Profil DAS Bengawan Solo

dokumen-dokumen yang mirip
BUKU INDIKASI KAWASAN HUTAN & LAHAN YANG PERLU DILAKUKAN REHABILITASI TAHUN 2003

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Lahan 3.1. Kondisi Peruntukan. Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman. Tabel 3.1. Kondisi Peruntukan Lahan Kawasan Prioritas Kelurahan Tenilo

BAB 5 RTRW KABUPATEN

1.1. Latar Belakang. Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman Isu-isu strategis

Data. - Data Primer - Data Sekunder

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

IV. GAMBARAN UMUM. mempergunakan pendekatan one river basin, one plan, and one integrated

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lahan Potensial Dan Lahan Kritis Sumber :

Pentingnya Pemaduserasian Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

commit to user BAB I PENDAHULUAN

MODUL KULIAH DASAR ILMU TANAH KAJIAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DALAM UPAYA PENGENDALIAN BANJIR. Sumihar Hutapea

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB I PENDAHULUAN I-1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-1- PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJAR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

commit to user BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

4/12/2009. Water Related Problems?

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)

VISI MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KAB. LOMBOK BARAT

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dr. EDWARD Saleh FORUM DAS SUMATERA SELATAN 2013

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V RENCANA PROGRAM DAN PRIORITAS DAERAH

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L S U M B E R D A Y A A I R S A T K E R B A L A I B E S A R W I L A Y A H S U N G A I B E N G A W A N S O L O Jl. SOLO-Kartsur Km. 7 PO BOX 267 Telp (0271) 716428 716071, Fax (0271) 716428 SURAKARTA - 57102 Prfil DAS Bengawan Sl 1. LATAR BELAKANG Sungai Bengawan Sl merupakan sebuah sumber air yang sangat ptensial bagi usahausaha pengellaan dan pengembangan sumber daya air (SDA), di sepanjang alirannya untuk memenuhi berbagai keperluan dan kebutuhan, antara lain untuk kebutuhan dmestik, air baku air minum dan industri, irigasi dan lain-lain. Sungai Bengawan Sl merupakan sungai terbesar di Pulau Jawa, terletak di Prpinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan luas wilayah sungai ± 12% dari seluruh wilayah Pulau Jawa pada psisi 110 18 BT sampai 112 45 BT dan 6 49 LS sampai 8 08 LS. Wilayah Sungai merupakan suatu wilayah yang bentuk dan sifat alamnya merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak sungai yang melalui wilayah tersebut dalam fungsinya untuk menampung air yang berasal dari hujan dan sumber-sumber air lainna yang penyimpanan dan pengalirannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum-hukum alam sekeliling berdasarkan keseimbangan daerah tersebut. Luas ttal wilayah sungai (WS) Bengawan Sl ± 19.778 km 2, terdiri dari 4 (empat) Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Bengawan Sl dengan luas ± 16.100 km 2, DAS Kali Grindulu dan Kali Lrg di Pacitan seluas ± 1.517 km 2, DAS kecil di kawasan pantai utara seluas ± 1.441 km 2 dan DAS Kali Lamng seluas ± 720 km 2. DAS Bengawan Sl merupakan DAS terluas di WS Bengawan Sl yang meliputi Sub DAS Bengawan Sl Hulu, Sub DAS Kali Madiun dan Sub DAS Bengawan Sl Hilir. Sub DAS Bengawan Sl Hulu dan sub DAS Kali Madiun dengan luas masing-masing ± 6.072 km 2 dan ± 3.755 km 2. Bengawan Sl Hulu dan Kali Madiun mengalirkan air dari lereng gunung berbentuk kerucut yakni Gunung Merapi (± 2.914 m), Gunung Merbabu (± 3.142 m) dan Gunung Lawu (± 3.265 m), sedangkan luas Sub DAS Bengawan Sl Hilir adalah ± 6.273 km 2. Secara administratif WS Bengawan Sl mencakup 17 (tujuh belas) kabupaten dan 3 (tiga) kta, yaitu: Kabupaten : Bylali, Klaten, Sukharj, Wngiri, Karanganyar, Sragen, Blra, Rembang, Pnrg, Madiun, Magetan, Ngawi, Bjnegr, Tuban. Lamngan, Gresik dan Pacitan. Kta : Surakarta, Madiun dan Surabaya 1

26,1% wilayah Prpinsi Jateng + 27,5% wilayah Prpinsi Jatim Pengellaan sumber daya air merupakan suatu kegiatan yang kmpleks karena menyangkut semua sektr kehidupan, sehingga harus melibatkan semua pihak baik pembuat aturan (regulatr), pengguna (user) dan pengembang (develper) maupun pengella (peratr). Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama untuk mulai menerapkan dan menggunakan pendekatan ne river basin, ne plan and ne integrated management, sehingga keterpaduan dalam perencanaan dan pelaksanaan serta pengendalian dapat diwujudkan. Dalam pengellaan WS Bengawan Sl Arah dan Kebijakan yang diambil adalah : 1. Memperhatikan keserasian antara knservasi dan pendayagunaan, pengellaan kuantitas dan kualitas air untuk menjamin ketersediaan air baik untuk saat ini maupun masa datang. 2. Pengendalian daya rusak air terutama dalam hal penanggulangan banjir dilakukan dengan pendekatan knstruksi (penyelesaian pelaksanaan pembangunan sarana pengendali banjir) dan nn-knstruksi (knservasi sumber daya air dan pengellaan daerah aliran sungai dengan memperhatikan keterpaduan dengan tata ruang wilayah). 3. Pengembangan dan pengellaan sumber daya air memerlukan penataan kelembagaan melalui pengaturan kembali kewenangan dan tanggung jawab masing-masing pemangku kepentingan. 2

2. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Sl Balai Besar WS Bengawan Sl sebagai pengella Pengellaan Sumber Daya Air yang bertugas dalam perencanaan, pelaksanaan knstruksi, & p dalam rangka knservasi sumber daya air, pengembangan sumber daya air, pendayagunaan sumberdaya air dan pengendalian daya rusak air pada Wilayah Sungai Bengawan Sl. Dalam rangka menjalankan tugas tersebut, Balai Besar WS Bengawan Sl memiliki fungsi : 1. Penyusunan pla dan rencana pengellaan sumberdaya air pada wilayah sungai 2. Penyusunan rencana dan pelaksanaan pengellaan kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai 3. Pengellaan sumberdaya air yang meliputi knservasi sumber daya air, pengembangan sumber air, pendayagunaan sumberdaya air dan pengendalian daya rusak air. 4. Penyiapan rekmendasi teknis dalam pemberian ijin atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan sumberdaya air pada wilayah sungai. 5. Operasi dan pemeliharaan sumberdaya air pada wilayah sungai 6. Pengellaan sistem hidrlgi 7. Penyelenggaraan data dan infrmasi sumberdaya air. 8. Fasilitasi kegiatan tim krdinasi pengellaaan sumberdaya air pada wilayah sungai 9. Pemberdayaan masyarakat dalam pengellaan sumberdaya air. 10. Pelaksanaan ketatausahaan balai besar wilayah sungai. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nmr 11A/PRT/M/2006 Juni 2006, WS Bengawan Sl dikategrikan sebagai WS lintas prpinsi yang didasarkan pada penilaian: WS Bengawan Sl adalah WS lintas prpinsi, yaitu berada di wilayah Prpinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ukuran dan besarnya ptensi sumber daya air yang tersedia, ketersediaan air sebesar ± 18,61 miliar m³. Banyaknya sektr yang terkait dengan sumber daya air WS Bengawan Sl, jumlah penduduk mencapai 16,03 juta jiwa pada tahun 2005. Besarnya dampak ssial, lingkungan dan eknmi terhadap pembangunan nasinal. Besarnya dampak negatif akibat daya rusak air terhadap pertumbuhan eknmi nasinal dan reginal. 3

