REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

dokumen-dokumen yang mirip
MODUL 12 WESEL 1. PENGANTAR

WESEL (SWITCH) Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan bentuk Tata Letak Jalur pada Stasiun

PERSILANGAN ANTARA JALAN REL DENGAN JALAN RAYA

REKAYASA JALAN REL. MODUL 8 ketentuan umum jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

TUGAS PERENCANAAN JALAN REL

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis Jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

BAB I PENDAHULUAN 1.2. JENIS PEMBANGUNAN JALAN REL

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan.

BAB III LANDASAN TEORI

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API DARI STASIUN PEKALONGAN KE STASIUN TEGAL

REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

KAJIAN GEOMETRIK JALUR GANDA DARI KM SAMPAI DENGAN KM ANTARA CIGANEA SUKATANI LINTAS BANDUNG JAKARTA

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL KERETA API TRASE KOTA PINANG- MENGGALA STA STA PADA RUAS RANTAU PRAPAT DURI II PROVINSI RIAU

BAB III LANDASAN TEORI. Tujuan utama dilakukannya analisis interaksi sistem ini oleh para

PERENCANAAN JALUR LINTASAN KERETA API DENGAN WESEL TIPE R54 PADA EMPLASEMEN STASIUN ANTARA PASURUAN - JEMBER ( KM KM ) TUGAS AKHIR

2 Mekanika Rekayasa 1

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Tipikal Tata Letak dan Panjang Efektif Jalur Stasiun

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

BAB III LANDASAN TEORI

BAB X PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Perancangan Tata Letak Jalur di Stasiun Betung

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Surabaya -Krian

PERENCANAAN GEOMETRI JALAN REL

BAB III LANDASAN TEORI. A. Kajian Pola Operasi Jalur Kereta Api Ganda

HUBUNGAN SATUAN PANJANG DENGAN DERAJAT

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan atas jalan kereta api terdiri dari:

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analaisis Tata Letak Jalur pada Stasiun Muara Enim

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan

BAB III LANDASAN TEORI A. Struktur Jalur Kereta Api

BAB III METODE PENELITIAN. melalui tahapan tahapan kegiatan pelaksanaan pekerjaan berikut :

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL ANTARA BANYUWANGI-SITUBONDO- PROBOLINGGO

PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API SURABAYA - KRIAN

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN

Tarikan/dorongan yang bekerja pada suatu benda akibat interaksi benda tersebut dengan benda lain. benda + gaya = gerak?????

BAB III LANDASAN TEORI. Tabel 3.1. Kelas jalan rel lebar jalan rel 1067 mm

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

KINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

Naskah Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang

GEOMETRI DIMENSI DUA. B. Keliling dan Luas Bangun Datar. 1. Persegi. A s

KULIAH PRASARANA TRANSPORTASI PERTEMUAN KE-8 PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN REL

LENGKUNG MENDATAR LENGKUNG SEDERHANA LENGKUNG DGN TITIK PERANTARA LENGKUNG DGN PERANTARA KOORDINAT LENGKUNG SEPEREMPAT BAGIAN

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III STRUKTUR JALAN REL

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

MODUL FISIKA SMA Kelas 10

BAB ill GEOMETRI JALAN REL. Geometri jalan rei direneanakan berdasar pada kecepatan reneana serta

D E P A R T E M E N P E R H U B U N G A N Komite Nasional Keselamatan Transportasi

KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK

BAB III LANDASAN TEORI. A. Tipikal Tata Letak Dan Panjang Jalur Di Stasiun

ALINEMEN HORISONTAL. WILLY KRISWARDHANA Jurusan Teknik Sipil FT Unej. Jurusan Teknik Sipil Universitas Jember

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (HSKB 250) Lengkung Geometrik

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jalan Raya

Rekayasa Lalu Lintas

BESARAN VEKTOR B A B B A B

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Lintas Cirebon Kroya Koridor Prupuk Purwokerto BAB II STUDI PUSTAKA

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

REKAYASA JALAN REL. MODUL 11 : Stasiun dan operasional KA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

KINEMATIKA GERAK LURUS 1

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

BAB II TEORI ELEVATOR

DINAMIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS.

