PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

TENTANG PEDOMAN DAN STÁNDAR TEKNIS UNTUK PELAYANAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA BANJARMASIN

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PANDUAN RANCANG KOTA KAWASAN NIAGA TERPADU SUDIRMAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

W A L I K O T A P A D A N G PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

Kavling Commercial P R O J E C T KAVLING COMMERCIAL MASTER PLAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 03 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 16 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG POLA PENYEBARAN PELETAKAN REKLAME

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN,

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

LAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGESAHAN RENCANA TAPAK

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 48 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 111 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN, GARIS SEMPADAN PAGAR, GARIS SEMPADAN SUNGAI, GARIS SEMPADAN PANTAI.

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KERANGKA ACUAN KERJA PENYUSUNAN RTBL KAWASAN KHUSUS ISLAMIC CENTER

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

Syarat Bangunan Gedung

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTR Kawasan) Skala peta = 1: atau lebih Jangka waktu perencanaan = 20 tahun

NOMOR SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI, TENTANG. pelayanan. Kewenangan. tentang Nomor

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPAEN BANDUNG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALI KOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 /PRT/M/2011 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN GARIS SEMPADAN JARINGAN IRIGASI

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 53 SERI E

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 32 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.276, 2010 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Izin Mendirikan Bangunan. Prinsip.

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PERIZINAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 10 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENGGUNAAN PEMANFAATAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2014 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SLEMAN PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

Transkripsi:

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KORIDOR JALAN RAYA SERPONG KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Koridor Jalan Raya Serpong telah diatur berdasarkan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 27 Tahun 2005 tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Koridor Jalan Raya Serpong Kabupaten Tangerang; b. c. d. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten telah terbentuk Kota Tangerang Selatan yang cakupan wilayahnya meliputi antara lain Kecamatan Serpong dan Kecamatan Serpong Utara; bahwa Koridor Jalan Raya Serpong merupakan koridor jalan yang mempunyai peranan penting sebagai akses penghubung antara Kota Tangerang Selatan dengan wilayah lain disekitarnya, saat ini telah terjadi percepatan perubahan yang diakibatkan perkembangan dan dinamika aktivitas ekonomi cenderung tidak terkendali bahkan berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan perkotaan terutama transportasi dan perubahan pemanfaatan ruang, oleh karenanya Peraturan Bupati Tangerang sebagaimana dimaksud huruf a, perlu ditinjau kembali untuk disesuaikan. bahwa sehubungan dengan hal sebagaimana dimaksud huruf a, huruf b dan huruf c, agar pengaturan dan penataan fungsi serta letak bangunan dan lingkungan pada koridor Jalan Raya Serpong tersebut memiliki pedoman sebagai alat panduan pengendalian pemanfaatan ruang yang diberlakukan pada bangunan atau kelompok bangunan pada kawasan/blok tertentu, sehingga tercipta keserasian hubungan aktivitas, tata ruang dan bangunan dipandang perlu menetapkan Peraturan Walikota Tangerang Selatan tentang Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Koridor Jalan Raya Serpong Kota Tangerang Selatan.

- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokokpokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4436); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4935); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 7. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 4 Tahun 1989 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota Serpong Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 4 Tahun 1989 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota Serpong Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Tahun 1996 Nomor 2 Seri C);

- 3-8. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 3 Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Tahun 1996 Nomor 03, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 03 Seri E) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang Nomor 3 Tahun 1996 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2008 Nomor 03, Tambahan Lembaran Negara Nomor 0308); 9. 10. 11. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 10 Tahun 2001 tentang Ijin Mendirikan Bangunan (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 1001) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 10 Tahun 2006 (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2006 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 1006); Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Garis Sempadan (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2006 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 1206); Peraturan Walikota Tangerang Selatan Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pemberlakuan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang dan Peraturan Bupati Tangerang di Kota Tangerang Selatan (Berita Daerah Kota Tangerang Selatan Tahun 2009 Nomor 46). Memperhatikan : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KORIDOR JALAN RAYA SERPONG KOTA TANGERANG SELATAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Tangerang Selatan. 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota beserta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Walikota adalah Walikota Tangerang Selatan.

