BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

ERIZA MUTAQIN A

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan ide, maksud, pikiran, lain-lain. Sarana komunikasi tersebut. masyarakat dan bahasa tidak dapat dipisahkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Dalam bertutur atau berkomunikasi sangat erat hubungannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dari kelompok bermain (0-4 tahun) dan Taman Kanak-kanak (4-6 tahun).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam sepanjang hidupnya tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

I. PENDAHULUAN. timbulnya kalimat kedua, kalimat kedua menjadikan kalimat ketiga, dan seterusnya. Kalimatkalimat

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan ketrampilan dalam mengatasi masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wujud pragmatik imperatif dipilih sebagai topik kajian penelitian ini karena di dalam kajian dapat

BAB I PENDAHULUAN. di tengah-tengah pergaulan masyarakat, warga bangsa, serta warga dunia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk menjaga kesopanan dalam bertutur atau mengucapkan bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi

BAB I PENDAHULUAN. interaksi jual-beli. Hal ini dapat ditemukan dalam setiap transaksi jual-beli di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa selalu digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan tersebut akan mendapatkan informasi ataupun pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

I. PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, yakni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Melda, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan. Keberadaan bahasa ditengah-tengah manusia sangatlah berperan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan manusia yang pada dasarnya adalah meningkatkan, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. disebut bahasa lisan sedangkan yang digunakan secara tertulis yang disebut

KEDUNGJERUK MOJOGEDANG KARANGANYAR TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak, baik intern Departemen Pendidikan sendiri maupun. hasil belajar siswa atau prestasi belajar.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa digunakan

PEMEROLEHAN KOSAKATA DASAR BAHASA INDONESIA PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Peranan bahasa sangat penting dalam kegiatan komunikasi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah tonggak keberhasilan suatu bangsa. Suatu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE STRUKTUR ANALITIK SINTETIK (SAS)

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Makin kaya kosakata yang dimiliki, makin besar pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Taman Kanak-Kanak adalah pendidikan anak usia dini jalur formal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi menekankan pada kecakapan-kecakapan yang berguna untuk

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu lembaga pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia perlu berintraksi dengan sesama manusia. Manusia dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. itu, dalam UU RI No. 20, Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan berfungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi antar individual melalui

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VI SD 03 KALIYOSO KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2016 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan, ataupun alat pendapat. Alat

METODE PENELITIAN. penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena alamiah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum Bahasa Arab Berbasis Kompetensi Oleh Syihabuddin *)

BAB I PENDAHULUAN. bukan perlu membutuhkan pemahaman yang menyeluruh. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap (organ of

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peserta didik merupakan salah satu sumber daya manusia yang masih aktif, semangat, dan bisa mengembangkan seluruh kreatifitasnya dalam berbagai bidang. Selain itu, peserta didik juga merupakan salah satu satu penerus cita-cita bangsa Indonesia ini agar tetap maju. Sebagai salah satu penerus cita-cita bangsa, seorang peserta didik harus bisa menunjukkan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang berbeda itu bisa berupa kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini dimaksudkan agar seorang peserta didik bisa menunjukkan karakteristik yang khas dari dalam dirinya. Penjelasan ini sejalan dengan apa dikatakan Manan (dalam Marsudi, 2009: 3) yang memaparkan bahwa peserta didik dipandang sebagai individualitas, yakni mampu menampilkan karakteristik yang khas, kepribadian khas yang berbeda dengan individu yang lain. Peserta didik harus diperlakukan secara individual, dalam proses menuju kedewasaan akan memiliki kecenderungan minat dan bakat yang spesifik sehingga nampak dirinya memiliki induvidual defferences. Salah satu hal yang harus dilakukan agar minat dan bakat peserta didik terbentuk menjadi karakteristik yang khas adalah dengan menempuh pendidikan. Pendidikan merupakan proses pengembangan keterampilan, pengetahuan, maupun kemampuan peserta didik yang dimulai dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Jenjang pendidikan tersebut merupakan proses pembentukan minat, bakat, dan karakteristik peserta didik yang khas. Pendidikan harus mengarah pada sesuatu yang positif dan akan berlangsung apabila terjadi interaksi edukatif antar peserta didik. Jika mengacu pada waktu, materi, kurikulum, dan tempat berlangsungnya, maka proses pendidikan harus dilakukan di sekolah. Hal ini sejalan dengan penjelasan

