BAB I PENDAHULUAN. Kumpulan surat Habis gelap Terbitlah Terang ditulis oleh R.A Kartini pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun

MAKNA PERJUANGAN R. A. KARTINI

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan dokumen sejarah yang sangat penting, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada saat ini telah berkembang sangat pesat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB 1 PENDAHULUAN. buku berjudul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Kartini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan fenomena sosial budaya yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN HARI KARTINI KE 136 TAHUN 2015 TANGGAL 21 APRIL 2015

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PERINGATAN HARI KARTINI KE 136 TAHUN 2015 TANGGAL 21 APRIL 2015

I. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain. Secara tidak

R.A. Kartini. 21 April September 1904

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat biasa adalah mahkluk yang lemah, harus di lindungi laki-laki,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

Novel momoye mereka memanggilku karya Eka Hindra dan Koichi Kimura : tinjauan sosiologi sastra BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia sehari-hari (Djojosuroto, 2000:3). Persoalan yang menyangkut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang

BAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak manusia mulai hidup bermasyarakat, maka sejak saat itu sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB I PENDAHULUAN. manusiawi dan tidak adil di negerinya sendiri. Gesekan-gesekan sosial akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

NASKAH IDENTIFIKASI NASKAH CUT 1

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

JENIS KALIMAT DAN VARIASI DIKSI DALAM KARTU UCAPAN ULANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. sebagian alat komunikasi, baik komunikasi antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

I. PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pikiran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, banyak sekali bermunculan karya-karya sastra yang nilai keindahannya

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Novel sebagai karya sastra menyajikan hasil pemikiran melalui penggambaran wujud

I. PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian dari penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, kemampuan berbicara atau bercerita, keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kumpulan surat Habis gelap Terbitlah Terang ditulis oleh R.A Kartini pada tahun 1911. Kumpulan surat tersebut pertama kali dibukukan oleh sahabat pena R.A Kartini yang bernama J.H Abendanon yang saat itu menjabat sebagai menteri atau direktur kebudayaan, agama, dan kerajinan Hindia-Belanda. Kumpulan surat tersebut berjudul Door Duisternis Tot Licht. Pada tahun 1922, pertama kali seorang pelopor Pujangga Baru bernama Armijn Pane menerjemahkan surat tersebut dalam bahasa Indonesia. Pada tahun yang sama, kumpulan surat tersebut diterbitkan oleh Balai Pustaka dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang. Pada tahun 1979, Sulastri Sutrisno salah satu sahabat baik Armijn Pane juga menerjemahkan kumpulan surat R.A Kartini, namun dalam format yang berbeda. Perbedaan terjemahan kumpulan surat tersebut terdapat pada jumlah surat dan isi surat. Armijn Pane menyajikan kumpulan surat dalam format lima bab, yang menunjukkan tahapan atau perubahan sikap R.A Kartini selama berkorespondensi. Armijn Pane menciutkan jumlah surat menjadi delapan puluh tujuh surat. Hal ini disebabkan, ada kemiripan pada beberapa surat dan untuk menjaga jalan cerita agar menjadi seperti roman. Di sisi yang lain, Sulastin Sutrisno menerjemahkan kumpulan surat dalam versi lengkap dengan alasan semakin lama makin sedikit orang di negeri Indonesia yang menguasai Bahasa Belanda dan supaya kumpulan surat tersebut dapat dibaca oleh banyak orang. 1

