PENENTUAN KADAR KREATININ URIN Penanggung Jawab: Ina Sholihah ( J )

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

EFEK EKSTRAK TANDUK RUSA SAMBAR (CERVUS UNICOLOR) TERHADAP KADAR UREUM DAN KREATININ TIKUS PUTIH (RATTUS NOVERGICUS)

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori :

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat

PEMERIKSAAN KALSIUM DARAH (Metode CPC Photometric)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik. Laboratorium MITRA SEHAT JEPARA. sampel di ambil secara total populasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Analitik yang berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Meutia Atika Faradilla ( )

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Yuliandriani Wannur ( )

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

PEMERIKSAAN DARAH HENDRA WIJAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

RUMAH BIRU (BIOETANOL URIN MANUSIA) Dari Masyarakat Untuk Masyarakat Oleh : Benny Chandra Monacho

LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

FUNGSI SISTEM GINJAL DALAM HOMEOSTASIS ph

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine.

Melakukan Uji Protein Urin

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS KLINIK PERCOBAAN I PENETAPAN KADAR KREATININ

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

PEMERIKSAAN URIN DENGAN METODE ESBACH. III. PRINSIP Asam pikrat dapat mengendapkan protein. Endapan ini dapat diukur secara kuantitatif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik)

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) BINAYANTI NAINGGOLAN ( )

LAPORAN PRAKTIKUM 3 METABOLISME GLUKOSA TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI SISKA MULYANI (NIM: ) HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS / 4 Agustus 2016

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KLINIK B PENETAPAN KADAR KREATININ

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS KLINIK PRAKTIKUM V PENETAPAN KADAR PROTEIN.

Analisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

Tourniquet Swab alkohol Tempat pembuangan yang tajam Jarum EDTA Tempat pembuangan yang kena darah

LAPORAN PRAKTIKUM Metabolisme Glukosa, Urea dan Trigliserida (Teknik Spektrofotometri)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME II EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENURUNAN KADAR TRIGLISERIDA DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

METABOLISMEGLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTOFOTOMETER)

III. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL PRAKTIKUM METABOLISME II Perbedaan Kadar Trigliserida Pada Pria Dan Wanita Setelah Mengkonsumsi Kuning Telur

TUJUAN ANALISIS BIOKIMIA URIN

BM 506 KETRAMPILAN DASAR LABORATORIUM LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM 04 METABOLISME GLUKOSA, TRIGELISERIDA DAN UREA

LAPORAN PRATIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, dan TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Yunita Wannur Azah


Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK

A. Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) setiap hari selama 10 menit dilakukan pengadukan. Campuran divorteks

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis, dan radiologis

BAB III METODE PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: waterbath,

LAPORAN PRAKTIKUM 03 ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga

1. Dapat mengerti prinsip-prinsip dasar mengenai teknik spektrofotometri (yaitu prinsip dasar

METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.1

Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat

BAB 1 PENDAHULUAN. jus sayuran. Sehingga masyarakat lebih banyak mengkonsumsi minuman

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

LAPORAN PRAKTIKUM STANDARISASI LARUTAN NaOH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ureum adalah suatu molekul kecil yang mudah mendifusi ke dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam hati dan otot rangka (Kee Joyce LeFever, 2007).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp.

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimulai dari bulan April 2010 sampai dengan bulan Januari

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (

GAMBARAN KADAR TRIGLISERIDA (METODE GPO- PAP) PADA SAMPEL SERUM DAN PLASMA EDTA

LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH DAN GLUKOSA URIN

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

METODOLOGI PENELITIAN

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat

BAB I PENDAHULUAN. suatu industri minuman yang dikemas dalam kantong plastik. Minuman

a. Cedera akibat terbakar dan benturan b. Reaksi transfusi yang parah c. Agen nefrotoksik d. Antibiotik aminoglikosida

