PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Cara Pemilihan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Model Theory of Reason Action (TRA) (Sumber : Fishbein dan Ajzen 1975)

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan lapangan kerja pada saat ini telah yang di akibatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memadai untuk mendapatkan peluang kerja yang kian terbatas. Bukan saja yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gugun Ruslandi, 2016 Pengaruh Program Mahasiswa Wirausaha Terhadap Minat Berwirausaha

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia,

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taufik Pardita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB IV GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMBINA UMKM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mahasiswa yang selesai menempuh jenjang pendidikan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Indonesia dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR MELALUI PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. berdampak keras terhadap perekonomian Indonesia. 1

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan merupakan kendaraan untuk pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini pengangguran menjadi permasalahan di suatu negara khususnya

BAB I PENDAHULUAN. menuju keadaan yang lebih baik pada kurun waktu tertentu dan dengan adanya. pembangunan ekonomi dari suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. orang lain, lingkungan dan masyarakat, berwirausaha akan memberikan peluang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. harus memelihara dan melestarikan bumi, mengambil manfaatnya serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengangguran dapat menjadi masalah di sebuah Negara. Dan bukanlah hal

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Kaliurang KM. 14.5, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Mohamad Abdul Rasyid Ridho, 2013

IRRA MAYASARI F

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (PTP) di Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN. macam suku bangsa, kebudayaan dan sumber daya alam serta didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pengangguran di Indonesia sekarang ini terus bertambah,

BAB I PENDAHULUAN. negara lain ( Berdasarkan data General Enterpreuner

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pegawai atau karyawan perusahaan swasta. Setiap lulusan Perguruan Tinggi sudah tentu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. persamaan model struktural yang dilaksanakan mengenai intensi berwirausaha

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan menimbulkan banyak pengangguran

Standar Kompetensi Lulusan STIKES HARAPAN IBU

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA

manusianya.setiap tahun ribuan mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi tersebut di Indonesia. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan besar

BAB I PENDAHULUAN. Minat dalam belajar siswa mempunyai fungsi sebagai motivating force

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia banyaknya para pencari kerja tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di negara maju, para entrepreneur telah memperkaya. pasar dengan produk-produk yang inovatif.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru yang bermunculan dengan berbagai inovasi dan variasi terbarunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi masalah besar di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Transformasi Telkom Economic and Business School (TEBS)

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya, dan belum sebanyak negara-negara lain yang telah. mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jumlah entrepreneur

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah pengangguran merupakan salah satu masalah penting di suatu negara, termasuk di Indonesia. Masalah pengangguran ini terjadi karena peningkatan jumlah penduduk yang diiringi dengan jumlah angkatan kerja dan tidak diimbangi dengan jumlah peningkatan lapangan kerja yang memadai. Kondisi ini semakin diperburuk dengan adanya krisis global yang turut menimpa Indonesia. Departemen Tenaga Kerja tahun 2007 mencatat jumlah pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 10.547.917 orang, sedangkan target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan pemerintah adalah enam persen. Jika diasumsikan setiap satu persen pertumbuhan ekonomi menghasilkan 265.000 lapangan kerja baru, berarti dengan pertumbuhan ekonomi enam persen, kita hanya bisa menambah jumlah lapangan kerja 1.590.000. Hal ini berarti di dalam negeri masih kekurangan 8.957.917 lapangan kerja. Di antara banyaknya pengangguran di negeri ini justru yang paling mengenaskan adalah lebih dari 50 persen sarjana menganggur, padahal sarjana inilah yang diharapkan untuk menjadi agent of change yang bisa membawa kemajuan bagi bangsa ini (Gani 2009). Menurut Rasyidi dalam Ariamtisna (2008) banyaknya angka pengangguran salah satunya juga disebabkan minimnya jiwa kewirausahaan masyarakat. Pendidikan di perguruan tinggi lebih banyak menghasilkan lulusan perguruan pekerja berkualifikasi akademis tinggi padahal yang dibutuhkan adalah lulusan yang berjiwa kewirausahaan karena seharusnya jumlah wirausaha di Indonesia saat ini sedikitnya 4.400.000 atau dua persen dari total jumlah penduduk, namun saat ini baru ada 400.000 pengusaha di Indonesia. Kalangan terdidik cenderung menghindari pilihan pekerjaan ini karena preferensinya terhadap pekerjaan di kantor lebih tinggi. Preferensi yang lebih tinggi didasarkan pada perhitungan biaya yang telah dikeluarkan selama menempuh pendidikan dan mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) yang sebanding (Citra 2010). Kecenderungan menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar keinginan mendapat pekerjaan yang aman. Kalangan terdidik tidak berani mengambil pekerjaan berisiko seperti berwirausaha. Pilihan status pekerjaan utama para lulusan perguruan tinggi adalah sebagai karyawan atau

