BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas generasi mendatang, termasuk perannya sebagai pemantapan jati diri.

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG

BAB II LANDASAN TEORI. waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 1 Berdasarkan pengertian

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan jumlah penduduk yang makin meningkat/padat,

STRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT. LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga)

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. satu yang diutamakan, karena hal itu yang menentukan berhasil atau gagalnya

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang Masalah. Jenis kebutuhan manusia terdiri dari tiga macam yaitu sandang, pangan, dan

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik jumlah maupun waktunya. 1. berkaitan dengan industri. Dalam aktivitas bisnis berusaha menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

Majalah Ilmiah UPI YPTK, Volume 18, No 2,Oktober 2011 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB II Landasan Teori

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan merupakan instrumen penting. syariah telah memasuki persaingan berskala global,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURĀBAḤAH DALAM BENTUK PERJANJIAN PIUTANG MURĀBAḤAH

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Islam atau di Indonesia disebut perbankan syariah merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. dengan mengambil judul Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro pada Bank

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pembukaan Undang Undang Dasar sangat strategis dalam pertumbuhan ekonomi dan stabilitas ekonomi nasional

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB I PENDAHULUAN. masalah perekonomian. Allah SWT berfirman QS;17:9 Sesungguhnya Al Qur an ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Tanah Air sebenarnya sudah dimulai secara formal dan informal jauh

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya di zaman sekarang kehidupan manusia. tidak terlepas dari kegiatan muamalat, baik itu anatara individu

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk berkomunikasinya antar anggota keluarga dan juga. sebagai tempat berkumpulnya sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

I. PENDAHULUAN. pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh

BAB I PENDAHULUAN. keperluan-keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa di

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB II LANDASAN TEORI. bank syari ah diwujudkan dengan pemberian pembiayaaan. Menurut Undang-Undang Perbankan No. 21 Tahun 2008, pembiayaan

AKAD MURABAHAH DAN APLIKASINYA

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sekundernya, contohnya keinginan memiliki mobil, motor, HP dan lain-lain, hal pokok yang melekat pada setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. sejauh ini perbankan syariah telah menunjukkan eksistensinya dalam roda

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perencanaan jangka panjang yang

BAB I PENDAHULUAN. krisis, perbankan syariah mulai dapat berdiri sedangkan sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan perbankan syariah sebagai salah satu pilar penyangga dual-banking

BAB II LANDASAN TEORITIS. secara dini indeksi-indeksi penyimpangan (deviation) dari kesepakatan

2017, No khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam; e. bahwa berdasarkan pertimba

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan saran pemenuhan kebutuhan yang berpedoman pada nilai-nilai Islam. Dalam

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. kembali dalam rangka meningkatkan tarif hidup rakyat banyak. 1. sebagai lembaga intermediasi di dalam masyarakat.

Dasar-Dasar Pembiayaan Bank Syariah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB IV. Analisa Hukum Islam Terhadap Penentuan Margin Pembiayaan Mud{a>rabah Mikro (Study Kasus Di BMT As-Syifa Taman Sidoarjo).

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan suatu sistem perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariat Islam. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB III MURABAHAH DALAM ISLAM. Murabahah berasal dari kata Rabh, yang berarti perolehan, keuntungan,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pokok bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Nasabah Nasabah adalah aset atau kekayaan utama perusahaan karena tanpa pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang mengatakan pelanggan adalah raja yang semua kebutuhan dan keinginannya harus dipenuhi, dalam banyak hal perusahaan memang harus mengikuti kebutuhan dan keinginan pelanggannya jika ingin produk yang ditawarkan laku dipasaran. Istilah kalimat untuk pelanggan lebih sering diberikan kepada jasa non keuangan, seperti manufaktur, supermarket, hotel, dan lainnya. sementara itu, istilah nasabah sering digunakan untuk perusahaan keuangan seperti bank, asuransi, leasing atau pegadaian. Namun, dalam pelayanan tetap sama karena kedua istilah tersebut mengandung arti yang sama, perbedaan yang melekat hanyalah terletak dalam hal sebagian kecil pelayanan saja. 1 Kesimpulannya nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank. Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan. 2 B. Kepuasan Nasabah (Pelanggan) Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan di bandingkan dengan 1 Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 334 2 Ikatan Bankir Indonesia (IBI) dan Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan (LSPP), Memahami Bisnis Bank, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2013), h. 295, Edisi ke-1 10

