BAB I PENDAHULUAN. adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Mereka adalah yang

dokumen-dokumen yang mirip
PEND. ANAK LUAR BIASA

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemanusiannya. Pendidikan dalam arti yang terbatas adalah usaha mendewasakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun-tahun pertama kehidupan, mendengar adalah bagian. terpenting dari perkembangan sosial, emosional dan kognitif anak.

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan kemampuan anak didiknya. Aktivitas kegiatan seorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam bidang ekonomi, politik, budaya, pendidikan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Difabel atau kecacatan banyak dialami oleh sebagian masyarakat, baik

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

BAB I PENDAHULUAN. khusus. Soemantri menyatakan bahwa istilah tunagrahita digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menunjukkan hukum alam yang telah menunjukkan kepastian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan,

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pada hakekatnya semua anak memiliki kesempatan yang sama untuk

PERAN DUKUNGAN SOSIAL IBU PADA PENCAPAIAN PRESTASI PENYANDANG CACAT TUBUH. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA C YAYASAN SOSIAL SETYA DARMA SURAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam perjalanan hidupnya manusia melewati fase-fase kehidupan sejak ia

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak yang Spesial ini disebut juga sebagai Anak Berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. adalah lingkungan pertama yang dimiliki seorang anak untuk mendapatkan pengasuhan,

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

SEKOLAH LUAR BIASA YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (SLB YPAC) DI SEMARANG. (Penekanan Desain Arsitektur Post Modern) IDA ASTRID PUSPITASARI L2B

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya, miskin, tua, muda, besar, kecil, laki-laki, maupun perempuan, mereka

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. (verbal communication) dan komunikasi nonverbal (non verbal communication).

SLB TUNAGRAHITA KOTA CILEGON BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, budaya, agama, dan sebagainya. sebaliknya dalam individu berbakat pasti ditemukan kecacatan tertentu.

1.7 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya. Segala bentuk kebiasaan yang terjadi pada proses belajar harus. terhadap kemajuan dalam bidang pendidikan mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Individualized Education Program (IEP) Least Restrictive Environment (LRE) Teaming and Collaboration among Professionals

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di bawah pengawasan guru. Ada dua jenis sekolah, yaitu sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB 1 PENDAHULUAN. anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan spiritual (Hidayat, 2009). Sedangkan menurut Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan pada mental intelektual (mental retardasi) sejak bayi atau

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tork, et al (dalam Ramawati, 2011) setiap orangtua. menginginkan anak yang sehat dan mandiri. Namun, pada kenyataannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, sakit dapat menyebabkan perubahan fisik, mental, dan

BAB I PENDAHULUAN. sisi lain. Orang mempunyai kecacatan fisik belum tentu lemah dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan khusus termasuk anak yang mengalami hambatan dalam. dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti anak normal

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap orang dilahirkan berbeda dimana tidak ada manusia yang benar-benar sama

BAB I PENDAHULUAN. mata, bahkan tak sedikit yang mencibir dan menjaga jarak dengan mereka. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan, tidak menjadi halangan bagi siapapun terutama keterbatasan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pengklasifikasian anak itu sudah dibagi dengan jelas. Untuk anak yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kehadiran seorang bayi dalam keluarga merupakan berkah yang luar

BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai tahapannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, cakupan dari disabilitas terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Mohammad Effendi. Pengantar Pdikopedagogik Anak Berkelainan.(Jakarta: Bumi Aksara. 2006). hlm 1

REDESAIN YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT (YPAC) SEMARANG. disusun oleh : KHOERUL UMAM L2B

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak-anak). Terdapat perkembangan mental yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah amanah bagi orangtua. Namun, anak juga. bisa menjadi cobaan bagi orangtua. Sebagaimana dalam

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devi Sari Peranginangin, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak. Berdasarkan data dari Pusat Data Informasi Nasional (PUSDATIN)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Juanita Sari, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan yang rendah di bawah rata-rata orang pada umumnya (Amrin,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai mahkluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak lazim atau tidak sesuai dengan norma lingkungan dimana mereka berada.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan di