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

PENENTUAN KADAR KREATININ URIN Penanggung Jawab: Ina Sholihah ( J310120005 ) I. Tujuan Mahasiswa mampu dapat mengetahui cara pemeriksaan dan menentukan kadar kreatinin dalam urin. II. Prinsip Kreatinin dengan asam pikrat alkalis membentuk kreatinit pikrat yang berwarna merah. Intensitas warna merah menunjukkan kadar kreatinin bila dibaca pada fotometer. III. Tinjauan Pustaka Kreatinin merupakan produk penguraian kreatin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dalam bentuk kreatin fosfat ( creatin phosphate, CP ), suatu senyawa penyimpanan energi. Dalam sintesis ATP ( adenosine triphospate ) dari ADP (adenosine diphospate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi kreatinin yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin. ( Riswanto, 2010 ) Kreatinin dalam urin terbentuk dan fosfokreatinin. Kecepatan ekskresi kreatinin relative konstan dari hari ke hari. Oleh karena itu, ekskresi kreatinin dari setiap individu manusia hampir selalu konstan seperti halnya kadar kalium di dalam tubuh manusia. Dengan demikian cara terbaik untuk mengetahui volume urin yang diekskresikan selama 24 jam adalah melalui penetapan kadar kreatinin dengan berdasarkan fraksinya yang relatif konstan terhadap laju kreatinin setiap hari. Laju ekskresi urin kreatinin dalam urin berbeda pada setiap individu. Kreatinin lebih banyak diekskresikan oleh laki-laki daripada wanita. Dasar perbedaan ini dapat dilihat pada pertumbuhan otot antara laki-laki dan wanita. Bayi mempunyai laju ekskresi urin rendah dan akan terus bertambah pada masa kanak-kanak dan remaja. ( Murpratama, 2009 ) Ginjal mempertahankan kreatinin darah dalam kisaran normal. Kreatinin telah ditemukan untuk menjadi indikator yang cukup handal fungsi ginjal. Sebagai ginjal

menjadi cacat dengan alasan apapun, tingkat kreatinin dalam urin akan meningkat karena clearance miskin oleh ginjal. Abnormal tingkat tinggi kreatinin sehingga memperingatkan kemungkinan malfungsi atau kegagalan ginjal. Pemeriksaan jumlah kreatinin urin lebih tepat dari fungsi ginjal dapat diestimasi dengan menghitung berapa banyak kreatinin dibersihkan dari tubuh oleh ginjal, dan ini disebut kreatinin clearance. ( Siamak, 2009 ) Pemeriksaan kreatinin dapat menggunakan beberapa metode sebagai berikut: Jaffe reaction, dasar yang digunakan metode ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk senyawa kuning jngga dan menggunakan alat ukur photometer; Kinetik, metode ini relatif sama hanya dalam pengukuran dibutuhkan sekali pembacaan dan alat yang digunakan autoanalyzer; Enzimatik darah, dasar metode ini adalah adanya substrat dalam sampel bareaksi dengan enzim membentuk senyawa substrat menggunakan alat photometer. ( Underwood, 1997 ) Kadar kreatinin memiliki batas normal, yaitu antara 0,5-1,5 mg/dl. Namun nilai rujukan dalam menentukan kadar kreatinin urin, yaitu 0,6 1,2 mg untuk urin sewaktu dan 1 1,5 mg untuk urin 24 jam. Apabila hasil kadar kreatinin lebih tinggi dari normal dapat menunjukkan bahwa terkena akut tubular nekrosis, dehidrasi, diabetes nefropati, eklamsia (suatu kondisi kehamilan yang meliputi kejang), glomerulonefritis, gagal ginjal, penyakit otot menyusun, preeklampsia (kehamilan induced hipertensi), pielonefritis, ginjal berkurangnya aliran darah (syok, gagal ginjal, jantung kongestif), rhabdomyolysis, obstruksi saluran kemih. Sedangkan hasil kadar kreatinin lebih rendah dari normal dapat menunjukkan: muscular clystrophy (tahap akhir) dan myasthenia gravis. (National Institutes of Health, 2007) IV. Alat dan Bahan 1. Alat a. Spektrofotometer b. Inkubator c. Tabung reaksi d. Rak tabung reaksi e. Selotip f. Mikropipet 1000 µl 2. Bahan a. Urin 0,5 ml (50 µl) b. Reagen Kreatinin I (NaOH 1 ) 1 ml c. Reagen Kreatinin II (asam pikrat) 0,25 ml

g. Mikropipet 250 µl h. Mikropipet 50 µl V. Cara Kerja Pipet urin sebanyak 50 µl (0,05 ml) masukkan kedalam tabung reaksi Tambahkan 1000 µl (1 ml) reagen warna kreatinin I (NaOH 1 ) Inkubasi 5 menit dengan temperature 37 0 C Tambahkan 250 µl (0,25 ml) reagen warna kreatinin II (asam pikrat) Baca pada spektrofotometer dengan λ = 546 nm dan f.2 Nilai normal kadar kreatinin urin - Urin sewaktu = 0,6 1,2 mg - Urin 24 jam = 1 1,5 mg VI. Hasil Pengamatan a. Tabel hasil pengamatan perubahan warna Sampel Perlakuan Perubahan warna Urin B Urin dipipet 50µl (0,05 ml) Ditambah reagen warna kreatinin I (NaOH 1 ) 1 ml Diinkubasi 5 menit dengan temperature 37 0 C Tambahkan 250 µl (0,25 ml) reagen warna kreatinin II (asam pikrat) Baca pada spektrofotometer dengan Kuning I. λ = 546 nm dan f-2 1,402 mg

