BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor jasa konstruksi adalah salah satu sektor strategis dalam mendukung

dokumen-dokumen yang mirip
NUGROHO ADI SUSANTO NIM: S

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berarti pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut perlu di kaji ulang.

KERJASAMA PROGRAM PROFESI INSINYUR KEMENTERIAN PUPR DENGAN KEMENTERIAN RISTEK DIKTI. DIREKTUR JENDERAL BINA KONSTRUKSI Jakarta - Senin,10 Oktober 2016

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam pembangunan nasional, industri jasa konstruksi mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. atau kontribusi dari masing-masing sektor perekonomian. Pada tahap-tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia. Penerimaan negara Indonesia berasal dari penerimaan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan tersebut diharapkan dapat memberikan trickle down effect yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh lembaga independen seperti Masyarakat Transparansi Internasional

BAB I PENDAHULUAN. mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berimplikasi kepada provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit, dimana dana

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan dan membiayai pembangunan sendiri. Bagi negara, pajak adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari segala aspek kehidupan. Sebagai Negara yang sedang. pembangunan jembatan layang, atau infrastruktur lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi Komodo, begitulah julukan yang diberikan The Economist. salah satu negara yang perekonomiannya stabil dan meningkat.

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang seperti Indonesia sedang melakukan pembangunan

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industri konstruksi merupakan sektor industri yang menghasilkan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. pelaku dalam industri (Heinrich, 1980). Pekerjaan konstruksi merupakan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan UUD 1945 dari tahun ke tahun terus meningkat. Bersamaan dengan itu,

BAB I PENDAHULUAN. akan meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi ini dapat dipandang sebagai

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa Pemerintah akan menarik pajak bagi sektor UKM beromzet Rp

VI. ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdampak di wilayah Asia, diantaranya Asia Tenggara yaitu Indonesia. (sumber:

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Untuk itu menghadapi. dibutuhkan agar berbagai urusan pemerintahan yang dilimpahkan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berkembang, memiliki jumlah

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG KEINSINYURAN

I. PENDAHULUAN. makmur yang merata materil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Hakekat pemerintahan adalah pelayanan kepada rakyat. Pemerintah ada

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

BAB I PENDAHULUAN. pajak bersedia memenuhi kewajibannya untuk membayar pajak, tentunya akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010).

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berkembang, salah satunya bidang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nawacita Joko Widodo dan Jusuf Kalla tahun tentang

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. satu bagian negara ke negara bagian lainnya. Peranan transportasi amat sangat

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, kurang lebih 76,9% penerimaan negara saat ini bersumber dari pajak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Demi mencapai tujuan tersebut, ini adalah kegiatan investasi (penanaman modal).

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi adalah usaha atau kebijakan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. para investor untuk menanamkan modal di sektor properti.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut. Sehubungan dengan arah pembangunan nasional, maka pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data strategis Kabupaten Semarang tahun 2013, produk sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyambut baik kehadiran penanaman modal atau investasi di Indonesia, baik

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. hidup, serta baiknya pengelolaan sumber daya alam yang ada. diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor jasa konstruksi adalah salah satu sektor strategis dalam mendukung tercapainya pembangunan nasional. Posisi strategis tersebut dapat dilihat dari adanya keterkaitan dengan sektor lain. (Naskah Akademis, RUU Jasa Konstruksi, 2016). Konstruksi merupakan sektor perekonomian yang sangat penting untuk menghasilkan suatu produk bangunan, baik dalam fungsinya sebagai infrastruktur maupun properti, serta penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) yang signifikan (built environment) (Taufik, 2012:216). Untuk mendukung agenda pembangunan infrastruktur yang masif, upaya pemerintah dalam mengembangkan jasa usaha konstruksi yang berkualitas, tepat waktu dan efisien secara normatif memerlukan dasar hukum yang kuat dan mendukung cita-cita nasional terkait kebijakan nasional dalam bidang konstruksi dan infrastruktur. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi yang telah berlaku selama 15 (lima belas) tahun. Evaluasi dan perbaikan tersebut ditujukan untuk menjawab sejumlah persoalan saat ini dan ke depan. Penyempurnaan peraturan tersebut terutama terkait dengan: 1) Adanya pembagian peran, kewenangan dan tanggung jawab antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan jasa konstruksi; 2) Menjamin terciptanya penyelenggaraan tertib usaha jasa konstruksi yang adil, sehat dan terbuka melalui pola persaingan yang sehat; 3) Meningkatnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan jasa konstruksi; 4) Memperluas pengaturan 1

