MATERI BAHAN BANGUNAN BAMBU

dokumen-dokumen yang mirip
BAMBU UNTUK BANGUNAN TAHAN GEMPA. Oleh : F. Eddy Poerwodihardjo C. Dwi Istiningsih

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGGUNAAN RANTING BAMBU ORI (BAMBUSA ARUNDINACEA) SEBAGAI KONEKTOR PADA STRUKTUR TRUSS BAMBU (053S)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Boyolali merupakan salah satu dari 35 Kabupaten di Provinsi

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BAMBU DAN FASILITAS HUNIAN

8. PEMBAHASAN UMUM DAN REKOMENDASI Pembahasan Umum

APLIKASI TEKNOLOGI BAMBU SEMEN SEBAGAI DINDING DI DESA PENGLIPURAN KABUPATEN BANGLI

BAB 2 BAMBU LAMINASI

ANALISA EKONOMIS PERBANDINGAN KAPAL KAYU SISTEM LAMINASI DENGAN SISTEM KONVENSIONAL

Struktur dan Konstruksi II

Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

TEKNOLOGI KOMPOSIT KAYU SENGON DENGAN PERKUATAN BAMBU LAMINASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bambu termasuk salah satu tumbuh-tumbuhan anggota famili Gramineae. Tumbuhan bambu berumpun dan terdiri atas sejumlah

TOLAK AIR DAN PEMBASAHAN. Dalam Kasus Pengawetan Bambu. Disusun Oleh ARIEF PRIBADI ( ) CHURRIYAH U. ( ) DEASY ARISANDI ( )

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

ANALISA TEKNIK DAN EKONOMIS VARIASI JENIS BAMBU SEBAGAI BAHAN LAMINASI UNTUK PEMBUATAN KAPAL IKAN

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass

V. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

DINDING DINDING BATU BUATAN

TINJAUAN PUSTAKA. Bambu Tali. kayu dengan masa panen 3-6 tahun. Bahan berlignoselulosa pada umumnya dapat

Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. mengakibatkan banyaknya sumber daya alam berupa kayu bulat diambil secara

Material Bambu sebagai Konstruksi pada Great Hall Eco Campus Outward Bound Indonesia

ANALISA HARGA SATUAN KEGIATAN KONSTRUKSI PEMERINTAH KOTA MADIUN TAHUN ANGGARAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia terletak pada 6 o LU 11 o LS dan 95 o BT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. dikelompokkan sebagai tanaman berkayu. Bambu tersebar di beberapa belahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODUL KONSTRUKSI BAMBU. Disusun dalam Rangka Memenuhi Tugas Semester IV. Mata Kuliah Konstruksi Bangunan 3 DISUSUN OLEH :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK BAMBU UNTUK KOMPONEN STRUKTUR BANGUNAN

PERMASALAHAN STRUKTUR ATAP, LANTAI DAN DINDING

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Pemilihan serat bambu (petung) sebagai bahan penelitian dengan. dengan pertumbuhan yang relatif lebih cepat.

Pengembangan Modul Konstruksi Bambu Plester Sebagai Alternatif Kulit Bangunan

PERILAKU RUNTUH BALOK DENGAN TULANGAN TUNGGAL BAMBU TALI

MODEL SAMBUNGAN DINDING PANEL DENGAN AGREGAT PECAHAN GENTENG

TINJAUAN PUSTAKA. kingdom plantae, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas

Sidang Tugas Akhir. Penyaji: Afif Rizqi Fattah ( ) Dosen Pembimbing: Dr. Eng. Hosta Ardyananta ST, M.Sc.

24 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tenggara menyediakan kira-kira 80% potensi bambu dunia yang sebagian besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUAT LEKAT DAN PANJANG PENANAMAN TULANGAN BAMBU PETUNG DAN BAMBU TALI PADA BETON NORMAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS BAMBU DENGAN STABILISASI DIMENSI. The Increasing of Bamboo Quality Using Dimensional Stabilization

PEMANFAATAN BAMBU DI INDONESIA. RIDWANTI BATUBARA, S. HUT Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara

Rumah bambu plaster Belanda di Jatiroto Prototipe Rumah Bambu Plaster

TEKNOLOGI PEMBUATAN BAMBU LAMINA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI KAYU

BAB III STUDI KASUS PENGGUNAN PROFIL KUSEN KAYU DAN KUSEN PVC

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sehingga mendukung terwujudnya pembangunan yang baik.