138 Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas VII

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014

Jarak pandang berguna untuk :

VEKTOR. Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3. Liduina Asih Primandari, S.Si., M.Si.

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

FISIKA XI SMA 3

PENDAHULUAN B. RUMUSAN MASALAH A. LATAR BELAKANG

Kelandaian maksimum untuk berbagai V R ditetapkan dapat dilihat dalam tabel berikut :

berlaku yang memenuhi syarat teknis jalur kereta api. PENDAHULUAN

ANALISIS KELAYAKAN KONSTRUKSI BAGIAN ATAS JALAN REL DALAM KEGIATAN REVITALISASI JALUR KERETA API LUBUK ALUNG-KAYU TANAM (KM 39,699-KM 60,038)

BAB 4 JARAK PANDANG 4.1. Pengertian

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. akan berbelok, maka ada dua skenario atau kejadian yang dikenal sebagai understeer

PERENCANAAN JALUR KERETA API ANTARA STASIUN DUKU DENGAN BANDARA INTERNASIONAL MINANG KABAU

Transkripsi:

REKAYASA JALAN REL MODUL 6 WESEL DAN PERSILANGAN

OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan fungsi dan jenis wesel yang umum digunakan di Indonesia Mahasiswa dapat menjelaskan standar pembuatan bagan wesel dengan benar dan komponen-komponen wesel Mahasiswa mampu untuk menjelaskan prinsip pengoperasian wesel dalam kaitannya dengan tata letak di stasiun

KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA Definisi dan fungsi wesel Jenis wesel yang ada di Indonesia

PENDAHULUAN Pada konstruksi jalan rel (tidak seperti jalan raya), pertemuan antara beberapa jalur (sepur) harus dilaksanakan dengan konstruksi khusus yang dikenal dengan wesel (Switch) Pada umumnya wesel terletak di emplasemen stasiun, yang dalam perencanaannya sangat tergantung pada: a) Kecepatan kereta api b) Panjang peron c) Lay out stasiun d) Tujuan peron

EMPLASEMEN Wesel adalah konstruksi rel kereta api yang bercabang (bersimpangan) tempat memindahkan jurusan jalan kereta api. Wesel terdiri dari sepasang rel yang ujungnya diruncingkan sehingga dapat melancarkan perpindahan kereta api dari jalur yang satu ke jalur yang lain dengan menggeser bagian rel yang runcing.

Skema emplasemen L P P S P : peron S : gedung utama stasiun L : tempat penyimpanan lokomotif/ dipo wesel

Wilayah wesel Wilayah wesel adalah tempat dimana kumpulan wesel berada untuk memencarkan satu sepur menjadi beberapa sepur atau menyatukan beberapa sepur menjadi satu sepur Wilayah wesel (ww) emplasemen Wilayah wesel (ww)

Pola dasar wilayah wesel A. Ww lurus, satu wesel kiri dan lainnya kanan kiri kanan kanan B. Ww lengkung (semua wesel kiri atau semua wesel kanan) kiri kiri kiri C. Ww komnbinasi, wesel kiri dan wesel kanan hampir sama jumlahnya)

Skema bentuk global wesel A. Trapesium tunggal B. Trapesium ganda C. Jajaran genjang D. Kipas atau sapu

JENIS WESEL Wesel biasa Wesel biasa kiri Wesel biasa kanan

Wesel dalam lengkung JENIS WESEL Wesel searah lengkung Wesel berlawanan arah lengkung Wesel simetris

Wesel tiga jalan

Wesel Inggris

SUSUNAN KONSTRUKSI WESEL Bagian pokok Bagian pengarah :terletak pada bagian terdepan wesel dan berfungsi mengarahkan roda kereta api dari arah lurus menuju belok demikian sebaliknya Bagian persilangan wesel : memberikan kesempatan kepada roda kereta untuk melintas dengan memotong rel lain tanpa hambatan Bagian pelengkap Bagian penerus : tidak terdapat konstruksi khusus, hanya ada sepasang rel sepur lurus dsan sepasang rel sepur lengkung

HOW RAILWAY TRACK CHANGE??????