- 4-4. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang selanjutnya disebut RTBL adalah Rencana Tata Bangunan dan lingkungan Koridor Jalan Raya Serpong Kota Tangerang Selatan. 5. Panduan Rencana Kota adalah uraian teknis secara terperinci tentang ketentuan-ketentuan persyaratan, standar dimensi dan kualitas yang memberi arahan bagi terselenggaranya serta terbangunnya kawasan baik menyangkut aspek tata ruang, bangunan, prasarana dan sarana, utilitas maupun lingkungannya. 6. Garis Sempadan Bangunan adalah garis khayal yang ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan as pagar jalan, atau as sungai, atau as jalan merupakan batas antar bagian persil yang boleh dan tidak boleh dibangun bangunan-bangunan. 7. Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disebut GSB adalah sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap batas Right of Way (ROW), atau yang menghitung dari batas terluar muka bangunan yang berfungsi sebagai ruang dengan batas ROW. 8. Garis Sempadan Pagar adalah sempadan yang membatasi jarak terdekat pagar terhadap batas ROW yang dihitung dari batas ROW sampai batas terluar kavling / pagar halaman muka bangunan. 9. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disebut KDB adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan / tanah perpetakan / daerah perencanaan yang dikuasai. 10. Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disebut KLB adalah angka persentase perbandingan antara jumlah seluruh luas lantai seluruh bangunan yang dapat dibangun dan luas tanah / tanah perpetakan / daerah perencanaan yang dikuasai 11. Ketinggian Bangunan Gedung adalah tinggi maksimum bangunan gedung yang dijinkan pada lokasi tertentu. BAB II RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Bagian Kesatu Prisip Dasar Pasal 2 Prinsip dasar penyusunan RTBL adalah : 1. Keserasian dan integritas arahan tata ruang Koridor Jalan Raya Serpong, Kecamatan Serpong serta Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang Selatan; 2. Peluang secara strategis berdasarkan perkembangan kegiatan yang ada disekitarnya; 3. Merubah paradigma pengembangan strategis dengan menata dan menampilkan citra serta gambaran (image) masuk ke kawasan Kota Tangerang Selatan. Bagian Kedua Maksud, Tujuan dan Sasaran Pasal 3 (1) Maksud penyusunan RTBL adalah mewujudkan pedoman teknis sebagai arahan atau panduan dalam melaksanakan penataan fungsi dan letak bangunan serta lingkungan pada Koridor Jalan Raya Serpong. (2) Tujuan penyusuanan RTBL adalah : a. Menyusun arahan arsitektural dalam pemanfaatan ruang, bangunan dan lingkungan pada Koridor Jalan Raya Serpong dan memberikan panduan untuk menciptakan kawasan yang memiliki citra yang khas, tropis dan tradisional lokal;