Proyek Tangki Air dari Semen-Pasir-Bambu di Mesjid Al-Ikhlas, Binong - Tangerang 1

Lampiran Kegiatan Workshop

Pemanfaatan Limbah Kayu Kelapa dari CV. UNIQUE Furniture Cibarusah Kab. Bekasi Sebagai Wadah Alat Tulis Modular

SELAMAT DATANG TUKANG BEKISTING DAN PERANCAH

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

PROSES PENGAWETAN KAYU. 1. Persiapan Kayu untuk Diawetkan

PENGANTAR TENTANG KAYU

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal

Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dari suku Gramineae. Bambu tumbuh menyerupai pohon berkayu, batangnya berbentuk buluh berongga.

PENINGKATAN DAYA TAHAN BAMBU DENGAN PROSES PENGASAPAN UNTUK BAHAN BAKU KERAJINAN

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

Pengaruh Variasi Sambungan Satu Ruas dan Dua Ruas Bambu Terhadap Kekuatan Balok Laminasi Bambu Tali MUJAHID

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

Analisis Teknis Dan Ekonomis Penggunaan Bambu Ori Dengan Variasi Umur Untuk Pembuatan Kapal Kayu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PASCA PANEN BAWANG MERAH

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA. Tri Hartanto. Abstrak

MODUL Seri Teknologi BAHAN BANGUNAN BAMBU LAMINASI (LAMINATED BAMBOO : THE FUTURE WOOD) CERTIFICATE NO. QMS / 171

KAJIAN TEKNIS OPTIMALISASI PEMANFAATAN LIMBAH BATANG SAWIT UNTUK BAHAN BANGUNAN DAN MEBEL

Pembuatan, Pemasangan dan Pengoperasian Tungku Perlakuan Panas untuk Pande Besi. Laporan Teknis Pemasyarakatan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Penilaian Masyarakat terhadap Penggunaan Material Bambu pada Bangunan

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 1 : 15-25, Maret 2016

TINJAUAN KUAT LENTUR RANGKAIAN DINDING PANEL DENGAN PERKUATAN TULANGAN BAMBU YANG MENGGUNAKAN AGREGAT PECAHAN GENTENG

PENGARUH KADAR PEREKAT DAN JENIS BAMBU TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAPAN PARTIKEL

PERANAN BAMBU DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN WILAYAH YANG BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk negara yang rawan bencana alam. Beberapa bencana disebabkan oleh letak geografis Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

BAB V. akan. Pembahasan. dianalisa. adalah: data untuk. di Ujung Berung. PGRI, terletak. Gambar 11 Bagan

PENGARUH PERBEDAAN JENIS DAN UMUR BAMBU TERHADAP KUALITASNYA SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN KERAJINAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin pesat

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA BAHAN ALAM. Herbarium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Bambu. Peralatan Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

SIDANG TUGAS AKHIR - MM JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FTI - ITS

Transkripsi:

MATERI BAHAN BANGUNAN BAMBU Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Bambu termasuk tanaman dengan laju pertumbuhan tercepat didunia. Dalam sehari bambu dapat tumbuh sekitar 60cm bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam. Bambu merupakan calon bahan bangunan masa depan pengganti kayu. Dibanding kayu dengan masa tanam 30-40 tahun, bambu memiliki masa tanam yang jauh lebih cepat yaitu hanya 3-5 tahun. Di Indonesia, penggunaan bambu sebagai bahan bangunan sangat potensial karena dari 1400 jenis bambu didunia sekitar 10%nya ada di Indonesia. Sekalipun bambu mempunyai banyak keunggulan, namun pemanfaatannya saat ini masih jauh dari optimum, karena pada umumnya pemakaian bambu masih secara tradisional. Kelebihan Bambu - Mempunyai daya lentur yang tinggi sehingga cocok untuk daerah rawan gempa seperti indonesia - Mempunyai ukuran yang berbeda-beda sehingga mampu disesuaikan dengan kebutuhan - Tumbuh cepat, sehingga tidak mengganggu ekosistem lingkungan. - Tidak mengandung racun, karena langsung diambil dari alam. - Tidak bersifat polutif karena semua bagian bambu dapat dimanfaatkan - Dengan bentuk dan warnanya yang alami, bambu sering digunakan langsung tanpa melalui pengecatan atau pengamplasan - Bambu cocok dikombinasikan dengan kayu - Harga ekonomis - Dapat tumbuh di berbagai lahan Potensi-potensi bambu - Keuntungan ekonomi dari material bambu yang lebih murah dari komponen baja sebagai tulangan beton. - Keberlanjutan bahan bambu yang dapat ditingkatkan dengan teknologi budidaya yang terintegrasi dengan konservasi, pengawetan, produksi, pemasangan dan perawatan - Ketersediaan berbagai varietas bambu di Indonesia yang cukup berlimpah (tergantung pada lokasi) - Pengenalan bahan dan keterampilan dari tukang-tukang yang dapat dikembangkan untuk mengolah bambu - Potensi pengembangan ekonomi lokal terutama di perkotaan

