METODE KONSERVASI LAHAN SECARA VEGETATIF

dokumen-dokumen yang mirip
geografi Kelas X PEDOSFER III KTSP & K-13 H. SIFAT KIMIA TANAH a. Derajat Keasaman Tanah (ph)

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

KONSERVASI SUMBERDAYA ALAM DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN OLEH : MOCHAMAD HADI LAB EKOLOGI & BIOSISTEMATIK JURUSAN BIOLOGI FMIPA UNDIP

DAFTAR ISTILAH Air lebih: Bahan pembenah tanah ( soil conditioner Bangunan terjunan: Bedengan: Berat isi tanah: Budidaya lorong ( alley cropping

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

Prestasi Vol. 8 No. 2 - Desember 2011 ISSN KONSERVASI LAHAN UNTUK PEMBANGUNAN PERTANIAN. Oleh : Djoko Sudantoko STIE Bank BPD Jateng

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak awal kehidupan manusia, sumberdaya alam sudah merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

VIII. KONSERVASI TANAH DAN AIR

penyebab terjadinya erosi tanah Posted by ariciputra - 29 May :25

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

Konservasi lahan Konservasi lahan adalah usaha pemanfaatan lahan dalam usahatani dengan memperhatikan kelas kemampuannya dan dengan menerapkan

PENTINGNYA KONSERVASI TANAH PADA PENGELOLAAN KEBUN SUMBER BENIH KOPI

DASAR-DASAR ILMU TANAH

bio.unsoed.ac.id air. Upaya tersebut dapat berupa perlambatan kecepatan aliran air dengan membuat

EROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Erosi. Rekayasa Hidrologi

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode USLE

PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

TINJAUAN PUSTAKA. merupakan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung (intangible). Selain itu,

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

Laboratorium Tanaman Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utama, yaitu sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan dan sebagai matriks

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 80 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

Panduan konservasi tanah dan air untuk penanggulangan degradasi lahan

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

Manusia: Faktor manusia akhirnya menjadi penentu apakah tanah atau lahan akan menjadi rusak atau lebih baik dan produktif. Tergantung pada : tingkat

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lingkungan hidup menyediakan sumberdaya alam bagi kelangsungan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. DAS Serayu, terutama di bagian hulu DAS berkaitan dengan pemanfaatan lahan

Secara umum, kerusakan tanah atau perubahan sifat fisik dan kimia tanah dapat disajikan dalam hubungan deskriptif berbagai faktor, yaitu: iklim,

METODE KONSERVASI TANAH DAN AIR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

KONSERVASI TANAH DAN AIR DI LAHAN KERING

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

Ekologi Padang Alang-alang

METODE KONSERVASI TANAH DAN AIR

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Degradasi lahan atau kerusakan lahan merupakan faktor utama penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Permukaan dan Erosi Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN AGROFORESTRY UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR. Oleh Firmansyah, S.Hut, M.Si Penyuluh Kehutanan Ahli Pusat Penyuluhan Kehutanan BP2SDM

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

Kemampuan hujan dengan energi kinetiknya untuk menimbulkan erosi pada suatu bidang lahan dalam waktu tertentu (Intensitas Hujan = EI30

V. Budidaya Agar budidaya TPT berhasil dengan balk diperlukan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam keadaan tertentu modal yang cukup juga kadang-kadang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA

I. PENDAHULUAN. kerusakan akibat erosi dalam ekosistem DAS (Widianto dkk., 2004). Kegiatan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum.l) merupakan bahan baku utama dalam. dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian di daerah serta

KAJIAN EROSI DAN ALIRAN PERMUKAAN PADA BERBAGAI SISTEM TANAM DI TANAH TERDEGRADASI SKRIPSI. Vivin Alviyanti NIM

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

PERMASALAHAN dan PENGEMBANGAN IRIGASI LAHAN KERING. di NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Makalah Utama pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September )

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

Tri Fitriani, Tamaluddin Syam & Kuswanta F. Hidayat

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

BAB I PENDAHULUAN. yang disebutkan di atas, terdapat unsur-unsur yang meliputi suatu kesatuan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Wilayah Desa Gunungsari. Desa Gunungsari Kecamatan Bansari terletak di lereng gunung Sindoro pada

