MAKALAH MANAJEMEN TAMBANG KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN MINERAL

dokumen-dokumen yang mirip
Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan

BAB III LANDASAN TEORI

Tugas 1. Metoda Perhitungan Cadangan (TA3113)

Pedoman pelaporan, sumberdaya, dan cadangan mineral

PENYUSUNAN PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER. Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi

KCMI ( Kode Cadangan Mineral Indonesia )

Klasifikasi sumber daya mineral dan cadangan

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

PENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN

SNI Standar Nasional Indonesia. Tata cara umum penyusunan laporan eksplorasi bahan galian BSN. ICS Badan Standardisasi Nasional

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Oleh: Uyu Saismana 1 ABSTRAK. Kata Kunci : Cadangan Terbukti, Batugamping, Blok Model, Olistolit, Formasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA DAN MINERAL MENURUT SNI

Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas

METODE PERHITUNGAN CADANGAN TE-3231

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI

Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia

BAB I TAHAPAN EKSPLORASI BATUBARA

BIJIH BESI OLEH : YUAN JAYA PRATAMA ( ) KEOMPOK : IV (EMPAT) GENESA BIJIH BESI

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Pusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Bandung, Maret 2015

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN. Oleh : Tim Penyusun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

Perencanaan dan Manajemen Eksplorasi

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Penyusunan Basis Data Assay

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Bab III Dasar Teori III.1 Batubara III.2 Pembentukan Gambut

POTENSI ENDAPAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN SIJUK, KABUPATEN BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan

SNI Standar Nasional Indonesia. Pengawasan eksplorasi bahan galian BSN. ICS Badan Standardisasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan ultramafik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Yogyakarta, September 2011 Penulis,

KODE PELAPORAN HASIL EKSPLORASI, SUMBERDAYA MINERAL DAN CADANGAN BIJIH INDONESIA KOMITE CADANGAN MINERAL INDONESIA. Kode-KCMI 2011

PEDOMAN PELAPORAN DAN ESTIMASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA

Sumber Daya Alam. Yang Tidak Dapat Diperbaharui dan Yang Dapat di Daur Ulang. Minggu 1

POTENSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN PERTAMBANGAN RAKYAT DI NAD

SARI ABSTRACT PENDAHULUAN

BSN. Evaluasi laporan penyelidikan umum dan eksplorasi bahan galian SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional

Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi

KATA PENGANTAR PENDAHULUAN RUANG LINGKUP KOMPETENSI DAN TANGGUNG JAWAB ISTILAH PELAPORAN PELAPORAN UMUM...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan IV 2016 ISBN Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi mineral dan bahan tambang lainnya dari dalam bumi.

BAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan di bidang otomotif, elektronik dan sebagainya. Endapan timah dapat ditemukan dalam bentuk bijih timah primer dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3. SNI Amandemen 1, , baru menyentuh klasifikasi berdasarkan tipe endapan batubara di Indonesia. Hanya saja karena terlalu banyaknya klas

BAB III LANDASAN TEORI

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 50

sumber daya alam yang tersimpan di setiap daerah. Pengelolaan dan pengembangan

Klasifikasi sumber daya dan cadangan batu bara

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

PEMODELAN KADAR NIKEL LATERIT DAERAH PULAU OBI DENGAN PENDEKATAN METODA ESTIMASI ORDINARI KRIGING

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

EXECUTIVE SUMMARY PEMUTAKHIRAN DATA DAN NERACA SUMBER DAYA ENERGI TAHUN 2015

Metode Perhitungan Cadangan. Konsep Dasar

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Provinsi Sulawesi Barat terletak di bagian barat Pulau Sulawesi dengan luas

Tambang Terbuka (013)

BAB II PENGATURAN KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN UMUM DI INDONESIA. pemanfaatan sumber daya alam tambang (bahan galian) yang terdapat dalam bumi

Ditulis oleh Aziz Rabu, 07 Oktober :16 - Terakhir Diperbaharui Minggu, 11 Oktober :06

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

FORMULIR ISIAN BASIS DATA SUMBER DAYA MINERAL LOGAM

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi

PENENTUAN CADANGAN BATUBARA DARI DATA BOR MENGGUNAKAN METODE AREA OF INFLUANCE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYEBARAN CEBAKAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN AIRGEGAS KABUPATEN BANGKA SELATAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