STUDI TENTANG KETERAMPILAN BELAJAR PENYETELAN KARBURATOR BAGI SISWA TUNA RUNGU

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang membutuhkan pendidikan dan layanan khusus untuk mengoptimalkan potensi kemanusiaannya secara utuh akibat adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Mereka adalah yang secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan atau kebutuhan dan potensi secara maksimal sehingga memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional. Anak penyandang cacat perlu dikenali dan diidentifikasi dari kelompok anak pada umumnya, karena mereka memerlukan pelayanan yang bersifat khusus yang bertujuan untuk mengurangi keterbatasan dan ketergantungan akibat kelainan yang diderita, serta menumbuhkan kemandirian hidup dalam bermasyarakat. Anak berkebutuhan khusus memiliki hambatan penglihatan, pendengaran, kecerdasan, fungsi gerak, emosi dan sosial. Ini menimbulkan dampak terganggunya fungsi metal pada anak berkebutuhan khusus. Kondisi kelainan pada anak berkebutuhan khusus itu membuat anak sering ragu dalam mengambil keputusan, minder, tidak percaya diri dan tidak berani menjalin keakraban dengan orang sekitarnya. Bentuk reaksi atas kondisi kelainannya akan timbul rasa penyesalan diri, penyesalan terhadap orang tua dan orang lain disekitarnya, sehingga menimbulkan sikap negatif seperti rendah diri, menolak kemampuan diri, isolasi diri, merasa tidak berdaya dan tidak berguna. 1

2 Konsep diri anak berkebutuhan khusus pada dasarnya diperoleh melalui kontak sosial dan pengalaman yang berhubungan dengan orang lain. Dampak negatif dari kondisi kelainan anak berkebutuhan khusus sangat tergantung bagaimana anak memberikan reaksi atas kondisi kelainannya. Dampak negatif anak berkebutuhan khusus tidak dibawa sejak lahir melainkan dibentuk sejak usia anak dan dipengaruhi oleh perlakuan yang diterima dari lingkungan terutama keluarga, sehingga lingkungan sosial terutama orang yang berarti dalam hidupnya menentukan berat ringannya dampak negatif pada anak berkebutuhan khusus. Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan masih minimalnya dukungan bagi anak berkebutuhan khusus di Indonesia. Anak berkebutuhan khusus yang ada di Indonesia sekitar 1,48 juta baru sekitar 26 % diantaranya yang memperoleh layanan pendidikan. Anak berkebutuhan khusus juga mempunyai masalah akses yang terbatas mengingat dari sekitar 1.311 Sekolah Luar Biasa (SLB) yang ada hanya 23% diantaranya yang berstatus negeri dan kebanyakan terkonsentrasi di Pulau Jawa. Anak berkebutuhan khusus yang terdapat di Sekolah Luar Biasa (SLB) sekitar 66.610 anak usia sekolah penyandang cacat (14,4% dari seluruh anak penyandang cacat). Ini berarti masih ada 295.250 anak penyandang cacat (85,6%) ada di masyarakat dibawah pembinaan dan pengawasan orang tua dan keluarga dan pada umumnya belum memperoleh akses pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya. Jumlah anak penyandang cacat yang ada di Sekolah meningkat pada tahun 2009 menjadi 85.645 dengan rincian di SLB sebanyak 70.501 anak dan di sekolah inklusif sebanyak 15.144 anak. Ini menunjukkan peningkatan kepedulian akan prestasi anak berkebutuhan khusus dan orang tua memberikan dukungan untuk meningkatkan self esteem sehingga kemampuan anak berkebutuhan khusus dapat dikeluarkan. Anak berkebutuhan khusus jika diberikan dukungan yang tinggi maka anak berkebutuhan khusus dapat

