ketinggian : 0-350 m Rata-rata hujan per tahun : 1600-3000 mm Rata-rata suhu maksimal : 21 34 C Cocok tumbuh pada jenis tanah aluvial, bertekstur sedang, drainase bebas, tanah asam. Tanaman ini juga ditemukan tumbuh di tanah liat, tanah granit, tanah laterit dan batu gamping. 20

Penyebaran tanaman sentang yang terdokumentasi Asli : Indonesia, Malaysia, Papua New Guinea, Philippines, Vietnam Eksotik : Singapore, Thailand Gambar 5. Sebaran alami Azadirachta excelsa di berbagai negara (Orwa et al., 2009) Peta di atas (Gambar 5) menunjukkan sebaran alami jenis A. excelsa di beberapa negara dan ditanam sebagai tanaman eksotikdi Singapura dan Thailand. Hal itu tidak menunjukkan bahwa A. excelsa dapat ditanam di setiap zona ekologis dalam negara tersebut. Pohon ini juga bersifat invasif, sehingga perlu mengikuti prosedur keamanan hayati yang berlaku di lokasi yang akan dilakukan penanaman (Orwa et al., 2009). Manfaat beberapa produk turunan dari sentang Tunas muda, daun, dan bunga dapat dikonsumsi sebagai sayuran. Bungabunga yang harum adalah sumber serbuk sari dan nectar. Sentang merupakan kayu keras yang ringan sampai sedang-berat, kayu gubalnya berwarna pucat coklat kemerahan dan dibatasi secara jelas oleh warna putih kekuning-kuningan, putih keabu-abuan atau kadang-kadang abu-abu merah muda. Kepadatan kayu 550-780 kg/cu m pada kadar air 15%. Kayu sentang dinilai sebagai kayu yang tidak tahan lama sampai cukup tahan lama. Kayu umumnya mudah untuk diolah dengan perencanaan dan finishing yang baik. Kayu dapat digunakan untuk 21

pekerjaan konstruksi (kayu pertukangan, finishing interior dan lantai) dan untuk furniture. Potensi untuk produksi veneer juga tinggi (Orwa et al., 2009). Kayu Sentang mempunyai berat jenis 0.60 dan tergolong dalam kelas awet III IV. Kayu Sentang banyak dipergunakan untuk bangunan rumah dan perahu. Kayu Sentang tergolong kuat, awet dan mudah dikerjakan (Prawira dan Oetja, 1978). Peranan : Sentang dapat ditanam untuk tujuan konservasi tanah, estetika, perkebunan dlam rangka reboisasi dan aforestrasi, daun dapat digunakan sebagai mulsa. A. excelsa adalah jenis tanaman tropis yang cepat tumbuh (fast growing species), tetapi kurang dikenal sebagai pohon multiguna yang berpotensi tumbuh pada lahan agroforestri. Sentang dan karet sering dicampur dalam perkebunan (Orwa et al., 2009). Pengelolaan Pohon : Jenis tanaman ini bertahan dengan baik di lapangan dengan persentase hidup hampir 100% dan relatif sedikit dari masalah hama dan penyakit selama fase pertumbuhan awal. A. excelsa mentolerir curah hujan lebih besar daripada A. indica. Pertumbuhan lambat pada awalnya, tetapi kemudian meningkat secara cepat. Sentang ditanam pada jarak 2-4 m x 4 m. Sentang biasanya dapat dipenen pada umur 5 tahun setelah tanam. Penjarangan harus dilakukan untuk mendorong pertumbuhan yang cepat dan mempertahankan pohon terhadap kencangnya angin. Persyaratan untuk menyeleksi tanaman yang baik, yaitu batang lurus dan bentuk umumnya baik. Untuk produksi kayu gergajian ukuran sedang, tanaman terakhir biasanya dipanen setelah dua kali penjarangan. Berikut usulan rezim penjarangan untuk A. excels : penjarangan pertama dilakukan ketika ketinggian pohon rata-rata di atas 10-15 m, stok lebih dari 800 batang per hektar berkurang menjadi 500-600 batang per hektar; penjarangan komersial dilakukan ketika ketinggian pohon rata-rata di atas 20 m, stok dikurangi menjadi tanaman terakhir sebanyak 250-300 batang per hektar (Orwa et al., 2009) 22

Pengelolaan Plasma Nutfah : Tingkat perkecambahan benih sentang dapat mencapai adalah 75-80% ketika benih ditabur langsung setelah pengunduhan. Jumlah benih sebanyak 470 biji/kg. Buah sentang harus dikumpulkan dari pohon untuk menghindari kontaminasi oleh patogen tanah yang menular, dan tidak boleh diletakkan di atas tanah. Buah sentang dapat mengelupas dengan dicuci, pengeringan biji dilakukan selama 3-7 hari di daerah kering dan teduh sebelum disimpan. Seleksi benih dilakukan dengan cara merendamnya dalam air, benih yang mengambang harus dibuang (Orwa et al., 2009). Hama dan Penyakit : Kayu gubal sentang rentan terhadap rayap kayu kering dan bubuk-posting kumbang, dan juga terhadap serangan jamur. Empat jenis kutu kayu dan ngengat ulat, Loboschiza vulnerata telah menyebabkan kerusakan kecil pada perkebunan sentang di Malaysia (Orwa et al., 2009) 23