3. HASIL PENYELIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Berdasarkan hasil penyelidikan awal, pit Batu Hijau berpotensi dikembangkan ke fase 7

3. RUANG LINGKUP SUMBER DAYA ALAM

EKSPLORASI ENDAPAN BIJIH NIKEL LATERIT

INVERSE DISTANCE WEIGHTING

PENYUSUNAN NERACA BATUBARA DAN GAMBUT. Oleh : Eddy R. Sumaatmadja

BAB 3. PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Pedoman pelaporan, sumberdaya, dan cadangan batubara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah memproduksi timah sejak abad ke 18 (van Leeuwen, 1994) dan

BAB 2 LINGKUP PEKERJAAN

Transkripsi:

MAKALAH MANAJEMEN TAMBANG KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN MINERAL Oleh: KELOMPOK IV 1. Edi Setiawan (1102405/2011) 2. Butet Sesmita (1102414/2011) 3. Irpan Johari (1102419/2011) 4. Reynold Montana Pardosi (110332/2011) 5. Yogi Novendri (1102382/2011) Dosen Mata Kuliah: Yoszi Mingsi Anaperta, S.T, M.T PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2014

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya tim penyusun dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral sebagai salah satu syarat memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Tambang pada Prodi S1 Teknik Pertambangan, Universitas Negeri Padang. Pada kesempatan ini tim penyusun juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan baik secara moril maupun material. Segenap tim penyusun dengan segala keterbatasannya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu tim penyusun menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun dalam penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, tim penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebaik-baiknya. Padang, Oktober 2014 Tim Penyusun i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii DAFTAR GAMBAR...iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi Masalah... 2 C. Batasan Masalah... 2 D. Rumusan Masalah... 3 E. Tujuan Penulisan... 3 F. Manfaat Penulisan... 3 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Sumberdaya, Cadangan, dan Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral... 4 B. Dasar Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral SNI, USGS, dan JORC... 4 C. Kodifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral SNI 13-4726-1998... 11 D. Macam-macam Bahan Galian... 13 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan... 15 B. Saran... 16 DAFTAR PUSTAKA... 17 ii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kriteria dan Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan (Amandemen 1 SNI 13-4726-1998)... 8 Gambar 2. Penggolongan Sumberdaya dan Cadangan Menurut McKelvey... 9 Gambar 3. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Menurut JORC... 9 Gambar 4. Diagramatik Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral (SNI 13-4726-1998 Amandemen 1)... 12 Gambar 5. Kodifikasi Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan (SNI 13-4726-1998 Amandemen 1)... 13 iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan mineral di dalam perut bumi dapat diketahui dari sejumlah indikasi adanya mineral tersebut di permukaan bumi. Para ahli geologi dilatih untuk mengenali indikasi ini. Penyelidikan secara geologis pada dasarnya belum dapat menentukan secara teliti dan kuantitatif informasi mengenai mineral tersebut. Akan tetapi, pada tahap ini sudah dapat dikemukakan indikasi adanya mineral. Karena itulah keberadaan mineral pada tahap ini disebut sumberdaya. Bila penyelidikan dilakukan dengan lebih teliti, yaitu dengan menggunakan berbagai metode (geofisika, geokimia, pemboran, dan lain-lain), maka mineral tersebut sudah diketahui dengan lebih pasti, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dengan keberadaannya yang lebih pasti seperti itu, mineral tersebut sudah dapat dikatakan sebagai cadangan. Amandemen 1 SNI 13-4726-1998 tentang Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan mendefinisikan sumberdaya mineral (mineral resource) sebagai endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumberdaya mineral dengan keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang. Sedangkan cadangan (reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya dan yang secara ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan. Klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan adalah suatu proses pengumpulan, penyaringan serta pengolahan data dan informasi dari suatu endapan mineral untuk memperoleh gambaran yang ringkas mengenai endapan itu berdasarkan kriteria keyakinan geologi dan kelayakan tambang (SNI 13-4726-1998). Semakin tinggi tingkat keyakinan geologinya, semakin 1