II. 1,402 b. Hasil pengukuran kadar kreatinin urin Kadar kreatinin urin (mg ) I II mg Keterangan Kelompo k Sampe l urin 1 A 1,155 mg 1,303 mg x 1,229 mg Normal 2 A 1,499 mg 1,540 mg 1,540 mg Tidak normal 3 A 1,363 mg 1,319 mg 1,319 mg Normal 4 C 1,161 mg 1,419 mg 1,419 mg Tidak normal 5 C 1,483 mg 1,535 mg 1,535 mg Tidak normal 6 C 1,638 mg 1,626 mg 1,626 mg Tidak normal 7 B 1,556 mg 1,573 mg 1,573 mg Tidak normal 8 B 1,421 mg 1,394 mg 1,394 mg Normal 9 B 1,402 mg 1,402 mg 1,402 mg Tidak normal 10 B 1,543 mg 1,526 mg 1,526 mg Tidak normal VII. Pembahasan Pada praktikum kali ini, penentuan kadar kreatinin urin menggunakan sampel urin, serta hasilnya diukur dengan menggunakan spektrofotometer dan akan

diperoleh hasil rata-rata dari kelompok kami (sembilan) sebesar 1,402 mg untuk sampel urin B ( wanita ), jika ditinjau dari nilai normal kadar kreatinin urin tersebut tergolong tidak normal, karena hasil kadarnya terlalu ( tinggi lebih dari 1,2 mg). Dalam praktikum ini, kelompok yang memiliki kadar kreatinin urin tidak normal (lebih dari 1,2 mg) adalah kelompok 2, 4, 5, 6, 7, 9, 10 dan kelompok yang mendapatkan hasil kadar kreatinin urin normal adalah kelompok 1, 3 dan 8. Semua kelompok menggunakan sampel urin sewaktu dan menggunakan nilai rujukan kadar kreatinin urin yang berkisar antara 0.6 1.2 mg. Berdasarkan tinjauan pustaka, kreatinin dalam urin terbentuk dari fosfokreatin. Kecepatan ekskresi keratin relative konstan dari hari ke hari. Oleh karena itu, ekskresi kreatinin dari setiap individu manusia hampir selalu konstan seperti halnya kadar kalium di dalam tubuh manusia. Dengan demikian cara terbaik untuk mengetahui volume urin yang diekskresikan selama 24 jam adalah melalui penetapan kadar kreatinin dengan berdasarkan fraksinya yang relative konstan terhadap laju kreatinin setiap hari. Laju ekskresi urin kreatinin dalam urin berbeda pada setiap individu. (Murpratama, 2009) Pemeriksaan kadar kreatinin urin ini dilakukan dengan reaksi Jaffe. Dasar metode ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk senyawa kuning jingga dan menggunakan alat fotometer. Reaksi Jaffe berdasarkan pembentukan tautomer kreatin pikrat yang berwarna merah bila kreatinin direaksikan dengan larutan pikrat alkalis. Prinsip dari pemerikasaan kreatinin urin ini, dalam suasana alkalis. Kreatinin bila ditambah asam pikrat akan membentuk suatu warna kompleks yang berwarna kuning-orange. Intensitas warna sebanding dengan konsentrasi dan dapat diukur secara fotometri. Penentuan secara fixed time kinetic dapat meminimalisir pengaruh billirubin dalam sampel urin. NaOH Kreatinin + pikrat kromofor merah (absorbasi pada 510 nm)

