BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang membutuhkan pendidikan dan layanan khusus untuk mengoptimalkan potensi kemanusiaannya secara utuh akibat adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Mereka adalah yang secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan atau kebutuhan dan potensi secara maksimal sehingga memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional. Anak penyandang cacat perlu dikenali dan diidentifikasi dari kelompok anak pada umumnya, karena mereka memerlukan pelayanan yang bersifat khusus yang bertujuan untuk mengurangi keterbatasan dan ketergantungan akibat kelainan yang diderita, serta menumbuhkan kemandirian hidup dalam bermasyarakat. Anak berkebutuhan khusus memiliki hambatan penglihatan, pendengaran, kecerdasan, fungsi gerak, emosi dan sosial. Ini menimbulkan dampak terganggunya fungsi metal pada anak berkebutuhan khusus. Kondisi kelainan pada anak berkebutuhan khusus itu membuat anak sering ragu dalam mengambil keputusan, minder, tidak percaya diri dan tidak berani menjalin keakraban dengan orang sekitarnya. Bentuk reaksi atas kondisi kelainannya akan timbul rasa penyesalan diri, penyesalan terhadap orang tua dan orang lain disekitarnya, sehingga menimbulkan sikap negatif seperti rendah diri, menolak kemampuan diri, isolasi diri, merasa tidak berdaya dan tidak berguna. 1
2 Konsep diri anak berkebutuhan khusus pada dasarnya diperoleh melalui kontak sosial dan pengalaman yang berhubungan dengan orang lain. Dampak negatif dari kondisi kelainan anak berkebutuhan khusus sangat tergantung bagaimana anak memberikan reaksi atas kondisi kelainannya. Dampak negatif anak berkebutuhan khusus tidak dibawa sejak lahir melainkan dibentuk sejak usia anak dan dipengaruhi oleh perlakuan yang diterima dari lingkungan terutama keluarga, sehingga lingkungan sosial terutama orang yang berarti dalam hidupnya menentukan berat ringannya dampak negatif pada anak berkebutuhan khusus. Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan masih minimalnya dukungan bagi anak berkebutuhan khusus di Indonesia. Anak berkebutuhan khusus yang ada di Indonesia sekitar 1,48 juta baru sekitar 26 % diantaranya yang memperoleh layanan pendidikan. Anak berkebutuhan khusus juga mempunyai masalah akses yang terbatas mengingat dari sekitar 1.311 Sekolah Luar Biasa (SLB) yang ada hanya 23% diantaranya yang berstatus negeri dan kebanyakan terkonsentrasi di Pulau Jawa. Anak berkebutuhan khusus yang terdapat di Sekolah Luar Biasa (SLB) sekitar 66.610 anak usia sekolah penyandang cacat (14,4% dari seluruh anak penyandang cacat). Ini berarti masih ada 295.250 anak penyandang cacat (85,6%) ada di masyarakat dibawah pembinaan dan pengawasan orang tua dan keluarga dan pada umumnya belum memperoleh akses pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya. Jumlah anak penyandang cacat yang ada di Sekolah meningkat pada tahun 2009 menjadi 85.645 dengan rincian di SLB sebanyak 70.501 anak dan di sekolah inklusif sebanyak 15.144 anak. Ini menunjukkan peningkatan kepedulian akan prestasi anak berkebutuhan khusus dan orang tua memberikan dukungan untuk meningkatkan self esteem sehingga kemampuan anak berkebutuhan khusus dapat dikeluarkan. Anak berkebutuhan khusus jika diberikan dukungan yang tinggi maka anak berkebutuhan khusus dapat
3 berprestasi tinggi pula. Ini telah dibuktikan oleh 46 atlet tuna grahita yang sukses mengharumkan nama bangsa di Special Olympics World Summer Games 2011 Athena, Yunani. Mereka berhasil meraih 15 emas, 13 perak dan 11 perunggu, jauh melebih pencapaian mereka di acara yang sama di Shanghai, China, empat tahun sebelumnya. Hasil studi pendahuluan peneliti pada tanggal 22 februari 2014 di SMLB Bhakti Luhur Kota Malang, dengan responden 41 anak yang terdiri dari tuna grahita dan tuna netra. Hasil wawancara dengan guru pengajar mengatakan bahwa anak berkebutuhan khusus yang dibina mempunyai tingkat prestasi yang sangat tinggi, seperti belum lama ini anak berkebutuhan khusus binaan yayasan SMPLB Bhakti Luhur Kota Malang memperoleh juara dalam bidang atletik, melukis, dan puisi di tingkat propinsi dan akan mengirim anak binaannya tersebut ke tingkat nasional, tetapi dukungan orang tua pada anak berkebutuhan khusus di SMPLB Bhakti Luhur tidak cukup tinggi karena saat ada pemanggilan ke sokolah sering tidak hadir, ratarata pendidikan orang tua SMA, dan status ekonomi orang tua rata-rata dari golongan menengah ke bawah. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah mengakibatkan ketidaktahuan orang tua tentang bagaimana mengasuh atau memberi stimulus yang tepat bagi perkembangan anaknya yang berkebutuhan khusus dan kondisi lain pada orang tua secara sosial dan psikologis belum siap menerima anak dengan berkebutuhan khusus bahkan ada orang tua yang menolak kehadiran anaknya yang berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus dengan keluarga miskin sering sulit mendapatkan hak dasarnya sebagai anak secara wajar dan memadai. Banyak anak berkebutuhan khusus di SMPLB Bhakti Luhur yang mengalami kesulitan belajar pada awal pembelajaran karena sering di ejek oleh teman seusianya yang normal.