KOMPONEN WESEL

LIDAH WESEL komponen wesel yang dapat bergerak, Lidah wesel dalam posisinya diikat oleh kopel pengikat lidah agar jarak antara lidah dapat terus terjaga baik pada saat diam ataupun saat berbalik. Lidah wesel dapat digerakkan kekiri dan kanan ( secara horisontal ) hingga bilah lidah menempel dengan baik pada rel lantak. Melalui bilah lidah berfungsi untuk menangkap roda KA agar mengikuti arah lidah terpasang, bila lidah belok maka arah KA jadi membelok demikian sebaliknya.

Sistem putar Pada ujung lidah dapat digeser untuk menempel dan menekan pada rel lantak sehingga dapat mengarahkan jalannya kereta api, yaitu dari rel lurus ke rel lurus atau dari rel lurus ke rel bengkok atau rel bengkok ke rel lurus Sistem pegas

JARUM DAN SAYAP Untuk memberikan kemungkinan flens roda kereta api berjalan memlaui perpotongan rel dalam wesel Sudut lancip ( ) = sudut yang dibentuk sepur lurus dan sepur belok sudut simpang arah Supaya flens roda dapat lewat maka rel di depan ujung jarum wesel harus terputus. Kemungkinan turunnya roda ke arah bawah pada saat roda berada di atas terputusnya rel dicegah oleh sayap

Kemungkinan tertabraknya ujung jarum oleh flens roda kereta api diatasi dengan : 1. Ujung jarum dibuat lebih rendah dibandingkan permukaan rel 2. Menentapkan jarak antara rel paksa dengan jarum

REL PAKSA Rel paksa dipasang berhadapan dengan jarum (dan sayapnya) Saat roda berada diujung jarum (diatas terputusnya rel) kemungkinan keluarnya roda dijaga oleh rel paksa.

REL LANTAK Rel lantak berfungsi sebagai tempat tumpuan lidah wesel sehingga penambatan pada rel lantak harus selalu dalam keadaan baik..

BANTALAN PADA WESEL Pada sepur lurus hingga jarum, bantalan di pasang tegak lurus sepur, sesudah jarum, bantalan dipasang tegak garis bagi sudut simpang arah Bantalan yang digunakan umumnya bantalan kayu

SKEMA WESEL M = titik pusat wesel A = awal wesel, tempat sambungan rel lantak dengan rel biasa B = akhir wesel 1 : n = tangen sudut simpang arah

KECEPATAN IJIN DAN SUDUT SIMPANGAN ARAH WESEL Tg. 1 : 8 1 : 10 1 : 12 1 : 14 1 : 16 1 : 18 Nomor Wesel W8 W10 W12 W14 W16 W18 Kecepatan Ijin (km/jam) 25 35 45 50 60 70 Faktor yang menentukan perancangan wesel adalah : Kecepatan kereta api, sudut tumpu ( ), dan sudut simpang arah ( ) Panjang Jarum Panjang Lidah Jari-jari Lengkung

PERENCANAAN WESEL A. Panjang Jarum wesel Panjang jarum wesel tergantung pada lebar kepala rel, lebar kaki rel, besarnya celah antara jarum dan rel dan sudut simpang arah P = B + C 2 tg α 2 P = panjang jarum wesel B = lebar kepala rel C = lebar kaki rel = sudut simpang arah d = celah antara jarum dan ujung rel