- 5 - b.memberikan aturan dalam mewujudkan fisik bangunan dan lingkungan dalam matra dimensi yang serasi, selaras dan seimbang, sehingga terwujud keindahan pada Koridor Jalan Raya Serpong. (3) Sasaran RTBL adalah : a. Penataan fungsi dan letak bangunan pada Koridor Jalan Raya Serpong sesuai dengan arahan Rancang Bangun dan Lingkungan; b. Wilayah Perencanaan pada Koridor Jalan Raya Serpong. Bagian Ketiga Fungsi RTBL Pasal 4 RTBL berfungsi : a. Sebagai panduan rencana dan pelaksanaan kegaitan fisik untuk suatu lingkungan; b. Sebagai proses yang memberikan arahan bagi terwujudnya suatu lingkungan binaan fisik yang layak dan sesuai dengan aspirasi setempat, kemampuan sumber daya setempat serta daya dukung lahannya yang mengacu pada panduan rancang kota. Bagian Keempat Pola Penataan Bangunan dan Lingkungan Pasal 5 Pola penataan bangunan dan lingkungan pada RTBL, adalah : a. Peremajaan, pembangunan kembali (revitalisasi) daerah daerah yang sudah terbangun; b. Penataan bangunan dan lingkungan daerah daerah yang dilestarikan dan daerah daerah baru yang potensial berkembang; c. Penataan bangunan dan lingkungan yang bersifat campuran dari pola sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b. Bagian Kelima Wilayah Perencanaan Pasal 6 (1) Wilayah perencanaan RTBL adalah wilayah perencanaan Koridor Jalan Raya Serpong mulai dari koridor utara yang berbatasan langsung dengan Kota Tangerang sampai dengan koridor selatan di Kelurahan Cilenggang, Kota Tangerang Selatan. (2) Batas-batas wilayah perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Tangerang; b. Sebelah Selatan sampai dengan Center Point BSD di Kelurahan Cilenggang (eks Lapangan Daan Mogot); (3) Wilayah kelurahan yang terlewati Koridor Jalan Raya Serpong yang termasuk wilayah perencanaan adalah Kelurahan Pakulonan, Kelurahan Pondok Jagung, Kelurahan Lengkong Wetan, Kelurahan Lengkong Gudang Barat dan Kelurahan Cilenggang Kecamatan Serpong. Pasal 7 (1) Panjang perencanaan adalah 13.000 m (tiga belas ribu meter) pada jalan sepanjang Jalan Raya Serpong.

(2) Lebar area perencanaan fisik adalah 20 m (dua puluh meter) sampai dengan 50 m (lima puluh meter) dari tepi jalan tergantung dari aspek fisik dan non fisik sebagai daerah belakang yang mempengaruhinya. - 6 - Bagian Keenam Ruang Lingkup Materi Pasal 8 Ruang lingkup materi dalam penyusuna RTBL berpedoman kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. BAB III PEMANFAATAN FUNGSI RUANG Bagian Kesatu Rencana Penggunaan Lahan Pasal 9 Rencana penggunaan lahan pada RTBL secara makro ditetapkan sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kecamatan Serpong. Bagian Kedua Potensi Pengembangan Fungsi dan Tata Ruang Pasal 10 Potensi pengembangan fungsi dan tata ruang pada RTBL diletakan pada fungsi area : 1. Blok A dikembangkan untuk fungsi : a. Bangunan pintu gerbang Kabupaten Tangerang dan penunjangnya b. Penunjang workshop berupa perkantoran, perdagangan workshop; c. Mixed Use meliputi wisma-niaga, niaga- suka dan niaga karya. d. Perdagangan produk-produk usahakomersial publik; e. Industri, Hunian dan Ruang Hijau. 2. Blok B dikembangkan untuk fungsi : a. Perkantoran dan jasa pelayanan; b. Perdagangan produk produk usaha komersial; c. Industri; d. Ruang hijau, Hunian Komersial. 3. Blok C dikembangkan untuk fungsi : a. Perdagangan dan Mixed Use, meliputi wisma - niaga dan karya niaga; b. Hunian, Ruang Hijau; c. Perkantoran, dan jasa pelayanan komersial. 4. Blok D dikembangkan untuk fungsi : a. Komersial; b. Campuran, Hunian Komersial c. Hunian; d. Ruang Hijau. 5. Blok E dikembangkan untuk usaha : a. Campuran, Hunian Komersial; b. Ruang Hijau.

- 7-6. Blok F dikembangkan untuk fungsi : a. Campuran, Hunian Komersial; b. Ruang Hijau. 7. Blok G dikembangkan untuk fungsi : a. Hunian; b. Campuran, Hunian Komersial; c. Ruang Hijau. 8. Blok H dikembangkan untuk fungsi : a. Campuran, Hunian - Komersial; b. Ruang Hijau. 9. Blok I dikembangkan untuk fungsi : a. Campuran, Hunian Komersial; b. Ruang Hijau; c. Rumah Sakit. 10. Blok J dikembangkan untuk fungsi : a. Campuran, Hunian - Komersial; b. Ruang Hijau. 11. Blok K dikembangkan untuk fungsi : a. Campuran, Hunian - Komersial; b. Ruang Hijau 12. Blok L dikembangkan untuk fungsi : a. Komersial; b. Hunian; c. Ruang Hijau. 13. Blok M dikembangkan untuk fungsi : a. Campuran, Hunian Komersial; b. Ruang Hijau. 14. Blok N dikembangkan untuk fungsi : a. Campuran, Hunian Komersial; b. Ruang Hijau 15. Blok O dikembangkan untuk fungsi : a. Campuran, Hunian Komersial; b. Ruang Hijau 16. Blok P dikembangkan untuk fungsi : a. Campuran, Hunian Komersial; b. Ruang Hijau

- 8 - BAB IV PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN Bagian Kesatu Peruntukan Lahan Mikro Paragraf 1 Pembagian Blok Pasal 11 Peruntukan lahan mikro pada RTBL dibagi dalam Blok A, Blok B, Blok C, Blok D, Blok E, Blok F, Blok G, Blok H, Blok I, Blok J, Blok K, Blok L, Blok M, Blok N, Blok O, dan Blok P. Pasal 12 Arahan tata bangunan dan lingkungan kawasan rencana peruntukan lahan pada Blok-Blok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, adalah sebagai berikut : 1. Arahan rencana penataan Blok A, yaitu : KDB paling banyak 60%, KLB 1,2, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit 28%, tinggi bangunan paling tinggi 3 lantai atau 15 meter, luas kavling paling sedikit 500 M2; 2. Arahan rencana penataan Blok B, yaitu : KDB paling banyak 60%, KLB 1,2, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit 28%, tinggi bangunan paling tinggi 3 lantai atau 15 meter, luas kavling paling sedikit 500 M2; 3. Arahan rencana penataan Blok C, yaitu : KDB paling banyak 60%, KLB 1,2, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit 28%, tinggi bangunan paling tinggi 3 lantai atau 15 meter, luas kavling paling sedikit 500 M2; 4. Arahan rencana penataan Blok D, yaitu : KDB paling banyak 60%, KLB 1,2, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit 28%, tinggi bangunan paling tinggi 3 lantai atau 15 meter, luas kavling paling sedikit 500 M2; 5. Arahan rencana penataan Blok E, yaitu: KDB paling banyak 60%, KLB 1,2, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit 28%, tinggi bangunan paling tinggi 3 lantai atau 15 meter, luas kavling paling sedikit 500 M2; 6. Arahan rencana penataan Blok F, yaitu : tinggi bangunan paling tinggi 5 lantai atau 22 meter, luas kavling paling sedikit 1000 M2; 7. Arahan rencana penataan Blok G, yaitu : tinggi bangunan maksimal 5 lantai atau 22 meter, luas kavling paling sedikit 1000 M2; 8. Arahan rencana penataan H, yaitu : tinggi bangunan paling tinggi 5 lantai atau 22 meter, luas kavling paling sedikit 1000 M2; 9. Arahan rencana penataan Blok I, yaitu : tinggi bangunan paling tinggi 5 lantai atau 22 meter, luas kavling paling sedikit 1000 M2; 10. Arahan rencana penataan Blok J, yaitu : tinggi bangunan paling tinggi 5 lantai atau 22 meter, luas kavling paling sedikit 2000 M2;