2 Marsudi, dkk. (2011:24) yang mendefinisikan pendidikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga formal. Jadi, sekolah merupakan tempat formal yang digunakan untuk melakukan berbagai kegiatan dalam upaya mengembangkan minat, bakat, maupun karakteristik yang dimiliki oleh peserta didik. Jika sekolah merupakan tempat formal yang digunakan untuk mengembangkan minat, bakat, maupun karakteristik peserta didik, maka latar belakang peserta didik bisa dijadikan sebagai faktor pendukungnya. Latar belakang peserta didik merupakan sesuatu yang mendasari terjadinya hal positif maupun negatif seorang peserta didik. Seorang peserta didik mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Perbedaan latar belakang ini seperti keluarga, sosial, agama, dan budaya. Untuk perbedaan latar belakang keluarga, sosial, agama, dan budaya ini masih sering ditemui dari peserta didik satu dalam budaya yang sama. Latar belakang budaya hanya bisa ditemui dari wilayah peserta didik dengan wilayah peserta didik lain karena wilayah di Indonesia sendiri sangat luas. Selain itu, budaya yang ada di Indonesia beraneka ragam, seperti budaya Jawa, Bali, Sunda, Dayak, dan sebagainya. Oleh karena itu, seorang peserta didik yang berlatar belakang budaya berbeda, maka minat, bakat, maupun karakter yang ingin dia kembangkan juga berbeda pula. Perbedaan tersebut dikarenakan seorang peserta didik berlatar belakang budaya satu dengan latar belakang budaya yang lain mempunyai pemikiran dan cita-cita yang berbeda. Perbedaan pemikiran dan cita-cita yang dimiliki peserta didik itu bisa berpengaruh terhadap motivasi dan semangat yang diterapkan untuk mewujudkan cita-citanya itu. Peserta didik yang berada di sekitar penulis dan memiliki semangat untuk mewujudkan citacitanya serta ingin mengembangkan minat dan bakatnya adalah peserta didik berlatar belakang budaya Jawa. Hal ini ditemukan penulis ketika melakukan tugas lapangan di salah satu sekolah di Jawa Tengah. Penulis melihat bahwa banyak peserta didik yang sangat berantusias dan bersemangat untuk mengikuti kegiatan non-kurikuler (ekstrakurikuler). Semangat itu mungkin

3 muncul karena peserta didik di sekolah tersebut menanggap bahwa segala sesuatu tidak akan bisa terwujud tanpa adanya motivasi atau dorongan yang menyertai keinginan atau cita-citanya. Oleh karena itu, mereka sangat bersemangat dan berupaya untuk mewujudkan segala sesuatu yang ia inginkan itu. Upaya dan semangat peserta didik untuk mewujudkan sesuatu yang diinginkan sering juga bisa dikatakan sebagai motivasi. Motivasi merupakan sesuatu yang ditanamkan oleh peserta didik dari dalam dirinya. Motivasi yang dimaksud berupa ungkapan atau kalimat-kalimat yang mengandung semangat tinggi. Ungkapan ini bisa kalimat tulis maupun kalimat lisan. Namun, ungkapan motivasi yang ditemukan penulis dan dilakukan oleh peserta didik berlatar belakang budaya Jawa adalah ungkapan motivasi yang berupa kalimat tulis. Ungkapan motivasi itu ditulis peserta didik yang mempunyai berbagai keinginan maupun cita-cita yang sangat mereka idamkan. Ungkapan motivasi dijadikan sebagai dorongan ketika seorang peserta didik yang hampir putus asa dengan kesulitan serta hambatan yang mereka temui ketika sedang berjuang. Melalui ungkapan motivasi yang sudah mereka tulis atau mereka terapkan dalam hidupnya, peserta didik mampu bersemangat kembali untuk mewujudkan cita-citanya. Semangat peserta didik bisa muncul ketika mengingat dan membaca kembali apa yang menjadi motivasinya itu sehingga mereka mulai berupaya lagi untuk selalu melakukan sesuatu agar semua yang dicita-citakannya bisa terwujud. Ungkapan motivasi kalangan peserta didik berlatar belakang budaya Jawa akan dipetakan oleh penulis menjadi dua macam. Dasar dari pemetaan ini adalah fungsi dan rentan waktu yang terdapat dalam ungkapan motivasi itu. Selain itu, pemetaan ini diharapkan mampu mempermudah pembaca dalam menginterpretasikan apa yang dimaksud oleh penulis. Dua ungkapan motivasi yang dijelaskan di awal tadi adalah ungkapan motivasi jangka panjang dan ungkapan motivasi jangka pendek. Ungkapan motivasi jangka panjang sering dijadikan semangat dan dorongan peserta didik untuk