B. Panjang Lidah wesel Panjang lidah tergantung jenis lidah (lidah berputar atau lidah pegas) Lidah berputar : t > B + Y sin β t = panjang lidah B = lebar kepala rel Y = jarak antara akar lidah dan rel lantak = sudut tumpu

Lidah berpegas : t > B cotg β t = panjang lidah B = lebar kepala rel = sudut tumpu

C. Jari-jari wesel Terdapat dua jari-jari pada lengkung wesel, R lengkung dalam dan R lengkung luar. Nilai ini dipengaruhi oleh lebar sepur, sudut tumpu, sudut simpang arah, panjang lidah dan panjang jarum R 1 = S t sin β + P sin α cos β cos α R1 = jari-jari lengkung luar S = lebar sepur t = panjang lidah = sudut tumpu P = panjang jarum = sudut simpang arah

Dengan batasan bahwa R lengkung luar tidak boleh melebihi batasan : R 1 = 2 V 7, 8 R = jari-jari lengkung luar V = kecepatan ijin pada wesel (dalam km/jam) R lengkung dalam (R d ) ditentukan berdasarkan R 1 (lengkung luar) dengan memperhitungkan perlunya lebar sepur

PERSILANGAN DENGAN JALAN RAYA Persilangan tanpa penutup Persilangan dengan penutup jungkit Persilangan dengan penutup sorong

PERSILANGAN TANPA PENUTUP Harus tersedia daerah pandangan bebas yang memadai baik bagi pengemudi kendaraan maupun masinis KA Persilangan yang paling baik adalah siku-siku Terdapat dua kondisi: Kondisi I : Pengemudi kendaraan di jalan raya dapat melihat kereta api yang mendekat dan kendaraan dapat MELINTASI persilangan sebelum kereta api tiba di persilangan Kondisi 2 : Pengemudi kendaraan di jalan raya dapat melihat kereta api yang mendekat dan kendaraan dapat DIHENTIKAN sebelum memasuki daerah persilangan

KASUS 1 Terdapat dua jari-jari pada lengkung wesel, R lengkung dalam dan R lengkung luar. Nilai ini dipengaruhi oleh lebar sepur, sudut tumpu, sudut simpang arah, panjang lidah dan panjang jarum dh = 1, 4667. V v. t + V v 2 30. f + D + de

dt = V T V V 1, 667. V V. t + V 2 V + 2. D + L + W 30. f dh = jarak pandang bebas minimum sepanjang jalan raya (feet) dt = jarak pandang bebas minimum sepanjang jalan rel (feet) Vv = kecepatan kendaraan jalan raya (mil/jam) VT = kecepatan kereta api (mil/jam) t = waktu reaksi, diambil 2,5 detik f = koefisien gesek D = jarak dari garis henti, atau jarak ujung depan kendaraan ke rel terdekat (diambil 15 feet) De = jarak dari pengemudi ke ujung depan kendaraan, diambil 10 feet) L = panjang kendaraan (diambil 65 feet) W = jarak antara rel terluar, untuk jalur tunggal digunakan 5 feet

Koefisien gesek pada jalan

KASUS 2 Terdapat dua jari-jari pada lengkung wesel, R lengkung dalam dan R lengkung luar. Nilai ini dipengaruhi oleh lebar sepur, sudut tumpu, sudut simpang arah, panjang lidah dan panjang jarum dt = 1, 4667. V T V G al + L + 2D + W da V G

dt = jarak pandang bebas minimum sepanjang jalan rel (feet) V G = kecepatan terbesar kendaraan pada sisi pertama, diambil 8,8 feet/dtk) VT = kecepatan kereta api (mil/jam) al = percepatan kendaraan pada sisi pertama, diambil 1,47 feet/dtk f = koefisien gesek J = waktu reaksi, diambil 2 detik da = V G 2 = jarak yang ditempuh kendaraan ketika mempercepat 2.al untuk mencapai kecepatan tertinggi pada gigi pertama