Karena WS Bengawan Sl dipandang sebagai WS lintas prpinsi, maka pengellaan sumber daya air ini berada di dalam kewenangan Pemerintah Pusat. 3. Pemanfaatn Ruang di WS. Bengawan Sl Pemanfaatan ruang WS Bengawan Sl yang telah dikmpilasikan dari RTRW Prpinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah adalah sebagai berikut : a. Pengellaan Kawasan Lindung Pengellaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah kerusakan fungsi lingkungan. Sedangkan pengellaan kawasan budidaya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna pemanfaatan ruang, menjaga kelestarian lingkungan serta menghindari knflik pemanfaatan ruang. a) Kawasan Perlindungan Bawahan Kawasan perlindungan bawahan diperuntukkan untuk menjamin terselenggaranya fungsi lindung hidrrlgis bagi kegiatan pemanfaatan lahan. Kawasan ini meliputi kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air. Kawasan Hutan Lindung Arahan pengellaan kawasan hutan lindung, khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan kawasan budidaya, berada di lkasi : Kabupaten Bylali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukharj, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Magetan, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ngawi. Kawasan Resapan Air Kawasan resapan air diperuntukkan bagi kegiatan pemanfaatan tanah yang dapat menjaga kelestarian ketersediaan air bagi daerah yang terletak di wilayah bawahannya. Kawasan resapan air tersebar di Kabupaten Bylali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Wngiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Blra, Kabupaten Rembang, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Pnrg dan Tuban. b) Kawasan Suaka Alam Beberapa sub kawasan termasuk di dalam kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, suaka alam laut dan perairan, kawasan pantai berhutan bakau, taman wisata alam serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. c) Kawasan Rawan Bencana Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berptensi tinggi mengalami bencana alam. Kawasan rawan banjir Kawasan rawan bencana banjir adalah tempat-tempat yang setiap musim hujan mengalami genangan lebih dari enam jam pada saat hujan turun dalam keadaan nrmal. Kawasan tersebut yaitu di Kabupaten Sragen dan Kabupaten Blra. Kawasan rawan bencana lngsr Kawasan rawan bencana alam rawan lngsr merupakan wilayah yang kndisi 4

permukaan tanahnya mudah lngsr karena terdapat zna yang bergerak akibat adanya patahan atau pergeseran batuan induk pembentuk tanah. Lkasi kawasan rawan bencana lngsr terdapat di Kabupaten Bylali (lereng timur G.. Merbabu dan lereng timur G. Merapi), Kabupaten Wngiri (lereng selatan G. Lawu, perbukitan selatan dan timur Sungai Keduwang, serta bagian selatan dan barat daya Kabupaten), Kabupaten Karanganyar (lereng barat G. Lawu), Kabupaten Sragen (Sangiran dan Gemlng (G. Butak Manyar)), Kabupaten Blra (di daerah Ngawen, Tdanan dan Jepn), Kabupaten Rembang terutama di bagian selatan dan timur dan Kabupaten Magetan. Kawasan rawan bencana gunung berapi Kawasan rawan bencana alam gunung berapi merupakan wilayah sekitar puncak gunung berapi yang rawan terhadap luncuran gas beracun, lahar panas dan dingin, luncuran awan panas dan semburan api, dan tempat lalunya tumpahan benda-benda lain akibat letusan gunung berapi. Lkasi kawasan rawan bencana gunung berapi yaitu di Kabupaten Bylali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Ngawi (G. Lawu), Kabupaten Magetan (G. Lawu), Kabupaten Madiun (G. Liman & G. Wilis) dan Kabupaten Pnrg (G. Liman & G. Wilis). Kawasan rawan bencana gempa Lkasi rawan bencana gempa yaitu di Kabupaten Bylali, Kabupaten Klaten, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Magetan, Kabupaten Madiun dan Pnrg. b. Pengellaan Kawasan Budidaya Pengellaan kawasan budidaya bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumberdaya serta untuk menghindari knflik pemanfaatan ruang dan kelestarian lingkungan hidup. Kawasan budidaya yang dikella pemanfaatan ruangnya terdiri dari: Kawasan hutan prduksi; Kawasan pertanian; Kawasan pertambangan; Kawasan peruntukan industri; Kawasan pariwisata; Kawasan permukiman; Kawasan perikanan; Kawasan perkebunan; Kawasan peternakan; Kawasan pariwisata; Kawasan permukiman; Kawasan industri; dan Kawasan perdagangan. c. Kawasan Andalan Adalah Kawasan kawasan yang mempunyai ptensi pengembangan bagi sektr unggulan. WS Bengawan Sl ditetapkan 4 (empat) zna kawasan andalan: 1. Tuban-Lamngan dan sekitarnya 2. Madiun dan sekitarnya 3. Surabaya dan sekitarnya 4. Surakarta-Bylali-Sukharj dan Karanganyar 5