- Potensi penerapan bambu untuk perumahan terjangkau bagi warga yang berpenghasilan rendah. Beberapa jenis bambu yang paling sering digunakan untuk bangunan bambu adalah: 1) Dendrocalamus asper memiliki nama lokal bambu petung/betung. Bambu ini tumbuh subur di hampir semua pulau besar di Indonesia. Memiliki dinding yang tebal dan kokoh serta diameter yang dapat mencapai lebih dari 20 cm. Dapat tumbuh hingga lebih 25 meter. Bambu petung banyak digunakan untuk tiang atau penyangga bangunan. Juga sering di belah untuk keperluan reng/usuk bangunan. Bambu petung yang paling umum ada dua jenis yakni petung hijau dan petung hitam. 2) Gigantochloa atroviolacea memiliki nama lokal bambu hitam atau bambu wulung. Banyak tumbuh di jawa dan sumatra. Jenis bambu ini dapat mencapai dimeter hingga 14 cm dan tinggi lebih dari 20 meter. Banyak digunakan sebagai bahan bangunan dan perabot bambu karena relatif lebih tahan terhadap hama. 3) Gigantochloa apus Kurz memiliki nama lokal bambu apus atau tali.jenis ini banyak digunakan sebagai komponen atap dan dinding pada bangunan. Diameter antara 4 hingga 10 cm. Juga sangat cocok untuk mebel dan kerajinan tangan. 4) Bambusa arundinacea memiliki nama lokal bambu Ori. Tingginya dapat mencapai 30 m (dinding batang sangat tebal) diameter batangnya bisa mencapai 15-18 cm (jarak buku 20-40 cm) dan biasanya berwarna hijau muda. 5) Ambusa vulgaris Schard memiliki nama lokal: bambu ampel, bambu kuning atau bambu gading. Tinggi mencapai 10-20 m (batang berbulu sangat tipis dan tebal dinding batang 7-15 mm) diameter dinding bisa mencapai 4-10 cm (jarak buku 20-45 cm) biasanya berwarna kuning muda bergaris hijau tua. 6) Gigantochloa atter memiliki nama lokal bambu ater atau legi. Batang bambu ater berwarna hijau sampai hijau gelap dengan diameter 5-10 cm dan tebal dinding batang kurang lebih 8 mm. Panjang ruasnya antara 40-50 cm dan tinggi tanaman dapat mencapai 22 m. No. Nama Tingg i batan g maks imal (m) Panjan g ruas (cm) Diam eter batan g (cm) Tebal batan g (mm) 1. Bambu 25-20 - 40 5-15 10 -

ori/duri 30 20 2. Bambu ampel 3. Bambu petung 4. Bambu apus 5. Bambu ater/legi 6. Bambu wulung 10-20 20-25 20-45 4-10 7-15 40-50 > 20 < 20 22 20-60 4-15 < 15 22 40-50 5-10 < 8 15-20 40-50 6-14 < 8 PERAWATAN BAMBU Ketika ditebang, kumbang bubuk akan segera menginfeksi bambu, oleh sebab itu sangat dianjurkan untuk langsung mengawetkan bambu. Bambu yang bersentuhan langsung dengan tanah dalam waktu lama, akan mangalami pelapukan dan mengundang serangan serangga, hal ini juga terjadi pada kayu. Oleh sebab itu sturktur bambu harus menghindari kontak langsung dengan tanah. Sama seperti kayu, bambu yang kering sangat mudah terbakar, oleh sebab itu sangat dianjurkan untuk mengawetkan bambu dengan bahan pengawet yang dapat meningkatkan tingkat fire retardant bambu. Banyak tukang yang sulit mengerjakan bahan bambu karena ukuran diameter bambu dari pangkal ujung seringkali tidak sama, demikian pula ketebalannya. Namun para perajin dan tukang yang berpengalaman menangani bambu tidak ada kesulitan dengan kondisi ini. Artinya diperlukan pelatihan bagi yang belum mengenal karakteristik bambu. Konstruksi bambu yang baik membutuhkan keahlian khusus dalam hal sambungan dan ikatan. Aplikasi yang salah akan mengurangi kekuatan struktur dan juga keindahan bangunan bambu. Diperlukan peningkatan keterampilan bagi yang baru mulai bekerja dengan bambu. Perawatan bambu yang paling baik dilaksanakan langsung pada tempatnya, Batang bambu yang baru dipotong sebaiknya disandarkan dalam keadaan berdiri pada bambu yang belum dipotong (ditempat yang teduh). Batang bambu tersebut dilindungi terhadap