4 mewujudkan cita-citanya dalam beberapa waktu yang akan datang, sedangkan ungkapan motivasi jangka pendek dijadikan semangat peserta didik untuk mewujudkan keinginan dalam rentan waktu yang tidak terlalu lama. Dua ungkapan motivasi kalangan peserta didik ini memang tidak memiliki perbedaan yang sangat jauh. Hanya rentan waktu yang membedakan dua jenis ungkapan motivasi ini. Ungkapan motivasi jangka panjang digunakan peserta didik ketika mereka ingin menjadi seorang yang memiliki profesi sesuai cita-citanya, seperti ingin menjadi guru, dokter, pilot dan masih banyak lagi. Upaya untuk mewujudkan cita-cita peserta didik agar tercapai adalah dengan menerapkan ungkapan motivasi jangka panjang (disamping berdoa dan berusaha secara maksimal). Ungkapan motivasi jangka panjang sering ditulis peserta didik pada kertas karton yang ditempel di kamar atau tempat-tempat kesukaannya dan ada juga yang menuliskan pada salah satu buku pribadinya. Selain itu, banyak juga peserta didik yang menuliskan ungkapan motivasi pada akun media sosialnya. Hal tersebut dilakukan agar mereka selalu mengingat ungkapan motivasinya dan berupaya agar cita-citanya bisa terwujud. Jika ungkapan motivasi jangka panjang ditulis peserta didik untuk memiliki profesi yang dicita-citakannya kelak, maka ungkapan motivasi jangka pendek justru ditulis untuk keinginan yang diinginkan pada saat ini. Selain itu, ungkapan motivasi jangka pendek ini juga dimaksudkan peserta didik untuk mendapatkan keinginanan dan cita-cita yang berupa pengakuan. Beberapa ungkapan motivasi jangka pendek itu muncul ketika peserta didik ingin mendapatkan nilai baik saat ulangan, ingin menjadi juara saat mengikuti lomba, ingin menjadi juara kelas saat kenaikan kelas dan juga ingin diterima menjadi salah satu bagian dari organisasi yang ada di sekolah saat ada reorganisasi. Berbagai pemaparan tentang ungkapan motivasi kalangan peserta didik berlatar belakang budaya Jawa di atas membuat peneliti ingin melakukan penelitian tentang implikatur dan daya pragmatik yang terdapat dalam ungkapan motivasi jangka pendek. Memang peneliti hanya

5 memfokuskan pada salah satu ungkapan motivasi. Ide ini muncul karena beberapa waktu yang lalu peneliti menemukan fonemena yang berupa penggunaan ungkapan motivasi peserta didik berlatar belakang budaya Jawa dalam berorganisasi di sekolah (khususnya OSIS). OSIS merupakan salah satu organisasi yang menduduki posisi utama dari segi peminatnya. Banyak peserta didik yang ingin masuk organisasi ini karena beberapa alasan. Alasan tersebut yang sering diijadikan semangat peserta didik agar bisa menjadi anggota OSIS. Oleh karena itu, di sekolah-sekolah setiap tahunnya selalu diadakan reorganisasi OSIS. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik yang ingin dan memiliki motivasi menjadi anggota OSIS bisa menjadi bagian dari organisasi yang dibilang aktif di sekolah ini. Selain merupakan organisasi yang aktif di sekolah, OSIS juga merupakan organisasi inti yang berada di bawah lembaga pendidikan di samping organisasi lain di sekolah. Salah satu sekolah yang akhir-akhir ini sedang melaksanakan reorganisasi OSIS adalah SMP Negeri 2 Gatak. Sekolah ini merupakan tempat yang dimaksud oleh penulis pada bagian awal tadi. Sekolah Negeri yang berada di area pemukiman penduduk dan mayoritas siswanya berlajar belakang budaya Jawa selalu mengadakan reorganisasi OSIS setiap tahunnya. Tahap awal reorganisasi ini adalah pendaftaran. Ketika pendaftaran dibuka banyak peserta didik yang berminat untuk menjadi bagian dari anggota OSIS. Salah satu syarat yang harus dilakukan peserta didik ketika ingin mendaftar OSIS adalah mengisi formulir yang sudah disiapkan oleh panitia. Dalam formulir pendaftaran OSIS di SMP Negeri 2 Gatak, memang banyak hal yang harus diisi oleh peserta didik seperti nama, tanggal lahir, asal SD, motto hidup dan ungkapan motivasi mendaftar OSIS. Semua hal yang sudah tertera dalam formulir pendaftaran itu wajib diisi oleh peserta didik yang ingin mendaftar OSIS temasuk motivasinya mendaftar sebagai anggota OSIS. Bagian ungkapan motivasi ini yang dilihat penulis sangat menarik untuk diteliti, karena banyak peserta didik yang menuliskan ungkapan motivasi dengan maksud atau modus-modus tertentu. Ungkapan motivasi yang ditulis peserta didik dalam formulir pendafataran itu, seperti untuk

6 melatih kedisiplinan dan membantu dalam masalah-masalah yang dihadapi sekolah, untuk mengharumkan nama baik sekolah, membangun sekolah mejadi lebih baik dan masih banyak lagi. Ungkapan motivasi yang ditulis peserta didik dalam form pendaftaran OSIS tersebut jika dilihat dari segi ilmu pragmatik mengandung implikatur dan daya pragmatik yang kuat. Oleh karena itu, peneliti ingin mengajukan penelitian tentang implikatur dan daya pragmatik di balik ungkapan motivasi dalam berorganisasi di kalangan peserta didik. Menurut Kridalaksana (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009:119) implikatur merupakan konsep yang mengacu pada sesuatu yang diimplikasikan (implicated) oleh sebuah tuturan yang tidak dinyatakan secara eksplisit (asserted) oleh tuturan itu. Penjelasan Kridalaksana tentang implikatur tersebut relevan dengan ungkapan motivasi yang ditulis peserta didik dalam form pendaftaran OSIS, karena apa yang ditulis peserta didik secara eksplisit mengandung berbagai maksud yang tidak diimplikasikan dalam ungkapan motivasi itu. Sebenarnya maksud atau implikatur yang terdapat dalam ungkapan motivasi itu mengacu pada keinginannya untuk diterima menjadi anggota OSIS. Namun, ungkapan motivasi yang mengacu pada keinginannya tersebut dituliskan dengan ungkapan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, peneliti ingin menjabarkan satu-persatu bentuk dan maksud implikatur yang terkandung dalam ungkapan motivasi yang ditulis peserta didik dalam form pendaftaran OSIS tersebut. Ungkapan motivasi yang ditulis peserta didik dalam formulir pendaftaran OSIS juga mengandung daya pragmatik yang kuat. Dalam ungkapan motivasi diidentifikasi ada kekuatan pesan yang kuat dan beranekaragam. Kekuatan pesan itu hanya bisa dilihat jika seseorang mengetahui maksud yang ada dalam sebuah eksplikatur, karena daya pragmatik memang bersifat tersirat. Hal ini sejalan dengan pemikiran Yulina, dkk. (2013:5) yang mengungkapkan bahwa daya pragmatik merupakan kekuatan pesan atau makna tersirat yang terkandung di balik ujaran, yang mampu menggerakkan mitra tuturnya untuk melakukan apa yang dimaksudkan penutur di balik ujaran yang dituturkannya. Oleh karena itu,

