BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia.. Sehingga tidak bisa dipungkiri tuntutan ekonomi dalam memenuhi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang nomor 16 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Pemerintah melakukan berbagai cara untuk menghimpun dana

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2014 TENTANG SISTEM

DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DISAMPAIKAN PADA OKTOBER

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 26/PJ/2014 TENTANG SISTEM PEMBAYARAN PAJAK SECARA ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

2011, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Lembaran Negara. Republik Indonesia atahun 2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan perekonomian Negara dewasa ini, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 38/PJ/2009 TENTANG BENTUK FORMULIR SURAT SETORAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membayar pajak. Pajak dibayar untuk kepentingan negara dalam. membiayai pembangunan daerah. Pajak diarahkan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Satuan Kementerian Daerah yang mempunyai kewenangan dan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 UU Nomor 16 Tahun 2009 perubahan

Pihak-Pihak Terkait Penerimaan Negara. Dokumen-Dokumen Terkait Penerimaan Negara

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, yaitu sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. beberapa sektor pajak masih perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memiliki fungsi budgetair, yaitu sebagai sumber dana bagi

BAB I PENDAHULUAN. telah disempurnakan terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1, pajak

Sistem Penerimaan Negara Secara Electronic

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

60/PMK.05/2011 PELAKSANAAN UJI COBA PENERAPAN SISTEM PEMBAYARAN PAJAK SECARA ELEKTRONIK (BILLING SYS

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

SISTEM INFORMASI PNBP ONLINE. Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Anggaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. sebagai wajib pajak. Seperti pengertiannya, Pajak adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah guna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. Migas) di Cepu merupakan salah satu instansi yang mempunyai tugas

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini penerimaan Negara Indonesia masih didominasi oleh sektor

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB II ` KAJIAN PUSTAKA. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) suatu jenjang pendidikan formal. Berperan serta dalam meningkatkan mutu

PROSEDUR PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN PADA KEMENTERIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tugas Akhir. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 alinea 4 yaitu, memajukan kesejahteraan umum. Agar tujuan

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada perkembangan dan kemajuan dalam bidang kearsipan. Berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. pajak perdagangan internasional) dan penerimaan negara bukan pajak


2011, No menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 60/PMK.05/2011 tentang Pelaksanaan Uji Co

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan rakyat. Jika dilihat dari segi ekonomi, Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan perubahan keempat Undang Undang Nomor 6 Tahun. Undang Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dana untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Negara pada dasarnya adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang melanda Indonesia berdampak buruk terhadap pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

PENDAHULUAN BAB I. terus berupaya dalam memaksimalkan potensi pajak untuk memenuhi APBN

Mekanisme Pemotongan Pajak PPH 22 Pada Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara yang berasal dari iuran masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan masyarakat baik individu maupun kelompok. Berbagai cara kegiatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang,

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada umumnya suatu negara dinilai maju dan berkembang dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Artinya setiap kehidupan berbangsa dan bernegara kita telah diatur

2015, No.38 2 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R

SISTEM PENERIMAAN NEGARA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dalam

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Pridensial, yaitu pelaksanaan sistem pemerintahan dipimpin oleh

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bersama Badan Pusat

BAB I PENDAHULUAN. tangga dimana mengenal sumber penerimaan dan pos pos pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan langsung dengan tugas negara dan untuk kemakmuran rakyat. Pajak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 63/PMK.05/2010 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ATAS BEA MASUK DITANGGUNG PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran negara, baik untuk pembiayaan pembangunan maupun untuk

BAB I. Pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah dalam rangka menjalankan. pemerintah dalam memungut pajak dari masyarakat, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Telah diketahui pada umumnya negara yang memiliki administrasi. saat ini bertumpu pada pajak dalam membiayai pembangunan.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. volume dan dinamika pembangunan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang No.