2 buruh, dalam arti bekerja pada orang lain atau perusahaan secara tetap dengan menerima upah yang rutin. Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) semester pertama tahun 2007 menunjukkan tiga dari empat lulusan perguruan tinggi memilih status untuk menjadi karyawan. Hanya lima persen yang berwirausaha yaitu dengan membuka usaha yang dapat mempekerjakan buruh atau karyawan yang dibayar tetap (Darmaningtyas dalam Citra 2010). Kecilnya minat berwirausaha di kalangan lulusan perguruan tinggi sangat disayangkan. Harusnya, melihat kenyataan bahwa lapangan kerja yang ada tidak memungkinkan untuk menyerap seluruh lulusan perguruan tinggi di Indonesia, para lulusan perguruan tinggi mulai memilih berwirausaha sebagai pilihan karir. Kewirausahaan memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia karena kewirausahaan memiliki peran untuk menambah daya tampung tenaga kerja, generator pembangunan, contoh bagi masyarakat lain, membantu orang lain, memberdayakan karyawan, hidup efisien, dan menjaga keserasian lingkungan. Jiwa kewirausahaan akan mendorong seseorang memanfaatkan peluang yang ada menjadi sesuatu yang menguntungkan. Pendorong utama meningkatnya kebutuhan kewirausahaan adalah munculnya ragam kesempatan berusaha dalam produksi dan pemasaran barang dan jasa (Alma 1999). Indonesia masih membutuhkan sumber daya manusia tangguh yang memiliki jiwa kewirausahaan untuk mengembangkan sektor pertanian sebagai suatu sektor yang memiliki basis sumber daya alam yang berlimpah. Hal tersebut menjadi tantangan bagi Institut Pertanian Bogor (IPB) yang merupakan perguruan tinggi negeri di bidang pertanian yang dituntut untuk menghasilkan sumber daya manusia tangguh yang dapat berperan dalam pengembangan pertanian. IPB telah mencanangkan lima pilar orientasi pendidikan untuk mempersiapkan sumber daya manusia tersebut. Kelima pilar tersebut adalah profesionalisme, kepekaan sosial, kepedulian lingkungan, jiwa kewirausahaan dan moral (Daryanto dalam Fawaqa 2006). Hal ini sesuai dengan visi Institut Pertanian Bogor, yaitu Menjadi universitas riset terkemuka di Asia dengan kompetensi utama pertanian tropika, berkarakter kewirausahaan, dan bersendikan keharmonisan (Panduan Program Sarjana 2008). Dari lima pilar pendidikan dan visi IPB terlihat jelas bahwa pengembangan jiwa kewirausahaan menjadi salah satu titik penting bagi pembinaan kemahasiswaan di IPB. Hal ini dikarenakan mahasiswa memiliki

