Sekilas tentang Per-GULA-an Jember Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember http:adamjulian.net
Sekilas tentang Per-GULA-an Jember Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember http://adamjulian.net Gula merupakan produk utama dari tebu. Tebu menurut catatan sejarah telah lama diusahakan di Jawa, sejak pada jaman Aji Saka di tahun 75 M. Ada beberapa sumber yang memperkirakan bahwa tebu berasal dari India, tetapi ada juga yang mencatat bahwa tebu merupakan tanaman asli dari Irian Jaya (Papua) sebagai tanaman liar. Tahun 895 M, gula mejadi komoditas perdagangan di Nusantara dengan bahan baku dari tebu dan kelapa. Catatan Marcopolo pada saat datang di Jawa pada tahun 1285 M bahwa di Jawa belum berkembang industri gula seperti di Cina dan India. Sehingga bisa digambarkan bahwa perkembangan industri gula di India lebih dahulu ada dan berkembang sebelum Indonesia. Bangsa Eropa berdatangan ke Nusantara sekitar abad ke-17, dan memperebutkan harta gula dari para perantauan Cina. Saat itu diperkirakan terdapat 1400 pabrik gula yang telah dikembangkan oleh perantauan Cina. Sejak penguasaan bangsa Eropa itulah jaman monopoli dengan penerapan perbudakan (tanam paksa) mulai dirasakan bagi petani Nusantara. Produksi Gula Nasional Gula sebagai produk utama tebu yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, baik dikonsumsi langsung maupun sebagai bahan baku industri makanan dan minuman. Produksi gula nasional Indonesia mencapai 1,9 juta ton (Agribisnis Tebu, 2005). Sebagian besar produksi gula nasional terdapat di Jawa. Produksi gula di Jawa sekitar 70 persen lebih dari Propinsi Jawa Timur. Atau dengan kata lain, Jawa Timur masih menjadi sentra produksi gula nasional, dengan kontribusi sekitar 45-53 % dari total produksi gula nasional. Data pabrik gula yang ada di Indonesia tahun 2004 tercatat bahwa di Jawa terdapat 46 pabrik gula yang masih aktif beroperasi dan 11 pabrik gula yang tidak beroperasi. Sedangkan di Luar Jawa terdapat 12 pabrik gula yang masih beroperasi dan 1 pabrik gula yang tidak beroperasi (P3GI, 2004). Bagaimana histori dari PG yang ada di Kabupaten Jember?. Perkembangan yang ada hingga saat ini tentang PG di Kabupaten Jember masih terlihat baik dari produktifitas yang dihasilkan yakni cakupan area daerah perkebunan (daerah penanaman tebu) dan kapasitas pabrik. Dari data 46 PG di Jawa, sekitar 32 PG berada di wilayah Jawa Timur. Kabupaten Jember dengan PG Semboro-nya termasuk di dalamnya. Tipologi PG di Jawa Timur yang masih beroperasi dilihat dari ciri karakteristik wilayah kawasan industri terutama faktor area dan masyarakat dapat dibedakan menjadi 5 tipologi PG. PG Semboro termasuk pada Julian Adam Ridjal Sekilas Tentang Per-gula-an Jember 2
tipologi IV demikian juga PG Djatiroto, PG Asembagus, PG Ngadirejo dan PG Pesantren Baru. Tipologi IV mengacu pada PG-PG yang memiliki area HGU dan area tebu rakyat. PG-PG yang ada di Indonesia saat ini tidak terdapat relokasi pabrik, sehingga dapat dilihat penyebarannya yang sudah diterapkan mulai jaman bangsa Eropa ada di Nusantara. Lokasi kebun dan pabrik gula sudah tertera pada KIMBUN (Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan) yang pada hakekatnya merupakan implementasi dari UU Nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang Wilayah. Di Jawa Timur, diketahuhi ada 7 Zona KIMBUN. PG Semboro termasuk dalam Zona I yaitu Zona KIMBUN Ijen-Argopuro-Raung. Sejarah PG Semboro di Kabupaten Jember Zaman pendudukan Belanda di Indonesia PG Semboro didirikan pada tahun 1921 oleh H.V.A (Handels Voenig Amsterdam), sebuah perusahaan swasta dari Negeri Belanda. Pada tahun 1928, pabrik siap dan mulai menggiling tebu. Pada tahun 1933 hingga 1939 PG tidak beroperasi dan pada tahun 1940 mulai beroperasi kembali. Zaman pendudukan Jepang dan perang kemerdekaan Indonesia Sejak tahun 1941 hingga 1949, PG Semboro berhenti beroperasi lagi, dan ketika Perang Dunia II (PD II), pada waktu itu Indonesia berada dalam pendudukan Jepang. Pada masa kemerdekaan, PG Semboro mengalami kerusakan yang parah sehingga harus diadakan perbaikan dan tetap beroperasi. Sebagai catatan bahwa sebelum PD II, di Kabupaten Jember terdapat 3 PG. Diantaranya adalah : 1. PG Semboro di Kecamatan Tanggul (sekarang wilayah ini masuk Kecamatan Semboro) 2. PG Gunungsari di Kecamatan Kencong 3. PG Bedadung di kecamatan Balung Saat ini hanya PG Semboro yang tetap beroperasi di bawah naungan PTPN XI. Julian Adam Ridjal Sekilas Tentang Per-gula-an Jember 3
Terdapat catatan dari seorang Belanda tentang perjalanan mereka di Kabupaten Jember, tepatnya di wilayah PG Gunungsari Kecamatan Kencong. Catatan tersebut tertulis : Kentjong Ik ben op zoek naar mijn oude school-, sportvrienden. Charles, Louise en Elly Verdier. In de periode van 1938 1942 woonden we in suikerfabriek Goenoengsari te Kentjong (Oost-Java) en gingen we naar de lagere school in Djatiroto.(Handelsvereniging Amsterdam) Reactie graag naar de heer Willy de Jonker, Dentgenbachweg 2, 6469 XV Kerkrade, tel: 045 546 1774. Masa sesudah perang Kemerdekaan Mulai tahun 1950, PG Semboro di aktifkan kembali sampai berakhirnya penguasaan bangsa asing di Indonesia. Pada tahun 1957 dilaksanakannya Nasionalisasi semua aset bangsa asing yang ada di Indonesia hingga saat ini PG Semboro menjadi salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Suikerfabriek Semboro Nabij Tanggoel, 1920 (Foto Pabrik Gula Semboro dekat Tanggul diambil tahun 1920) Julian Adam Ridjal Sekilas Tentang Per-gula-an Jember 4
Pada saat itu PG Semboro terdapat di wilayah Kecamatan Tanggul, tetapi saat ini wilayah PG Semboro masuk dalam wilayah Kecamatan Semboro. Kegiatan Pengolahan PG Semboro Pabrik gula Semboro adalah salah satu PG dibawah wilayah kerja PTPN XI. PG Semboro saat ini dalam hubungan antara petani dengan pihak PG memiliki peranan penting diantara adalah: 1. Sebagai tempat penggilingan tebu bagi petani tebu diwilayah kabupaten Jember 2. Sebagai avalis dalam pemimjaman kredit bagi petani tebu terhadap perbankan. PG semboro sebagai tempat penggilingan tebu atau tempat pemrosesan tebu menjadi gula ada beberapa langkah dalam pengolahan tebu menjadi gula. Komposisi tebu terdiri dari dua bagian besar, yakni nira dan ampas. Nira yang berbentuk cairan sebenarnya terdiri dari brix dan air. Brix bila diperas terus akan didapat gula (pol) dan bukan gula. Pemerasan brix menjadi gula melalui beberapa tingkatan proses sebagai berikut: Pertama, serangkaian persiapan tebu untuk digiling. Persiapan tersebut dimulai sebelum tebu hasil tebangan dimasukkan ke pabrik untuk diolah, terlebih dahulu harus diketahui berat tebu. Setelah itu tebu ditimbang di halaman pabrik agar tersusun dalam container-container guna menunggu giliran digiling. Untuk menjaga kualitas tebu yang akan digiling, tebu-tebu yang berasal dari lokasi yang sama diusahakan berurutan dalam container-container yang tersusun sama. Penggilingannya diatur sedemikian rupa menurut tebu yang sudah lama ditebang. Jumlah tebu yang akan digiling juga harus diatur, disesuaikan dengan kapasitas giling dan jam/hari giling. Kedua, stasiun penggilingan. Proses pemerahan nira dalam stasiun penggilingan bertujuan untuk mengambil nira sebanyak mungkin dengan mencegah kehilangan gula sekecil mungkin. Pemerahan nira dilakukan dengan mempergunakan alat-alat sebagai berikut, a) alat persiapan yang berfungsi untuk menyiapkan, mengangkat dan mengangkut tebu ke alat pencacah dan pemerah tebu untuk dikeluarkan niranya. b) Alat pencacah yang berfungsi meremukkan batang-batang tebu hingga niranya mudah dikeluarkan pada alat pemerah. c) Alat pemerah yang berfungsi untuk mengeluarkan nira dengan pemerahan/penekanan. Ketiga, alat pencacah. Cutter ini terdiri dari 32 buah pisau yang ujungnya dilengkapi dengan palu (hammer) dan mempunyai putaran 575/menit. Dengan Julian Adam Ridjal Sekilas Tentang Per-gula-an Jember 5