kelembapan tanah yang akan naik, sebaiknya dengan menggunakan sebuah batu di bawah batang yang telah dipotong. Batang ini dibiarkan dalam keadaan demikian selama 1-2 bulan. PENGAWETAN BAMBU Pengawetan bambu secara non-kimia Metode non kimia (tradisional) telah digunakan sejak lama di daerah pedesaan. Kelebihan metode ini yaitu tidak membutuhkan biaya dan dapat dilakukan sendiri tanpa penggunaan alatalat khusus. Metode non-kimia misalnya : curing,pengasapan,pelaburan,perendaman dalam air dan perebusan. 1. Curing Mula-mula batang bambu dipotong pada bagian bawah tetapi cabang dan daunnya tetap disisakan. Kemudian, selama waktu tertentu rumpun bambu tersebut disimpan di dalam ruang khusus. Karena proses asimilasi daun masih berlangsung, kandungan pati ruas bambu akan berkurang. 2. Pengasapan Bambu diletakkan di atas rumah perapian (tungku) selama waktu tertentu sampai pengaruh asap menghitamkan batang bambu. Proses pemanasan menyebabkan terurainya senyawa pati dalam jaringan parenkim. Di jepang bambu mentah disimpan dalam ruang pemanas pada suhu 120-150 derajat Cecius selama 20 menit. Perlakuan ini cukup efektif untuk mencegah serangan serangga. Efek negative metode ini adalah kemungkinan terjadinya retak yang dapat mengurangi kekuatan bambu. 3. Pelaburan Metode ini lebih ditujukan untuk mendapatkan efek hiasan ketimbang manfaat pengawetannya. batang bambu untuk konstruksi perumahan dilaburi dengan kapur tohor. Tujuannya untuk memperlambat penyerapan air, sehingga daya tahan bambu terhadap jamur menjadi lebih tinggi 4. Perendaman dalam air Perendaman bambu dalam air adalah salah satu metode pengawetan tradisional yang sudah dikenal secara luas oleh masyarakat pedesaan. Batang bambu direndam selama satu bulan didalam air tawar, air payau atau air laut yang tenang atau mengalir sehingga kanji didalam bambu hilang. Perendaman bambu sebaiknya dilakukan setelah bambu dikeringkan dalam keadaan berdiri ditempat yang teduh, baru kemudian direndam seluruhnya. Bambu yang telah direndam dalam air harus berwarna pucat (tidak kuning hijau atau hitam) dan berbau asam yang khas, sedangkan bila dibelah bagian dalam dari ruas tidak boleh terdapat bulu dalam seperti terdapat didalam bambu yang belum direndam. metode ini lebih cocok diterapkan pada bambu yang digunakan untuk bahan bangunan. 5. Perebusan Perebusan bambu pada suhu 55-60 derajat celcius selama 10 menit akan meyebabkan pati mengalami gelat inisasi sempurna yaitu menjadi amilosa yang larut dalam air (matangaran,

1987). Perebusan pada 100 derajat celcius selama 1 jam cukup efektif untuk mengurangi serangan kumbang bubuk. Pengawetan secara kimia Metode pengawetan secara kimia biasanya menggunakan bahan pengawet. Bahan pengawet yang terkenal adalah Copper-Chrome-Arsanic (CCA). Metode kimia relative mahal tetapi menghasilkan perlindungan yang lebih baik. Keberhasilan metode ini sangat tergantung pada ketepatan konsentrasi larutan pengawet yang diberikan. Metode kimia misalnya : metode buff treatment, metode tangki terbuka, dan metode boucherie. 1. Metode Buff Treatment Bagian bawah batang bambu yang baru dipotong diletakkan dalam tangki yang berisi larutan pengawet. Cabang dan daun pada batang tetap disisakan. Larutan pengawet tersebut akan mengalir kedalam pembuluh batang karena proses transpirasi daun masih berlangsung. Karena prosesnya memakan waktu yang lama, metode ini hanya tepat diterapkan pada batang bambu yang pendek dan berkadar air tinggi 2. Metode Boucherie Mula-mula bambu dipotong menurut ukuran tertentu. Kemudian bambu dimasukkan ke dalam mesin Boucherie. Lewat bagian khusus mesin itu, cairan pengawet dengan konsentrasi tertentu dialirkan masuk kedalam bambu dengan tekanan 0.8-1.5 kg/m 2. Proses tersebut dianggap selesai bila konsentrasi cairan yang keluar dari bambu sama dengan konsentrasi bahan pengawet di tambang konsentrasi air. Sesudah melakukan pengawetan, batang atau bilah bambu dikeringkan sampai kadar airnya mencapai 10-15%. Setelah itu bambu dicat dengan zat penolak serangga, seperti sari daun pohon imbau yang mengandung insektisida alam. Kontruksi Bambu Kontruksi bambu paling umum adalah menggunakan tali ijuk atau pasak/baut. Bambu sebagai bahan bangunan sebenarnya tidak kalah dari kayu maupun baja. Bambu dengan kualitas tinggi bahkan lebih kuat dari baja. Namun kelebihan ini tidak ditunjang dengan konstruksi yang memadahi. Banyak bangunan bambu yang hanya disambung dengan menggunakan tali ijuk atau pasak dengan teknik yang kurang memadahi yang memberikan kesan bangunan sementara yang tidak kokoh. Maka dari itu penelitian lebih lanjut untuk menemukan sambungan kontruksi bambu yang lebih baik perlu dilakukan. Penggunaan Bambu sebagai Bahan bangunan Peruntukan Jenis Bambu Diameter