3 berprestasi tinggi pula. Ini telah dibuktikan oleh 46 atlet tuna grahita yang sukses mengharumkan nama bangsa di Special Olympics World Summer Games 2011 Athena, Yunani. Mereka berhasil meraih 15 emas, 13 perak dan 11 perunggu, jauh melebih pencapaian mereka di acara yang sama di Shanghai, China, empat tahun sebelumnya. Hasil studi pendahuluan peneliti pada tanggal 22 februari 2014 di SMLB Bhakti Luhur Kota Malang, dengan responden 41 anak yang terdiri dari tuna grahita dan tuna netra. Hasil wawancara dengan guru pengajar mengatakan bahwa anak berkebutuhan khusus yang dibina mempunyai tingkat prestasi yang sangat tinggi, seperti belum lama ini anak berkebutuhan khusus binaan yayasan SMPLB Bhakti Luhur Kota Malang memperoleh juara dalam bidang atletik, melukis, dan puisi di tingkat propinsi dan akan mengirim anak binaannya tersebut ke tingkat nasional, tetapi dukungan orang tua pada anak berkebutuhan khusus di SMPLB Bhakti Luhur tidak cukup tinggi karena saat ada pemanggilan ke sokolah sering tidak hadir, ratarata pendidikan orang tua SMA, dan status ekonomi orang tua rata-rata dari golongan menengah ke bawah. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah mengakibatkan ketidaktahuan orang tua tentang bagaimana mengasuh atau memberi stimulus yang tepat bagi perkembangan anaknya yang berkebutuhan khusus dan kondisi lain pada orang tua secara sosial dan psikologis belum siap menerima anak dengan berkebutuhan khusus bahkan ada orang tua yang menolak kehadiran anaknya yang berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan khusus dengan keluarga miskin sering sulit mendapatkan hak dasarnya sebagai anak secara wajar dan memadai. Banyak anak berkebutuhan khusus di SMPLB Bhakti Luhur yang mengalami kesulitan belajar pada awal pembelajaran karena sering di ejek oleh teman seusianya yang normal.

4 Dukungan dari lingkungan sosial sangat mempengaruhi perkembangan anak berkebutuhan khusus (Efendi, 2008). Keluarga dalam hal ini orang tua adalah lingkungan terdekat dan utama dalam kehidupan anak berkebutuhan khusus. Dukungan dan penerimaan dari orang tua dan anggota keluarga yang lain akan memberikan energi dan kepercayaan dalam diri anak berkebutuhan khusus untuk lebih berusaha mempelajari dan mencoba hal-hal baru yang terkait dengan ketrampilan hidupnya dan pada akhirnya dapat berprestasi. Peran aktif orang tua ini merupakan bentuk dukungan sosial yang menentukan kesehatan dan perkebangannya, baik secara fisik maupun psikologi bagi anak berkebutuhan khusus. Dukungan sosial pada umumnya dapat ditumbuhkan dari orang lain yang berarti seperti anggota keluarga, teman, saudara, dan rekan kerja. Kemampuan pada anak berkebutuhan khusus akan mencapai kemajuan yang lebih baik jika pada prosesnya terdapat kolaborasi antara orang tua dengan para profesional praktisi pendidikan. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian berkaitan dengan Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Prestasi Belajar Pada Anak Berkebutuhan Khusus 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah Apakah ada Hubungan antara Dukunagan Sosial dengan Prestasi pada Anak Berkebutuhan Khusus.

5 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Sesuai dengan rumusan masalah yang ada dan sudah ditetapkan, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Prestasi pada Anak Berkebutuhan Khusus. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi dukungan sosial pada anak berkebutuhan khusus di SMPLB Bhakti Luhur Kota Malang. 2. Mengidentifikasi prestasi belajar pada anak berkebutuhan khusus di SMPLB Bhakti Luhur Kota Malang. 3. Menganalisis hubungan dukungan sosial dengan prestasi belajar pada anak berkebutuhan khusus di SMPLB Bhakti Luhur Kota Malang. 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan peneliti, serta menjadi pengalaman berharga untuk peneliti yang kemudian menjadi sumber referensi pada penelitian berikutnya. 1.4.2 Manfaat Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Sebagai sarana untuk menambah wawasan, pemahaman, dan pengetahuan bagi anak berkebutuhan khusus untuk tidak menyarah meraih prestasi dan lebih banyak anak berkebutuhan khusus memahami akan kemampuanya dan dapat membanggakan nusa bangga dan orang tuanya terlebih bangga terhadap dirinya sendiri.