2 sampai rantai pasok sebagai pendukung jasa konstruksi; 5) Adanya aspek perlindungan hukum terhadap upaya yang menghambat penyelenggaraan jasa konstruksi; 6) Perlindungan bagi tenaga kerja bekerja di bidang jasa konstruksi; 7) Adanya jaring pengaman terhadap investasi di bidang jasa konstruksi; 8) Mewujudkan jaminan mutu penyelenggaraan jasa konstruksi yang sejalan dengan nilai-nilai keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan (K4). Pada awal tahun 2017 telah muncul peraturan baru untuk menyempurnakan peraturan yang lama, yaitu terbit Undang-Undang Nomor 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi yang terdiri dari 14 Bab dan 106 pasal. Salah satu Bab yang penting adalah Bab V tentang penyelenggaraan usaha jasa konstruksi yang lingkupnya terdiri dari 4 bagian, yaitu: Lingkup penyelenggaraan Jasa konstruksi (Umum); Pengikatan Jasa Konstruksi; Pengelolaan Jasa Konstruksi; dan Perjanjian Penyediaan Bangunan. Bab V ini diatur mulai dari Pasal 38 sampai Pasal 58. Adapun tujuan dari pengaturan penyelenggaraan usaha jasa konstruksi ditujukan untuk menjamin terciptanya penyelenggaraan tertib usaha jasa konstruksi yang adil, sehat dan terbuka melalui pola persaingan yang sehat. Perubahan pengaturan tentu memberikan dampak dan pengaruh yang besar terhadap perusahaan konstruksi sebagai pelaku utama dalam bidang konstruksi dan infrastruktur. Perubahan-perubahan akibat pembaharuan undang-undang tersebut akan dipersepsikan secara beragam oleh seluruh perusahaan konstruksi yang ada di seluruh Indonesia, termasuk perusahaan konstruksi yang ada di Kabupaten Boyolali. Sebagai salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa

3 Tengah, keberadaan perusahaan konstruksi di Kabupaten Boyolali menurut data Direktori Perusahaan Konstruksi Jawa TengahTahun 2015, terdapat 243 perusahaan konstruksi. Persepsi terhadap pengaturan penyelenggaraan usaha jasa konstruksi dalam aturan baru dapat dipersepsikan positif maupun negatif oleh perusahaan konstruksi di Kabupaten Boyolali, termasuk perusahaan yang sedang perusahaan yang sedang mengerjakan proyek pemerintah daerah.persepsi terhadap peraturan yang baru diasumsikan dapat mempengaruhi kinerja perusahaan konstruksi yang ada. Hal ini karena persepsi biasanya mempengaruhi sikap dan perilaku, termasuk dalam perusahaan dapat mempengaruhi kinerjanya. Penelitian ini ingin melihat bagaimana pengaruh persepsi penyelenggaraan usaha jasa konstruksi berdasarkan UU no 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi terhadap kinerja perusahaan konstruksi yang ada di Kabupaten Boyolali, terutama pada bab V tentang penyelenggaraan usaha Jasa konstruksi. Bab ini dianggap penting karena mengatur tentang penyelenggaraan usaha jasa konstruksi, suatu bagian dari undang-undang yang bersentuhan langsung dengan perusahaan konstruksi. Oleh karena itu penelitian ini berjudul Pengaruh Persepsi Perusahaan Konstruksi Atas Penyelenggaraan Usaha Jasa Konstruksi Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Kontruksi Terhadap Kinerja Perusahaan Konstruksi (Studi Kasus Di Kabupaten Boyolali). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

4 1. Bagaimana persepsi perusahaan konstruksi di Kabupaten Boyolali atas penyelenggaraan usaha jasa konstruksi dalam UU No 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi. 2. Bagaimanakah hasil penilaian kinerja perusahaan konstruksi di Kabupaten Boyolali. 3. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan konstruksi di Kabupaten Boyolali. 4. Bagaimana pengaruh persepsi perusahaan konstruksi atas penyelenggaraan usaha jasa konstruksi dalam UU No 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi terhadap kinerja perusahaan konstruksi di Kabupaten Boyolali. 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui persepsi perusahaan konstruksi di Kabupaten Boyolali atas penyelenggaraan usaha jasa konstruksi berdasarkan UU No 2 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi. 2. Untuk mengetahui hasil penilaian kinerja perusahaan konstruksi di Kabupaten Boyolali. 3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan konstruksi di Kabupaten Boyolali. 4. Menganalisis pengaruh persepsi perusahaan konstruksi atas penyelenggaraan usaha jasa konstruksi dalam UU No 2 tahun 2017

5 tentang Jasa Konstruksi terhadap kinerja perusahaan konstruksi di Kabupaten Boyolali. b. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini secara teoritis dapat mengembangkan keilmuan pada bidang teknik, terutama bidang yang terkait dengan konstruksi. Sedangkan secara praktik manfaat penelitian ini dapat memberikan gambaran bagaimana dampak UU No. 2 tahun 2017 tentang jasa konstruksi ini terhadap kinerja perusahaan konstruksi terutama pada bagian penyelenggaraan usaha jasa konstruksi. Hasil penelitian ini dapat menjadi pengetahuan dan sekaligus acuan bagi perusahaan konstruksi atas penyelenggaraan jasa konstruksi berdasarkan UU jasa Konstruksi yang baru. 1.4. Batasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini diperlukan untuk membatasi ruang lingkup penelitian. Pembatasan yang pertama adalah pada fokus masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu hanya terkait dengan Bab V dari Undang-Undang No. 2 Tahun 2017 yaitu tentang penyelenggaraan usaha jasa konstruksi. Kemudian batasan kedua adalah batasan obyek/subyek penelitian yaitu perusahaan-perusahaan konstruksi yang ada di Kabupaten Boyolali yang sedang melaksanakan proyek milik pemerintah Kabupaten Boyolali tahun 2017.