11 harapannya. Umumnya harapan pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan di terimanya bila ia membeli suatu produk (barang atau jasa). 3 Menurut kotler (Kutipan Fandy Tjiptono: 2004), pengukuran kepuasan pelanggan dapat dilakukan melalui empat sarana yaitu sebagai berikut: a. Sistem keluhan dan saran Artinya seberapa banyak keluhan atau komplain yang dilakukan nasabah dalam suatu periode. Makin banyak, berarti makin kurang baik demikian plus sebaliknya. Untuk itu perlu adanya sistem keluhan atau usulan. b. Survei kepuasan nasabah Dalam hal ini bank perlu secara berlaku melakukan survei, baik melalui wawancara maupun kuisioner tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan bank tempat nasabah transaksi selama ini. c. Konsumen sasaran Bank dapat mengirim karyawan atau melalui orang lain untuk berpurapura menjadi nasabah guna melihat pelayanan yang diberikan oleh karyawan bank secara langsung sehingga terlihat jelas bagaimana karyawan melayani nasabah sesungguhnya. d. Analisis mantan pelanggan Dengan melihat catatan nasabah yang pernah menjadi nasabah bank guna mengetahui sebab-sebab mereka tidak lagi menjadi nasabah bank kita. 4 3 Fandi Tjiptono, Manajemen Jasa, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), h. 147 4 Ibid, h. 148-150

12 C. Usaha Mikro 1. Pengertian Usaha Mikro Usaha mikro menurut kementerian koperasi dan UKM adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional dan informal, dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum. Dengan hasil penjualan (omset) tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) atau memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Sedangkan usaha mikro menurut Bank Indonesia adalah kredit yang besarnya Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) sampai dengan Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Defenisi usaha mikro menurut undang-undang republik indonesia No. 20 tahun 2008 tentang UMKM adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. 5 2. Ciri-Ciri Usaha Mikro Untuk mengenali usaha ada beberapa ciri khusus yang dapat kita jadikan rujukan, yaitu: a. Usaha mikro tidak menggunakan sistem yang formal, biasanya tergantung kepercayaan. 5 Bendi Linggau, Hamidah, Bisnis Kredit Mikro : Panduan Praktis Bankir Mikro dan Mahasiswa, (Jakarta : Papas Sinar Sinanti, 2010), Cet. 1, h. 17-18

13 b. Lebih mengutamakan hubungan secara emotional, seringkali logika aturan kurang diperhatikan. c. Hampir semuanya bersifat estimasi (perkiraan), tidak ada yang bisa dihitung secara pasti. d. Umumnya usaha yang dijalankan memiliki lebih dari satu produk, cenderung tidak fokus pada satu bidang usaha. e. Transaksi jual-beli biasanya tunai, bukan menggunakan cek atau giro. 6 D. Pembiayaan Murabahah 1. Pengertian pembiayaan Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan tujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 7 Menurut Undang-undang perbankan No. 10 tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai tertentu mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 73 6 Ibid, h. 18 7 Kasmir, SE, MM, Manajemen Perbankan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), h.

14 Sedangkan menurut Undang-Undang Perbankan Syariah (UUPS) No. 21 Tahun 2008, pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa : a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah. b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiyah bit tamlik. c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istishna. d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang dan qardh. e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau unit syariah (UUS) dan pihak lain yang mewajibkan pihak-pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan Ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil. 2. Tujuan Pembiayaan a. Meningkatan kesejahteraan ekonomi umat islam terutama kelompok masyarakat ekonomi lemah. b. Untuk memenuhi jasa lembaga keuangan bagi masyarakat yang tidak dapat menerima konsep bunga. c. Menambah lapangan kerja baru.

