Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi)

dokumen-dokumen yang mirip
DINAMIKA PANTAI (Abrasi dan Sedimentasi) Makalah Gelombang Yudha Arie Wibowo

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI MUARA SUNGAI PORONG BAB I PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pesisir Pantai. merupakan daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan laut dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA

ANALISA PERUBAHAN GARIS PANTAI MANGGAR BARU

BAB VI PEMILIHAN ALTERNATIF BANGUNAN PELINDUNG MUARA KALI SILANDAK

BAB VI ALTERNATIF PELINDUNG PANTAI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERUBAHAN GARIS PANTAI DESA BENTENAN KECAMATAN PUSOMAEN, MINAHASA TENGGARA. Esry Tommy Opa 1 ABSTRACT ABSTRAK

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI

BAB III METODOLOGI. Studi pustaka terhadap materi desain. Mendata nara sumber dari instansi terkait

I. PENDAHULUAN. Menurut Mahi (2001 a), sampai saat ini belum ada definisi wilayah pesisir yang

Gambar 15 Mawar angin (a) dan histogram distribusi frekuensi (b) kecepatan angin dari angin bulanan rata-rata tahun

KAJIAN PENGARUH GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN PANTAI MATANG DANAU KABUPATEN SAMBAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 5 SYSTEM PLANNING

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 : Definisi visual dari penampang pantai (Sumber : SPM volume 1, 1984) I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ESTIMASI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN GROIN UNTUK MENGATASI EROSI PADA KAWASAN PESISIR PANTAI UTARA TELUK BAGUALA AMBON. Tirza Jesica Kakisina * Abstract

SIMULASI SEBARAN SEDIMEN TERHADAP KETINGGIAN GELOMBANG DAN SUDUT DATANG GELOMBANG PECAH DI PESISIR PANTAI. Dian Savitri *)

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN BREAKWATER TERHADAP PERUBAHAN GARIS PANTAI

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembangkitan Gelombang oleh Angin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

Bambang Istijono 1 *, Benny Hidayat 1, Adek Rizaldi 2, dan Andri Yosa Sabri 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Gelombang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Karakteristik Fisik Sedimen Pesisir Pantai Sebala Kabupaten Natuna Hendromi 1), Muhammad Ishak Jumarang* 1), Yoga Satria Putra 1)

Studi Laju Sedimentasi Akibat Dampak Reklamasi Di Teluk Lamong Gresik

PENGAMANAN DAERAH PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN KEARIFAN LOKAL DI BATU PUTIH KOTA BITUNG. Ariestides K. T. Dundu ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

EROSI MARIN SEBAGAI PENYEBAB KERUSAKAN LAHAN KEBUN DI KELURAHAN TAKOFI KOTA TERNATE

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 1 PENDAHULUAN

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

STUDI PARAMETER OSEANOGRAFI DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN MORFODINAMIKA PESISIR KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MULTI SPEKTRAL DAN MULTI WAKTU

MODUL 5: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BAHAYA GENANGAN PESISIR

ALTERNATIF PENGAMANAN DAN KAJIAN RESIKO. KL 4099 Tugas Akhir. Bab 7

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN LAJU TRANSPOR SEDIMEN DI PANTAI AKKARENA

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2014), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

PENGARUH BESAR GELOMBANG TERHADAP KERUSAKAN GARIS PANTAI

DINAMIKA PANTAI (Geologi, Geomorfologi dan Oseanografi Kawasan Pesisir)

Bentang Alam Pantai. (Thornbury, 1969). Wilayah pantai dimulai dari titik terendah air laut pada saat

KAJIAN KERUSAKAN PANTAI AKIBAT EROSI MARIN DI WILAYAH PESISIR KELURAHAN KASTELA KECAMATAN PULAU TERNATE

07. Bentangalam Fluvial

ACARA III BENTANG ALAM PESISIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

BAB V Analisa Peramalan Garis Pantai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI ABRASI PANTAI PADANG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Ferli Fajri 1, Rifardi 1, Afrizal Tanjung 1