Dalam penambahan asam pikrat, bertujuan untuk mereaksikan kreatinin agar terbentuk kompleks berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan prinsip dari test kreatinin, yaitu berdasarkan reaksi antara kreatinin dengan asam pikrat yang membentuk larutan kuning. Selain dengan penambahan asam pikrat (reagen kreatinin II), urin ditambahkan dengan NaOH1 (reagen kreatinin I) yang bertujuan untuk membuat suasana basa pada larutan. Agar reaksi antara asam pikrat dan kreatinin dapat menghasilkan larutan kompleks berwarna kuning, suasana larutan harus dalam keadaan basa. Jika tidak terbentuk larutan kompleks berwarna kuning, maka kreatinin tidak dapat diuji dengan metode spektrofotometer. Jadi suasana larutan dibuat basa dengan penambahan NaOH. Dari pemeriksaan kadar kreatinin urin didapatkan hasil kadar kreatinin urin sebesar 1,402 mg dengan sampel urin sewaktu B. Urin sewaktu adalah urin yang dikeluarkan pada suatu waktu yang tidak ditentukan. Hasil kadar kreatinin urin dikelompok kami (sembilan) termasuk kategori tidak normal karena melebihi batas normal yaitu 1,2 mg. Pada praktikum kali ini, semua sampel memiliki kadar yang berbeda. Adanya perbedaan tersebut mungkin dikarenakan kurangnya ketelitian dalam pengambilan sampel urin yang terlalu sedikit, namun penambahan reagennya terlalu banyak. Selain perbedaan itu, perbedaan kadar kreatinin urin probandus dengan kadar kreatinum urin normal mungkin disebabkan oleh gangguan metabolisme yaitu gagal ginjal. Faktor yang dapat mempengaruhi hasil laboraturium adalah obat tertentu yang dapat meningkatkan kadar kreatinin urin; kehamilan; aktivitas fisik yang berlebihan; konsumsi daging merah dalam jumlah besar dapat mempengaruhi temuan laboraturium. (Riswanto, 2010) Kadar kreatinin memiliki nilai normal yaitu : 0,6 1,2 mg untuk sampel urin sewaktu dan 1 1.5 mg untuk sampel urin 24 jam. Apabila hasil kadar kreatinin labih tinggi daripada normalnya menunjukkan bahwa orang tersebut terkena akut tubular nekrosis, dehidrasi, diabetes neforpati, eklamia (suatu kehamilan yang meliputi kejang), glomerulonefritis, gagal ginjal, penyakit otot menyusun, preeclampsia (kehamilan induced hipertensi), pielonefritis, ginjal berkurangnya aliran darah (syok, gagal ginjal, jantung kongestif), rhabdomyolysis, obstruksi

saluran kemih. Sedangkan kadar kreatinin lebih rendah dari normal dapat menunjukkan: muscular clystrophy (tahap akhir) dan myasthenia gravis. (National Institutes of Health, 2007) VIII. Kesimpulan Dari hasil pemeriksaan kadar kreatinin urin dengan sampel urin sewaktu tersebut, kelompok sembilan memiliki hasil kadar kreatinin urin sebesar 1,402 mg dan termasuk kategori tidak normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa kurangnya ketelitian dalam praktikum dan kemungkinan adanya gangguan pada fungsi ginjal. kadar kreatinin urine 聽 BAB I PENDAHULUAN 1.1 聽 Latar Belakang Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam urin dengan kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui kombinasi

filtrasi dan sekresi, konsentrasinya relatif konstan dalam plasma dari hari ke hari, kadar yang lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal. (Corwin J.E, 2001). Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam urin dengan kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui kombinasi filtrasi dan sekresi, konsentrasinya relatif konstan dalam plasma dari hari ke hari, kadar yang lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal. (Corwin J.E, 2001). Pemeriksaan kreatinin darah dengan kreatinin urin bisa digunakan untuk menilai kemampuan laju filtrasi glomerolus, yaitu dengan melakukan tes kreatinin klirens. Selain itu tinggi rendahnya kadar kreatinin darah juga memberi gambaran tentang berat ringannya gangguan fungsi ginjal. Hemodialisis dilakukan pada gangguan fungsi ginjal yang berat yaitu jika kadar kreatinin lebih dari 7 mg / dl serum. Namun dianjurkan bahwa sebaiknya hemodialisis dilakukan sedini mungkin untuk memghambat progresifitas penyakit. 1.2 聽 Tujuan Percobaan Mahasiswa diharapkan mampu melakukan penentuan kadar kreatinin urin menggunakan spektrofotometer. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 聽聽聽聽聽聽 Kreatinin Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam urin dengan kecepatan yang sama. Kreatinin diekskresikan oleh ginjal melalui kombinasi filtrasi dan sekresi, konsentrasinya relatif konstan dalam plasma dari hari ke hari, kadar