15 d. Membina ukhuwah melalui kegiatan ekonomi dalam rangka meningkatkan pendapatan perkapita menuju kualitas hidup yang memadai. 3. Macam-macam Pembiayaan a. Pembiayaan Konsumtif Adalah pembiayaan diberikan kepada nasabah untuk memenuhi kebutuhan konsumtifnya dan tidak digunakan untuk tujuan usaha seperti pembelian kendaraan bermotor, pembiayaan pemilik rumah. 8 b. Pembiayaan Produktif Adalah pembiayaan yang diberikan untuk kebutuhan usaha. Pembiayaan produktif terbagi dua yaitu: 1) Pembiayaan Investasi adalah pemberian pembiayaan dengan tujuan atau penggunaan untuk keperluan investasi yang merupakan pembiayaan untuk pengadaan atau pembelian barang-barang investasi (aktiva tetap) dan biasanya bersifat jangka panjang. 2) Pembiayaan Modal Kerja adalah pemberian pembiayaan dengan tujuan atau penggunaan untuk keperluan modal kerja dimaksudkan untuk membiayai operasional perusahaan nasabah termasuk pembiayaan untuk peningkatan penjualan. 4. Pengertian Murabahah Murabahah adalah jasa pembiayaan yang dilakukan oleh bank syari ah dalam bentuk transaksi jual beli dengan cicilan. Pada perjanjian h. 160 8 M. Syafi i Antonio, Bank Syari ah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani, 2002),

16 murabahah bank membiayai nasabahnya dengan mengambil barang tersebut dari pemasok barang dan kemudian menjualnya kembali kepada nasabah dengan menambah keuntungan atau Mark-up. 9 Secara umum jual beli murabahah, merupakan akad jual beli dengan modal pokok ditambah keuntungan, dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang (modal) kepada pembeli. Seperti perkataan Saya beli barang ini Rp. 1.000,- maka berilah aku laba Rp. 100,- / Rp. 200,. 10 Kesimpulannya murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty contracts, karena dalam murabahah ditentukan berapa required rate of profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh). 11 Murabahah merupakan salah satu jual beli amanah yang dikenal dalam syariat Islam, karena penjual disyaratkan melakukan kontrak terlebih dahulu dengan menyatakan harga barang yang dibeli. 12 5. Landasan Hukum Murabahah Landasan syari ah tentang murabahah pada dasarnya tidak sedikit yang tercantum dalam Al-Qur an. 9 Rozalinda, Fiqh Muamalah dan Aplikasinya pada Perbankan Syariah, (Padang: Hayfa Press, 2005), h. 83 10 Sutan Remy Shajdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Syari ah, (Jakarta : Pustaka Grafindo, 1999), h. 64 11 Karim Adiwarman, Bank Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafida Persada, 2008), h. 113 12 Hulwati, Ekonomi Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2009), h. 77

17 Al-Qur an Surat Al-Baqarah ayat 275 13 Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah SWT telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orangorang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. 13 Al-Qur an Karim dan Terjemahannya, (Surabaya: Mekar Surabaya, 2004), h. 58

18 6. Jenis-jenis pembiayaan murabahah a. Pembiayaan murabahah secara angsuran Yaitu suatu bentuk pembayaran atau transaksi murabahah secara terhadap sesuai dengan jangka waktu yang telah di tetapkan oleh kedua belah pihak pada awal transaksi. b. Pembiayaan murabahah secara tunai Yaitu suatu bentuk pembayaran yang terjadi di dalamnya suatu transaksi pembiayaan yang mana pembayarannya di bayar sekaligus saat terjadi serah terima barang antar kedua belah pihak antara penjual dan pembeli. 14 7. Mekanisme Pembiayaan Murabahah Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Murabahah a. Negosiasi & Persyaratan b. Akad Jual Beli Bank Nasabah d. c. Kirim Beli Barang f. Bayar Kewajiban e.terima Barang Dan Dokumen Supplier/Penjual d. Kirim 14 M. Syafi i Antonio, Bank Syari ah Wacana Utama dan Cendikiawan, (Jakarta : PT. Tazkia Institut, 1999), h. 28

19 Keterangan : a. Negosiasi jual beli barang antara nasabah dengan bank. b. Bank dan nasabah menandatangani akad, dengan menentukan : 1) Jumlah keuntungan bank diketahui nasabah 2) Barang yang akan di beli harus jelas dan benar 3) Sistem pembayaran harus jelas c. Bank membeli barang pesanan kepada supplier atau menunjuk nasabahnya sebagai agen pembelian barang tersebut atas nama baru, kemudian bank membayar harga barang yang dipandang sah jika dilengkapi dengan kuitansi atau dokumen sejenisnya. d. Bank menjual barang ke nasabahnya dengan harga pembelian di tambah margin. e. Nasabah menerima barang sesuai dengan harga pesanannya beserta dokumen pembelian barang, f. Nasabah membayar kewajibannya yaitu sebesar harga jual bank dengan cara angsuran selama jangka waktu yang disepakati. 15 15 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syari ah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insane, 2001), h. 107