MATERI BAHAN BANGUNAN BAMBU Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Bambu termasuk tanaman dengan laju pertumbuhan tercepat didunia. Dalam sehari bambu dapat tumbuh sekitar 60cm bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam. Bambu merupakan calon bahan bangunan masa depan pengganti kayu. Dibanding kayu dengan masa tanam 30-40 tahun, bambu memiliki masa tanam yang jauh lebih cepat yaitu hanya 3-5 tahun. Di Indonesia, penggunaan bambu sebagai bahan bangunan sangat potensial karena dari 1400 jenis bambu didunia sekitar 10%nya ada di Indonesia. Sekalipun bambu mempunyai banyak keunggulan, namun pemanfaatannya saat ini masih jauh dari optimum, karena pada umumnya pemakaian bambu masih secara tradisional. Kelebihan Bambu - Mempunyai daya lentur yang tinggi sehingga cocok untuk daerah rawan gempa seperti indonesia - Mempunyai ukuran yang berbeda-beda sehingga mampu disesuaikan dengan kebutuhan - Tumbuh cepat, sehingga tidak mengganggu ekosistem lingkungan. - Tidak mengandung racun, karena langsung diambil dari alam. - Tidak bersifat polutif karena semua bagian bambu dapat dimanfaatkan - Dengan bentuk dan warnanya yang alami, bambu sering digunakan langsung tanpa melalui pengecatan atau pengamplasan - Bambu cocok dikombinasikan dengan kayu - Harga ekonomis - Dapat tumbuh di berbagai lahan Potensi-potensi bambu - Keuntungan ekonomi dari material bambu yang lebih murah dari komponen baja sebagai tulangan beton. - Keberlanjutan bahan bambu yang dapat ditingkatkan dengan teknologi budidaya yang terintegrasi dengan konservasi, pengawetan, produksi, pemasangan dan perawatan - Ketersediaan berbagai varietas bambu di Indonesia yang cukup berlimpah (tergantung pada lokasi) - Pengenalan bahan dan keterampilan dari tukang-tukang yang dapat dikembangkan untuk mengolah bambu - Potensi pengembangan ekonomi lokal terutama di perkotaan
- Potensi penerapan bambu untuk perumahan terjangkau bagi warga yang berpenghasilan rendah. Beberapa jenis bambu yang paling sering digunakan untuk bangunan bambu adalah: 1) Dendrocalamus asper memiliki nama lokal bambu petung/betung. Bambu ini tumbuh subur di hampir semua pulau besar di Indonesia. Memiliki dinding yang tebal dan kokoh serta diameter yang dapat mencapai lebih dari 20 cm. Dapat tumbuh hingga lebih 25 meter. Bambu petung banyak digunakan untuk tiang atau penyangga bangunan. Juga sering di belah untuk keperluan reng/usuk bangunan. Bambu petung yang paling umum ada dua jenis yakni petung hijau dan petung hitam. 2) Gigantochloa atroviolacea memiliki nama lokal bambu hitam atau bambu wulung. Banyak tumbuh di jawa dan sumatra. Jenis bambu ini dapat mencapai dimeter hingga 14 cm dan tinggi lebih dari 20 meter. Banyak digunakan sebagai bahan bangunan dan perabot bambu karena relatif lebih tahan terhadap hama. 3) Gigantochloa apus Kurz memiliki nama lokal bambu apus atau tali.jenis ini banyak digunakan sebagai komponen atap dan dinding pada bangunan. Diameter antara 4 hingga 10 cm. Juga sangat cocok untuk mebel dan kerajinan tangan. 