yang lebih besar dari nilai normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal. (Corwin J.E, 2001). Peningkatan dua kali lipat kadar kreatinin serum mengindikasikan adanya penurunan fungsi ginjal sebesar 50, demikian juga peningkatan kadar kreatinin tiga kali lipat mengisyaratkan penurunan fungsi ginjal sebesar 75. ( Soeparman dkk, 2001 ) 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 2.1.1 聽聽聽 Metabolisme Kreatinin Kreatinin adalah anhidrida dari kreatin, ia dibentuk sebagian besar dalam otot dengan pembuangan air dari kreatinfosfat secara tak reversibel dan non enzimatik. Kreatinin bebas terdapat dalam darah dan urin. Pembentukan kreatinin rupanya adalah langkah permulaan yang diperlukan untuk ekskresi sebagian besar kreatinin. (Harper, 1997) 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 2.1.2 聽聽聽 Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Kreatinin Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kadar kreatinin dalam darah, diantaranya adalah : a. Perubahan massa otot. b. 聽聽聽聽聽聽聽 Diet kaya daging meningkatkan kadar kreatinin sampai beberapa jam setelah makan. c. 聽聽聽聽聽聽聽聽 Aktifitas fisik yang berkebihan dapat meningkatkan kadar kreatinin darah. d. 聽聽聽聽聽聽聽 Obat obatan seperti sefalosporin, aldacton, aspirin dan co-trimexazole dapat mengganggu sekresi kreatinin sehingga meninggikan kadar kreatinin darah. e. 聽聽聽聽聽聽聽聽 Kenaikan sekresi tubulus dan destruksi kreatinin internal. f. 聽聽聽聽聽聽聽聽 Usia dan jenis kelamin pada orang tua kadar kreatinin lebih tinggi daripada orang muda, serta pada laki-laki kadar kreatinin lebih tinggi daripada wanita. ( Sukandar E, 1997 ). 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 2.1.3 聽聽聽 Fisiologi Kreatinin Cara Deproteinasi Cara ini adalah dengan penambahan TCA 1,2 N pada serum sebelum dilakukan pengukuran, setelah diputar dengan kecepatan tinggi antara 5-10 menit maka protein dan senyawa-senyawa lain akan mengendap dan filtratnya digunakan untuk pemeriksaan. Tes linier sampai dengan konsentrasinya 10 mg /dl serum dan 300 mg / dl urin. Cara deproteinasi ini banyak memerlukan sampel dan waktu yang di perlukan lama sekitar 30

menit.( Underwood, 1997) 2.1.4 聽聽聽 Faktor Kelemahan Kreatinin Cara Deproteinasi Ada beberapa faktor kelemahan kreatinin cara deproteinasi : a. 聽聽聽聽聽聽聽聽 Trichlor acetic acid ( TCA ) terlalu pekat. b. 聽聽聽聽聽聽聽 Konsentrasi TCA salah ( apabila menggunakan TCA 3 N, tidak terdapat perubahan warna ). c. 聽聽聽聽聽聽聽聽 Waktu inkubasi tidak diperhatikan ( 20 menit ). d. 聽聽聽聽聽聽聽 Kekeruhan dalam supernatan setelah deproteinasi ( waktu deproteinasi endapan diaduk beberapa kali / sebelum centrifuge didiamkan untuk beberapa menit ). e. 聽聽聽聽聽聽聽聽 Sampel yang diperlukan telalu banyak dan waktu terlalu lama. TCA pada suhu kamar mudah terurai maka penyimpanannya di almari es ( 卤 2-8 掳 C ). (Sylvia, 1994) 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 2.1.5 聽聽聽 Faktor Keuntungan Kreatinin Cara Deproteinasi Ada beberapa faktor keuntungan kreatinin cara deproteinasi : Kandungan nitrogen dalam sampel seperti protein, ureum, dll sudah terikat dengan TCA sehingga supernatan terbebas dari bahan-bahan nitogen. (Sylvia, 1994) 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 2.1.6 聽聽聽 Fisiologi Kreatinin Cara Tanpa Deproteinasi Cara ini adalah fixed time kinetik, yaitu pengukuran kreatinin dalam suasana alkalis dan konsentrasi ditentukan dengan ketepatan waktu pembacaan. Tes linier sampai dengan konsentrasi 13 mg / dl serum dan 500 mg per / dl urin. Cara tanpa deproteinasi ini hanya memerlukan sedikit sampel dan waktu yang diperlukan cukup singkat sekitar 2 menit. ( Underwood, 1997) Faktor Kelemahan Kreatinin Cara Tanpa Deproteinasi Ada beberapa faktor kelemahan kreatinin cara tanpa deproteinasi : a. 聽聽聽聽聽聽聽聽 Pencampuran reagen kerja tidak dengan perbandingan 1 : 1 yang mengakibatkan hasil tinggi palsu. b. 聽聽聽聽聽聽聽 Adanya gangguan terhadap bilirubin, ureum, protein yang