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang banyak digunakan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

TEKNOLOGI PENGELOLAAN & PANEN AIR HUJAN (MK. Manajemen Agroekosistem, smno.jurtnh.fpub.2013)

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya/Papua. Dari 168 juta hektar lahan

Transkripsi:

METODE KONSERVASI LAHAN SECARA VEGETATIF Kelompok 1: Ahmad Agung Masykuri, Ahmad Yasin, Ajeng Rizki Nugraheni, Okta Via Anggraini, Wahid Hasyim A. A., Gregorius Nopria A, Agung Pria S., Aan Nurdianto, Endang Retiningsih, Nindya Eka Pramila Pendidikan Geografi, FIS, UNY Abstrak Erosi merupakan suatu peristiwa hilangnya lapisan permukaan tanah atas akibat perpindahan atau pelepasan (detachment) dan terangkutnya (transportation) tanah oleh media alami kemudian terendapkan (sedimentation) di tempat lain. Erosi menyebabkan hilangnya tanah lapisan atas (top soil) dan unsur hara yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Erosi yang telah berlanjut menyebabkan rusaknya ekosistem sehingga penanganannya akan memakan waktu lama dan biaya yang mahal. Akibatnya sebelum erosi yang terjadi teratasi telah muncul erosi lainnya. Untuk menghindari dampak yang diakibatkan oleh erosi, maka diperlukan metode konservasi yang tepat. Salah satunya adalah metode konservasi lahan secara vegetatif. Terdapat berbagai jenis teknologi konservasi dalam metode konservasi lahan secara vegetatif. Teknik konservasi lahan secara vegetatif lebih banyak digunakan, karena mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan teknik konservasi tanah secara mekanis maupun kimia. Kata kunci: metode konservasi lahan secara vegetatif, jenis teknologi konservasi dalam metode konservasi lahan secara vegetatif. Pendahuluan Erosi menjadi penyebab terjadinya kerusakan lahan. Terjadinya erosi yang terus menerus dapat menyebabkan kerusakan lahan yang serius. Apabila lahan rusak, maka produktivitas dari lahan tersebut akan menurun. Produktivitas tersebut terutama berkaitan dengan kemampuan lahan sebagai media pertumbuhan tanaman. Sebagai upaya dalam menanggulangi adanya permasalahan kerusakan lahan yang terjadi, maka pengelolaan lahan secara berkelanjutan tentu dibutuhkan untuk mengembalikan lahan menjadi baik seperti semula. Salah satu 1

usaha yang dapat dilakukan untuk mengembalikan produktivitas tanah dan memperbaiki tanah yang telah rusak adalah dengan konservasi lahan. Teknik konservasi lahan di Indonesia diarahkan pada tiga prinsip utama yaitu perlindungan permukaan tanah terhadap pukulan butir butir hujan, meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah seperti pemberian bahan organik atau dengan cara meningkatkan penyimpanan air, dan mengurangi laju aliran permukaan sehingga menghambat material tanah dan hara terhanyut. Manusia mempunyai keterbatasan dalam mengendalikan erosi sehingga perlu ditetapkan kriteria tertentu yang diperlukan dalam tindakan konservasi lahan. Salah satu pertimbangan yang harus disertakan dalam merancang teknik konservasi lahan adalah nilai batas erosi yang masih dapat diabaikan (tolerable soil loss). Jika besarnya erosi pada tanah dengan sifat-sifat tersebut lebih besar daripada angka erosi yang masih dapat diabaikan, maka tindakan konservasi sangat diperlukan. Di Indonesia sendiri, dikenal tiga metode dalam konservasi lahan, yaitu metode konservasi lahan secara vegetatif, mekanik dan kimiawi. Ketiga teknik konservasi lahan tersebut pada prinsipnya memiliki tujuan yang sama yaitu mengendalikan laju erosi, namun efektifitas, persyaratan dan kelayakan untuk diterapkan sangat berbeda. Oleh karena itu pemilihan teknik konservasi yang tepat sangat diperlukan. Salah satu metode dalam konservasi lahan yang akan dibahas di sini adalah dengan metode konservasi lahan secara vegetatif. Metode ini memanfaatkan tanaman ataupun sisa-sisa dari tanaman untuk untuk melindungi tanah dari erosi, menghambat laju aliran permukaan, meningkatkan kandungan lengas tanah, serta memperbaiki sifat-sifat tanah, baik sifat fisik, kimia maupun biologi. Dalam metode konservasi lahan secara vegetatif, terdapat berbagai jenis teknologi yang dapat digunakan. Berbagai jenis teknologi tersebut diharapkan akan mampu mengatasi masalah kerusakan lahan yang telah terjadi akibat erosi. Kajian Pustaka Lahan (Land) merupakan lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan (Sitorus, 2004). Lahan yang ada di permukaan bumi ini tidak selamanya akan hidup dengan baik, ada waktu dimana 2