2 lengkap informasi, semakin tinggi kelas sumberdaya atau cadangan mineral tersebut. Penentuan layak atau tidaknya suatu cadangan diperlukan kajian kelayakan tambang atau feasibility study (FS). Kajian kelayakan tambang ini dilakukan dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, penambangan, pemasaran, lingkungan, sosial, dan hukum atau perundangundangan. Apabila dinyatakan layak, baru kemudian dilakukan usaha eksploitasi. B. Identifikasi Masalah Ada hal yang penting dalam hubungan antara mineral dan sumberdaya manusia (SDM), terutama karena sumberdaya mineral tersebut akan habis setelah satu kali pakai (depleted). Karena itu, kesempatan untuk memanfaatkannya hanya ada satu kali, sekali salah kebijakannya, sumberdaya itu akan hilang untuk selama-lamanya. Sekiranya sumberdaya mineral itu digali dan tidak menimbulkan kesejahteraan atau peningkatan kualitas sumberdaya manusia, maka bukan saja mineralnya yang habis, tetapi juga manusianya itu sendiri tak berubah kesejahteraan atau kualitasnya. Memberikan pemahaman yang baik mengenai sumberdaya, cadangan, dan klasifikasinya penting dilakukan bagi seorang calon engineer tambang. Pemahaman menyeluruh mengenai sumberdaya, cadangan, dan klasifikasinya diharapkan akan memberi kontribusi terhadap pertambangan di Indonesia dan akhirnya turut berkontribusi terhadap kemajuan pembangunan Indonesia. C. Batasan Masalah Karena keterbatasan waktu, biaya, dan kemampuan tim penyusun, maka selanjutnya masalah yang akan dibahas terbatas mengenai klasifikasi sumberdaya dan cadangan bagi mineral.

3 D. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini diajukan dalam bentuk pertanyaan (questions) sebagai berikut: 1. Apa itu sumberdaya, cadangan, dan klasifikasi sumberdaya dan cadangan? 2. Bagaimana dasar klasifikasi sumberdaya dan cadangan menurut SNI, McKelvey, dan USGS? 3. Bagaimana kodifikasi sumberdaya dan cadangan mineral dalam amandemen 1 SNI 13-4726-1998? 4. Apa saja macam-macam bahan galian? Bagaimana bahan galian dikelompokkan? E. Tujuan Penulisan Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk melengkapi Tugas Mata Kuliah Manajemen Tambang dengan dosen pengampu Ibu Yoszi Mingsi Anaperta, S.T, M.T disamping dalam upaya pembelajaran dan pengenalan mengenai klasifikasi sumberdaya dan cadangan mineral secara lebih mendalam. F. Manfaat Penulisan Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis Bagi tim penyusun, seluruh rangkaian kegiatan penyusunan makalah diharapkan dapat memantapkan pemahaman mengenai klasifikasi sumberdaya dan cadangan mineral. 2. Manfaat Akademis Bagi civitas akademika Universitas Negeri Padang, khususnya di Teknik Pertambangan, makalah ini diharapkan dapat menjadi dokumen yang berguna untuk dijadikan referensi bacaan maupun acuan pembelajaran.

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Sumberdaya, Cadangan, dan Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral Amandemen 1 SNI 13-4726-1998 tentang Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan mendefinisikan sumberdaya mineral (mineral resource) sebagai endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumberdaya mineral dengan keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang. Sedangkan cadangan (reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya dan yang secara ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan. Klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan adalah suatu proses pengumpulan, penyaringan serta pengolahan data dan informasi dari suatu endapan mineral untuk memperoleh gambaran yang ringkas mengenai endapan itu berdasarkan kriteria keyakinan geologi dan kelayakan tambang (SNI 13-4726-1998). Semakin tinggi tingkat keyakinan geologinya, semakin lengkap informasi, semakin tinggi kelas sumberdaya atau cadangan mineral tersebut. Penentuan layak atau tidaknya suatu cadangan diperlukan kajian kelayakan tambang atau feasibility study (FS). Kajian kelayakan tambang ini dilakukan dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, penambangan, pemasaran, lingkungan, sosial, dan hukum atau perundang-undangan. B. Dasar Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral SNI, USGS, dan JORC Dalam Amandemen 1 SNI 13-4726-1998 dijelaskan bahwa klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan didasarkan pada dua kriteria, yaitu tingkat keyakinan geologi dan pengkajian layak tambang. 4