Kolom struktur Betung/petung 14-15 cm Kuda-kuda Gombong/andong 12 cm Gording Legi 10 cm Kasau Tali/apus 6 cm Reng Tali/apus 6 cm (dibelah 2) Dinding (utuh atau anyaman) Tali/apus 6 cm BAHAN BANGUNAN DARI BAMBU Pengolahan Bambu Menjadi Pelupuh Bahan dasarnya adalah batangan bambu yang ruasnya dibelah dengan kapak atau parang. Kemudian bambu dibelah sepanjang batang pada satu sisi dan selanjutnya celah direntangkan. Sekat rongga pada masing-masing ruas dihilangkan sampai dinding batang bambu dapat dipukul-pukul, diratakan menjadi pelupuh (papan bambu). Anyaman Bambu Menganyam berarti menghubungkan bilah atau tutu bambu tanpa alat bantu sehingga tidak saling terlepas. Pada anyaman terdiri dari lusi (bilah bambu yang berdiri) dan pakan (bilah bambu yang berbaring), dibuat susunan yang kaku dan stabil yang kemudian dapat diplester sebagai dinding rumah. Bambu Plester Teknologi bambu plester sebenarnya sama halnya dengan kontruksi bangunan sederhana. Cuma bahan utama yang digunakan adalah bambu. Tetapi walaupun menggunakan bambu sebagai bahan utama, pondasi bangunan tersebut tetap menggunakan pondasi pada umumnya (batu kali, footplate, dll). Pada dasarnya terdapat 3 tahap kontruksi rumah bambu plester, yaitu : 1. perakitan modul-modul bangunan dan pondasi di lapangan 2. pemasangan atau pendirian rumah dari modul-modul bangunan tersebut 3. pemlesteran dinding bambu tersebut menjadi dinding plester Bambu Laminating Bambu laminating merupakan jawaban dari semua masalah atau kekurangan bambu. Dengan bambu laminasi, bambu akan dibuat rata seperti kayu sehingga memudahkan untuk disusun maupun membuat sambungannya. Namun dibalik kelebihan tersebut bambu laminasi menyimpan satu kekurangan yaitu masalah

harganya yang mahal. Di Indonesia dikarenakan keterbatasan alat, harga per m 3 sampai menyentuh kisaran 13 juta rupiah. Sangat berbeda dengan jepang yang sudah mulai mengembangkan bambu laminasi sejak lama dan ketersedian alat yg memadai, sehingga harga kisaran bambu laminasi bisa ditekan menjadi 8 juta rupiah per m 3. Bambu yang sering digunakan untuk bambu laminasi adalah bambu petung dikarenakan diameter dan tebal dinding yang cukup besar. Proses : 1. bambu dibelah menjadi bilah-bilah sesuai dengan ukuran yang dikehendaki 2. rendam dalam larutan pengawet (ex: Natrium Tetraborat, Borac-Boric) 3. jemur hingga kadar airnya tinggal 15% 4. bambu diserut untuk mendapatkan ketebalan yang sama 5. olesi perekat (ex: : Urea Formaldehyde (Interior), Polymer Isosyanate (Eksterior)) 6. bambu dipres/direkatkan 7. dijemur 2 jam 8. rapikan ujung-ujung yang tidak rata 9. finishing