suatu saat lahan akan mengalami kerusakan dan kehilangan sebagian kecil atau bahkan sebagian besar produktivitasnya. Kedua hal tersebut dipengaruhi oleh erosi yang terjadi. Erosi merupakan pengikisan atau proses penghanyutan tanah oleh desakan desakan atau kekuatan air dan angin baik secara alamiah maupun perbuatan manusia, erosi dapat mempengaruhi kesuburan tanah. Pengaruh erosi terhadap kesuburan tanah dapat dicirikan dengan penghanyutan partikel tanah, perubahan struktur tanah, penurunan infiltrasi dan penampungan, perubahan profil tanah serta menghanyutkan sejumlah unsur hara (Kartasapoetra, 2010). Berdasarkan pengertian tersebut, jelaslah bahwa erosi berperan dalam terjadinya kerusakan lahan dan penurunan produktivitas lahan. Untuk menanggulangi adanya kerusakan lahan dan penurunan produktivitas lahan, maka perlu adanya pengelolaan sumberdaya lahan. Menurut Sitorus (2004), pengelolaan sumberdaya lahan adalah segala tindakan atau perlakuan yang diberikan pada sebidang lahan untuk menjaga dan mempertinggi produktivitas lahan tersebut secara berkesinambungan, yang secara garis besar bertujuan fisik dan ekonomi. Pengelolaan lahan/tanah secara berkelanjutan atau Sustainable Soil Management (SSM) menggunakan pendekatan multidisiplin dan tidak terbatas pada bidang ilmu tanah saja. Aspek sistem pengelolaan tanah berkelanjutan ada tiga (3), yaitu aspek bio-fisik, aspek sosial budaya dan aspek ekonomi. Menurut Wibowo (2008) salah satu upaya pengelolaan lahan berkelanjutan adalah dengan tindakan konservasi tanah yaitu penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Tujuan konservasi tanah adalah mencegah kerusakan tanah dan memperbaiki tanah-tanah yang rusak agar dapat tercapai produksi yang setinggi-tingginya dalam waktu yang tidak terbatas. Sasaran konservasi tanah meliputi keseluruhan sumber daya lahan, yang mencakup kelestarian produktivitas tanah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mendukung keseimbangan ekosistem. Faktor yang mempengaruhi kemampuan sumberdaya lahan untuk dapat diusahakan yaitu keadaan lereng, kedalaman efektif, tekstur, tingkat kesuburan, permeabilitas tanah dan keadaan drainase. 3