N Kaput Nama DAS Ptensi Unggulan Priritas Pengembangan 1 Tuban- Lamngan dan sekitarnya Bengawan Sl Hilir dan Pantura Pertanian tanaman pangan Perikanan Industri Pariwisata Mengembangkan kawasan industri di kawasan utara. Mengembangkan industri perikanan di Brndng. Eksplitasi sumber daya tambang. Mempertahankan dan mengembangkan kawasan budidaya tanaman pangan. Perdagangan jasa Pertambangan Menumbuhkan ptensi pariwisata alam atau buatan, a.l: Wisata alam Pacet, Ga Maharani, Tanjung Kdk, Jatim Park II. 2 Madiun, Pacitan sekitarnya dan Kali Madiun, Kali Grindulu- Lrg Pertanian tanaman pangan Industri Perikanan Meningkatkan pengembangan ptensi tanaman semusim selain tanaman padi sebagai sektr dasar, serta peningkatan prduksi industri kulit. Mengembangkan kawasan industri di Madiun. Optimalisasi pariwisata alam. 3 Surabaya, Gresik sekitarnya dan Kali Lamng Perdagangan jasa Industri Perikanan Pariwisata Pertanian tanaman pangan Mengembangkan kawasan industri. Aglmerasi permukiman perktaan. Mengembangkan ptensi wisata. Meningkatkan prduksi perikanan tambak. Mempertahankan dan mengembangkan kawasan budidaya tanaman pangan 4 Surakarta- Bylali- Sukharj dan sekitarnya Bengawan Sl Hulu Industri Pariwisata Tanaman pangan Perdagangan Mengembangkan kawasan industri. Mengembangkan ptensi wisata. Mempertahankan dan mengembangkan kawasan budidaya tanaman pangan 4. Banjir Bengawan Sl Akhir Tahun 2007 Permasalahan Utama dalam pengellaan DAS WS Bengawan Sl diantaranya adalah banjir, kekeringan, ersi dan sedimentasi, intruksi air laut, kualitas air dan lain-lain yang disebabkan leh : Terus menurunnya kndisi hutan. Kerusakan DAS: penebangan liar dan knversi lahan yang menimbulkan kerusakan eksistem dalam tatanan DAS. Lemahnya penegakan hukum terhadap pembalakan liar (illegal lgging). Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan. 6