5 1. Tingkat Keyakinan Geologi Tingkat keyakinan geologi ditentukan oleh empat tahap eksplorasi, yaitu: a. Survei tinjau (reconnaissance) Survei tinjau adalah tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional berdasarkan hasil studi geologi regional, di antaranya pemetaan geologi regional, pemotretan udara dan metoda tidak langsung lainnya, dan inspeksi lapangan pendahuluan yang penarikan kesimpulannya berdasarkan ekstrapolasi. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi daerah-daerah anomali atau mineralisasi yang prospektif untuk diselidiki lebih lanjut. Perkiraan kuantitas hanya dilakukan apabila datanya cukup tersedia atau ada kemiripan dengan endapan lain yang mempunyai kondisi geologi yang sama. b. Prospeksi (prospecting) Prospeksi adalah tahap eksplorasi dengan jalan mempersempit daerah yang mengandung endapan mineral yang potensial. Metoda yang digunakan adalah pemetaan geologi untuk mengidentifikasi singkapan, dan metoda yang tidak langsung seperti studi geokimia dan geofisika. Paritan yang terbatas, pemboran dan pencontohan mungkin juga dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi suatu endapan mineral yang akan menjadi target eksplorasi selanjutnya. Estimasi kuantitas dihitung berdasarkan interpretasi data geologi, geokimia dan geofisika. c. Eksplorasi umum (general exploration) Eksplorasi umum adalah tahap eksplorasi yang merupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi. Metoda yang digunakan termasuk pemetaan geologi, pencontohan dengan jarak yang lebar, membuat paritan dan pemboran untuk evaluasi pendahuluan kuantitas dan kualitas dari suatu endapan. Interpolasi bisa dilakukan secara terbatas berdasarkan metoda penyeledikan tak langsung. Tujuannya adalah untuk menentukan gambaran geologi

6 suatu endapan mineral berdasarkan indikasi sebaran, perkiraan awal mengenai ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya. Tingkat ketelitian sebaiknya dapat digunakan untuk menentukan apakah studi kelayakan tambang dan eksplorasi rinci diperlukan. d. Eksplorasi rinci (detailed exploration) Eksplorasi rinci adalah tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalam 3-dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan. Jarak pencontohan sedemikian rapat sehingga ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitas dan ciri-ciri yang lain dari endapan mineral tersebut dapat ditentukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Uji pengolahan dari pencontohan ruah (bulk sampling) mungkin di perlukan. Kegiatan dari a ke d di atas menunjukkan makin rincinya penyelidikan, sehingga tingkat keyakinan geologinya makin tinggi dan tingkat kesalahannya makin rendah. 2. Pengkajian Layak Tambang a. Pengkajian layak tambang meliputi faktor-faktor ekonomi, penambangan, pemasaran, lingkungan, sosial, dan hukum/perundangundangan. Untuk endapan mineral bijih, metalurgi juga merupakan faktor pengkajian layak tambang. b. Pengkajian layak tambang akan menentukan apakah sumberdaya mineral akan berubah menjadi cadangan atau tidak. c. Berdasarkan pengkajian ini, bagian sumberdaya mineral yang layak tambang berubah statusnya menjadi cadangan sedangkan yang belum layak tambang tetap menjadi sumberdaya mineral. Berdasarkan kedua kriteria di atas, tingkat keyakinan geologi dan pengkajian layak tambang, kemudian dikelompokkan tingkat kelas sumberdaya dan cadangan mineral. Berikut ini adalah kriteria dan klasifikasi sumberdaya dan cadangan dalam Amandemen 1 SNI 13-4726-1998:

7 1. Sumberdaya Mineral, terdiri dari: a. Sumberdaya Mineral Hipotetik Sumberdaya mineral hipotetik (hypothetical mineral resource) adalah sumberdaya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan perkiraan pada tahap survai tinjau. b. Sumberdaya Mineral Tereka Sumberdaya mineral tereka (inferred mineral resource) adalah sumberdaya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap prospeksi. c. Sumberdaya Mineral Terunjuk Sumber daya mineral terunjuk (indicated mineral resource) adalah sumberdaya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap eksplorasi umum. d. Sumberdaya Mineral Terukur Sumber daya mineral terukur (measured mineral resource) adalah sumberdaya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap eksplorasi rinci. 2. Cadangan, dibagi menjadi dua, yaitu: a. Cadangan Terkira Cadangan terkira (probable reserve) adalah sumber daya mineral terunjuk dan sebagian sumberdaya mineral terukur yang tingkat keyakinan geologinya masih lebih rendah, yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomis. b. Cadangan Terbukti Cadangan terbukti (proved recerve) adalah sumberdaya mineral terukur yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomik.