Konservasi merupakan usaha-usaha untuk menjaga agar tanah tetap produktif atau memperbaiki tanah yang rusak karena erosi. Salah satu metode dalam konservasi lahan adalah metode vegetatif. Menurut Arsyad (1989: 113), metode vegetatif adalah penggunaan tanaman dan sisa-sisa tanaman untuk mengurangi daya penghancuran butiran hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan daya perusak aliran permukaan. Metode Konservasi Lahan secara Vegetatif Pada dasarnya teknologi konservasi tidak populer di mata masyarakat karena untuk merealisasikannya diperlukan biaya yang tidak sedikit, sedangkan hasilnya tidak segera dirasakan oleh masyarakat khususnya petani. Salah satu alternatifnya adalah pemberian bantuan (incentive) yang diharapkan dapat mendorong petani untuk menerapkan metode konservasi secara benar. Upaya pemerintah melalui kerja sama antar-instansi mempunyai peran yang sangat besar dalam mengakomodir dan meng-implementasikan hal tersebut. Lebih penting lagi adalah peran serta seluruh komponen masyarakat untuk peduli terhadap konservasi lahan. Masalah yang terjadi akibat penerapan metode konservasi perlu dipahami untuk disempurnakan lagi atau diganti dengan alternatif lain. Pemahaman kondisi masyarakat tani tidak terbatas pada kondisi masyarakat setempat tetapi juga masyarakat sekitarnya. Pemahaman kondisi biofisik perlu dimatangkan lagi dengan mengetahui perilaku iklim, hama, penyakit, status lahan dan informasi lain yang mendukung perencanaan teknik konservasi di wilayah tersebut. Pemilihan teknologi konservasi harus disesuaikan dengan modal petani sehingga pelaksanaannya dapat maksimal, baik modal berupa uang maupun tenaga kerja. Metode konservasi yang dipilih harus mempertimbangkan kelerengan, jenis tanah, iklim/curah hujan, kedalaman tanah, pola usaha tani, dan ternak. Sedangkan kondisi sosial ekonomi berupa kebiasaan cara bercocok tanam, kepemilikan hewan ternak, cara penggembalaan, beban keluarga, status lahan yang digarap, tingkat pendidikan petani, akan berpengaruh terhadap respon petani terhadap materi penyuluhan serta keberhasilan implementasi teknik konservasi tersebut. Metode konservasi lahan yang mempunyai efektivitas sedang akan lebih baik jika benar-benar dilaksanakan dengan benar oleh petani, daripada metode konservasi dengan efektivitas tinggi tapi pada akhirnya tidak disukai oleh petani. 4

Salah satu metode konservasi lahan yang dapat digunakan adalah metode konservasi lahan secara vegetatif. Menurut Kustantini (2014: 5), metode konservasi lahan secara vegetatif adalah setiap pemanfaatan tanaman/vegetasi maupun sisa-sisa tanaman sebagai media pelindung tanah dari erosi, penghambat laju aliran permukaan, peningkatan kandungan lengas tanah, serta perbaikan sifat-sifat tanah, baik sifat fisik, kimia maupun biologi. Tanaman ataupun sisa-sisa tanaman berfungsi sebagai pelindung tanah terhadap daya pukulan butir air hujan maupun terhadap daya angkut air aliran permukaan (runoff), serta meningkatkan peresapan air ke dalam tanah. Menurut Kustantini (2014: 5), keuntungan yang didapat dari metode konservasi lahan secara vegetatif ini adalah kemudahan dalam penerapannya, membantu melestarikan lingkungan, mencegah erosi dan menahan aliran permukaan, dapat memperbaiki sifat tanah dari pengembalian bahan organik tanaman, serta meningkatkan nilai tambah bagi petani dari hasil sampingan tanaman konservasi tersebut. Vegetasi sendiri memiliki bagian-bagian yang masing-masing perannya adalah sebagai berikut: 1. Kanopi berfungsi menahan laju butiran air hujan dan mengurangi tenaga kinetik butiran air dan pelepasan partikel tanah sehingga pukulan butiran air dapat dikurangi. Air yang masuk di sela-sela kanopi (interception) sebagian akan kembali ke atmosfer akibat evaporasi. Semakin rapat penutupnya, semakin kecil risiko hancurnya agregat tanah oleh pukulan butiran air hujan. 2. Batang tanaman juga merupakan penahan erosi akibat air hujan dengan cara merembeskan aliran air dari tajuk melewati batang (stemflow) menuju permukaan tanah sehingga energi kinetiknya jauh berkurang. Batang juga berfungsi memecah dan menahan laju aliran permukaan. Beberapa jenis tanaman yang ditanam dengan jarak rapat, batangnya mampu membentuk pagar sehingga memecah aliran permukaan. Partikel tanah yang ikut bersama aliran air permukaan akan mengendap di bawah batang akan membentuk bidang penahan aliran permukaan yang lebih stabil. 3. Perakaran tanaman juga membantu mengurangi air tanah yang jenuh oleh air hujan, memantapkan agregasi tanah sehingga lebih mendukung pertumbuhan tanaman dan mencegah erosi, sehingga tanah tidak mudah 5