mengakibatkan hasil tinggi palsu. (Sylvia, 1994) Faktor Keuntungan Kreatinin Cara Tanpa Deproteinasi 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Ada beberapa faktor keuntungan kreatinin cara tanpa deproteinasi : a. 聽聽聽聽聽聽聽聽 Waktu yang diperlukan cukup singkat ( 2 menit ). b. 聽聽聽聽聽聽聽 Sampel yang diperlukan hanya sedikit ( 100 ul ). ( Underwood, 1997) 2.2 聽聽聽聽聽聽 Fungsi Ginjal 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Ginjal mempunyai berbagai fungsi antara lain : a. 聽聽聽聽聽聽聽聽 Pengeluaran zat sisa organik, seperti urea, asam urat, kreatinin dan produk penguraian hemoglobin dan hormon. b. 聽聽聽聽聽聽聽 Pengaturan konsentrasi ion ion penting antara lain ion natrium, kalium, kalsium, magnesium, sulfat dan fosfat. c. 聽聽聽聽聽聽聽聽 Pengaturan keseimbangan asam basa tubuh. d. 聽聽聽聽聽聽聽 Pengaturan produksi sel darah merah dalam tubuh. e. 聽聽聽聽聽聽聽聽 Pengaturan tekanan darah. f. 聽聽聽聽聽聽聽聽 Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan asam amino darah. g. 聽聽聽聽聽聽聽 Pengeluaran zat beracun dari zat tambahan makanan, obat obatan atau zat kimia asing lain dari tubuh. (Harper, 1997) 聽 2.2.1 聽聽聽 Mekanisme Filtrasi Ginjal Glomerolus adalah bagian kecil dari ginjal yang melalui fungsi sebagai saringan yang setiap menit kira-kira 1 liter darah yang mengandung 500 ml plasma, mengalir melalui semua glomeruli dan sekitar 100 ml ( 10 ) dan disaring keluar. Plasma yang berisi semua garam, glukosa dan benda halus lainnya disaring dan tetap tinggal dalam aliran darah. ( Guyton CA, 1997) Cairan yang disaring yaitu filtrasi glomerolus, kemudian mengalir melalui tubula renalis dan sel-selnya menyerap semua bahan yang diperlukan tubuh dan meninggalkan yang tidak diperlukan. Keadaan normal semua glukosa diabsorpsi kembali, kebanyakan produk sisa buangan dikeluarkan melalui urine, diantaranya kreatinin dan ureum. Kreatinin sama sekali tidak direabsorpsi di dalam tubulus, akan tetapi sejumlah kecil kreatinin benar-

benar disekresikan ke dalam tubulus oleh tubulus proksimalis sehingga jumlah total kreatinin meningkat kira-kira 20. ( Guyton CA, 1997) Jumlah filtrasi glomerolus yang dibentuk setiap menit pada orang normal rata-rata 125 ml per menit, tetapi dalam berbagai keadaan fungsional ginjal normal dapat berubah dari beberapa mililiter sampai 200 ml per menit, jumlah total filtrat glomerolus yang terbentuk setiap hari rata-rata sekitar 180 liter, atau lebih dari pada dua kali berat badan total, 90 persen filtrat tersebut biasanya direabsorpsi di dalam tubulus, sisanya keluar sebagai urin. ( Evelyn C, 1999). 2.3 聽聽聽聽聽聽 Manfaat Pemeriksaan Kreatinin Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena konsentrasi dalam plasma dan ekskresinya di urin dalam 24 jam relatif konstan. Kadar kreatinin darah yang lebih besar dari normal mengisyaratkan adanya gangguan fungsi ginjal. Nilai kreatinin normal pada metode jaffe reaction adalah laki-laki 0,8 sampai 1,2 mg / dl; wanita 0,6 sampai 1,1 mg / dl. ( Sodeman, 1995 ) Pemeriksaan kreatinin darah dengan kreatinin urin bisa digunakan untuk menilai kemampuan laju filtrasi glomerolus, yaitu dengan melakukan tes kreatinin klirens. Selain itu tinggi rendahnya kadar kreatinin darah juga memberi gambaran tentang berat ringannya gangguan fungsi ginjal. Hemodialisis dilakukan pada gangguan fungsi ginjal yang berat yaitu jika kadar kreatinin lebih dari 7 mg / dl serum. Namun dianjurkan bahwa sebaiknya hemodialisis dilakukan sedini mungkin untuk memghambat progresifitas penyakit. ( Sodeman, 1995 ) 2.4 聽聽聽聽聽聽 Metode Pemeriksaan Beberapa metode yang sering dipakai untuk pemeriksaan kreatinin darah adalah : a. 聽聽聽聽聽聽聽聽 Jaffe reaction Dasar dari metode ini adalah kreatinin dalam suasana alkalis dengan asam pikrat membentuk senyawa kuning jingga. Menggunakan alat photometer. b. 聽聽聽聽聽聽聽 Kinetik Dasar metode ini relatif sama hanya dalam pengukuran dibutuhkan sekali pembacaan. Alat yang digunakan autoanalyzer. c. 聽聽聽聽聽聽聽聽 Enzimatik Darah