MENCEGAH KERUSAKAN PANTAI, MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

PENANGGULANGAN ABRASI PANTAI UTARA JAWA BARAT DI PANTAI DADAP KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN KAJIAN PENANGANAN STRUKTUR DAN NON-STRUKTUR

KETIDAKSTABILAN PANTAI SEBAGAI KENDALA PENGEMBANGAN DAERAH PERUNTUKAN DI PERAIRAN LASEM JAWA TENGAH

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN :

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Gelombang

TRANSPORT SEDIMEN YANG DISEBABKAN OLEH LONGSHORE CURRENT DI PANTAI KECAMATAN TELUK SEGARA KOTA BENGKULU

Gambar 4.20 Lokasi Alo dominan terjadi crosshore sediment transport akibat gelombang dominan dari arah timur.

Gambar 4.11 Lokasi 1 Mala (Zoom).

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Jawa yang rawan terhadap bencana abrasi dan gelombang pasang. Indeks rawan

KAJIAN GELOMBANG RENCANA DI PERAIRAN PANTAI AMPENAN UNTUK PERENCANAAN BANGUNAN PANTAI ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA WRPLOT View (Wind Rose Plots for Meteorological Data) WRPLOT View adalah program yang memiliki kemampuan untuk

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemantauan perubahan profil pantai akibat

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

POLA ARUS DAN TRANSPOR SEDIMEN PADA KASUS PEMBENTUKAN TANAH TIMBUL PULAU PUTERI KABUPATEN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISIS PERAMALAN GARIS PANTAI

ALTERNATIF BANGUNAN PENANGGULANGAN ABRASI DI PANTAI MUARA GEMBONG, BEKASI ALIMUDDIN

BAB V ANALISIS PERAMALAN GARIS PANTAI

SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA PROFIL VERTIKAL DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS ARUS DAN GELOMBANG PERAIRAN BATU BELANDE GILI ASAHAN DESA BATU PUTIH KECAMATAN SEKOTONG LOMBOK BARAT

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

I. PENDAHULUAN Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PERENCANAAN BREAKWATER PELABUHAN PENDARATAN IKAN (PPI) TAMBAKLOROK SEMARANG

Transkripsi:

Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi) Mario P. Suhana * * Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor Email: msdciyoo@gmail.com ABSTRAK Pantai merupakan batas wilayah antara daratan dengan wilayah lautan. Pantai selalu menyesuaikan bentuk profilnya sedemikian rupa sehingga mampu meredam energi gelombang yang datang. Penyesuaian bentuk tersebut merupakan respons dinamis alami pantai terhadap laut. Perubahan lingkungan pantai dapat terjadi secara lambat hingga cepat. Hal tersebut bergantung pada imbang daya antara topografi, batuan dan sifat-sifatnya dengan gelombang, pasang surut dan angin. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan garis pantai antara lain faktor hidrooseanografi yang terdiri dari gelombang, arus dan pasang surut serta faktor antropogenik. Faktor utama yang mengakibatkan abrasi dan sedimentasi di pantai adalah akibat adanya pengendapan sedimen yang dibawa oleh air laut. Faktor utama yang mempengaruhi terjadinya kedua proses tersebut adalah faktor hidro-oseanografi seperti gelombang, arus, pasang surut, topografi, meteorologi dan kondisi geomorfologi. Selain itu faktor antropogenik dan aktivitas manusia disekitar pantai juga berpengaruh pada perubahan garis pantai. Laju transpor sedimen sepanjang pantai bergantung pada arah sudut datang gelombang, durasi dan besar energi gelombang yang datang dimana akan terbentuk dua proses angkutan sedimen yang terjadi secara bersama, yakni komponen tegak lurus (onshore-offshore current) dan sejajar garis pantai (longshore current). Di beberapa bagian badan pantai area yang mengalami arus susur pantai cenderung mengalami abrasi pantai karena sedimen disana bergerak akibat terbawa oleh arus susur pantai. Kata kunci: Hidro-Oseanografi, Pantai, Abrasi, Sedimentasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai merupakan batas wilayah antara daratan dengan wilayah lautan. Dimana daerah daratan adalah daerah yang terletak diatas dan dibawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pasang tertinggi. Sedangkan daerah lautan adalah daerah yang terletak di atas dan di bawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya (Triadmodjo, 1999). Pantai selalu menyesuaikan bentuk profilnya sedemikian rupa sehingga mampu meredam energi gelombang yang datang. Penyesuaian bentuk tersebut merupakan respons dinamis alami pantai terhadap laut. Sering pertahanan alami pantai tidak dapat menahan serangan aktivitas fisik laut (gelombang, arus dan pasang surut) sehingga pantai dapat terabrasi, namun pantai akan kembali ke bentuk semula oleh pengaruh gelombang normal. Namun ada kalanya pantai yang mengalami abrasi tidak dapat kembali ke bentuk semula karena material pembentuk pantai terbawa arus ke tempat lain dan tidak kembali ke tempat semula (Hidayat, 2011). Kawasan pantai merupakan kawasan yang sangat dinamis dengan berbagai ekosistem yang hidup dan saling memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Perubahan garis pantai merupakan salah satu bentuk dinamisasi kawasan pantai yang terjadi secara terus menerus. Perubahan garis pantai yang terjadi di kawasan pantai berupa pengikisan badan pantai (abrasi) dan penambahan badan pantai (sedimentasi atau agresi). Proses-proses tersebut terjadi akibat dari pergerakan sedimen, arus dan gelombang yang berinteraksi dengan kawasan pantai secara langsung. Selain faktor-faktor tersebut, perubahan garis pantai dapat terjadi akibat faktor antropogenik, seperti aktivitas manusia disekitarnya (Wibowo, 2012). Pantai merupakan suatu daerah yang meluas dari titik terendah air laut pada saat surut hingga ke arah daratan hingga mencapai batas efektif gelombang (Pratikto, 2000). Lingkungan pantai merupakan daerah yang selalu mengalami perubahan. Perubahan

lingkungan pantai dapat terjadi secara lambat hingga cepat. Hal tersebut bergantung pada imbang daya antara topografi, batuan dan sifat-sifatnya dengan gelombang, pasang surut dan angin. Secara garis besar proses geomorfologi yang bekerja pada daerah pantai dapat dibedakan menjadi proses destruksional dan proses konstruksional. Proses destruksional adalah proses yang cenderung merubah atau merusak bentuk lahan yang ada sebelumnya, sedangkan proses konstruksional adalah proses yang menghasilkan bentuk lahan baru (Sutikno, 1993). Yuwono (2005) membagi model pantai berdasarkan keperluan pengelolaan pantai dan keperluan rekayasa pantai. Gambar 1. Terminologi Pantai untuk Keperluan Pengelolaan Pantai (Yuwono, 2005) Gambar 2. Terminologi Pantai untuk Keperluan Rekayasa Pantai (Yuwono, 2005) 1.3 Faktor-Faktor Utama yang Mempengaruhi Perubahan Garis Pantai Adapun faktor-faktor utama yang mempengaruhi terjadinya perubahan garis pantai adalah: Faktor Hidro-Oseanografi Proses perubahan garis pantai terjadi ketika proses geomorfologi yang terjadi pada setiap bagian pantai melebihi proses yang biasanya terjadi. Proses geomorfologi yang dimaksud antara lain adalah: Gelombang Gelombang terjadi melalui proses pergerakan massa air laut yang dibentuk secara umum oleh hembusan angin secara tegak lurus terhadap garis pantai. Gelombang