hanyut akibat aliran permukaan, meningkatkan infiltrasi, dan kapasitas memegang air. Kendala penerapan teknologi konservasi tanah secara vegetatif berupa ketidaktahuan petani terhadap teknologi konservasi maupun proses degradasi lahan akibat pengelolaan lahan yang buruk, teknik yang disarankan tidak sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat maupun kondisi biofisik daerah setempat, dan kesulitan mendapatkan sarana yang direkomendasikan untuk diterapkan di lahan garapan petani. Teknik vegetatif juga dianggap akan mengurangi areal produktif bagi tanaman pangan petani. Sekretariat Tim Pengendali Bantuan P&RP (2000) juga mencatat kendala utama penerapan teknologi konservasi sebagai berikut: a. Tingginya biaya serta lambatnya pengembalian investasi dari tindakan konservasi. b. Ketidakpastian penguasaan lahan. c. Petani tidak melihat keuntungan langsung dari penerapan teknik konservasi lahan. Dengan modal terbatas, petani lebih memilih mengelola lahan seefektif mungkin untuk menghasilkan keuntungan panen sebesar-besarnya. Namun tindakan konservasi yang dilakukan mendapatkan porsi yang sedikit atau bahkan tidak sama sekali. Kendala-kendala tersebut harus diupayakan untuk dipecahkan bersama sehingga kualitas teknik konservasi yang sudah ada ataupun yang akan diusahakan dapat bertahan bahkan meningkat. Penerapan teknologi konservasi harus menyeluruh melibatkan semua instansi pemerintahan, swasta dan pihak akademis dari berbagai bidang ilmu pengetahuan serta melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Berbagai Jenis Teknologi Konservasi dalam Metode Konservasi Lahan secara Vegetatif Terdapat beberapa jenis teknologi konservasi dalam metode konservasi lahan secara vegetatif, di antaranya adalah: 1. Penghutanan kembali atau reboisasi (reforestation) Penghutanan kembali dimaksudkan untuk mengembalikan dan memperbaiki kondisi ekologi dan hidrologi suatu wilayah dengan tanaman pohon-pohonan. Penghutanan kembali berpotensi untuk peningkatan kadar bahan organik tanah dari serasah yang jatuh di permukaan tanah dan sangat 6

mendukung kesuburan tanah. Penghutanan kembali biasanya dilakukan pada lahan-lahan kritis yang diakibatkan oleh bencana alam misalnya kebakaran, erosi, abrasi, tanah longsor, dan aktivitas manusia seperti pertambangan, perladangan berpindah, dan penebangan hutan. Hutan mempunyai fungsi tata air yang unik karena mampu menyimpan air dan meredam debit air pada saat musim penghujan dan menyediakan air secara terkendali pada saat musim kemarau (sponge effect). Penghutanan kembali dengan maksud untuk mengembalikan fungsi tata air, efektif dilakukan pada lahan dengan kedalaman tanah >3 m. Tanah dengan kedalaman <3 m mempunyai aliran permukaan yang cukup tinggi karena keterbatasan kapasitas tanah dalam menyimpan air. Pengembalian fungsi hutan akan memakan waktu 20-50 tahun sampai tajuk terbentuk sempurna. Jenis tanaman yang digunakan sebaiknya berasal dari jenis yang mudah beradaptasi terhadap lingkungan baru, cepat berkembang biak, mempunyai perakaran yang kuat, dan kanopi yang rapat/rindang. 2. Penanaman tanaman penutup (cover cropping) secara terus-menerus Tanaman penutup berfungsi melindungi permukaan tanah dari daya dispersi dan penghancuran butir-butir hujan serta memperlambat aliran permukaan. Tanaman penutup juga mempunyai andil dalam menyumbang bahan organik tanah dan memperbesar porositas tanah (Kartasapoetra, 2000:150). Jenis tanaman penutup rendah (low cover crop) antara lain kalopo, kacang asu, sentro, kacang ruji, kudzu, dan kudzu tropis. Untuk jenis tanaman penutup sedang (medium cover crop) antara lain lamtoro merah, petai cina, turi, teprosia, hahapaan, dan orok-orok. Sedangkan untuk jenis tanaman penutup tinggi (high cover crop) antara lain sengon laut, gamal, dan lamtoro gung. 3. Penanaman dalam strip (strip cropping) Adalah suatu sistem dimana tanaman pagar pengontrol erosi berupa barisan tanaman yang ditanam rapat mengikuti garis kontur, sehingga membentuk lorong-lorong dan tanaman semusim berada di antara tanaman pagar tersebut. Penanaman dalam strip adalah sistem penanaman dengan cara tanaman ditanam dalam strip-strip yang berselang-seling pada sebidang tanah dan disusun memotong lereng atau sesuai dengan garis kontur. 7

