IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Pertimbangannya adalah bahwa Kecamatan Cisarua merupakan salah satu daerah penghasil kembang kol di Jawa Barat. Pemilihan Kecamatan Cisarua disebabkan karena wilayah tersebut merupakan daerah yang produktivitas kembang kol cukup banyak di Kabupaten Bogor. Berdasarkan kecamatan tersebut dipilih Desa Tugu Utara dengan kelompok tani Suka Tani, karena di Desa Tugu Utara terdapat enam kelompok tani yang tergabung dalam gabungan kelompok tani (Gapoktan) Kaliwung Kalimuncar. Masing-masing kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan ini memiliki tujuan dan jenis komoditas yang diusahakan berbeda-beda. Kelompok Suka Tani merupakan anggota Gapoktan yang memiliki petani anggota yang membudidayakan kembang kol. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Desember 2009. Waktu ini digunakan untuk memperoleh data dan keterangan dari petani dan semua pihak yang terkait dalam penelitian ini. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui observasi (pengamatan) dan wawancara langsung terhadap kegiatan yang dilakukan responden, dengan menggunakan data kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Data sekunder sebagai data penunjang diperoleh dari catatan yang terdapat di berbagai instansi yang berkaitan dengan masalah penelitian seperti Dinas Pertanian Bogor, Badan Pusat Statistik, Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian dan dari berbagai literatur baik buku, skripsi dan artikel-artikel dari internet.
4.3 Metode Penentuan Sampel Pengambilan responden untuk petani dilakukan secara sensus karena jumlah petani yang sangat terbatas sehingga seluruh petani yang berada di bawah naungan kelompok tani Suka Tani akan dijadikan sebagai responden. Informasi mengenai populasi petani kembang kol pada kelompok tani Suka Tani Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua diperoleh dari ketua kelompok tani tersebut. Jumlah petani dari seluruh kelompok tani tersebut 30 orang petani yang mengusahakan berbagai jenis sayuran seperti kembang kol, wortel dan cabai. Petani yang dipilih sebagai responden adalah seluruh petani anggota kelompok tani yang memproduksi kembang kol. Sampling yang dilakukan untuk menganalisis aspek pemasaran dengan mengikuti arus komoditi kembang kol dari petani sampai ke konsumen. Responden yang diambil meliputi dua orang pedagang pengumpul, dua orang pedagang besar dan lima orang pedagang pengecer. 4.4 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode pengamatan langsung (observasi) dan metode kuisioner (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Observasi dilakukan dengan mengamati proses kegiatan pemasaran dan kegiatan budidaya yang berlangsung di lokasi penelitian. Selain itu, dilakukan wawancara dengan para petani kembang kol, pedagang pengumpul, supplier, dan pedagang pengecer untuk mengetahui kegiatan pemasaran dan kegiatan usaha kembang kol. 4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk melihat kegiatan produksi, sistem pemasaran pada usahatani kembang kol di lokasi penelitian dan beberapa hal lain yang terkait akan diuraikan secara deskriptif, sedangkan analisis kuantitatif disajikan dalam bentuk tabulasi. Analisis ini bertujuan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang mudah 40
dibaca. Dalam penelitian analisis kuantitatif dilakukan dengan analisis pendapatan, analisis R/C ratio, analisis marjin, farmer s share dan rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran menggunakan alat bantu berupa kalkulator dan komputer. 4.5.1 Analisis Pendapatan Usahatani Profitabilitas usahatani kembang kol dapat dikaji dengan dua indikator, yaitu pendapatan usahatani dan R/C rasio. Penerimaan total usahatani (total farm revenue) merupakan nilai produk dari usahatani yaitu harga produk dikalikan dengan total produksi periode tertentu. Total biaya atau pengeluaran adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam periode tertentu. Total pengeluaran (total cost) dianalisis berdasarkan biaya tunai dan biaya tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan. Pendapatan total usahatani merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total. Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan, sewa lahan dan nilai kerja keluarga diperhitungkan (Soekartawi, et al, 1985). Rumus penerimaan, total biaya dan pendapatan adalah : TR TC π atas biaya tunai π atas biaya total = P x Q = biaya tunai + biaya diperhitungkan = TR - biaya tunai = TR TC Keterangan : TR : Total penerimaan usahatani (Rp) TC : Total biaya usahatani (Rp) P : Harga output (Rp/Kg) Q : Jumlah output (Kg) π : Pendapatan atau keuntungan (Rp) Pendapatan selain dapat diukur dengan nilai mutlak juga dapat diukur analisis efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk tiap rupiah yang dikeluarkan (revenue cost ratio) atau analisis R/C. Rasio R/C yang dihitung dalam analisis ini terdiri dari R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya 41
total. Rasio R/C atas biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya tunai dalam satu periode tertentu. Rasio R/C atas biaya total dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu periode tertentu. Rumus analisis imbangan penerimaan dan biaya usahatani adalah sebagai berikut : R/C rasio atas biaya tunai = R/C rasio atas biaya total = TR / biaya tunai TR / TC Keterangan : TR : Total penerimaan usahatani (Rp) TC : Total biaya usahatani (Rp) Secara teoritis R/C menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C nya dikurangi satu. Suatu usaha dapat dikatakan menguntungkan dan layak untuk diusahakan apabila nilai R/C rasio lebih besar dari satu (R/C > 1), makin tinggi nilai R/C menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh semakin besar. Namun apabila nilai R/C lebih kecil dari satu (R/C < 1), usaha ini tidak mendatangkan keuntungan sehingga tidak layak untuk diusahakan. Biaya penyusutan alat-alat pertanian diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal pakai. Metode yang digunakan ini adalah metode garis lurus. Metode ini digunakan karena jumlah penyusutan alat tiap tahunnya dianggap sama dan diasumsikan tidak laku bila dijual. Rumus yang digunakan yaitu: Keterangan: Nb Ns N Biaya Penyusutan= n : Nilai pembelian (Rp) : Tafsiran nilai sisa (Rp) : Umur ekonomis (Tahun) Sumber: Husen Umar (2003) 42
Tabel 9. Contoh perhitungan pendapatan usahatani kembang kol dapat dilihat pada Tabel 9. Metode Perhitungan Pendapatan Usahatani No Komponen A Penerimaan Penjualan B Biaya Tunai 1 Sarana Produksi Pupuk Bibit (Kembang kol) 2 Tenaga Kerja Luar Keluarga 3 Pajak Lahan 4 Sewa lahan (lahan disewa) Total Biaya Tunai C Biaya yang diperhitungkan(biaya Tidak tunai) Penyusutan Alat Tenaga Kerja dalam keluarga Sewa lahan (lahan milik sendiri) Total Biaya yang diperhitungkan D Jumlah Total Biaya (B+C) E Pendapatan atas biaya tunai (A - B) F Pendapatan atas biaya total (A - D) G R/C rasio atas biaya tunai (A/B) H R/C rasio atas biaya total (A/D) Sumber: Tjakrawiralaksana, (1983) 4.5.2 Analisis Lembaga Pemasaran dan Saluran Pemasaran Analisis lembaga pemasaran digunakan untuk mengetahui lembagalembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran, yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan juga fungsi fasilitas. Lembaga-lembaga ini juga berfungsi sebagai sumber informasi mengenai suatu barang atau jasa. Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantyung yang terlibat dalam dalam proses untuk menjadikan suatu produkatau jasa siap untukdigunakan atau dikonsumsi. Analisis ini dilakukan secara kualitatif untuk melihat lembaga pemasaran yang terlibat dan saluran pemasaran yang ada pada kelompok tani Suka Tani dalam menyalurkan kembang kol dari produsen ke konsumen dan melihat fungsi-fungsi pemasaran yang terjadi. 43