yang pecah di daerah pantai merupakan salah satu penyebab utama terjadinya proses erosi dan sedimentasi di pantai (Dahuri, et al., 2001). Arus Arus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam pengangkutan sedimen di daerah pantai. Arus berfungsi sebagai media transpor sedimen dan sebagai agen pengerosi yaitu arus yang dipengaruhi oleh hempasan gelombang. Gelombang yang datang menuju pantai dapat menimbulkan arus pantai (nearshore current) yang berpengaruh terhadap proses sedimentasi/abrasi pantai (Hutabarat dan Evans, 1985). Arus pantai ini ditentukan oleh besarnya sudut yang dibentuk antara gelombang yang datang dengan garis pantai. Jika gelombang datang membentuk sudut, maka akan terbentuk arus susur pantai (lonshore current) yaitu arus yang bergerak sejajar dengan garis pantai akibat perbedaan tekanan hidroakustik (Pethick, 1997). Pasang Surut Pasang surut adalah gerakan naik turunnya muka laut secara berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan Proses litoral merupakan proses yang terjadi di daerah pantai akibat interaksi dari angin, gelombang, arus, pasang surut, sedimen serta aktivitas manusia. Dinamika litoral yang berdampak pada morfologi daerah nearshore current utamanya disebabkan oleh litoral transport (Supriyatno, 2003). Litoral transport merupakan gerakan sedimen daerah nearshore yang disebabkan oleh gelombang dan arus. Material atau sedimen yang dimaksud disebut dengan litoral drift (Triadmodjo, 1999). matahari (Nontji, 2002). Arus pasang surut ini berperan terhadap proses-proses di pantai seperti penyebaran sedimen dan abrasi pantai. Pasang naik akan menyebarkan sedimen ke dekat pantai, sedangkan bila surut akan menyebabkan majunya proses sedimentasi ke arah laut lepas. Arus pasang surut umumnya tidak terlalu kuat sehingga tidak dapat mengangkut sedimen yang berukuran besar. Faktor Antropogenik Proses antropogenik adalah proses geomorfologi yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Aktivitas manusia di pantai dapat mengganggu kestabilan lingkungan pantai. Gangguan terhadap lingkungan pantai dapat dibedakan menjadi gangguan yang disengaja dan gangguan yang tidak disengaja. Gangguan yang disengaja bersifat prospektif terhadap garis pantai dan lingkungan pantai, misalnya dengan membangun jetti, groin, pemecah gelombang atau reklamasi pantai. Aktivitas manusia yang tidak disengaja menimbulkan gangguan negatif terhadap garis pantai dan lingkungan pantai, misalnya pembabatan hutan bakau untuk dikonversi sebagai tambak (Sutikno, 1993). 1.3 Proses Litoral, Abrasi dan Sedimentasi Sorensen (1978) mengklasifikasikan litoral transport menjadi dua jenis, yaitu: 1. Onshore-Offshore transport atau perpindahan sedimen yang menuju dan meninggalkan pantai atau arah perpindahan sedimennya tegak lurus dengan pantai. 2. Longshore transport atau perpindahan sedimen yang mempunyai arah ratarata sejajar garis pantai. Arah perpindahan bergantung dari arah arus yang sejajar dengan pantai. Gambar 3. Proses Litoral Transport di Area Nearshore (Wibowo, 2012)