Tanaman pagar akan mengurangi 5-20% luas lahan efektif untuk budi daya tanaman sehingga untuk tanaman pagar dipilih dari jenis tanaman yang memenuhi persyaratan : a. Merupakan tanaman yang mampu mengembalikan unsur hara ke dalam tanah, misalnya tanaman penambat nitrogen (N 2 ) dari udara. b. Menghasilkan banyak bahan hijauan c. Tahan terhadap pemangkasan dan dapat tumbuh kembali secara cepat sesudah pemangkasan. d. Tingkat persaingan terhadap kebutuhan hara, air, sinar matahari dan ruang tumbuh dengan tanaman lorong tidak begitu tinggi. e. Tidak bersifat alelopati (mengeluarkan zat beracun) bagi tanaman utama. f. Sebaiknya mempunyai manfaat ganda seperti untuk pakan ternak, kayu bakar, dan penghasil buah sehingga mudah diadopsi petani. Sistem pertanaman lorong juga dapat mempertahankan sifat fisik tanah dan hasil tanaman pangan dalam jangka panjang. 4. Pergiliran tanaman (crop rotation) Adalah suatu sistem bercocok tanam pada sebidang tanah yang terdiri dari beberapa macam tanaman yang ditanam secara berturut-turut pada waktu tertentu setelah masa panennya kembali lagi pada tanaman semula (Kartasapoetra, 2000:152). Manfaat pergiliran tanaman antara lain: a. Mengurangi keberlangsungan erosi b. Meningkatkan produksi pertanian c. Meratakan pemanfaatan tanah yang kosong d. Memperkaya variasi tanaman petani e. Memperbaiki kesuburan tanah f. Mengurangi biaya pengolahan tanah g. Memelihara keseimbangan ekologi Pergiliran tanaman dapat berupa: a. Saquental planting, yaitu penanaman secara beruntun segera setelah tanaman terdahulu dipanen. b. Mixed cropping, yaitu melakukan penanaman tanaman campuran c. Inter cropping, yaitu tumpang sari seumur d. Inter planting, yaitu penanaman secara tumpang sari berbeda umur 8