8 Gambar 1. Kriteria dan Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan (Amandemen 1 SNI 13-4726-1998) Dasar klasifikasi sumberdaya dan cadangan lain yang umum digunakan di berbagai negara, termasuk di Indonesia, antara lain: 1. Dasar Klasifikasi United States Geological Survey (USGS) Berdasarkan tingkat penyelidikan dari yang paling kasar ke yang lebih teliti, USGS menggolongkan sumberdaya ke dalam golongan discovered atau inferred atau tereka, indicated atau tertunjuk, dan measured atau terukur. Dari sudut perhitungan kelayakan, klasifikasi USGS mengenal tingkat marginal atau kurang ekonomis, para marginal atau tidak terlalu ekonomis, dan ekonomis atau menguntungkan. Bila suatu sumberdaya yang terunjuk telah diteliti dan ternyata layak untuk ditambang, maka pada tingkat ini kita bicara tentang cadangan probable atau terkira, sedangkan bila kita bicara pada tingkat sumberdaya terukur, dan studi kelayakannya menunjukkan ekonomis, maka kita sampai kepada tingkat cadangan cadangan terbukti atau proved. Bila dari studi kelayakan ternyata penambangan bisa menguntungkan, tingkat sumberdaya inferred atau tereka dapat digolongkan dapat digolongkan dalam cadangan tingkat mungkin (possible), dan apabila datanya masih umum, maka data kasar seperti ini hanya memungkinkan mineral ini tetap digolongkan sebagai sumberdaya. Walaupun kelayakannya memungkinkan untuk penambangan secara ekonomis, tetapi pada tingkatan data geologis seperti itu, mineral tersebut hanya dapat disebut sebagai sumberdaya yang ditemukan (discovered). Digramatik McKelvey

9 yang digunakan oleh USGS dalam mengklasifikasikan sumberdaya dan mineral ditunjukkan oleh gambar di bawah ini. Gambar 2. Penggolongan Sumberdaya dan Cadangan Menurut McKelvey (1973) 2. Dasar Klasifikasi Joint Ore Resources Comittee (JORC) Australia Gambar 3. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Menurut JORC Sumberdaya mineral diklasifikasikan sesuai dengan tingkat keyakinan geologi ke dalam sumberdaya mineral tersirat (inferred mineral resources), sumberdaya mineral terindikasi (indicated mineral resources), dan sumberdaya mineral terukur (measured mineral resources). a. Sumberdaya Mineral Tersirat (Inferred Mineral Resources) Adalah bagian dari sumberdaya mineral yang tonase, kadar, dan kandungan mineralnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan

10 yang rendah. Hal ini disimpulkan dan diasumsikan dari bukti-bukti geologi tetapi kontinuitas geologi dan atau kadar tidak terverifikasi. Hal ini didasarkan pada informasi yang dikumpulkan melalui teknik yang sesuai dari lokasi seperti singkapan, parit, lubang, kerja dan lubang bor yang mungkin terbatas atau ketidakpastian kualitas. b. Sumberdaya Mineral Terindikasi (Indicated Mineral Resources) Adalah bagian dari sumberdaya mineral yang tonase, densitas, bentuk, karakteristik, kadar, dan kandungan mineral dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang wajar atau sedang. Hal ini didasarkan atas informasi eksplorasi, sampling, dan pengujian melalui teknik yang tepat dari lokasi seperti singkapan, parit, pit, dan lubang bor. Lokasi berjarak terlalu luas untuk mengetahui kondisi geologi atau kontinuitas kadar, tapi memiliki jarak yang cukup untuk bisa mengasumsikan kekontinuitasan. c. Sumberdaya Mineral Terukur (Measured Mineral Resources) Adalah bagian dari sumberdaya mineral yang tonase, densitas, bentuk fisik, karakteristik, kadar, dan kandungan mineralnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi. Hal ini didasarkan pada eksplorasi rinci dan dapat diandalkan, sampling dan pengujian informasi yang dikumpulkan melalui teknik yang sesuai dari lokasi seperti singkapan, parit, lubang, kerja dan lubang bor. Lokasi berjarak cukup dekat untuk mengkonfirmasi kontinuitas geologi dan kadar. Cadangan bijih adalah bagian dari sumberdaya mineral terukur dan terindikasi yang dapat ditambang dan memiliki nilai ekonomi. Meliputi diluting material dan kerugian yang mungkin terjadi ketika material tersebut yang ditambang. Cadangan bijih diklasifikasikan berdasarkan tingkat kepercayaan menjadi cadangan bijih mungkin (probable ore reserves) dan cadangan bijih terbukti (proved ore reserves).