Sedangkan abrasi pantai adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak (Setiyono, 1996). Erosi pantai adalah proses mundurnya garis pantai dari kedudukan semula yang disebabkan oleh tidak adanya keseimbangan antara pasokan dan kapasitas angkutan sedimen. Sedangkan abrasi pantai diartikan sebagai proses terkikisnya batuan atau material keras seperti dinding atau tebing II. PEMBAHASAN 2.1 Pengaruh Arus Laut Terhadap Abrasi dan Sedimentasi di Pantai Proses dinamika pantai merupakan pembentukan pantai yang sangat dipengaruhi oleh litoral transport dimana dalam proses tersebut gerakan massa air membawa material berupa sedimen-sedimen dengan berbagai bentuk menuju maupun menjauhi pantai. Dalam proses litoral transport faktor arus, gelombang dan pasang surut mempunyai peranan yang sangat signifikan. Arus laut merupakan gerakan massa air yang disebabkan oleh radiasi sinar matahari, tiupan angin, pasang surut, gelombang dan adanya perbedaan densitas air laut (Nontji, 2002). Dalam proses terbentuknya pantai, arus berfungsi sebagai media transpor sedimen. Akibat interaksi gelombang laut dengan morfologi pantai akan menghasilkan arus laut seperti longshore current dan rip current. Pada beberapa bagian pantai, areaarea uang mengalami arus susur pantai seperti batu yang biasanya diikuti oleh longsoran dan runtuhan material (Yuwono, 2005). Agresi atau sedimentasi adalah pendangkalan atau penambahan daratan pantai akibat adanya pengendapan sedimen yang dibawa oleh air laut. Agresi juga dapat merugikan masyarakat pesisir, karena selain mempengaruhi ketidak stabilan garis pantai, agresi juga dapat menyebabkan pendangkalan muara sungai tempat lalu lintas perahu nelayan yang akan melaut. ditunjukkan oleh lingkaran hitam (Gambar 4), cenderung mengalami abrasi pantai karena sedimen disana bergerak akibat terbawa oleh arus susur pantai. Material yang tersangkut oleh arus susur pantai akan dibawa ke suatu lokasi dimana pengaruh arus susur pantai akan berkurang dan akhirnya hilang. Sedimen yang terbawa akan terendapkan dan akan mengalami sedimentasi. Lingkaran merah (Gambar 4) menunjukkan lokasi sedimentasi yang berada diantara dua daratan dan daerah pengendapan tersebut dikenal dengan nama tombolo. Pembentukan tombolo ini merupakan sebuah reaksi dari pertemuan dua arus susur pantai yang saling bertemu yang disebut dengan rip current. Lokasi rip current terjadi diantara dua daratan seperti ditunjukkan oleh lingkaran merah (Gambar 4). Gambar 4. Abrasi dan Sedimentasi Akibat Arus Longshore Current (Wibowo, 2012)

Gambar 5. Abrasi Pantai Akibat Hantaman Gelombang (Wibowo, 2012) 2.2 Pengaruh Gelombang Laut Terhadap Abrasi dan Sedimentasi di Pantai Besar kecilnya energi gelombang yang terjadi di suatu perairan bergantung pada seberapa besar faktor kecepatan dan arah angin. Oleh karena itu, data meteorologi meski berupa peramalan sangatlah perlu untuk diperhitungkan karena dengan begitu pola angin sebagai gaya pembangkit gelombang dan arus dapat terpantau. Berdasarkan sifatnya, gelombang dibagi menjadi dua jenis, yakni gelombang yang bersifat merusak (destructive) dan membangun (constructive). Destructive wave merupakan gelombang yang menyebabkan terjadinya abrasi pantai karena memiliki tinggi dan cepat rambat gelombang yang sangat besar. Pecahnya gelombang akan menimbulkan arus dan turbulensi yang sangat besar dan dapat menggerakkan sedimen dasar. Laju transpor sedimen sepanjang pantai bergantung pada arah sudut datang gelombang, durasi dan besaran energi gelombang yang datang. Apabila gelombang 2.3 Pengaruh Pasang Surut Terhadap Abrasi dan Sedimentasi Pengaruh pasang surut dalam dinamika pantai tidak terlalu besar namun juga tidak dapat diabaikan. Karena pasang surut merupakan gerak naik dan turunnya muka air laut secara berirama sehingga pada saat pasang surut terjadi akan menimbulkan arus pasang surut meski tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan arus yang terjadi di laut lepas. yang terjadi membentuk sudut terhadap garis pantai, maka akan terjadi dua proses pengangkutan sedimen yang bekerja secara bersamaan yakni komponen tegak lurus (onshore-offshore transport) dan sejajar garis pantai (longshore transport). Suatu pantai mengalami abrasi atau sedimentasi bergantung pada volume sedimen yang masuk dan juga keluar pantai. Selain gelombang yang terbentuk oleh angin, terdapat gelombang yang terbentuk dari badai atau tsunami (Gambar 6). Gelombang ini termasuk dalam gelombang dengan kekuatan yang besar dan menjadi faktor alam penyebab abrasi pantai. Akibat gelombang badai, sedimen akan tererosi dan kemudian mengendap menuju daerah lain membentuk longshore bar. Setelah badai reda maka gelombang normal akan terjadi seperti biasa dan berangsur-angsur akan mengembalikan kondisi pantai yang tererosi seperti sediakala. Namun terkadang gelombang normal tidak dapat mengembalikan kondisi pantai seperti semula karena material yang tererosi akibat gelombang badai sudah hilang. Arus pasang surut juga dapat menjadi media transpor bagi sedimen-sedimen berukuran kecil seperti pasir halus dan lempung seperti yang biasa ditemui di muaramuara sungai. Pada saat pasang, arus pasang surut akan membawa sedimen mendekat ke arah pantai atau sedimentasi dan sebaliknya pada saat surut arus pasang surut akan membawa material menjauh dari pantai atau abrasi.