e. Inter cultur, yaitu menanam tanaman yang umurnya pendek ditanam di antara tanaman yang umurnya tahunan 5. Sistem pertanian hutan atau wanatani (agroforestry) Adalah salah satu bentuk usaha konservasi lahan yang menggabungkan antara tanaman pohon-pohonan, atau tanaman tahunan dengan tanaman komoditas lain yang ditanam secara bersama-sama ataupun bergantian. Penggunaan tanaman tahunan mampu mengurangi erosi lebih baik daripada tanaman komoditas pertanian khususnya tanaman semusim. Tanaman tahunan mempunyai luas penutupan daun yang relatif lebih besar dalam menahan energi kinetik air hujan, sehingga air yang sampai ke tanah dalam bentuk aliran batang (stemflow) dan aliran tembus (throughfall) tidak menghasilkan dampak erosi yang begitu besar. Sedangkan tanaman semusim mampu memberikan efek penutupan dan perlindungan tanah yang baik dari butiran hujan yang mempunyai energi perusak. Penerapan wanatani pada lahan dengan lereng curam atau agak curam mampu mengurangi tingkat erosi dan memperbaiki kualitas tanah, dibandingkan apabila lahan tersebut gundul atau hanya ditanami tanaman semusim. Tanaman semusim memerlukan pengolahan tanah dan pemeliharaan tanaman yang lebih intensif dibandingkan dengan tanaman tahunan. Pengolahan tanah pada tanaman semusim biasanya dilakukan dengan cara mencangkul, mengaduk tanah, maupun cara lain yang mengakibatkan hancurnya agregat tanah, sehingga tanah mudah tererosi. Semakin besar kelerengan suatu lahan, maka risiko erosi akibat pengolahan tanah juga semakin besar. Penanaman tanaman tahunan tidak memerlukan pengolahan tanah secara intensif. Perakaran yang dalam dan penutupan tanah yang rapat mampu melindungi tanah dari erosi. 6. Pertanaman lorong (alley cropping) Pertanaman sela adalah pertanaman campuran antara tanaman tahunan dengan tanaman semusim. Sistem ini banyak dijumpai di daerah hutan atau kebun yang dekat dengan lokasi permukiman. Dari segi konservasi tanah, pertanaman sela bertujuan untuk meningkatkan intersepsi dan intensitas penutupan permukaan tanah terhadap terpaan butir-butir air hujan secara langsung sehingga memperkecil risiko tererosi. Sebelum kanopi tanaman tahunan menutupi tanah, lahan di antara tanaman tahunan tersebut 9

digunakan untuk tanaman semusim. Di beberapa wilayah hutan jati daerah Jawa Tengah, ketika pohon jati masih pendek dan belum terbentuk kanopi, sebagian lahannya ditanami dengan tanaman semusim berupa jagung, padi gogo, kedelai, kacang-kacangan, dan empon-empon. Pilihan teknik konservasi ini sangat baik untuk diterapkan oleh petani karena mampu memberikan nilai tambah bagi petani, mempertinggi intensitas penutupan lahan, membantu perawatan tanaman tahunan dan melindungi dari erosi. 7. Penggunaan seresah Penggunaan sisa tanaman untuk konservasi tanah dapat berupa mulsa atau pupuk hijau. Dengan pemulsaan maka dedaunan dan batang tanaman disebar secara merata diatas permukaan tanah, sedangkan dengan pupuk hijau sisa tanaman dibenamkan ke dalam tanah. 8. Penanaman tanaman penguat teras dan saluran pembuangan Penanaman tanaman penguat teras dan saluran pembuangan dapat berupa pepohonan atau rerumputan. 9. Penanaman menurut kontur (contour cropping) Pengolahan tanah/penanaman mengikuti garis kontur dilakukan pada lahan miring untuk mengurangi erosi dan aliran permukaan. Garis kontur adalah suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang tingginya sama dan berpotongan tegak lurus dengan arah kemiringan lahan. Bangunan dan tanaman dibuat sepanang garis kontur dan disesuaikan dengan keadaan permukaan lahan. Penanaman pada garis kontur dapat mencakup pula pembuatan perangkap tanah, teras bangku atau teras guludan, atau penanaman larikan. Pengolahan tanah dan penanaman mengikuti kontur banyak dipromosikan di berbagai daerah di Indonesia dalam mengembangkan pertanian yang berkelanjutan. Cara penanaman tanaman yang searah garis kontur yaitu garis yang menghubungkan ttik-titik yang mempunyai ketinggian yangh sama pada tanah-tanah yang berlereng atau mempunyai kemiringan. Tujuannya adalah untuk menghambat kecepatan aliran permukaan; memperbesar peresapan air permukaan ke dalam tanah; dan menghemat biaya, tenaga dan waktu. Persyaratan teknisnya antara lain: 10