Ttal lahan kritis di WS Bengawan Sl mulai kategri ptensial kritis sampai sangat kritis mencapai luas kurang lebih 11.398 km2 akibat prses ersi yang berlanjut dan kerusakan vegetasi. Luas lahan kritis terbesar terdapat di Kab. Wngiri (Jawa Tengah) seluas 128.662 ha, Kab. Pacitan seluas 129.598 ha dan Kab. Bjnegr seluas 172.261 ha (Jawa Timur). Wilayah Sungai Bengawan Sl mengalami penurunan daya dukung lingkungan. Hal ini antara lain disebabkan leh penebangan liar dan knversi lahan, sehingga terjadi penurunan luas hutan yang ada yaitu 23 % pada tahun 1998 menjadi 18 % pada tahun 2005. Ttal lahan kritis di WS Bengawan Sl mulai kategri ptensial kritis sampai sangat kritis pada saat ini mencapai luas ± 11.39 km 2, akibat prses ersi yang berkelanjutan dan kerusakan vegetasi. Akibat terjadinya hujan di bagian hulu dengan intensitas tinggi di Sub DAS Bengawan Sl Hulu dan K.Madiun pada tanggal 25 Desember 2007, maka terjadi banjir besar diseluruh DAS Bengawan Sl mulai tanggal 26 Desember 2007, yang menimbulkan kerusakan akibat banjir besar seperti tergenangnya perumahan, fasilitas umum, kantr, tempat ibadah, sawah/tegalan, dan jalan nasinal, prpinsi, kabupaten di kta dan daerah disekitar sungai Bengawan Sl, dimana kndisi itu mempengaruhi aktifitas masyarakat dan pereknmian. Kejadian banjir besar tersebut melanda kabupaten/kta di sepanjang aliran sungai Bengawan Sl diantaranya yaitu : Sl, Sukharj, Sragen, Pnrg, Madiun, Cepu, Bjnegr, Tuban, Babat, Lamngan, Gresik dan daerah disekitarnya. 5. Penangulangan Permasalahan Daya Rusak Air Upaya pengendalian banjir harus dengan keterpaduan antara upaya fisik teknis dan nn teknis seperti perilaku manusia dalam mengubah fungsi lingkungan, perubahan tata ruang secara massive di kawasan budidaya yang menyebabkan daya dukung lingkungan menurun drastis, serta pesatnya pertumbuhan permukiman dan industri yang mengubah keseimbangan fungsi lingkungan sehingga menyebabkan kawasan retensi banjir (retarding basin) berkurang. Aktivitas dan perubahan ini menyebabkan meningkatnya debit air yang masuk ke badan sungai dimana dengan terbatasnya kapasitas tampung dan pengaliran sungai akan berdampak meluapnya air sungai. Karena itu pada masa yang akan datang upaya pengendalian banjir tidak bisa hanya difkuskan pada penanganan fisik saja, namun harus disinergikan juga dengan pembangunan nn fisik yang menyediakan ruang lebih luas bagi munculnya keterlibatan 7

atau partisipasi masyarakat, sehingga tercapai suatu sistem pengendalian banjir yang lebih ptimal. Sinergi antara penanganan fisik dan nn fisik dalam upaya pengendalian banjir dapat diwujudkan melalui beberapa hal sebagai berikut: a. Pengendalian tata ruang. Pengendalian tata ruang dilakukan dengan perencanaan penggunaan ruang sesuai kemampuannya dengan mempertimbangkan permasalahan banjir, pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya serta penegakan hukum terhadap pelanggaran rencana tata ruang yang telah memperhitungkan Rencana Induk Pengembangan Wilayah Sungai. b. Pengaturan debit banjir Pengaturan debit banjir dilakukan melalui kegiatan penanganan fisik berupa pembangunan dan pengaturan bendungan, perbaikan sistem drainase perktaan, nrmalisasi sungai dan daerah retensi banjir. Pengaturan daerah rawan banjir Pengaturan daerah rawan banjir dilakukan dengan cara: 1) Pengaturan tata guna lahan dataran banjir (fld plain management). 2) Penataan daerah lingkungan sungai seperti: penetapan garis sempadan sungai, peruntukan lahan di kiri kanan sungai, penertiban bangunan di sepanjang aliran sungai. c. Peningkatan peran masyarakat. Peningkatan peran masyarakat dalam pengendalian banjir diwujudkan dalam: 1) Pengembangan Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat 2) Bersama-sama dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyusun dan menssialisasikan prgram pengendalian banjir. 3) Mentaati peraturan tentang pelestarian sumberdaya air antara lain tidak melakukan kegiatan kecuali dengan ijin dari pejabat yang berwenang untuk: mengubah aliran sungai; mendirikan, mengubah atau membngkar bangunan-bangunan di dalam atau melintas sungai. membuang benda-benda/bahan-bahan padat dan atau cair ataupun yang berupa limbah ke dalam maupun di sekitar sungai yang diperkirakan atau patut diduga akan mengganggu aliran, pengerukan atau penggalian bahan galian glngan C dan atau bahan lainnya. pengaturan untuk mengurangi dampak banjir terhadap masyarakat (melalui Penyediaan infrmasi dan pendidikan, Rehabilitasi, reknstruksi dan atau pembangunan fasilitas umum, 8