alat inilah tebu akan dicacah dan diremukkan hingga menjadi serpihan yang kecil dan lembut sehingga mudah diperah pada stasiun gilingan. Keempat, alat pemerah. Pada prinsipnya gilingan I, II, III, dan IV adalah sama, dimana tiap pasangan gilingan terdiri dari 3 buah roll gilingan yakni, a) gilingan atas, b) gilingan muka, dan c) gilingan belakang. Tebu yang digiling mengalami 2 kali pemerahan yakni; 1) antara roll atas dan roll muka dan 2) antara roll atas dan roll belakang. Pada tiap-tiap roll atas dan roll belakang diberi suri skrapen yang berfungsi untuk menjaga ampas tidak menempel pada alur slip sehingga mengganggu proses pemerahan. Kelima, stasiun pemurnian. Tujuan pemurnian ialah untuk menghilangkan bukan gula sebanyak-banyaknya dan mencegah kerusakan gula sekecil mungkin. Untuk menghilangkan bukan gula sebanyak-banyaknya dibutuhkan kondisi tertentu misalnya ph tertentu, suhu tertentu, waktu tertentu dan lain-lain. Dengan dasar tersebut maka dalam proses pemurnian dibuat kondisi ph, suhu dan waktu bervariasi dengan maksud untuk menghilangkan bukan gula sebanya-banyaknya dan mencegah kerusakan sacharosa. Metoda pemurnian ada 3 macam yaitu; a) defekasi dengan bahan pembantu CaO, b) sulfitasi dengan bahan pembantu kapur + belerang dan c) karbonatasi dengan bahan pembantu kapur + batu kapur + CoCaS. Keenam, stasiun penguapan. Pada stasiun penguapan ini dilaksanakan proses penguapan nira dengan maksud untuk menguapkan air yang terdapat dalam nira encer sebanyak - banyaknya pada batas tertentu, hingga dicapai suatu kekentalan tertentu. Ketujuh, satsiun kristalisasi/stasiun masakan. Proses kristalisasi melewati 3 fase yang berbeda-beda, memerlukan cara serta operasi yang khusus untuk mendapatkan hasil baik serta efisien yang tinggi. Fase-fase tersebut adalah sebagai berikut, a) pembentukan inti kristal, b) pembesaran kristal hingga batas yang dikehendaki dan c) perapatan kristal (memasak tua), yaitu pengambilan sacharosa sebanyak - banyaknya dalam larutan tanpa penambahan larutan ke dalam pan. Dalam proses kristalisasi ini, diusahakan agar waktu kristalisasi secepat mungkin dan kualitas sebaik mungkin. Julian Adam Ridjal Sekilas Tentang Per-gula-an Jember 6
Skema Sederhana Pengolahan Gula Tebu Ada 2 jenis tebu yang diolah oleh PG Semboro, yaitu Tebu Sendiri (TS) dan Tebu Rakyat (TR). Rasio perbandingan keduanya adalah 40% dan 60%. Dalam prakteknya, PG Semboro tidak hanya menggiling tebu dari wilayah Kabupaten Jember saja, namun tebu yang digiling juga berasal dari wilayah lain, salah satunya yang terbesar adalah dari Kabupaten Lumajang. Menurut data primer diolah, selama 56 hari saja ada sekitar 136.000 truk yang menyetor tebu dari wilayah Kab. Lumajang ke PG Semboro. Jika rata-rata berat tebu per truk sekitar 7 ton, maka sudah ada sekitar 952.000 ton tebu dari wilayah Kab Lumajang yang diolah oleh PG Semboro Julian Adam Ridjal Sekilas Tentang Per-gula-an Jember 7
Sumber : Subiyono dan Wibowo, R., 2005. Agribisnis Tebu Membuka Ruang Masa Depan Industri Berbasis Tebu Jawa Timur. PERHEPI, Jakarta. http://masyopicenter.blogspot.com http://ryanzt.wordpress.com/kota-jember-di-tahun-1920 http://www.pur.nl/nederlands/clientservice/clientservice_zoek2006.htm Julian Adam Ridjal Sekilas Tentang Per-gula-an Jember 8