Dasar metode ini adalah adanya substrat dalam sampel bereaksi dengan enzim membentuk senyawa substrat menggunakan alat photometer. Dari ketiga metode di atas, yang banyak dipakai adalah 鈥?Jaffe Reaction 鈥? dimana metode ini bisa menggunakan serum atau plasma yang telah dideproteinasi dan tanpa deproteinasi. Kedua cara tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan, salah satunya adalah untuk deproteinasi cukup banyak memakan waktu yaitu sekitar 30 menit, sedangkan tanpa deproteinasi hanya memerlukan waktu yang relatif singkat yaitu antara 2-3 menit. ( Underwood, 1997) 2.5 聽聽聽聽聽聽 Faktor Yang Mempengaruhi Pemeriksaan Kreatinin Senyawa-senyawa yang dapat mengganggu pemeriksaan kadar kreatinin darah hingga menyebabkan overestimasi nilai kreatinin sampai 20 persen adalah : Aseton, Asam askorbat, Bilirubin, Asam urat, Asam aceto acetat, Piruvat, Barbiturat, sefalosporin, metildopa. Senyawa-senyawa tersebut dapat member reaksi terhadap reagen kreatinin dengan membentuk warna yang serupa kreatinin sehingga dapat menyebabkan kadar kreatinin tinggi palsu. Akurasi atau tidaknya hasil pemeriksaan kadar kreatinin darah juga sangat tergantung dari ketepatan perlakuan pada pengambilan sampel, ketepatan reagen, ketepatan waktu dan suhu inkubasi, pencatatan hasil pemeriksaan dan pelaporan hasil. ( Sodeman, 1995 ) BAB III METODE PENELITIAN

3.1 聽 Alat dan Bahan (sifat fisika dan kimia) a. 聽聽聽聽聽聽 Alat 聽聽聽聽 : 搂聽 Spektrofotometer 搂聽 Kuvet 搂聽 Pipet tetes 搂聽 Gelas kimia 搂聽 Gelas ukur b. 聽聽聽聽聽 Bahan 聽 : - 聽聽聽聽聽聽 Urin Sifat fisika 聽 : - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Berupa cairan - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Berwarna bening/orange pucat tanpa endapan - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Mempunyaibau yang menyengat Sifat kimia 聽 : - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Bersifat asam ph rata-rata 6 - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Komposisi urine adalah 96 air, Natrium, PigmenEmpedu,, 1,5 garam, Kalium, Toksin, 2,5 urea, kalsium, Bikarbonat, Kreatinin N, Magnesium, Kreatini, Khlorida, Asamurat N, Sulfatanorganik, Asamurat, Fosfatanorganik, Amino N, Sulfat, Amonia N danhormon (Armstrong, 1998) - 聽聽聽聽聽聽 Pikrat - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 NaOH 10 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Sifat fisika - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Penampilan zat padat putih - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Rumus molekul NaOH - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Massa molar 39,9971 g/mol - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Densitas 2,1 g/cm 鲁, padat - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Titik leleh 聽 318 聽掳 C (591 K) 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Titik didih 聽 1390 聽掳 C (1663 K)

- 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Kelarutan dalam air 111 g/100 ml (20 聽掳 C) - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Kebasaan (pkb) -2,43 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Sifat kimia 聽 聽 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 NaOH sangat mudah menyerap gas CO2 - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Senyawa ini sangat mudah larut dalam air - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Merupakan larutan basa kuat - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Sangat korosif terhadap jaringan Organik - 聽 聽 聽 聽 聽 聽 聽 聽 聽 聽 聽 聽 Tidak Berbau 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 (mulyono, 2008) - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Asam pikrat 1 Sifat fisika 聽聽聽聽聽聽 : - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Berbentuk kristal - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Warna kuning Sifat kimia 聽聽聽聽聽聽 : - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Bersifat toksik/racun - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Bersifat eksplosive - 聽聽聽聽聽聽 Akuadest Sifat fisika : - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Berat molekul : 18.0153 gr/mol - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Titik leleh : 00C - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Titik didih : 1000C - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Berat jenis : 0.998 gr/cm3 - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Berupa cairan yang tidak berwarna dan tidak berbau. - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Memiliki gaya adhesi yang kuat. Sifat kimia : - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Memiliki keelektronegatifan yang lebih kuat daripada hidrogen. - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Merupakan senyawa yang polar. - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Memiliki ikatan van der waals dan ikatan hidrogen. - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Dapat membentuk azeotrop dengan pelarut lainnya. - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Dapat dipisahkan dengan elektrolisis menjadi oksigen dan