4) Bambusa arundinacea memiliki nama lokal bambu Ori. Tingginya dapat mencapai 30 m (dinding batang sangat tebal) diameter batangnya bisa mencapai 15-18 cm (jarak buku 20-40 cm) dan biasanya berwarna hijau muda. 5) Ambusa vulgaris Schard memiliki nama lokal: bambu ampel, bambu kuning atau bambu gading. Tinggi mencapai 10-20 m (batang berbulu sangat tipis dan tebal dinding batang 7-15 mm) diameter dinding bisa mencapai 4-10 cm (jarak buku 20-45 cm) biasanya berwarna kuning muda bergaris hijau tua. 6) Gigantochloa atter memiliki nama lokal bambu ater atau legi. Batang bambu ater berwarna hijau sampai hijau gelap dengan diameter 5-10 cm dan tebal dinding batang kurang lebih 8 mm. Panjang ruasnya antara 40-50 cm dan tinggi tanaman dapat mencapai 22 m. No. Nama Tingg i batan g maks imal (m) Panjan g ruas (cm) Diam eter batan g (cm) Tebal batan g (mm) 1. Bambu 25-20 - 40 5-15 10 -
ori/duri 30 20 2. Bambu ampel 3. Bambu petung 4. Bambu apus 5. Bambu ater/legi 6. Bambu wulung 10-20 20-25 20-45 4-10 7-15 40-50 > 20 < 20 22 20-60 4-15 < 15 22 40-50 5-10 < 8 15-20 40-50 6-14 < 8 PERAWATAN BAMBU Ketika ditebang, kumbang bubuk akan segera menginfeksi bambu, oleh sebab itu sangat dianjurkan untuk langsung mengawetkan bambu. Bambu yang bersentuhan langsung dengan tanah dalam waktu lama, akan mangalami pelapukan dan mengundang serangan serangga, hal ini juga terjadi pada kayu. Oleh sebab itu sturktur bambu harus menghindari kontak langsung dengan tanah. Sama seperti kayu, bambu yang kering sangat mudah terbakar, oleh sebab itu sangat dianjurkan untuk mengawetkan bambu dengan bahan pengawet yang dapat meningkatkan tingkat fire retardant bambu. Banyak tukang yang sulit mengerjakan bahan bambu karena ukuran diameter bambu dari pangkal ujung seringkali tidak sama, demikian pula ketebalannya. Namun para perajin dan tukang yang berpengalaman menangani bambu tidak ada kesulitan dengan kondisi ini. Artinya diperlukan pelatihan bagi yang belum mengenal karakteristik bambu. Konstruksi bambu yang baik membutuhkan keahlian khusus dalam hal sambungan dan ikatan. Aplikasi yang salah akan mengurangi kekuatan struktur dan juga keindahan bangunan bambu. Diperlukan peningkatan keterampilan bagi yang baru mulai bekerja dengan bambu. Perawatan bambu yang paling baik dilaksanakan langsung pada tempatnya, Batang bambu yang baru dipotong sebaiknya disandarkan dalam keadaan berdiri pada bambu yang belum dipotong (ditempat yang teduh). Batang bambu tersebut dilindungi terhadap
kelembapan tanah yang akan naik, sebaiknya dengan menggunakan sebuah batu di bawah batang yang telah dipotong. Batang ini dibiarkan dalam keadaan demikian selama 1-2 bulan. PENGAWETAN BAMBU Pengawetan bambu secara non-kimia Metode non kimia (tradisional) telah digunakan sejak lama di daerah pedesaan. Kelebihan metode ini yaitu tidak membutuhkan biaya dan dapat dilakukan sendiri tanpa penggunaan alatalat khusus. Metode non-kimia misalnya : curing,pengasapan,pelaburan,perendaman dalam air dan perebusan. 1. Curing Mula-mula batang bambu dipotong pada bagian bawah tetapi cabang dan daunnya tetap disisakan. Kemudian, selama waktu tertentu rumpun bambu tersebut disimpan di dalam ruang khusus. Karena proses asimilasi daun masih berlangsung, kandungan pati ruas bambu akan berkurang. 