6 1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat Dan Keluarga Anak Berkebutuhan Khusus Sebagai sarana untuk menambah wawasan, pemahaman, dan pengetahuan bagi para masyarakat dan orang tua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus untuk tidak direndakan dan selalu memberikan dukungan dalam berprestasi 1.4.4 Manfaat Bagi Institusi Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi instansi kesehatan guna mengetahui seberapa besar pengaruh dukungan sosial dan rasa berharga pada anak berkebutuhan khusus untuk mencapai prestasi yang diinginkan serta instansi kesehatan bisa membuat suatu strategi dalam mengatasi masalah tersebut dengan bekerja sama secara lintas sektor. 1.4.5 Manfaat Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber dan referensi untuk peneliti lain yang akan meneliti tentang prestasi pada anak anak berkebutuhan khusus. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah ada sebelumnya, namun dari segi variabel dan subjek penelitian ini benar-benar asli dan belum pernah diteliti sebelumnya. Penelitian Neta Sepfitri (2011) meneliti tentang Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Motivasi Berprestasi Siswa MAN 6 Jakarta. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Neta Sepfitri terletak pada variabel dependen dan variable independennya. Pada penelitian ini variabel dependennya adalah dukungan sosial dan

7 harga diri, sedangkan pada variabel independennya adalah prestasi anak berkebutuhan khusus. Perbedaan selanjutnya terletak pada tujuan penelitian. Tujuan penelitian Neta adalah untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial dengan motivasi prestasi, sedangkan tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dan harga diri dengan prestasi pada anak berkebutuhan khusus. Penelitian Edy Subowo dan Martiarini (2012) meneliti tentang Hubungan Antara Harga Diri Remaja Dengan Motivasi Berprestasi Pada Siswa SMK Yosonegoro Magetan. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel dependen serta pada tujuannya. Pada penelitian yang dilakukan Edy Subowo dan Martiarini variabel independennya motivasi berprestasi. Perbedaan selanjutnya terletak pada tujuan dan respondennya. Tujuan penelitian Edy Subowo dan Martiarini adalah untuk mengerahui hubungan harga diri dengan motivasi prestasi pada siswa SMK, sedangkan tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan sosial dan harga diri dengan prestasi pada anak berkebutuhan anak khusus. 1.6 Batasan Penelitian Penelitian ini akan menganalisis Hubungan Dukungan Sosial Dengan Prestasi Anak Berkebutuan Khusus. Batasan penelitiannya yaitu: 1. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai perbedaan pertumbuhan dan perkembangan dengan anak normal pada usianya yang mengalami kelainan baik fisik, mental intelektual, sosial maupun emosional. Anak yang tergolong anak berkebutuhan khusus meliputi:

8 tuna grahita, tuna daksa, tuna netra, tuna rungu, tuna wicara, gangguan konsentrasi, anak hiperaktive (Ramadhan, 2012). 2. Dukungan sosial adalah dukungan yang oleh orang ke orang lain yang dipercaya, dapat diandalkan, dapat memberikan perhatian dan dapat menjadikan seseorang merasa dirinya ada (Ratna, 2009). Dukungan sosial meliputi dukunngan instrumental, informasi, penghargaan, emosi (kuntjoro, 2002). 3. Prestasi belajar yaitu hasil kecakapan atau kemampuan individu untuk menguasai sejumlah materi tertentu program pelajaran yang diajarkan atau dipelajari melalui usaha yang dilakukannya dalam proses belajar (Suryabrata, 1993).