- 9-11. Arahan rencana penataan Blok K, yaitu : tinggi bangunan paling tinggi 5 lantai atau 22 meter, luas kavling paling sedikit 2000 M2; 12. Arahan rencana penataan Blok L, yaitu KDB paling banyak 60%, KLB 3,5-5, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit 28%, tinggi bangunan paling tinggi 7 10 lantai atau 30-40 meter, luas kavling paling sedikit 2000 M2; 13. Arahan rencana penataan Blok M, yaitu KDB paling banyak 60%, KLB 3,5-5, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit 28%, tinggi bangunan paling tinggi 7 10 lantai atau 30-40 meter, luas kavling paling sedikit 2000 M2; 14. Arahan rencana penataan Blok N, yaitu KDB paling banyak 60%, KLB 3,5-5, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit 28%, tinggi bangunan paling tinggi 7 10 lantai atau 30-40 meter, luas kavling paling sedikit 2000 M2; 15. Arahan rencana penataan Blok O, yaitu tinggi bangunan paling tinggi 5 lantai atau 22 meter, luas kavling paling sedikit 1000 M2; 16. Arahan rencana penataan Blok P, yaitu KDB paling banyak 60%, KLB 1,2, Koefisisen Daerah Hijau (KDH) paling sedikit 28%, tinggi bangunan paling tinggi 3 lantai atau 15 meter, luas kavling paling sedikit 500 M2. Pasal 13 Rencana penggunaan lahan tiap blok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, adalah sebagaimana tercantum pada Buku Laporan Akhir RTBL Koridor Jalan Raya Serpong Tahun 2009 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dangan Peraturan Walikota ini. Paragraf 2 Penataan Blok Pasal 14 Penataan Blok pada RTBL sebagai berikut : a. Pintu masuk dibentuk dengan karakter yang bercirikan tugu / monumen penunjuk arah yang besar sebagai pengarah meneruskan sirkulasi pergerakan menuju kawasan Kabupaten Tangerang; b. Ketinggian tugu / monumen adalah 16 meter; c. Peruntukan lahan kondisi eksisting berupa bangunan, perdagangan dan jasa, bangunan dan permukiman tetap diberlakukan; d. GSP pada tiap Blok ditetapkan 20 meter dan GSB 28 32 meter, ketinggian bangunan ditetapkan sebagaimana tercatum pada buku laporan akhir RTBL Koridor Jalan Raya Serpong Tahun 2009 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Walikota ini. Bagian Kedua Perpetakan Lahan Pasal 15 (1) Perpetakan lahan direncanakan pada masing masing fungsi area pada RTBL.

- 10 - (2) Rincian rencana perpetakan lahan pada RTBL merujuk pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Bagian Ketiga Sirkulasi Pola Pergerakan Pasal 16 Sirkulasi pola pergerakan pada RTBL, meliputi : a. Upaya menjamin kelancaran pergerakan dari/keluar Kabupaten Tangerang; b. Pola perpindahan sirkulasi dari jalan sekunder dan lokal menuju Koridor Jalan Raya Serpong; c. Bukaan bukaan jalan ke Koridor Jalan Raya Serpong; d. Pola sirkulasi angkutan umum dan penempatan halte; e. Pola pergerakan pejalan kaki. Pasal 17 Fungsi Koridor Jalan Raya Serpong ditetapkan sebagai Jalan Kolektor Primer yaitu jalan masuk Kota Tangerang Selatan dari Kota Tangerang ke Kabupaten Bogor. Pasal 18 Untuk kelancaran sirkulasi pola pergerakan dan sebagai satu kesatuan dengan Koridor Jalan Raya Serpong ROW 40 meter dapat dibangun jalur lambat yang berfungsi sebagai transfer sirkulasi dari jalan lingkungan menuju jalan utama serta mendirikan pemberhentian (shelter) angkutan umum pada jalur lambat. Pasal 19 Untuk kelancaran sirkulasi pergerakan pada Koridor Jalan Raya Serpong secara detail tercantum pada album peta Buku Laporan Akhir RTBL Koridor Jalan Raya Serpong Tahun 2009 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Walikota ini. Bagian Keempat Utilitas Umum Pasal 20 Utilitas umum dalam RTBL meliputi rencana jaringan air bersih, air kotor, air hujan, jaringan listrik dan jaringa telepon. Pasal 21 Sumber air bersih pada wilayah perencanaan RTBL bersumber dari PDAM dan air tanah. Pasal 22 (1) Jaringan air bersih pada wilayah perencanaan RTBL dilakukan dengan sistem pemipaan dan sumur pompa yang direncanakan sesuai dengan pengembangan bagian wilayah kota dan pertumbuhannya.