2012, No.56 2 kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kontribusi dari sektor pajak tetap menjadi primadona terhadap anggaran penerimaan negara. Target pendapatan negara masih didominasi penerimaan dari sektor pajak yang mencapai sekitar 85,6% dari total pendapatan negara. Direktorat Jenderal Pajak sangat aktif melakukan program ekstensifikasi dan intensifikasi wajib pajak seperti program pemberian nomor pokok wajib pajak melalui kegiatan ekstensifikasi wajib pajak orang lain. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang nomor 28 tahun 2007 tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, setiap wajib pajak yang memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Menurut Undang-Undang KUP Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum Perpajakan, adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, pada pasal 7 disebutkan bahwa salah satu kewenangan Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) adalah menetapkan sistem penerimaan kas negara dan menunjuk bank dan/ atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka pelaksanaan penerimaan negara. Salah satu inisiatif strategis Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) dalam melaksanakan salah satu fungsi perbendaharaan di bidang pengelolaan penerimaan negara yang menjadi quickwins Kementerian Keuangan adalah pengembangan sistem 1

2 penerimaan elektronik yang berbasis teknologi informasi yaitu Modul Penerimaan Negara Generasi Kedua (MPN G2). Pengembangan sistem ini dilakukan untuk menyempurnakan generasi pertama yang masih menimbulkan permasalahan dalam melakukan pembayaran pajak diantaranya yakni administrasi perpajakan yang masih manual, prosedural dan tidak memberikan kemudahan dalam pelayanannya. MPN G2 menjadi salah satu backbone reformasi birokrasi sekaligus upaya modernisasi Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara (DJPN). Sistem MPN G2 hadir sebagai sebuah jawaban untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat dan kemajuan teknologi informasi yang sangat pesat, serta meningkatkan kualitas tata kelola keuangan negara yang lebih baik sebagai upaya mengintegrasikan data penerimaan negara dalam sebuah sistem yang handal. Penyempurnaan MPN G2 ini harus segera dilaksanakan salah satunya juga karena adanya opini audit Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) tahun 2009 dan 2010 yang menyatakan bahwa data transaksi penerimaan negara melalui sistem Modul Penerimaan Negara Kesatu (MPN G1) tidak dapat diyakini kewajarannya atau disclaimer. Karena wajib bayar atau setor dan kementerian atau lembaga tidak mendapatkan notifikasi pembayaran atas setoran penerimaan negara, sehingga tidak terbentuk kesesuaian data realisasi penerimaan negara antara wajib bayar/setor, kementerian/lembaga maupun kementerian keuangan. Data setoran penerimaan negara (realisasi) hanya tercatat di Direktorat Jenderal Perbendaharaan, sehingga harus dilakukan kegiatan rekonsiliasi dengan kementerian lembaga penyetor penerimaan negara. Sistem MPN G1 selama ini masih terpisah-pisah tidak terintegrasi antara unit-unit pemilik tagihan lingkup Kementerian Keuangan yang dikenal dengan sebutan biller, yakni Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, dan Direktorat Jenderal Anggaran. Sistem pembayaran pajak yang berbasis manual atau hardcopy yang selama ini dilayani oleh hampir semua Bank swasta dan Bank BUMN serta Kantor Pos berakhir pada 31 Desember 2015 sesuai dengan Keterangan Pers Direktorat

3 Penyuluhan Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Kementerian Keuangan Republik Indonesia Tanggal 30 Desember 2015 Selanjutnya terhitung mulai tanggal 1 Januari 2016 berlaku ketentuan bahwa pembayaran pajak melalui Non - Bank BUMN, BUMD wajib menggunakan mekanisme e-billing / Surat Setoran Elektronik (SSE). Untuk mengakomodasi peralihan cara pembayaran pajak dari sistem manual ke sistem online melalui e- Billing, maka pembayaran pajak melalui Bank BUMN, BUMD, atau Kantor Pos Persepsi seperti BRI, BNI, Mandiri, BTN, Bank Jateng, Pos Indonesia sesuai dengan Surat Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Kementerian Keuangan Republik Indonesia Nomor : S-5226/PB/2015 Tanggal 22 Juni 2015 masih terus melayani pembayaran pajak secara manual hanya sampai tanggal 30 Juni 2016. Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka terhitung mulai tanggal 1 Juli 2016 seluruh wajib pajak termasuk Para Bendahara dilingkungan Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Tengah pada khususnya dituntut kesiapannya untuk dapat menggunakan mekanisme pembayaran pajak secara elektronik melalui portal Direktorat Jenderal Pajak yaitu https://sse.pajak.go.id/ untuk melakukan pembayaran pajak. Sedikitnya pemahaman mengenai pemahaman prosedur pelaksanaan pajak penghasilan, prosedur penyetoran pajak terutang, dan prosedur pelaporan dengan menggunakan saranaa e-billing menjadi alasan penulisan tugas akhir ini. Berdasarkan latar belakang tersebut membuat Tugas Akhir dengan judul : Prosedur Pelaksanaan Pemotongan Dan Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 Via E-billing Pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Tengah. 1.2. Ruang Lingkup Adanya keterbatasan waktu dan tenaga yang berbanding dengan jumlah materi yang banyak, maka penulis memberikan batasan masalah dalam tugas akhir agar lebih fokus pada topik yang dipilih. Adapun pembatas masalah yang dipilih adalah sebagai berikut : 1. Prosedur pelaksanaan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 di Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Tengah.