hidrogen. - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Dibentuk sebagai hasil samping dari pembakaran senyawa yang mengandung hidrogen. (Mulyono,2009) 3.2 聽 Prosedur Percobaan (Diagram Alir) Kuvet - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Ambil 8 kuvet, pada kuvet 1 berisi blanko kuvet 2 berisi WS1 kuvet 3 berisi WS2 kuvet 4 berisi WS3 kuvet 5 berisi WS4 kuvet 6 berisi WS5 kuvet 7 berisi SP1 dan kuvet 8 berisi SP2. - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Masukan setiap kuvet secara bergantian ke dalam spektrofotometer yang panjang gelombangnya sudah diatur sepanjang 370 nm. - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Catat absorbansi yang dihasilkan. Ulangi 3 kali untuk kuvet yang berisi sampel. Absorbansi keterangan 聽聽聽聽聽聽 : - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Blanko berisi 5 ml asam pikrat dan 10 ml akuadest - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 WS1 berisi 5 ml asam pikrat dan 9 ml akuadest - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 WS2 berisi 5 ml asam pikrat dan 8 ml akuadest - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 WS3 berisi 5 ml asam pikrat dan 7 ml akuadest - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 WS4 berisi 5 ml asam pikrat dan 6 ml akuadest - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 WS5 berisi 5 ml asam pikrat dan 5 ml akuadest - 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 SP1 berisi 2 ml urine yang sudah diencerkan 5 ml asam pikrat dan 8 ml akuadest

- 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 SP2 berisi 2 ml urine yang sudah diencerkan 5 ml asam pikrat dan 8 ml akuadest 3.3 聽 Fungsi Bahan a. 聽聽聽聽聽聽 Urin Sampel yang diuji kadar kreatinin b. 聽聽聽聽聽 Pikrat Reagen dalam pengujian c. 聽聽聽聽聽聽 Akuadest Pelarut BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 聽 Data Pengamatan Blanko WS1 WS2 WS3 WS4 WS5 SP1 SP2 Sampel 2 2 WS 1 2 3 4 5 Asam pikrat 5 5 5 5 5 5 5 5 Aquades 10 9 8 7 6 5 8 8 Absorbansi 0,095 0,103 0,100 0,102 0,110 0,110 0,140 0,130 0,140 0,129 0,141 0,129

4.3 聽 Pembahasan Pada praktikum kali ini kita melakukan uji terhadap kadar kreatinin urine. Kreatinin adalah produk sampingan dari hasil pemecahan fosfokreatin (kreatin) di otot yang dibuang melalui ginjal. Pada pria, normalnya 0,6 鈥?1,2 mg/dl. Di atas rentang itu salah satunya mengindikasikan adanya gangguan fungsi ginjal. Batas normal ureum : 20 鈥?40 mg/dl dan batas normal kreatinin : 0,5 鈥?1,5 mg/dl. Pada saat praktik kita menggunakan bahan yaitu asam pikrat 1 + NaOH 10, akuadest, dan urine. Dengan menggunakan alat spektrophotometer dalam menentukan panjang gelombang sampel, sehingga diperolehlah data yaitu blanko = 0,095nM; WS1 = 0,103; WS2 = 0,100; WS3 = 0,102; WS4 = 0,110; WS5 = 0,110; SP1 = 0,140; 0,140; 0,141; SP2 = 0,130; 0,129, 0,129. Setelah mendapatkan data tersebut masukan data tersebut kedalam kurva sehingga di dapat y = 0,027x + 0,084 dan R 虏 = 0,772. R2 yang dapat dipakai minimal adalah 0,9 鈥?1. Dan dari hasil perhitungan di dapatlah kadar kreatinin urinenya yaitu 1,87 mg/100 ml.

BAB V KESIMPULAN Dari hasil praktikum ini didapatlah kadar kreatinin urine yaitu sebesar 1,87 mg/100 ml. 聽 DAFTAR PUSTAKA Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Suku Patafisiologi (hands book of pathophysiologi) 聽 聽聽聽聽聽聽聽聽 Jakarta: EGC. C. Pearce, Evelyn. 2002. Anatomi Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta: Gramedia. Guyton, Arthur C. & John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, 聽 聽 聽聽聽聽聽聽聽聽聽 Editor: Irawati Setiawan. 聽 Jakarta :EGC. Harper, H. A., V. W. Rodwell, and P. A. Mayes. 1979. Biokimia (Review of 聽聽聽聽 聽聽聽聽 physiological chemistry). Alih bahasa: M. Muliawan. Lange Medical 聽 聽 聽聽聽聽聽聽聽聽 Publications. Los Altos, California. Sodeman, W.A dan Sodeman T.M. (1995). Sodeman Patofisiologi. Edisi 7. Jilid II. 聽 聽 聽聽聽聽聽聽聽聽 Penerjemah: Andry Hartono. Jakarta: Hipokrates. Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Sukandar E. 1997. Tinjauan Umum Nefropati Diabetik in Nefropati Klinik. Edisi ke- 聽 聽聽聽聽聽聽聽聽 2. Bandung : Penerbit ITB. Sylvia& Lorraine. 1994. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta : Penerbit Buku 聽聽聽聽 Kedokteran, EGC. Underwood. 1997. Patologi Umum & Sistematik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.