2. Pengasapan Bambu diletakkan di atas rumah perapian (tungku) selama waktu tertentu sampai pengaruh asap menghitamkan batang bambu. Proses pemanasan menyebabkan terurainya senyawa pati dalam jaringan parenkim. Di jepang bambu mentah disimpan dalam ruang pemanas pada suhu 120-150 derajat Cecius selama 20 menit. Perlakuan ini cukup efektif untuk mencegah serangan serangga. Efek negative metode ini adalah kemungkinan terjadinya retak yang dapat mengurangi kekuatan bambu. 3. Pelaburan Metode ini lebih ditujukan untuk mendapatkan efek hiasan ketimbang manfaat pengawetannya. batang bambu untuk konstruksi perumahan dilaburi dengan kapur tohor. Tujuannya untuk memperlambat penyerapan air, sehingga daya tahan bambu terhadap jamur menjadi lebih tinggi 4. Perendaman dalam air Perendaman bambu dalam air adalah salah satu metode pengawetan tradisional yang sudah dikenal secara luas oleh masyarakat pedesaan. Batang bambu direndam selama satu bulan didalam air tawar, air payau atau air laut yang tenang atau mengalir sehingga kanji didalam bambu hilang. Perendaman bambu sebaiknya dilakukan setelah bambu dikeringkan dalam keadaan berdiri ditempat yang teduh, baru kemudian direndam seluruhnya. Bambu yang telah direndam dalam air harus berwarna pucat (tidak kuning hijau atau hitam) dan berbau asam yang khas, sedangkan bila dibelah bagian dalam dari ruas tidak boleh terdapat bulu dalam seperti terdapat didalam bambu yang belum direndam. metode ini lebih cocok diterapkan pada bambu yang digunakan untuk bahan bangunan. 5. Perebusan Perebusan bambu pada suhu 55-60 derajat celcius selama 10 menit akan meyebabkan pati mengalami gelat inisasi sempurna yaitu menjadi amilosa yang larut dalam air (matangaran,
1987). Perebusan pada 100 derajat celcius selama 1 jam cukup efektif untuk mengurangi serangan kumbang bubuk. Pengawetan secara kimia Metode pengawetan secara kimia biasanya menggunakan bahan pengawet. Bahan pengawet yang terkenal adalah Copper-Chrome-Arsanic (CCA). Metode kimia relative mahal tetapi menghasilkan perlindungan yang lebih baik. Keberhasilan metode ini sangat tergantung pada ketepatan konsentrasi larutan pengawet yang diberikan. Metode kimia misalnya : metode buff treatment, metode tangki terbuka, dan metode boucherie. 1. Metode Buff Treatment Bagian bawah batang bambu yang baru dipotong diletakkan dalam tangki yang berisi larutan pengawet. Cabang dan daun pada batang tetap disisakan. Larutan pengawet tersebut akan mengalir kedalam pembuluh batang karena proses transpirasi daun masih berlangsung. Karena prosesnya memakan waktu yang lama, metode ini hanya tepat diterapkan pada batang bambu yang pendek dan berkadar air tinggi 2. Metode Boucherie Mula-mula bambu dipotong menurut ukuran tertentu. Kemudian bambu dimasukkan ke dalam mesin Boucherie. Lewat bagian khusus mesin itu, cairan pengawet dengan konsentrasi tertentu dialirkan masuk kedalam bambu dengan tekanan 0.8-1.5 kg/m 2. Proses tersebut dianggap selesai bila konsentrasi cairan yang keluar dari bambu sama dengan konsentrasi bahan pengawet di tambang konsentrasi air. Sesudah melakukan pengawetan, batang atau bilah bambu dikeringkan sampai kadar airnya mencapai 10-15%. Setelah itu bambu dicat dengan zat penolak serangga, seperti sari daun pohon imbau yang mengandung insektisida alam. Kontruksi Bambu Kontruksi bambu paling umum