BAB I PENDAHULUAN. dilakukan di tiap kelurahan/rw. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perlu dilakukan karena kesehatan bukan tanggung jawab pemerintah saja, namun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan mencapai % menurun menjadi % (Adisasmito, upaya untuk mendekatkan masyarakat terhadap jangkauan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar, karena menyangkut pemenuhan kebutuhan yang sangat vital bagi kesehatan

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER UNTUK KADER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat atau kader posyandu (Depkes, 2007). Menurut MDGs (Millenium Development Goals) di tingkat ASEAN, AKB

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal. masyarakat dan swasta (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah melalui pelayanan kesehatan di posyandu. Kegiatan-kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran, tergantung pada keberhasilan

MATRIKS WAWANCARA. Seruan Presiden untuk meningkatkan keunggulan kembali Posyandu. Belum dapat, tidak ada baik dari depkes maupun dari dinkes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela (Mantra,

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri

Wujud pemberdayaan masyarakat UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) Promotif, Preventif Mulai dicanangkan 1986

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak janin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KADER

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KADER DENGAN KINERJA POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG TAHUN 2016.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. ayat 1 dan UU No.36 tahun 2009) dan juga sebagai intestasi, maka perlu

BAB I PENDAHULUAN menjadi 228 kasus pada Angka kematian bayi menurun dari 70

HUBUNGAN FREKUENSI KEHADIRAN ANAK USIA 1-3 TAHUN (BATITA) DALAM PENIMBANGAN DI POSYANDU DENGAN STATUS GIZI ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem Kesehatan Nasional merupakan suatu tatanan yang mencerminkan

BAB I PENDAHULUAN. gizi anak balitanya. Salah satu tujuan posyandu adalah memantau peningkatan status

Universitas Sumatera Utara

ISSN: VOLUME XV, No. 1, 2009 LEMBAR BERITA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan anak yang berkualitas dapat dilakukan dengan. memenuhi kebutuhan anak. Kebutuhan pada anak tidak hanya meliputi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya

5) Penanggulangan diare. 6) Sanitasi dasar. 7) Penyediaan obat esensial. 5. Penyelenggaraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

PENGUATAN KADER POSYANDU DALAM UPAYA DETEKSI DINI KESEHATAN IBU, BAYI DAN BALITA DI WILAYAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan terdepan. Posyandu dilaksanakan oleh masyarakat itu sendiri dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa golden period, potensi-potensi yang dimiliki seseorang akan

PEMERINTAH KOTA BONTANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS BONTANG SELATAN II Jl. Hayam Wuruk RT.18 No.01 Berbas Tengah Bontang Selatan Telp.

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM UNTUK PEJABAT DINAS KESEHATAN DAN TPG PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

BAB I PENDAHULUAN. 2009), hlm Drajat Boediman, Sehat bersama gizi,(jakarta: CV Sagung Seto,

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses. sayang dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan produktif

BAB I PENDAHULUAN. Usia antara 0-5 tahun adalah merupakan periode yang sangat penting

Oleh : VINELLA ISAURA No. BP

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah mengembangkan banyak program yang melibatkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. berkelanjutan (sustainable development). Peningkatan kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. diupayakan, diperjuangkan dan tingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh

MATERI 6 PENCATATAN KEGIATAN POSYANDU

BAB 1 PENDAHULUAN. dan terdepan dalam mewujudkan komitmen peningkatan mutu pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat di bidang kesehatan sangat besar. Wujud nyata

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

Pengaruh Motivasi dan Pengetahuan terhadap Keaktifan Kader Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan kesehatan, yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja puskesmas,

SISTEM INFORMASI POSYANDU KESEHATAN IBU DAN ANAK. Nabila Sholihah 1*, Sri Kusumadewi 1. Jl. Kaliurang km 14.5 Sleman, Yogyakarta 55584

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Upaya Kader Posyandu Dalam Peningkatan Status Gizi Balita di Kelurahan Margasuka Kota Bandung