3 potensi yang sangat luar biasa dalam bidang kewirausahaan. Mahasiswa yang berada pada proses menuju pendewasaan berfikir dan persiapan menuju kehidupan pascakampus serta ditunjang dengan semangat generasi muda yang memiliki potensi sangat besar untuk mulai berwirausaha (Azzahra 2009). Usia mendirikan usaha terlihat cukup potensial pada usia 20-24 tahun yang merupakan kisaran usia mahasiswa (Zimmerer & Scarborough dalam Azzahra 2009). Hasil penelitian terbaru terhadap wirausaha warung internet di Indonesia membuktikan bahwa usia wirausahawan berkorelasi signifikan terhadap kesuksesan usaha yang dijalankan (Kristiansen et al. 2003). Keinginan seseorang untuk berwirausaha dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti karakteristik individu, karakteristik keluarga, faktor psikologis, nilai budaya dan sosial, serta pendidikan. Penelitian Schiller dan Crawson dalam Indarti dan Rokhima (2008) menemukan adanya perbedaan yang signifikan dalam hal kesuksesan berwirausaha antara perempuan dan laki-laki. Berdasarkan penelitian Mazzarol et al. (1999), perempuan cenderung kurang menyukai untuk membuka usaha baru dibandingkan kaum laki-laki. Hal ini mungkin dikarenakan laki-laki mempunyai tanggung jawab yang lebih besar dibandingkan perempuan dalam hal penghasilan sehingga laki-laki akan berusaha untuk mendapatkan pekerjaan atau membuka usaha baru. Keluarga adalah salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berwirausaha. Orang tua akan memberikan corak budaya, suasana rumah, pandangan hidup dan pola sosialisasi yang akan menentukan sikap, perilaku serta proses pendidikan terhadap anak-anaknya. Orang tua yang bekerja sebagai wirausaha akan mendukung dan mendorong kemandirian, berprestasi dan bertanggung jawab. Dukungan orang tua ini, terutama ayah sangat penting dalam pengambilan keputusan pemilihan karir bagi anak seperti menjadi wirausaha. Orang tua memberikan dampak kuat pada pemilihan karir, penelitian menunjukkan para wirausaha biasanya memiliki orang tua yang juga seorang wirausaha (Peterman & Kennedy 2003). Menurut Hisrich dan Peters dalam Wijaya (2007), pendidikan penting bagi wirausaha. Bukan hanya gelar yang didapatkannya saja, namun pendidikan juga mempunyai peranan yang besar dalam membantu mengatasi masalah-masalah dalam bisnis seperti keputusan investasi dan sebagainya. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa 70 persen wirausahawati adalah lulusan perguruan tinggi. Secara lebih spesifik penelitian ini menemukan bahwa pendidikan yang

4 dibutuhkan untuk berwiraswasta termasuk dalam area finansial, strategi perencanaan, pemasaran dan manajemen. Kram et al. dalam Farzier dan Niehm (2008) menemukan bahwa pendidikan dan pelatihan mempengaruhi persepsi orang terhadap karir kewirausahaan, dengan menyediakan kesempatan untuk mensimulasikan memulai usaha. Intensi berwirausaha telah terbukti menjadi prediktor yang terbaik bagi perilaku kewirausahaan (Krueger & Carsrud dalam Indarti dan Rokhima 2008). Menurut Ajzen (1988) intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku yang disebut dengan Theory of Planned Behavior (TPB). Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa keinginan berwirausaha para mahasiswa merupakan sumber bagi lahirnya wirausaha-wirausaha masa depan (Gorman et al. 1997). Oleh karena itu, hal yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha pada mahasiswa melalui pendekatan Theory of Planned Behavior (TPB). Perumusan Masalah Upaya untuk mendorong minat berwirausaha mulai terlihat dilakukan oleh kalangan institusi pendidikan, termasuk perguruan tinggi dan Institut Pertanian Bogor adalah salah satunya. IPB telah menyelenggarakan Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa (PPKM) untuk menjaring potensi wirausaha di kalangan mahasiswa sekaligus melatih jiwa kewirausahaannya agar kelak bisa berkarir sebagai seorang wirausahawan. Potensi mahasiswa untuk berwirausaha juga terlihat pada banyaknya mahasiswa yang mengikuti berbagai program pengembangan kewirausahaan. Salah satunya adalah keaktifan mahasiswa dalam Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) yang merupakan suatu ajang lomba yang berhasil menunjukkan potensi wirausaha mahasiswa dan juga sebagai wadah pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi muda, yaitu mahasiswa yang diselenggarakan oleh pemerintah melalui Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M), Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti). Selain itu, di IPB juga terdapat Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Century yang merupakan wadah untuk mengaplikasikan jiwa kewirausahaan mahasiswa. Adanya program kewirausahaan tersebut, diharapkan meningkatkan intensi kewirausahaan mahasiswa. Kurikulum yang telah memasukkan pelajaran atau mata kuliah