2 Seluruh kumpulan surat R.A Kartini berjumlah seratus lima puluh surat yang ditujukan kepada suami-istri Abendanon, sahabat, dan ketiga adiknya (Kardinah, Kartinah, dan Soematri). Surat-surat R.A. Kartini kepada suami-istri Abendanon waktu itu, sebagian besar menceritakan perjuangan hidup seorang perempuan untuk memperoleh kebebasan, yakni bebas untuk memperoleh pendidikan dan bebas untuk berpendapat dalam menentukan jalan hidup (khususnya bagi kaum elit perempuan), karena pada masa silam kaum elit perempuan tidak terlalu diakui kedudukannya oleh masyarakat, khususnya oleh kaum laki-laki. Kejadian waktu itu membuat kaum perempuan sering menderita dan kaum perempuan dipandang sebelah mata oleh kaum laki-laki, baik dalam hal sosial maupun kepribadian. Misalnya, bahasa kaum perempuan dipandang sebagai situs pertarungan sosial, karena bahasa perempuan dianggap sebagai sebuah sistem abstrak seperti pandangan linguistik, tetapi dipandang sebagai realitas hidup yang konkret (Santoso, 2012:166). Berdasarkan uraian di atas dan pendapat para ahli dapat dikatakan bahasa kaum perempuan dianggap lemah oleh sebagian besar orang, jika diteliti lebih mendalam bahasa perempuan mempunyai keistimewaan atau karakteristik tersendiri. Bahasa perempuan tidak selalu menuansakan makna kelemah-lembutan dan dalam kelembutan bahasa perempuan mempunyai makna dan maksud tersendiri. Terkait dengan hal tersebut, perlu adanya kajian secara kebahasaan. Sebelum menulis surat-suratnya, R.A Kartini sering membaca surat kabar atau majalah kebudayaan dan buku karangan dalam bahasa Belanda. Ketertarikannya membaca buku atau surat kabar, dikarenakan dapat menambah ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan membuatnya pandai berbahasa Belanda. R.A Kartini memberi perhatian khusus pada masalah emansipasi wanita dan menaruh

3 perhatian terhadap masalah sosial yang dihadapi wanita kala itu. Misalnya, seorang perempuan perlu memperoleh kesetaraan kebebasan, dan otonomi serta kesetaraan hukum. Oleh karena itu, bahasa perempuan memiliki perbedaan dengan bahasa laki-laki. Menurut Lakoff (dalam Santoso, 2012:166) bahasa perempuan memiliki karakteristik yang membedakan dengan bahasa laki-laki. Perempuan mempunyai cara berbicara (way of speaking) yang berbeda dari lakilaki, yakni sebuah cara berbicara yang akan merefleksikan dan menghasilkan posisi subordinat di dalam masyarakat. Menurut Santoso (2012:168) bahasa perempuan dianggap sebagai sistem representasi. Representasi diartikan sebagai cara membahasakan peristiwa, pengalaman, pandangan dan kenyataan hidup. Bahasa dalam kumpulan surat R.A Kartini merupakan curahan hati ketika melihat perempuan Jawa kala itu. Persoalan pemakaian diksi atau pilihan kata merupakan suatu kekhilafan yang sangat besar jika diabaikan dan menganggap bahwa persoalan pilihan kata adalah persoalan yang sederhana, padahal pilihan kata atau diksi yang digunakan oleh seseorang dalam menyampaikan pendapat atau ide mempunyai makna yang mendalam jika diteliti dan dianalisis. Makna yang terkandung dalam kumpulan surat R.A Kartini merupakan wujud dari siksaan yang ada dalam diri seorang R.A Kartini yang ingin mewujudkan semua cita-cita dan membela hak-hak kaum perempuan, agar tidak tertindas oleh bangsa Belanda dan kaum laki-laki. Pemilihan kata dalam penulisan didasari atas gagasan-gagasan yang jelas pada imajinasi penulis, terhadap kejadian yang sedang dipikirkan, dialami dan dirasakan ketika melihat maupun mengalami kejadian pahit. R.A Kartini sudah banyak belajar ketika membaca buku-buku dalam bahasa Belanda. Pilihan kata

4 yang digunakan R.A Kartini dalam menulis surat dipengaruhi oleh pengalaman, kepribadian, dan pengalaman pendidikannya di lingkungan masyarakat. Bagi pembacanya kumpulan surat R.A Kartini mempunyai makna yang tersirat. Pemikiran seperti itu seolah memandang sebelah mata kaum perempuan dalam mengapresiasikan pendapat. Supaya tidak terseret dalam pandangan seperti itu, maka perlu dipahami akan pentingnya peranan kata dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan (melalui surat). Surat-surat dalam arsip lama dapat dipakai sebagai bahan penelitian untuk mengetahui bagaimana keadaan atau kegiatan pada masa silam. Surat berfungsi sebagai alat bukti historis. Artinya, surat-surat yang telah diarsipkan dipakai sebagai alat pengingat terbentuknya suatu sejarah. Selain sebagai alat bukti historis, surat juga tergolong sebagai karya sastra dalam bentuk tulisan atau teks. Surat merupakan jenis karangan (komposisi paparan), penulis mengemukakan maksud, tujuan dan menjelaskan apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan (Soedjito dan Solchan, 1979:1). Surat tulisan R.A Kartini menunjukkan bahwa perempuan tidak kalah dengan kaum laki-laki yang bisa berkarya, namun banyak yang beranggapan bahwa perempuan selalu lemah dalam berbicara. Akan tetapi, jika perempuan mempunyai kemauan dan hati dirundung pilu seperti R.A Kartini, maka perempuan akan berbicara dari kalbu yang paling dalam. Kumpulan surat R.A Kartini dapat dikatakan termasuk dalam dokumentasi karya sastra, karena mengandung unsur estetik dan merupakan cermin sosial di era penjajahan Belanda, sebagai bukti perjuangan terbentuknya suatu sejarah emansipasi wanita. Menurut Wellek dan Austin (1977:111), karya sastra disebut sebagai dokumen karena merupakan menumen. Artinya, karya sastra dapat

5 mewakili sebuah zaman dan kebenaran sosial. Pendapat di atas terbukti bahwa R.A Kartini dalam menulis surat-suratnya melihat kedudukan sosial yang mendiskriminasikan perempuan dengan laki-laki. Hal seperti inilah yang mampu menggerakkan hati seorang R.A Kartini untuk mengembalikan hak-hak kaum perempuan dan sedikit memperbaiki pandangan masyarakat Jawa. Berdasarkan paparan di atas, permasalahan tentang bahasa surat perlu dikaji, karena surat-surat R.A Kartini merupakan salah satu bukti sejarah bahwa perempuan juga memiliki kebebasan untuk berpendapat dan memiliki hak-hak yang sama dengan laki-laki. Pemilihan surat-surat R.A Kartini sebagai objek penelitian dilandasi oleh tiga alasan, yakni (1) belum pernah dilakukan penelitian tentang kumpulan surat R.A Kartini dalam perspektif kebahasaan (khususnya pilihan kata atau diksi), (2) pilihan kata atau diksi yang digunakan dalam kumpulan surat R.A Kartini menyiratkan perasaan renungan dari dalam kalbu dan sebagian besar merupakan ungkapan perasaan yang menggambarkan tentang penderitaan, (3) tulisan dalam surat R.A Kartini merupakan dokumen sejarah mengenai perjuangan hak-hak kaum elit perempuan. Alasan perlunya dilakukan penelitian ini, karena objek penelitian merupakan dokumen sejarah dan dokumen sastra yang cenderung dilupakan oleh masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan hal baru dalam dunia pendidikan bahasa, karena objek yang digunakan berwujud sejarah perjuangan emansipasi kaum perempuan. Uraian di atas mendasari dilakukannya penelitian tentang aspek kebahasaan. Aspek kebahasaan yang akan dibahas, yakni Ekspresi Penderitaan dalam Surat- Surat R.A Kartini sebuah Tinjauan Deskriptif. Pada penelitian ini difokuskan

6 pada aspek kebahasaan yang mencakup diksi atau pilihan kata dalam bahasa surat kaum perempuan yang menggambarkan penderitaan. 1.2 Fokus Penelitian Penelitian ini, difokuskan pada aspek kebahasaan, yaitu diksi atau pilihan kata dalam surat-surat R.A Kartini yang menggambarkan ekspresi penderitaan. Permasalahan yang akan dijadikan topik berupa bentuk ekspresi penderitaan dan makna ekspresi penderitaan tulisan R.A Kartini dalam kumpulan surat-suratnya. 1.3 Rumusan Masalah Selaras dengan fokus permasalahn dalam penelitian ini, dirumuskan berikut ini. 1) Bagaimana bentuk ekspresi penderitaan yang digunakan R.A Kartini dalam surat-suratnya? 2) Bagaimana makna ekspresi penderitaan yang digunakan R.A Kartini dalam surat-suratnya? 1.4 Tujuan Dari dua rumusan masalah di atas, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut. 1) Mendeskripsikan bentuk ekspresi penderitaan dalam surat-surat R.A Kartini. 2) Mendeskripsikan makna ekspresi penderitaan dalam surat-surat R.A Kartini.

7 1.5 Manfaat 1) Manfaat secara teoretis Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan teori dalam bidang kebahasaan khususnya pada kajian tentang penggunaan diksi atau pilihan kata dalam surat-menyurat. Selain pengembangan dalam ilmu kebahasaan juga dapat mengigat dokumen-dokumen sejarah dalam bentuk teks (surat-surat R.A Kartini). 2) Manfaat secara praktis Secara praktis penelitian ini, yakni untuk melestarikan budaya sekaligus dapat mengetahui kehidupan perempuan yang sebenarnya dalam masyarakat Jawa. Selain itu, dalam penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai pelestarian budaya dan menjadi referensi, serta dapat membantu dunia pendidikan dalam menkaji surat-surat sebagai dokumentasi sejarah. 1.6 Definisi Operasional Untuk mempermudah pembaca dalam istilah-istilah yang belum demengerti, maka perlu untuk penulis tugaskan dalam penegasan istilah. Penegasan istilah mungkin dapat membatu pembaca agar tidak salah paham dalam mengartikannya. 1) Diksi atau pilihan kata merupakan kata-kata yang digunakan penulis untuk menyampaikan suatu gagasan, ide dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang hendak diucapkan dengan tepat dalam berbicara atau dalam menulis (Keraf, 1984:24).

8 2) Penderitaan adalah kesusahan, kesengsaraan yang dialami oleh manusia dengan cara menahan atau menanggung dan bahkan ikut merasakan keadaan (state) yang tidak menyenangkan batin maupun menyiksa batin. Penderitaan yang dialami seseorang dapat berupa penderitaan fisik (cacat) dan batin (psikis) (Widagdho, dkk., 2010:81). 3) Diksi pengungkapan perasaan penderitaan adalah kata-kata yang digunakan R.A Kartini untuk menyampaikan ide atau gagasan yang hendak diucapkan dalam menghadapi keadaan (state) atau kejadian yang sedang dialami, serta menyingngung perasaaan dan tidak menyenangkan batin (Keraf, 1984 dan Widagdho,dkk., 2010). 4) Surat adalah jenis karangan (komposisi) paparan jika dilihat dari sifat isinya penulis mengemukakan maksud dan tujuannya, dan menjelaskan perasaan yang sedang dialami, sedangkan surat sebagai dokumentasi merupakan alat bukti historis dan dipakai sebagai alat pengingat sejarah atas keadaan, kegiatan, atau kejadian pada masa lampau (Soedjito dan Solchan, 1979:1). 5) Surat R.A Kartini adalah paparan perasaan atau isi hati yang sedang dialami oleh R.A Kartini tentang perjalanan hidup untuk memuliakan kaum perempuan dan diungkapkan kepada sahabat, saudara, serta suami-sitri Abendanon untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan yang dituangkan dalam bentuk tulisan.