Melakukan penyelamatan, pengungsian dan tindakan darurat lainnya dan lain-lain) d. Pengellaan Daerah Tangkapan Air Pengellaan daerah tangkapan air dalam pengendalian banjir antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan: 1) Pengaturan dan pengawasan pemanfaatan lahan (tata guna hutan, kawasan budidaya dan kawasan lindung); 2) Rehabilitasi hutan dan lahan yang fungsinya rusak; 3) Knservasi tanah dan air baik melalui metda vegetatif, kimia, maupun mekanis; 4) Perlindungan/knservasi kawasan - kawasan lindung. e. Penyediaan Dana Penyediaan dana dapat dilakukan dengan cara: 1) Pengumpulan dana banjir leh masyarakat secara rutin dan dikella sendiri leh masyarakat pada daerah rawan banjir. 2) Penggalangan dana leh masyarakat umum di luar daerah yang rawan banjir 3) Penyediaan dana pengendalian banjir leh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. f. Pengembangan Sistem Peringatan Dini Berbasis Masyarakat dan Rencana Tindak Darurat Agar efektif, di masa yang akan datang sistem peringatan dini datangnya banjir di WS Bengawan Sl harus berpusat secara kuat pada masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir mulai hilir sampai hulu. Dengan penerapan sistem ini, akan dapat memberikan infrmasi lebih dini bagi masyarakat yang kemungkinan akan terkena bencana sehingga ada kesempatan bagi masyarakat untuk menyelamatkan diri atau barangbarang berharganya. Sistem tersebut harus dikembangkan secara menyeluruh sehingga dapat meyakinkan bahwa sistem tersebut dapat berfungsi ketika diperlukan dan peringatan dapat disampaikan secara segera dan mudah dimengerti leh semua anggta masyarakat dalam berbagai kndisi dan tingkat resik bencana. Kmpnen inti sistem peringatan dini datangnya banjir harus berpusat pada masyarakat terdiri dari: Penyatuan dari kmbinasi elemen-elemen bttm-up dan tp-dwn; Keterlibatan masyarakat dalam prses peringatan dini; Pendekatan multi bencana; dan Pembangunan kesadaran masyarakat. Mendasari semua hal tersebut di atas harus ada suatu dukungan plitis yang kuat, hukum dan perundang-undangan, tugas dan fungsi masing- 9