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana pelaksanaannya dilakukan di tiap kelurahan/rw. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M (Imunisasi dan Penanggulangan Diare), dan Gizi (Penimbangan balita). Sasarannya adalah ibu hamil, ibu menyusui, wanita usia subur (WUS), balita (Mubarak, 2000). Posyandu diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan setempat, dimana dalam satu unit posyandu, idealnya melayani sekitar 100 balita (120 kepala keluarga) yang di sesuaikan dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat yang dibuka sebulan sekali, dilaksanakan oleh kader Posyandu terlatih di bidang KB, yang bertujuan mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran (Depkes RI, 2000). Perkembangan posyandu ternyata mendapat tanggapan positif dari masyarakat. Tanggapan positif tersebut belum dibarengi dengan meningkatnya mutu pelayanan karena masih banyak faktor yang menyebabkan mutu pelayanan posyandu masih rendah antara lain Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih sangat rendah, banyak kader posyandu yang drop out, dan sarana prasarana yang belum memadahi. Saat ini posyandu yang ada di kota Semarang berjumlah 1.476 buah, terdiri dari 77 posyandu pratama (5,22%),

2 433 posyandu madya (29,34), 655 posyandu purnama (44,38%) dan 311 posyandu mandiri (21,07%) (Dinkes Semarang, 2008). Posyandu awalnya merupakan sebuah organisasi pelayanan pencegahan penyakit dan keluarga berencana bagi wanita usia subur dan balita. Posyandu berkembang atas kesadaran serta upaya masyarakat sendiri dari setiap desa. Kegiatan Posyandu dilakukan oleh para anggota PKK tingkat desa, yang pelaksanaannya dilakukan oleh kader Posyandu. Saat ini masih banyak daerah yang belum memanfaatkan Posyandu secara optimal, dimana Posyandu yang selalu aktif melakukan kegiatan setiap bulannya, namun dalam pemanfaatan meja penyuluhan tidak dilaksanakan atau tidak berjalan, maka hal ini berdampak pada kegiatan penimbangan balita, pengisian KMS, penyuluhan serta imunisasi, tidak berjalan maksimal dan pada akhirnya akan terjadi status kemunduran (Budioro, 2001). Peran Posyandu dalam penyelenggaraan program kerjanya pada masa lalu kurang optimal, dimana tenaga kesehatan terutama di desa tidak memanfaatkan Posyandu untuk mendeteksi gangguan kesehatan, karena tidak pernah berpikir ke arah untuk memanfaatkan Posyandu. Kondisi ini disebabkan karena penempatan dokter di Puskesmas tidak dibekali tugas dan kemampuan tentang Posyandu. Hal ini berdampak pemanfaatan Posyandu tidak efektif yang berakibat pemantauan status kesehatan pada derajat kesehatan masyarakat menjadi tidak terpantau, yang menimbulkan masalah gjzi pada masyarakat (Siswono, 2005).

3 Salah satu masalah kesehatan di masyarakat adalah gizi buruk, anemia pada ibu hamil, yang secara teknis ada lembaga yang bertanggung jawab dengan data hasil pemantauan yang dilakukan secara berkala, yaitu mulai dari tingkat Puskesmas. Posyandu sebagai ujung tombak informasi, maka permasalahan kesehatan yang muncul akan cepat diketahui. Apabila optimalnya pemanfaatan meja penyuluhan, jika terjadi gizi buruk, anemia pada ibu hamil atau ada orang yang sakit dapat dengan cepat dilakukan penanganan yaitu dengan memberikan penyuluhan dan pemberian tablet Fe pada ibu hamil agar terhindar anemia (Amir, 2006). Kader Posyandu adalah kader-kader yang dipilih oleh masyarakat untuk menjadi penyelenggara Posyandu. Menurut Depkes RI (2000) kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela. Untuk itu kader Posyandu harus peka terhadap permasalahan yang ada di lingkungan, sehingga apabila ada permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan sigap dalam menanganinya. Rendahnya kinerja Posyandu disebabkan karena kemampuan kader kesehatan dan pembinaan dari instansi terkait yang masih kurang, dan minat masyarakat dalam memanfaatkan Posyandu juga masih rendah. Kader-kader yang aktif seharusnya layak dihargai karena sangat sulit untuk mencari kader Posyandu yang aktif, karena biasanya ada larangan dari suami, ingin mengurus anak dan keluarga, ketiadaan honor untuk biaya transportasi keliling desa, halangan lain dalam pelaksanaan Posyandu yaitu dari 30 sasaran balita yang seharusnya datang tapi paling banyak 10 anak balita, itupun setelah

4 kader kesehatan menyusul ke rumahnya. Sayangnya dalam kondisi ekonomi yang sulit sekarang ini pamor Posyandu mulai memudar, terpaksa kader Posyandu yang biasanya aktif lebih memilih memanfaatkan waktu untuk kegiatan ekonomi untuk menambah penghasilan, yang diikuti dengan tingginya tuntutan masyarakat dalam pelayanan kesehatan yang menyebabkan peran Posyandu tidak maksimal lagi serta letak desa yang terpencil dengan sarana transportasi yang kurang (Wijaya, 2006). Pelaksanaan Posyandu kadang tidak teratur karena dalam pelaksanaannya di rumah warga yang tidak memadai, padahal dalam pelaksanaannya, Posyandu mempunyai sistem skema pola keterpaduan Keluarga Berencana (KB), kesehatan, melalui sistem lima (5) meja. Kondisi ini tentu saja sangat tidak representatif sebagai sebuah Posyandu yang mandiri, yang tidak mungkin menyediakan lima meja yang digunakan untuk penyuluhan gizi, kesehatan ibu dan anak, pelayanan imunisasi, Keluarga Berencana (KB), dan pencegahan penanggulangan diare (Akhsan, 2006). Pada pemanfaatan meja penyuluhan, saat ini jarang dimanfaatkan karena kemampuan kader Posyandu yang kurang dalam hal pengetahuan kader khususnya penyuluhan, serta tidak adanya pembaharuan dalam bentuk penyegaran (refreshing). Hal ini membuat para kader kesehatan di Posyandu merasa kurang percaya diri yang akan berdampak pada pemberian pelayanan terutama meja penyuluhan tidak berjalan optimal, juga dari petugas kesehatan yang tidak rutin datang ke posyandu (Nurpudji, 2005).

5 Rendahnya kegiatan posyandu juga terjadi di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. Jumlah posyandu di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara sebanyak 14 posyandu dimana jumlah kadernya sebanyak 103, yang terdiri dari posyandu Karang Melati 8 orang, Wijayakusuma 8 orang, Purwosari 8 orang, Flamboyan 8 orang, Mawar Kasih 8 orang, Sekar Arum 8 orang, Sejahtera 8 orang, Lestari 8 orang, Dadapsari 8 orang, Plombokan 7 orang, Nusa Indah 8 orang, Bandarharjo 7 orang, Bina Kasih I 8 orang, dan Bina Kasih II sebanyak 8 orang. Menurut seorang kader yang bertugas di Kecamatan Semarang Utara, menyatakan bahwa kegiatan Posyandu di Semarang Utara belum bisa rutin dan kader yang aktif terbatas, dimana dari setiap Posyandu kader yang aktif 3 atau 4 orang saja (Komunikasi Personal, 2010). Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa kader posyandu menyatakan bahwa kader tidak memanfaatkan meja penyuluhan dikarenakan terlalu banyak balita yang berkunjung ke Posyandu. Jumlah tenaga kader posyandu yang kurang juga menyebabkan kader tidak melakukan penyuluhan karena kader sudah kelelahan melayani pengunjung yang datang, sehingga tidak ada waktu lagi untuk melakukan penyuluhan. Selain itu, pengetahuan kader tentang posyandu yang masih terbatas karena belum pernah atau jarang mengikuti pelatihan kader. Fenomena yang terjadi di posyandu Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara bahwa perilaku kader dalam melakukan meja penyuluhan masih rendah. Hal ini dibuktikan dari survey peneliti di posyandu

6 bahwa saat kegiatan posyandu di wilayah Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara, kader tidak melakukan penyuluhan baik penyuluhan individu atau kelompok. Saat pengunjung posyandu datang, kader melakukan pendaftaran, penimbangan, pengisian KMS, dan pemeriksaan kesehatan. Berdasarkan permasalahan tersebut maka peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kader Posyandu memanfaatkan meja penyuluhan di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang di atas, diketahui bahwa pemanfaatan meja penyuluhan di posyandu pada saat ini jarang dimanfaatkan karena kemampuan kader posyandu yang kurang dalam hal pengetahuan kader khususnya penyuluhan, serta tidak adanya pembaharuan dalam bentuk penyegaran (refreshing). Hal ini membuat para kader kesehatan di posyandu merasa kurang percaya diri yang akan berdampak pada pemberian pelayanan terutama meja penyuluhan tidak berjalan optimal. Rendahnya kegiatan posyandu juga terjadi di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. Jumlah posyandu di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara sebanyak 14 posyandu dimana jumlah kadernya sebanyak 103, yang terdiri dari posyandu Karang Melati 8 orang, Wijayakusuma 8 orang, Purwosari 8 orang, Flamboyan 8 orang, Mawar Kasih 8 orang, Sekar Arum 8 orang, Sejahtera 8 orang, Lestari 8 orang, Dadapsari 8

7 orang, Plombokan 7 orang, Nusa Indah 8 orang, Bandarharjo 7 orang, Bina Kasih I 8 orang, dan Bina Kasih II sebanyak 8 orang. Menurut seorang kader yang bertugas di Kecamatan Semarang Utara, menyatakan bahwa kegiatan Posyandu di Semarang Utara belum bisa rutin dan kader yang aktif terbatas. Dimana dari setiap Posyandu kader yang aktif 3 atau 4 orang saja. Fenomena yang terjadi di posyandu Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara bahwa perilaku kader dalam melakukan meja penyuluhan masih rendah. Hal ini dibuktikan dari survey peneliti di posyandu bahwa saat kegiatan posyandu di wilayah Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara, kader tidak melakukan penyuluhan baik individu maupun kelompok. Saat pengunjung posyandu datang, kader melakukan pendaftaran, penimbangan, pengisian KMS, dan pemeriksaan kesehatan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka masalah penelitian yang dapat dirumuskan adalah: Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku kader Posyandu memanfaatkan meja penyuluhan di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kader Posyandu memanfaatkan meja penyuluhan di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara.

8 2. Tujuan Khusus a. Menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kader posyandu memanfaatkan meja penyuluhan yang meliputi umur kader, pendidikan, pekerjaan, sikap kader, dan jumlah balita di Posyandu di Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. b. Menggambarkan perilaku kader posyandu memanfaatkan meja penyuluhan di Kelurahan Bandarharjo. c. Menganalisis hubungan antara umur kader dengan perilaku kader d. Menganalisis hubungan antara pendidikan dengan perilaku kader e. Menganalisis hubungan antara pekerjaan dengan perilaku kader f. Menganalisis hubungan antara faktor sikap dengan perilaku kader g. Menganalisis hubungan antara jumlah balita dengan perilaku kader D. Manfaat Penelitian 1. Kader dan Masyarakat Meningkatkan motivasi kader dan masyarakat untuk aktif memanfaatkan kegiatan di posyandu khususnya dalam kegiatan penyuluhan.

9 2. Ilmu Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu keperawatan, khususnya ilmu keperawatan komunitas dalam mengembangkan posyandu. 3. Peneliti Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran dan pengalaman yang nyata mengenai faktor umur kader, pendidikan, pekerjaan, sikap kader, dan jumlah balita terhadap perilaku kader posyandu memanfaatkan meja penyuluhan. E. Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini dilakukan dalam bidang Keperawatan yaitu pada Keperawatan Komunitas.