4 2. Prosedur pelaksanaan penyetoran pajak penghasilan pasal 21 di Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Tengah. 3. Kelebihan yang ditemukan dari penyetoran pajak penghasilan pasal 21 via e-billing di Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Tengah. 4. Permasalahan yang dihadapi dalam sistem pembayaran pajak via e-billing di Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Tengah. 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penulisan 1.3.1. Tujuan Penulisan Adapun tujuan disusunnya Tugas Akhir (TA) ini antara lain : 1. Menjelaskan bagaimana prosedur pelaksanaan pemotongan dan penyetoran pajak penghasilan pasal 21 via e-billing di Badang Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Tengah. 2. Menjelaskan kelebihan yang ditemukan dari penyetoran pajak penghasilan pasal 21 via e-billing di Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Tengah. 3. Menjelaskan permasalahan apa saja yang dihadapi dalam sistem pembayaran pajak via e-billing di Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Tengah. 1.3.2 Kegunaan Penulisan Kegunaan dari disusunnya Tugas Akhir (TA) antara lain : 1. Bagi penulis sebagai syarat lulus Program Diploma III dan untuk membandingkan antara teori dan mekanisme yang didapatkan di bangku perkuliahan dengan praktik yang ada di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Jawa Tengah, khususnya tentang Surat Setoran Elektronik (e-billing). 2. Bagi Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Jawa Tengah sebagai informasi instansi atau perusahaan sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan tentang penyetoran pajak via e-billing. 3. Bagi masyarakat luas, untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang sistem pembayaran pajak via e-billing.

5 1.4. Cara Pengumpulan Data 1.4.1. Data Penelitian Jenis data yang digunakan dalam melaksanakan penulisan Tugas Akhir ini adalah : Data Primer Data Primer merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan interaksi langsung antara pengumpul dan sumber data (Dermawan Wibisono, 2013:51). Penulis memperoleh data melalui dokumen dari Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Jawa Tengah. 1.4.2. Metode Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan yang dilakukan penulis untuk mendapatkan data dan bahan yang dibutuhkan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah : 1. Observasi Langsung Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan praktek lapangan/magang kerja ke instansi terkait sehingga bisa menilai dan melihat langsung praktek dalam dunia kerja. Dalam hal ini penulis observasi langsung di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Jawa Tengah. 2. Wawancara Wawancara personal adalah komunikasi langsung dimana pewawancara berada dalam situasi bertatap muka melakukan proses Tanya Jawab secara langsung dengan responden (Dermawan Wibisono, 2013:118). Penulis melakukan wawancara langsung ke bagian keuangan di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Jawa Tengah.

6 1.5. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pemahaman mengenai apa yang disampaikan oleh penulis dalam Tugas Akhir ini, maka perlu disampaikan sistematika penulisan. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Berisi Latar Belakang, Ruang Lingkup Penulisan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penulisan, Cara Pengumpulan Data, dan Sistematika Penulisan. BAB II GAMBARAN UMUM BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH Berisi Sejarah BKD Provinsi Jawa Tengah, Ruang Lingkup BKD Provinsi Jawa Tengah, Visi dan Misi BKD Provinsi Jawa Tengah, Program Unggulan BKD Provinsi Jawa Tengah, Logo BKD Provinsi Jawa Tengah, Wilayah Kerja Provinsi Jawa Tengah, Tugas Pokok dan Fungsi BKD Provinsi Jawa Tengah, Tugas Pokok dan Fungsi Masing-Masing-Masing Bidang BKD Provinsi Jawa Tengah, Struktur Organisasi BKD Provinsi Jawa Tengah. BAB III TEORI DAN PROSEDUR PELAKSANAAN PEMOTONGAN, DAN PENYETORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DENGAN MENGGUNAKAN SARANA E-BILLING Berisi tentang Pengertian Pajak, Pajak Penghasilan, Surat Setoran Pajak (SSP), E-billing dan Pembahasan tentang Penyetoran Pajak Penghasilan dengan Menggunakan Sarana E-billing BAB IV PENUTUP Berisi kesimpulan terkait Prosedur Pelaksanaan Pemotongan Dan Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 Dengan Menggunakan Sarana E-billing