4 Dukungan dari lingkungan sosial sangat mempengaruhi perkembangan anak berkebutuhan khusus (Efendi, 2008). Keluarga dalam hal ini orang tua adalah lingkungan terdekat dan utama dalam kehidupan anak berkebutuhan khusus. Dukungan dan penerimaan dari orang tua dan anggota keluarga yang lain akan memberikan energi dan kepercayaan dalam diri anak berkebutuhan khusus untuk lebih berusaha mempelajari dan mencoba hal-hal baru yang terkait dengan ketrampilan hidupnya dan pada akhirnya dapat berprestasi. Peran aktif orang tua ini merupakan bentuk dukungan sosial yang menentukan kesehatan dan perkebangannya, baik secara fisik maupun psikologi bagi anak berkebutuhan khusus. Dukungan sosial pada umumnya dapat ditumbuhkan dari orang lain yang berarti seperti anggota keluarga, teman, saudara, dan rekan kerja. Kemampuan pada anak berkebutuhan khusus akan mencapai kemajuan yang lebih baik jika pada prosesnya terdapat kolaborasi antara orang tua dengan para profesional praktisi pendidikan. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian berkaitan dengan Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Prestasi Belajar Pada Anak Berkebutuhan Khusus 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah Apakah ada Hubungan antara Dukunagan Sosial dengan Prestasi pada Anak Berkebutuhan Khusus.
5 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Sesuai dengan rumusan masalah yang ada dan sudah ditetapkan, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Prestasi pada Anak Berkebutuhan Khusus. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi dukungan sosial pada anak berkebutuhan khusus di SMPLB Bhakti Luhur Kota Malang. 2. Mengidentifikasi prestasi belajar pada anak berkebutuhan khusus di SMPLB Bhakti Luhur Kota Malang. 3. Menganalisis hubungan dukungan sosial dengan prestasi belajar pada anak berkebutuhan khusus di SMPLB Bhakti Luhur Kota Malang. 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan peneliti, serta menjadi pengalaman berharga untuk peneliti yang kemudian menjadi sumber referensi pada penelitian berikutnya. 1.4.2 Manfaat Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Sebagai sarana untuk menambah wawasan, pemahaman, dan pengetahuan bagi anak berkebutuhan khusus untuk tidak menyarah meraih prestasi dan lebih banyak anak berkebutuhan khusus memahami akan kemampuanya dan dapat membanggakan nusa bangga dan orang tuanya terlebih bangga terhadap dirinya sendiri.
6 1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat Dan Keluarga Anak Berkebutuhan Khusus Sebagai sarana untuk menambah wawasan, pemahaman, dan pengetahuan bagi para masyarakat dan orang tua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus untuk tidak direndakan dan selalu memberikan dukungan dalam berprestasi 1.4.4 Manfaat Bagi Institusi Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi instansi kesehatan guna mengetahui seberapa besar pengaruh dukungan sosial dan rasa berharga pada anak berkebutuhan khusus untuk mencapai prestasi yang diinginkan serta instansi kesehatan bisa membuat suatu strategi dalam mengatasi masalah tersebut dengan bekerja sama secara lintas sektor. 1.4.5 Manfaat Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber dan referensi untuk peneliti lain yang akan meneliti tentang prestasi pada anak anak berkebutuhan khusus. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah ada sebelumnya, namun dari segi variabel dan subjek penelitian ini benar-benar asli dan belum pernah diteliti sebelumnya. Penelitian Neta Sepfitri (2011) meneliti tentang Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Berprestasi Siswa MAN 6 Jakarta. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Neta Sepfitri terletak pada variabel dependen dan variable independennya. Pada penelitian ini variabel dependennya adalah dukungan sosial dan
7 harga diri, sedangkan pada variabel independennya adalah prestasi anak berkebutuhan khusus. Perbedaan selanjutnya terletak pada tujuan penelitian. Tujuan penelitian Neta adalah untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial dengan motivasi prestasi, sedangkan tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dan harga diri dengan prestasi pada anak berkebutuhan khusus. Penelitian Edy Subowo dan Martiarini (2012) meneliti tentang Hubungan Antara Harga Diri Remaja Dengan Motivasi Berprestasi Pada Siswa SMK Yosonegoro Magetan. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel dependen serta pada tujuannya. Pada penelitian yang dilakukan Edy Subowo dan Martiarini variabel independennya motivasi berprestasi. Perbedaan selanjutnya terletak pada tujuan dan respondennya. Tujuan penelitian Edy Subowo dan Martiarini adalah untuk mengerahui hubungan harga diri dengan motivasi prestasi pada siswa SMK, sedangkan tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dan harga diri dengan prestasi pada anak berkebutuhan anak khusus. 1.6 Batasan Penelitian Penelitian ini akan menganalisis Hubungan Dukungan Sosial Dengan Prestasi Anak Berkebutuan Khusus. Batasan penelitiannya yaitu: 1. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai perbedaan pertumbuhan dan perkembangan dengan anak normal pada usianya yang mengalami kelainan baik fisik, mental intelektual, sosial maupun emosional. Anak yang tergolong anak berkebutuhan khusus meliputi:
8 tuna grahita, tuna daksa, tuna netra, tuna rungu, tuna wicara, gangguan konsentrasi, anak hiperaktive (Ramadhan, 2012). 2. Dukungan sosial adalah dukungan yang oleh orang ke orang lain yang dipercaya, dapat diandalkan, dapat memberikan perhatian dan dapat menjadikan seseorang merasa dirinya ada (Ratna, 2009). Dukungan sosial meliputi dukunngan instrumental, informasi, penghargaan, emosi (kuntjoro, 2002). 3. Prestasi belajar yaitu hasil kecakapan atau kemampuan individu untuk menguasai sejumlah materi tertentu program pelajaran yang diajarkan atau dipelajari melalui usaha yang dilakukannya dalam proses belajar (Suryabrata, 1993).