- 11 (2) Perletakan pipa pada sistem pemipaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan perletakan jaringan pipa induk dengan penempatan pipa pipa pada masing masing blok wilayah perencanaan. (3) Jaringan pipa diletakan dan ditanam pada ruang publik untuk jaringan utilitas dengan lebar 0,75 meter 1,5 meter dengan kedalaman 0,5 meter 0,8 meter yang terletak disepanjang jalur pedestrian tepi jalan Koridor Jalan Raya Serpong. (4) Diameter pipa induk dan pipa pendistribusian rencana air bersih disesuaikan dengan rencana untuk pelayanan seluruh bagian wilayah kota pada rencana teknisnya. Pasal 23 (1) Jaringan telepon pada wilayah perencanaan RTBL diarahkan untuk seluruh panjang Koridor. (2) Pola jaringan telepon pada wilayah perencanaan direncanakan dengan pola jaringan telepon bawah tanah. (3) Jaringan telepon melalui jaringan udara pada area kegiatan padat dapat diganti dengan jaringan bawah tanah. (4) Letak lokasi jaringan telepon berada pada ruang publik utilitas dan ditanam pada kedalaman antara 0,80 meter 1,00 meter. Pasal 24 (1) Jaringan listrik pada wilayah Perencanaan RTBL, direncanakan ditanam di bawah tanah. (2) Letak lokasi jaringan listrik berada pada ruang publik utilitas dan ditanam pada kedalaman 0,80 meter 1,00 meter Pasal 25 Penempatan penerangan jalan umum pada wilayah perencanaan RTBL dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 26 Jaringan drainase pada wilayah perencanaan RTBL diarahkan dengan jaringan saluran drainase tertutup. Pasal 27 Jaringan saluran drainase tertutup diletakan ditepi jalan yang berada pada blok blok fungsi kegiatan yang dapat dimanfaatkan juga sebagai pedestrian, dengan konstruksi yang disesuaikan.

- 12 Pasal 28 Saluran drainase harus dilengkapi bak bak pengontrol pemeliharaan dengan ukuran yang memadai, berjarak 50 meter 100 meter disesuaikan dengan kemiringan permukaan tanah. Bagian Kelima Wujud Bangunan Pasal 29 Wujud bangunan pada wilayah perencanaan RTBL ditentukan oleh GSB, KDB, dan KLB dengan tujuan untuk memberi kejelasan batasan yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan disekitar Koridor Jalan Raya Serpong. Pasal 30 Rencana wujud bangunan dalam wilayah perencanaan RTBL, meliputi arahan fungsi peruntukan, arahan garis sempadan, Koefisien Dasar Bangunan, Koefisien Daerah Hijau dan Orientasi Bangunan. Pasal 31 (1) Arahan bentuk dasar bangunan pada wilayah perencanaan RTBL mengutamakan faktor perencanaan efisiensi pemanfaatan ruang dalam dan luar. (2) Bentuk dasar bangunan yang sesuai dengan arahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Persegi Empat. Pasal 32 Rencana wujud bangunan, gubahan masa dan orientasi bangunan tercantum dalam Buku Laporan Akhir RTBL Koridor Jalan Raya Serpong Tahun 2009 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan Walikota ini. Pasal 33 (1) Bangunan dan letak reklame harus sesuai dengan peruntukan dan selaras dengan estetika lingkungan sepanjang Koridor Jalan Raya Serpong. (2) Dalam hal pendirian reklame billboard di median jalan sepanjang Koridor Jalan Raya Serpong setelah berlakunya Peraturan Walikota ini, maka : a. Untuk ijin baru tidak dapat dikeluarkan; b. Ijin yang sudah ada masih tetap berlaku sampai habis masa berlakunya dan tidak dapat diperpanjang. Pasal 34 Pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di sepanjang Koridor Jalan Raya Serpong dimungkinkan sepanjang sesuai dengan kewenangan dan peraturan yang berlaku.

- 13 - BAB V PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 35 Pengawasan dan Pengendalian RTBL dilakukan oleh Pemerintah Daerah. BAB VI PENUTUP Pasal 36 Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Tangerang Selatan. Ditetapkan di Tangerang Selatan Pada tanggal 23 Nopember 2009. PENJABAT WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Diundangkan di Tangerang Selatan Pada tanggal 23 Nopember 2009. SEKRETARIS DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN ttd H. NANANG KOMARA ttd H.M. SHALEH BERITA DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 54