5 kewirausahaan juga telah marak di perguruan tinggi termasuk di IPB. Namun demikian, hasilnya masih belum terlihat. Para lulusan perguruan tinggi masih saja tidak mau untuk langsung terjun sebagai wirausahawan (Citra 2010). Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni (DPKHA) atau Career Development and Alumni Affairs yang sering disebut CDA IPB juga berusaha untuk meningkatkan berbagai pola pembinaan kewirausahaan, baik kepada mahasiswa maupun alumni agar dapat berusaha secara mandiri, bahkan dapat menyerap tenaga kerja. Berdasarkan hasil studi CDA periode 2005-2009, wirausaha adalah jenis profesi yang paling diminati oleh mahasiswa IPB di tingkat pertama dengan jumlah peminat yang mencapai 35-40 persen. Namun demikian, ada kecenderungan yang mengkhawatirkan karena minat mahasiswa untuk berwirausaha semakin menurun menjelang kelulusan dan alumni IPB yang benar-benar berwirausaha setelah menyelesaikan studi hanya sekitar empat persen (Nurrochmat 2009). Gambar 1 menunjukkan sebaran status kerja alumni IPB pada tahun 2010 yang mencapai jumlah 1.537 alumni. Hasil penelitian DPKHA tahun 2010 tersebut menunjukkan persentase dominan berada pada status bekerja dengan persentase sebesar 84,71 persen. Namun sedikit sekali alumni yang berwirausaha setelah lulus kuliah yang ditunjukkan dari sebaran status kerja yang berwirausaha hanya sebesar 4,42 persen. Sementara itu, persentase alumni yang berstatus kerja berdasarkan aktivitas lain sebesar 10,87 persen (Laporan Tracer Studi 2010). Gambar 1 Grafik persentase sebaran responden status kerja alumni berdasarkan fakultas tahun 2010

6 Seseorang dengan intensi untuk memulai usaha akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha. Intensi dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa yang akan menjadi wirausaha (Choo & Wong 2006). Menurut Ajzen (1988) dalam Theory of Planned Behavior (TPB), intensi dibentuk oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku. Hal ini sangat tepat untuk dikaji lebih lanjut, mengingat banyaknya program kewirausahaan yang ada tetapi pada akhirnya, mahasiswa tetap memilih bekerja dibandingkan untuk berwirausaha. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa meskipun minat mahasiswa IPB tinggi terhadap kewirausahaan yang terlihat dari antusiasme dalam mengikuti program kewirausahaan yang ada di kampus tetapi setelah lulus ternyata hanya sedikit yang menjadi wirausaha. Oleh karenanya, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana tingkat sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan intensi berwirausaha pada mahasiswa IPB? 2. Bagaimana hubungan antara karakteristik individu, karakteristik keluarga, dan pendidikan kewirausahaan dengan sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan intensi berwirausaha mahasiswa IPB? 3. Bagaimana hubungan antara sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku dengan intensi berwirausaha mahasiswa IPB? 4. Bagaimana pengaruh pendidikan kewirausahaan, sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku terhadap intensi berwirausaha mahasiswa IPB? Tujuan Penelitian Tujuan Umum Secara umum, tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui pendekatan Theory of Planned Behavior. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh (jenis kelamin, usia, suku (daerah), Indeks Prestasi Kumulatif, dan uang saku bulanan), karakteristik keluarga (pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua), dan pendidikan kewirausahaan (secara formal maupun nonformal) contoh.

7 2. Menganalisis tingkat sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan intensi berwirausaha contoh. 3. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu, karakteristik keluarga, dan pendidikan kewirausahaan dengan sikap, norma subjektif, kontrol perilaku, dan intensi berwirausaha contoh. 4. Menganalisis hubungan antara sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku dengan intensi berwirausaha contoh. 5. Menganalisis pengaruh pendidikan kewirausahaan, sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku terhadap intensi berwirausaha contoh. Kegunaan Penelitian Beberapa kegunaan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti. Penelitian ini berguna sebagai sarana untuk menambah wawasan, pemahaman, pengalaman, pengembangan ilmu yang berguna untuk masa depan. 2. Bagi mahasiswa. Penelitian ini berguna untuk mengetahui intensi kewirausahaan pada mahasiswa sehingga bisa menumbuhkan perilaku berwirausaha di kalangan mahasiswa dan menjadi bahan untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi pihak Institusi IPB. Penelitian ini berguna memberikan informasi kepada pihak Rektorat Institut Pertanian Bogor khususnya Direktorat Kemahasiswaan dan Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni (DPKHA) terkait dengan program kewirausahaan sehingga dapat menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada mahasiswa. 4. Bagi Pemerintah. Penelitian ini berguna dalam memberikan informasi kepada pihak Departemen Ketanagakerjaan dalam mengambil kebijakan mengenai peningkatan pengembangan kewirausahaan terkait dengan program serta penyediaan sarana dan prasarana untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan di kalangan masyarakat. 5. Bagi pihak Lembaga Keuangan. Penelitian ini berguna dalam hal penyediaan modal dalam rangka meningkatkan jumlah wirausaha di Indonesia.