a. Pada tanah yang mempunyai kemiringan 3 6% penanaman secara ontur yang dianjurkan sebaiknya tidka melebihi panjang 100 m, saluran pembuangan penting diperhatikan b. Pada tanah yang mempunyai kemiringan lebih dari 8 % dianjurkan agar panjangnya tidak melebihi 65 m, saluran pembuangan penting untuk diperhatikan c. Penanaman secara kontur tidak efektif dilaksanakan pada tanah yang mempunyai kemiringan kurang dari 3% dan lebih dari 8% sampai 25%. Berdasarkan hasil penelitian dari FAO, penanaman searah kontur pada kelerengan 4 6% dapat mengurani erosi dan run-off 50%. 10. Sistem talun Talun adalah lahan di luar wilayah permukiman penduduk yang ditanami tanaman tahunan yang dapat diambil kayu maupun buahnya. Ditinjau dari segi konservasi tanah, talun hutan rakyat dengan kanopi yang rapat dapat mencegah erosi secara maksimal juga secara umum mempunyai fungsi seperti hutan. 11. Penanaman rumput (grass planting) Merupakan teknik konservasi dengan cara membiarkan sebagian tanah pada barisan/strip sejajar kontur (di antara tanaman perkebunan) ditumbuhi rumput secara alami selebar 20-30 cm. Strip rumput bermanfaat untuk konservasi tanah dengan cara mengurangi kuatnya aliran permukaan. Selain itu strip rumput juga dapat berfungsi sebagai sumber pakan ternak. Dengan berjalannya waktu (3-4 tahun setelah aplikasi), strip rumput alami dapat membentuk teras kredit. 12. Tumpangsari (multiple cropping) Tumpang sari adalah sistem bercocok tanam dengan menggunakan dua atau lebih jenis tanaman yang ditanam serentak/bersamaan pada sebidang tanah. Sistem tumpang sari sebagian besar dikelola pada pertanian lahan kering yang hanya menggantungkan air hujan sebagai sumber air utama. Sistem tumpangsari adalah salah satu usaha konservasi tanah yang efektif dalam memanfaatkan luas lahan.tanaman yang ditanam dapat berupa jagung dengan kacang tanah, jagung dengan kedelai, dan sebagainya. Tanaman tersebut dapat berupa tanaman penambat nitrogen, berperakaran dalam maupun dangkal yang pada prinsipnya saling menguntungkan. 11

Kerapatan penutupan tanah akan sangat menguntungkan untuk pencegahan erosi, mempertahankan kadar lengas tanah karena evaporasi terhambat, memperbaiki kondisi tanah karena aktivitas perakaran mempertinggi bahan organik tanah. Hasil ganda yang diperoleh dalam satu luasan lahan dapat meningkatkan pendapatan petani. Setelah tanaman dalam tumpang sari tersebut dipanen sebaiknya tanah langsung ditanami dengan tanaman pangan lain ataupun tanaman penutup tanah yang mampu tumbuh cepat untuk melindungi tanah, sehingga erosi dapat dikurangi. Penutup Kesimpulan Erosi dapat menyebabkan terjadinya kerusakanlahan dan penurunan produktivitas lahan. Untuk itu, dibutuhkan konservasi sebagai upaya pemulihannya. Salah satu metode konservasi lahan adalah metode konservasi lahan secara vegetatif. Metode ini terdiri atas berbagai jenis teknologi seperti yang telah dijelaskan. Saran Pemerintah diharapkan mampu mensosialisasikan metode ini kepada masyarakat untuk diterapkan. Karena metode ini cocok untuk diterapkan pada masyarakat Indonesia, mengingat masih dominannya pertanian tradisional di Indonesia. Daftar Pustaka Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: Penerbit IPB.. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB. Bogor. Kartasapoetra, A. G. 2010. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: Rineka Cipta. Kustantini, Diana. 2014. Pentingnya Konservasi Tanah pada Pengelolaan Kebun Sumber Benih Kopi. Surabaya: BBPPTP. Sitorus, S.R.P. 2004. Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan. Edisi ke-3. Bogor: Laboratorium Perencanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Wibowo, S. 2008. Model Pengelolaan Usahatani Sayuran Dataran Tinggi Berkelanjutan di Kawasan Agropolitan. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 12