4.5.3 Analisis struktur pasar Struktur pasar kembang kol dapat diketahui berdasarkan jumlah penjual dan pembeli, mudah tidaknya memasuki pasar, jenis-jenis komoditi yang dipasarkan, penentuan harga dan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh partisipan dalam pemasaran seperti biaya, harga dan kondisi pasar partisipan. Metode anallisis ini di perlukan untuk mengetahui apakah struktur pasar terseut cendrungmendekati persaingan sempurna atau persaingan tidak sempurna dengan melihat komponen-komponen yang mengarahkan pasar ke suatu struktur tertentu. 4.5.4 Analisis Perilaku dan Keragaan Pasar Tingkah laku pasar dari kembang kol dianalisis dengan mengamati praktek penjualan dan pembelian yang dilakukan pelaku-pelaku pemasaran, sistem pembayaran dan penentuan haraga serta kerjasama yang terjadi antara lembaga pemasaran. Struktur pasar dan prilaku pasar akan menentukan keragaan pasar yang dapat diukur melalui perubahan harga, biaya, marjin tataniaga dan jumlah komoditas yang diperdagangkan sehingga akan memberikan penilaian baik atau tidaknya sistem pemasaran. Keragaan pasar dapat diidentifikasi melalui penggunaan sumberdaya dan penghematan biaya. 4.5.5 Analisis Marjin Pemasaran Analisis pemasaran dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi lembaga pemasaran yang terlibat serta mendeskripsikan alur pemasaran yang terjadi dalam bentuk skema. Skema pemasaran dapat terbentuk beberapa macam tergantung alur pemasaran yang terjadi. Kemudian diidentifikasi fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan masing-masing lembaga pemasaran dalam proses penyaluran kembang kol dari petani sampai ke konsumen. Untuk melihat tingkat efisiensi pemasaran diukur dengan margin pemasaran, rasio keuntungan/biaya dan farmer s share. Saluran pemasaran kembang kol pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor dapat dianalisis dengan mangamati lembaga pemasaran yang membentuk saluran pemasaran tersebut. Lembaga lembaga pemasaran ini berperan sebagai perantara dalam 44
penyampaia an barang dari produsen ke konsumen akhir dan arus barang yang melalui lembaga lembaga yang menjadi perantara membentuk saluran pemasaran. Analisis margin tataniaga digunakan untuk melihat tingkat efisiensi pemasaran kembang kol. Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang terjadi di tingkat produsen (harga beli) dengan harga di tingkat konsumen (harga jual). Margin pemasaran dihitung berdasarkan hasil pengurangan hargaa penjualan dengan harga pembelian pada setiap lembaga tataniaga. (Limbong dan Sitorus 1987). Perhitungan margin pemasaran secara sistemastis dapat dirumuskan sebagai berikut : M i = H ji H bi M i = C i + i H ji H bi = Ci + π Berdasarkan persamaan diatas, keuntungan tataniaga pada tingkat ke-i adalah π i = H ji H bi Maka besarnya margin pemasaran adalah Mt = Mi π i C i Keterangan : Mi : Margin pemasaran pada pasar tingkat ke - i (Rp/kg) Hji : Harga penjualann pada pasar tingkat ke - i (Rp/kg) Hbi : Harga pembelian pada pasar tingkat ke - i (Rp/kg) Ci : Biaya pada pasar tingkat ke - i (Rp/kg) i : Keuntungan pemasaran pada pasar tingkat ke - i (Rp/kg) I : 1, 2, 3,... n Mt : Total margin pemasaran Berdasarkan nilai margin pemasaran yang diperoleh dapat diketahui tingkat rasio keuntungan terhadap biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran. Rasio ini menunjukkan besarnya keuntungan yang diperoleh terhadap biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh masing-masingg lembaga pemasaran. Semakin tinggi nilai rasio semakin besar keuntungan yang diperoleh. Rasio tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 45