adalah menggunakan tali ijuk atau pasak/baut. Bambu sebagai bahan bangunan sebenarnya tidak kalah dari kayu maupun baja. Bambu dengan kualitas tinggi bahkan lebih kuat dari baja. Namun kelebihan ini tidak ditunjang dengan konstruksi yang memadahi. Banyak bangunan bambu yang hanya disambung dengan menggunakan tali ijuk atau pasak dengan teknik yang kurang memadahi yang memberikan kesan bangunan sementara yang tidak kokoh. Maka dari itu penelitian lebih lanjut untuk menemukan sambungan kontruksi bambu yang lebih baik perlu dilakukan. Penggunaan Bambu sebagai Bahan bangunan Peruntukan Jenis Bambu Diameter
Kolom struktur Betung/petung 14-15 cm Kuda-kuda Gombong/andong 12 cm Gording Legi 10 cm Kasau Tali/apus 6 cm Reng Tali/apus 6 cm (dibelah 2) Dinding (utuh atau anyaman) Tali/apus 6 cm BAHAN BANGUNAN DARI BAMBU Pengolahan Bambu Menjadi Pelupuh Bahan dasarnya adalah batangan bambu yang ruasnya dibelah dengan kapak atau parang. Kemudian bambu dibelah sepanjang batang pada satu sisi dan selanjutnya celah direntangkan. Sekat rongga pada masing-masing ruas dihilangkan sampai dinding batang bambu dapat dipukul-pukul, diratakan menjadi pelupuh (papan bambu). Anyaman Bambu Menganyam berarti menghubungkan bilah atau tutu bambu tanpa alat bantu sehingga tidak saling terlepas. Pada anyaman terdiri dari lusi (bilah bambu yang berdiri) dan pakan (bilah bambu yang berbaring), dibuat susunan yang kaku dan stabil yang kemudian dapat diplester sebagai dinding rumah. Bambu Plester Teknologi bambu plester sebenarnya sama halnya dengan kontruksi bangunan sederhana. Cuma bahan utama yang digunakan adalah bambu. Tetapi walaupun menggunakan bambu sebagai bahan utama, pondasi bangunan tersebut tetap menggunakan pondasi pada umumnya (batu kali, footplate, dll). Pada dasarnya terdapat 3 tahap kontruksi rumah bambu plester, yaitu : 1. perakitan modul-modul bangunan dan pondasi di lapangan 2. pemasangan atau pendirian rumah dari modul-modul bangunan tersebut 3. pemlesteran dinding bambu tersebut menjadi dinding plester Bambu Laminating Bambu laminating merupakan jawaban dari semua masalah atau kekurangan bambu. Dengan bambu laminasi, bambu akan dibuat rata seperti kayu sehingga memudahkan untuk disusun maupun membuat sambungannya. Namun dibalik kelebihan tersebut bambu laminasi menyimpan satu kekurangan yaitu masalah
harganya yang mahal. Di Indonesia dikarenakan keterbatasan alat, harga per m 3 sampai menyentuh kisaran 13 juta rupiah. Sangat berbeda dengan jepang yang sudah mulai mengembangkan bambu laminasi sejak lama dan ketersedian alat yg memadai, sehingga harga kisaran bambu laminasi bisa ditekan menjadi 8 juta rupiah per m 3. Bambu yang sering digunakan untuk bambu laminasi adalah bambu petung dikarenakan diameter dan tebal dinding yang cukup besar. Proses : 1. bambu dibelah menjadi bilah-bilah sesuai dengan ukuran yang dikehendaki 2. rendam dalam larutan pengawet (ex: Natrium Tetraborat, Borac-Boric) 3. jemur hingga kadar airnya tinggal 15% 4. bambu diserut untuk mendapatkan ketebalan yang sama 5. olesi perekat (ex: : Urea Formaldehyde (Interior), Polymer Isosyanate (Eksterior)) 6. bambu dipres/direkatkan 7. dijemur 2 jam 8. rapikan ujung-ujung yang tidak rata 9. finishing