11 a. Cadangan Bijih Mungkin (Probable Ore Reserves) Adalah bagian ekonomis yang dapat ditambang dari sumberdaya mineral terindikasi (indicated ore reserves). Penilaian yang sesuai dan studi telah dilakukan mencakup pertimbangan dan faktor modifikasi (modifying factors) yaitu penambangan, metalurgi, ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan, sosial, dan kebijakan pemerintahan. Cadangan bijih mungkin (probable ore reserves) ini memiliki tingkat kepercayaan yang lebih rendah dari cadangan bijih terbukti (proved ore reserves), tetapi memiliki kualitas yang cukup untuk berfungsi sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pengembangan suatu endapan. b. Cadangan Bijih Terbukti (Proved Ore Reserves) Adalah bagian ekonomis yang dapat ditambang dari sumberdaya mineral terukur (measured ore reserves). Penilaian yang sesuai dan studi telah dilakukan mencakup pertimbangan dan faktor modifikasi yaitu pertambangan, metalurgi, ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan, sosial, dan kebijakan pemerintahan. Cadangan bijih terbukti (proved ore reserves) memiliki tingkat kepercayaan kategori estimasi cadangan yang tertinggi. Gaya mineralisasi atau faktor lain bisa membuktikan bahwa cadangan bijih tidak ditemukan dalam beberapa endapan. C. Kodifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral SNI 13-4726-1998 Angka-angka kodifikasi cadangan dan sumberdaya (lihat Gambar 4) terdiri dari 3 digit berdasarkan fungsi 3 sumbu, yaitu E, F, dan G, dimana: E = Sumbu Ekonomis (Economic Axis) untuk Economic Viability. F = Sumbu Kelayakan (Feasibility Axis) untuk Feasibility Assessment. G = Sumbu Geologi (Geological Axis) untuk Geological Study. Digit pertama tentang sumbu ekonomis (economic axis) terdiri dari 3 angka, dimana: Angka 1, menyatakan ekonomis (economic). Angka 2, menyatakan berpotensi ekonomis (potentially economic).

12 Angka 3, menyatakan berintrinsik ekonomis (dari ekonomis ke berpotensi ekonomis). Digit kedua tentang sumbu kelayakan (feasibility axis) terdiri dari 3 angka, dimana: Angka 1, menyatakan studi kelayakan (feasibility study) dan atau laporan penambangan (mining report). Angka 2, menyatakan studi pra kelayakan (prefeasibility study). Angka 3, menyatakan studi geologi (geological study). Digit ketiga tentang sumbu geologi (geological study) terdiri dari 4 angka, yaitu: Angka 1 menyatakan eksplorasi rinci (detailed exploration). Angka 2 menyatakan eksplorasi umum (general exploration). Angka 3 menyatakan prospeksi (prospecting). Angka 4 menyatakan survai tinjau (reconnaissance). Gambar 4. Diagramatik Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral (Amandemen 1 SNI 13-4726-1998)

13 Gambar 5. Kodifikasi Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan (Amandemen 1 SNI 13-4726-1998) C. Macam-macam Bahan Galian Berdasarkan cara terjadi atau genesanya, bahan galian dapat dikelompokkan dalam dua golongan besar, yaitu: 1. Endapan bahan galian primer (prymary mineral deposite), terbagi atas: b. Endapan primer yang mengandung logam (primary metallic mineral deposite). Contoh: - Endapan bijih emas primer (berupa ain) di Pongkor - Endapan bijih timah primer di Bangka Belitung - Endapan bijih tembaga (pada batuan skarn) di Grasberg, Tembagapura, Papua c. Endapan primer yang tidak mengandung mineral logam (primary nonmetallic mineral deposite). Contoh: - Endapan batu andesit - Batu granit - Batu diorite - Bahan galian intan primer di Kalimantan 2. Endapan bahan galian sekunder (secondary mineral deposite) a. Endapan sekunder yang mengandung logam (secondary metallic mineral deposite), contoh:

14 - Endapan bijih emas sekunder di sungai-sungai di Kalimantan dan Sawahlunto - Endapan bijih timah sekunder berupa pasir timah di Bangka Belitung - Endapan bijih Nikel sekunder berupa Nikel laterit di Sulawesi Tenggara, Pulau Gag, dan Pulau Gebe. - Endapan bijih besi sekunder berupa pasir besi di sepanjang Pantai Selatan Pulau Jawa - Endapan bijih besi berupa laterit besi di Sulawesi Tenggara b. Endapan sekunder yang tidak mengandung logam (secondary nonmetallic mineral deposite), contoh: - Endapan kaolin di Bangka Belitung - Feldspar di Gunung Kidul - Endapan sirtu (pasir batu) - Endapan batugamping

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari keseluruhan isi makalah, dapat disimpulkan bahwa: 1. Sumberdaya mineral (mineral resource) adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. 2. Cadangan (reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan kualitasnya dan yang secara ekonomis, teknis, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan. 3. Klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan adalah suatu proses pengumpulan, penyaringan serta pengolahan data dan informasi dari suatu endapan mineral untuk memperoleh gambaran yang ringkas mengenai endapan itu berdasarkan kriteria keyakinan geologi dan kelayakan tambang. 4. Berdasarkan Amandemen 1 SNI 13-4726-1998, sumberdaya dibagi atas sumberdaya mineral hipotetik (hypothetical mineral resource), sumberdaya mineral tereka (inferred mineral resource), sumberdaya mineral terunjuk (indicated mineral resource), dan sumberdaya mineral terukur (measured mineral resource). Cadangan terbagi atas cadangan terkira (probable reserve) dan cadangan terbukti (proved reserve). 5. USGS menggolongkan sumberdaya ke dalam golongan discovered atau inferred atau tereka, indicated atau tertunjuk, dan measured atau terukur. Cadangan ke dalam golongan mungkin (possible), terkira (probable), atau terbukti (proved). Dari sudut perhitungan kelayakan, klasifikasi McKelvey mengenal tingkat marginal atau kurang ekonomis, para marginal atau tidak terlalu ekonomis, dan ekonomis atau menguntungkan. 6. JORC membagi sumberdaya ke dalam sumberdaya mineral tersirat (inferred mineral resources), sumberdaya mineral terindikasi (indicated 15

16 mineral resources), dan sumberdaya mineral terukur (measured mineral resources). Sedang cadangan terbagi atas cadangan bijih mungkin (probable ore reserves) dan cadangan bijih terbukti (proved ore reserves). 7. Angka-angka kodifikasi cadangan dan sumberdaya Amandemen 1 SNI 13-4726-1998 terdiri dari 3 digit berdasarkan fungsi 3 sumbu, yaitu E, F, dan G, yang masing-masing digit memiliki makna tertentu. 8. Berdasarkan genesanya, bahan galian dapat dikelompokkan dalam endapan bahan galian primer (prymary mineral deposite) atau endapan bahan galian sekunder (secondary mineral deposite). B. Saran SNI sebagai standar nasional yang dimiliki Indonesia masih kerap tergantikan oleh standar dasar klasifikasi dari negara lain, misalnya JORC atau USGS. SNI dinilai sebagai standar non-internasional dan sudah tidak relevan dengan perkembangan teknologi penambangan saat ini. Untuk alasan itu, Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) mengajukan amandemen ulang terhadap SNI. Upaya ini perlu kita dukung demi menjadi satunya dasar klasifikasi di Indonesia dan demi majunya dunia pertambangan di Indonesia. Perlu juga diingat, mineral merupakan sumberdaya yang akan habis setelah satu kali pakai (depleted). Untuk itu diperlukan kebijaksanaan dalam pengelolaan dan pemanfaatannya. Penambangan yang dilakukan harus merupakan penambangan yang berkelanjutan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas sumberdaya manusia.

DAFTAR PUSTAKA Adjat Sudradjat. 1999. Teknologi dan Manajemen Sumberdaya Mineral. Bandung: Penerbit ITB. Badan Standardisasi Nasional (BSN). 1998. Amandemen 1 SNI 13-4726-1998 Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan. Badan Standardisasi Nasional (BSN). 1998. Amandemen 1 SNI 13-5014-1998 Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara. Dean Andreas Simorangkir, dkk. Komparasi antara Klasifikasi SNI dan JORC. Bandung: ITB. Handout Matakuliah Perhitungan Cadangan. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan. Bandung: ITB. Yanto Indonesianto. 2014. Manajemen Pertambangan. Yogyakarta: Penerbit UPN Veteran Yogyakarta. 17