Rasio Keuntungan/Biaya = Keuntungan (πi) Biaya Pemasaran (Ci) Salah satu indikator yang berguna dalam melihat efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandingkan bagian yang diterima petani (farmer s share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir. Bagian yang diterima lembaga tataniaga sering dinyatakan dalam bentuk persentase (Limbong dan Sitorus, 1987). Farmer,s share berhubungan negatif dengan margin pemasaran, artinya semakin tinggi margin pemasaran maka bagian yang akan diperoleh petani (farmr s share) akan semakin rendah. Rumus untuk menghitung farmes s share adalah : pf fs = x100% pr Dimana : Fs = Farmer s share Pf = Harga di tingkat petani Pr = Harga yang dibayar oleh konsumen akhir 4.6 Definisi Operasional 1. Saluran pemasaran adalah saluran yang digunakan oleh lembaga pemasaran untuk menyalurkan komoditi kembang kol dari titik produsen sampai ke titik konsumen yang membentuk pola pemasaran. 2. Lembaga pemasaran adalah lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsifungsi pemasaran melalui titik produsen (petani) serta lembaga perantara lainya. 3. Petani kembang kol adalah petani yang melakukan kegiatan usahatani kembang kol atau memperoduksi dan melakukan penjualan kembang kol. 4. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang melakukan pembelian dari petani. Mengumpulkannya dan menjual kembali kepedagang lainnya yang lebih besar. 5. Pengecer adalah pedagang yang melakukan penjualan kembang kol langsung ke konsumen. 46
6. Harga yang diterima petani adalah hasil produksi kembang kol yang dijual petani pada saat panen. Harga yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah pada saat masing-masing Rp 1,000,-, dan Rp 3,000,- untuk melihat tingkat harga yang diterima petani sudah tidak efisien melakukan kegiatan usahatani kembang kol. Satuan yang digunakan adalah rupiah. 7. Harga pokok/ biaya per unit adalah harga jual paling minimal yang dapat dilakukan petani agar usahatani kembang kol tidak rugi. Satuan yang digunakan adalah rupiah per kilogram. 8. Harga eceran/harga konsumen adalah harga transaksi antara penjual dan pembeli untuk setiap kembang kol yang diecerkan. Satuan yang digunakan adalah rupiah. 9. Luas lahan, yaitu lahan yang digunakan oleh petani untuk menanam kembang kol, dinyatakan dalam hektar (ha). Lahan yang akan dianalisis dibagi menjadi dua luasan, yaitu luas rata-rata lahan (0.4 ha) yang merupakan luas rata-rata lahan yang digunakan petani responden untuk usahatani kembang kol dan luasan satu hektar yang digunakan untuk membandingkan tingkat efisiensi usahatani kembang kol pada kedua luasan tersebut. 10. Bibit adalah jumlah bibit kembang kol untuk satu musim tanam satuan yang digunakan adalah amplop. Dimana dalam satu amplop benih kembang kol dapat menghasilkan 3,000 pohon bibit kembang kol. Dalam luasan lahan! ha dibutuhkan 30,000 pohon bibit kembang kol, sehingga untuk memenuhi jumlah bibit tersebut maka dibutuhkan 10 amlop benih kembang kol untuk disemai. 11. Tenaga kerja adalah tenaga kerja manusia yang digunakan dalam usahatani kembang kol baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga dihitung dengan satuan Hari Kerja Pria ( HKP). Dimana 1 pria = 1 hari kerja pria (HKP) ; 1 wanita = 0,7 HKP dan 1 anak = 0,5 HKP 12. Pupuk kandang adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan untuk satu musim tanam usahatani kembang kol diukur dengan satuan kilogram. 13. Pupuk Urea, ZA, TSP dan KCL yang digunakan adalah untuk satu musim tanam kembang kol diukur dengan satuan kilogram. 47
14. Biaya tunai adalah besarnya nilai yang dikeluarkan petani untuk membeli bibit, pupuk, pestisida, dan upah tenaga kerja luar keluarga. Satuan yang digunakan adalah rupiah. 15. Biaya yang diperhitungkan adalah pengeluaran untuk pemakaian input milik petani sendiri, seperti upah tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan peralatan dan sewa lahan. 16. Biaya total adalah penjumlahan antara biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Satuan yang digunakan adalah rupiah. 17. Umur teknis peralatan usahatani adalah berdasarkan penelitian sebelumnya yang melakukan penelitian di lokasi yang sama namun dengan komoditi berbeda yang melakukan analisis usahatani cabe organik. 48