masing institusi yang jelas serta sumber daya manusia yang terlatih. Oleh karenanya, sistem peringatan dini perlu dibentuk dan didukung sebagai satu kebijakan, sedangkan kesiapan untuk menanggapi harus diciptakan melekat dalam masyarakat. Untuk menciptakan sistem peringatan dini datangnya banjir yang efektif di WS Bengawan Sl, yang berpusat secara kuat pada masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir mulai hilir sampai hulu masih banyak halhal yang perlu dilakukan antara lain: Membuat peta rawan banjir yang dapat menunjukkan ketinggian genangan, tempat yang aman untuk berlindung serta rute untuk penyelamatan. Melakukan survei kerentanan masyarakat yang tinggal di lereng bukit yang rawan lngsr. Membantu lembaga nasinal yang terkait dengan cuaca dengan mengakses data cuaca dan citra satelit internasinal/glbal. Mendukung masyarakat terpencil dengan memasang alat duga muka air elektrnis yang sederhana dan sistem siaga untuk memberikan peringatan banjir. Meningkatkan keinginan melakukan penelitian dan pelatihan tentang ilmu pengetahuan dan teknlgi peringatan dini mdern. Melaksanakan kajian bagaimana masyarakat meng-akses dan menginterpretasikan peringatan dini dan kemudian mengaplikasikannya pada saat prses diseminasi. Mengembangkan, menguji dan menyempurnakan skenari evakuasi untuk berbagai kndisi siaga khususnya di daerah yang padat penduduk. Mengembangkan sistem-sistem berbasis masyarakat untuk menguji anggta masyarakat yang berusia lanjut dan penyandang cacat ketika dilakukan peramalan banjir. Mengembangkan standar dan pedman untuk berbagai jenis sistem peringatan dini. Penyediaan dana pengendalian banjir leh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pengellaan kawasan yang berptensi mendrng perkembangan kawasan sekitar dan/atau berpengaruh terhadap perkembangan wilayah Prpinsi secara umum. Pengellaan kawasan perbatasan dalam satu kesatuan arahan dan kebijakan yang saling bersinergi. Mendrng perkembangan/revitalisasi ptensi wilayah yang belum berkembang. Penempatan pengellaan kawasan dipriritaskan dalam kebijakan 10

utama pembangunan daerah. Mendrng tercapainya tujuan dan sasaran pengellaan kawasan. Peningkatan kntrl terhadap kawasan yang dipriritaskan. Mendrng terbentuknya badan pengellaan kawasan yang dipriritaskan. 6. Rekmendasi Aspek Tataruang Dalam Pengellaan DAS Pemanfaatan ruang di WS Bengawan Sl pada masa yang akan datang diarahkan untuk dapat menyeimbangkan antara fungsi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung memiliki ptensi untuk perlindungan, pengawetan, knservasi dan pelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungannya guna mendukung kehidupan secara serasi. Kawasan yang memerlukan perhatian utama adalah kawasan perlindungan setempat yang terdiri dari kawasan sekitar mata air, kawasan sekitar waduk/danau, kawasan sekitar sempadan sungai, pantai, kawasan sekitar sempadan sungai di kawasan permukiman, kawasan pantai berhutan bakau (mangrve) dan kawasan terbuka hijau. Pengamanan terhadap kawasan sekitar mata air akan memberikan jaminan terhadap penyediaan air jangka panjang Pemetaan dan perlindungan terhadap daerah resapan air tanah yang dilakukan pengella SDA dan badan perencana masing-masing daerah sehingga pembangunan daerah tidak mengganggu knservasi air tanah Penentuan rencana rinci tataruang kawasan dan arahan peraturan znasi Penghijauan dengan melibatkan peran serta masyarakat dengan dukungan penuh dari seluruh stakehlder yang terlibat (swasta, badan usaha), rle sharing yang jelas antara pemanfaat dan pelaku knservasi, menjadikan kawasan hutan prduksi yang mempunyai kemiringan > 45% sebagai kawasan hutan lindung. Mempertahankan vegetasi dan menanam kembali bagian kawasan yang terbuka khususnya pada hutan budidaya dan, rle sharing yang jelas antara pemanfaat dan pelaku knservasi. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan. Kegiatan penghijauan yang didasarkan pada sinergi antara masyarakat, pemerintah dan badan usaha/swasta. Penegasan aturan hkum dan sangsi terhadap pelanggaran enatan ruang wilayah sungai. Meminimalisasi knflik yang terjadi dengan penerapan kebijakan rencana tata ruang wilayah. Penambahan ruang terbuka hijau sesuai dengan kebijakan tata ruang yang telah ditetapkan. Rehabilitasi pada lahan-lahan kritis atau yang mengalami kerusakan. 11