7 jika seseorang langsung mengerti dan melaksanakan apa yang ada dalam eksplikatur, maka dalam eksplikatur tersebut bisa dikatakan mengandung kekuatan pesan yang kuat. Berbagai hal tentang peserta didik, pendidikan, latar belakang budaya jawa, dan ungkapan motivasi yang telah dijelaskan di atas, merupakan dasar peneliti untuk mengangkat judul penelitian tentang implikatur dan daya pragmatik. Oleh karena itu, penulis merumuskan judul Implikatur dan Daya Pragmatik di Balik Ungkapan Motivasi Berorganisasi Kalangan Peserta Didik Berlatar Belakang Budaya Jawa. Judul ini dirumuskan atas berbagai pertimbangan yang diidentifikasi penulis. Pertimbangan-pertimbangan tersebut berupa hal-hal yang mendominasi dalam data, sumber data, dan lokasi penelitian. Sumber data penelitian ini adalah peserta didik berlatar belakang budaya Jawa. Meskipun sumder data diambil dari peserta didik yang berlatar belakang budaya Jawa, data yang diperoleh dan diambil dalam penelitian ini bukanlah data berupa kalimat-kalimat berbahasa Jawa. Tetapi, data berupa kalimat berbahasa Indonesia lah yang ditemukan dan akan dianalisis dalam penelitian ini. Penggunaan kata berlatar belakang budaya Jawa pada judul, merupakan keterangan bahwa sumber data penelitian ini diambil dari peserta didik yang bersekolah di daerah Jawa Tengah, yaitu Sukoharjo. Penafsiran lebih lanjut tentang implikatur dan daya pragmatik di balik ungkapan motivasi berorganisasi kalangan peserta didik, akan diuraikan lebih jelas dalam penelitian ini. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana bentuk implikatur yang terkandung di balik ungkapan motivasi berorganisasi kalangan peserta didik berlatar belakang budaya Jawa? 2. Bagaimana tujuan dan maksud implikatur yang terkandung di balik ungkapan motivasi berorganisasi kalangan peserta didik berlatar belakang budaya Jawa?

8 3. Bagaimana bentuk dan maksud daya pragmatik yang terkandung di balik ungkapan motivasi berorganisasi kalangan peserta didik berlatar belakang budaya Jawa? C. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan bentuk implikatur yang terkandung di balik ungkapan motivasi berorganisasi kalangan peserta didik berlatar belakang budaya Jawa. 2. Mengidentifikasi tujuan dan maksud implikatur yang terkandung di balik ungkapan motivasi berorganisasi kalangan peserta didik berlatar belakang budaya Jawa. 3. Mendeskripsikan bentuk dan maksud daya pragmatik yang terkandung di balik ungkapan motivasi berorganisasi kalangan peserta didik berlatar belakang budaya Jawa. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu manfaat praktis dan teoritis. Berikut penjabaran beberapa manfaat dalam penelitian. 1. Manfaat teoritis a) Penelitian ini diharapkan mapu memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pragmatik. b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah dan memperkaya teori dalam penelitian, khususnya penelitian bahasa. 2. Manfaat praktis a) Bagi peneliti, penelitan ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan dan pemahaman peneliti tentang ilmu bahasa yaitu pragmatik serta dapat memperluas pengetahuan dalam bidang pragmatik. b) Bagi pembaca, penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca yang berkaitan dengan penelitian bahasa dan ilmu pragmatik khususnya kajian tentang implikatur dan daya pragmatik.