Beberapa hal yang perlu diketahui terkait dengan pasang surut di sekitar atau wilayah pesisir adalah seberapa tingginya tunggang pasang surut, bagaimana kondisi geomorfologi dan topografinya dan bagaimana kondisi pada saat pasang purnama. Wilayah pesisir dengan tipe pasang surut yang bertipe harian ganda atau campuran cenderung ganda berpotensi tinggi terjadinya perubahan garis pantai baik berupa abrasi maupun sedimentasi karena pergerakkan arus pasang surut juga akan lebih sering terjadi. Tunggang pasang surut yang tinggi, topografi yang landai dan keberadaan muara sungai menyebabkan transpor sedimen semakin luas. Gambar 6. Abrasi Pantai Akibat Hantaman Gelombang Badai (Wibowo, 2012) KESIMPULAN 1. Proses dinamika pantai merupakan hasil dari proses litoral yang terjadi di area nearshore. 2. Faktor utama yang mengakibatkan abrasi dan sedimentasi di pantai adalah akibat adanya pengendapan sedimen yang dibawa oleh air laut. Faktor utama yang mempengaruhi terjadinya kedua proses tersebut adalah faktor hidro-oseanografi seperti gelombang, arus, pasang surut, topografi, meteorologi dan kondisi geomorfologi. Selain itu faktor antropogenik dan aktivitas manusia disekitar pantai juga berpengaruh pada perubahan garis pantai. 3. Laju transpor sedimen sepanjang pantai bergantung pada arah sudut datang gelombang, durasi dan besar energi gelombang yang datang dimana akan terbentuk dua proses angkutan sedimen yang terjadi secara bersama, yakni komponen tegak lurus (onshore-offshore current) dan sejajar garis pantai (longshore current). 4. Di beberapa bagian badan pantai area yang mengalami arus susur pantai cenderung mengalami abrasi pantai karena sedimen disana bergerak akibat terbawa oleh arus susur pantai. 5. Informasi mengenai kondisi pasang purnama perlu diketahui karena dengan semakin tingginya muka air laut yang naik maka ancaman abrasi pantai akan semakin tinggi. REFERENSI Dahuri, R. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta. Hidayat. 2011. Studi Perubahan Garis Pantai di Delta Sungai Jeneberang, Makassar. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. Bogor. Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Pethick, J. 1997. An Introduction to Coastal Geomorphology. Edward Arnold London. 260 Halaman. Pratikto, W. A. 2000. Perencanaan Fasilitas Pantai dan Laut. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.

Setiyono. 1999. Pengelolaan Limbah B3. Jakarta Pusat. Sorensen, R. M. 1978. Basic Coastal Engineering. John Willey & Sons. New York. Supriyatno, A. 2003. Thesis: Analisis Abrasi Pantai dan Alternatif Penanggulangannya di Perairan Pesisir Perbatasan Kabupaten Kendal-Kota Semarang, Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang. Triadmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Unit Antar Universitas Ilmu Teknik, Universitas Gadjah Mada, Beta Offset, Yogyakarta. Wibowo, Y. A. 2012. Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi). Fakultas Teknik dan Ilmu Kelautan. Universitas Hang Tuah. Surabaya. Yuwono, N. 2005. Pedoman Teknis Perencanaan Tanggul atau Tembok Laut. (Sea Dikes-Sea Wall). Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum.