RATIH VOL.1 Edisi 1 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DENGAN MELAKUKAN PENGUJIAN NILAI KALOR TERHADAP PERFOMANSI KETEL UAP TIPE PIPA AIR DENGAN KAPASITAS UAP 60 TON/JAM

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR

ANALISA BAHAN BAKAR KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON UAP/JAM PADA PTPN II PKS PAGAR MERBAU

ANALISIS EFISIENSI TERMAL PADA KETEL UAP DI PABRIK GULA KEBONAGUNG MALANG. Heni Hendaryati

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA API DENGAN KAPASITAS UAP HASIL 4500 Kg/JAM TEKANAN KERJA 9 kg/cm 2 BAHAN BAKAR AMPAS TEBU

BAB I PENDAHULUAN. juga dapat digunakan untuk pemanas. menghasilkan uap. Dimana bahan bakar yang digunakan berupa

DAUR ULANG LIMBAH HASIL INDUSTRI GULA (AMPAS TEBU / BAGASSE) DENGAN PROSES KARBONISASI SEBAGAI ARANG AKTIF

OLEH : SIGIT P.KURNIAWAN

PENGOPERASIAN BOILER SEBAGAI PENYEDIA ENERGI PENGUAPAN PADA PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DALAM EVAPORATOR TAHUN 2012

- Menghantar/memindahkan zat dan ampas - Memisahkan/mengambil zatdengan dicampur untuk mendapatkan pemisahan (reaksi kimia)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KETEL UAP ANALISA EFISIENSI WATER TUBE BOILER BERBAHAN BAKAR FIBER DAN CANGKANG DI PALM OIL MILL DENGAN KAPASITAS 45 TON TBS/JAM

PENELITIAN EKSTRAKSI HEMAT AIR SEBAGAI UPAYA PENEKANAN SUMBER DAYA ALAM DENGAN MEMODIFIKASI SISTEM IMBIBISI DI UNIT GILINGAN PABRIK GULA

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya demikian juga perkembangannya, bukan hanya untuk kebutuhan

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN: PENERAPAN GREEN PRODUCTIVITY UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN DI PABRIK GULA SRAGI

ANALISA NILAI KALOR BRIKET DARI CAMPURAN AMPAS TEBU DAN BIJI BUAH KEPUH

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM ANALISA GULA

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH FLY ASH PABRIK GULA DENGAN PEREKAT LUMPUR LAPINDO

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

ANALISA KETEL UAP PIPA AIR BERBAHAN BAKAR CANGKANG DAN FIBER PADA PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS 30 TON TBS/JAM

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pendirian Pabrik Sejarah Perkembangan Pabrik

OLEH Ir. PARLINDUNGAN MARPAUNG HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI (HAKE)

Pengaruh Penambahan Tongkol Jagung Terhadap Performa Pembakaran Bahan Bakar Briket Blotong (Filter Cake)

PERENCANAAN KETEL UAP PIPA AIR SEBAGAI PENGGERAK TURBIN DENGAN KAPASITAS UAP HASIL. 40 TON/JAM, TEKANAN KERJA 17 ATM DAN SUHU UAP 350 o C

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

ANALISA PERFORMANSI BOILER DENGAN TYPE DG693/ PADA PLTU PANGKALAN SUSU LAPORAN TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI MEKANIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERHITUNGAN EFISIENSI BOILER

BAB III PROSES PEMBAKARAN

ANALISA KINERJA PULVERIZED COAL BOILER DI PLTU KAPASITAS 3x315 MW

KONVERSI ENERGI DI PT KERTAS LECES

PERFORMANSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 18 TON/JAM DI PKS MERBAUJAYA INDAHRAYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemurnian nira yang ternyata masih mengandung zat zat bukan gula dari proses

BAB IV PEMBAHASAN KINERJA BOILER

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri dewasa ini mengalami perkembangan pesat. akhirnya akan mengakibatkan bertambahnya persaingan khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prinsip kerja PLTG dapat dijelaskan melalui gambar dibawah ini : Gambar 1.1. Skema PLTG

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT PG CANDI BARU SIDOARJO. Diajukan oleh : Elizabeth Silvia Veronika NRP: Lovitna Novia Puspitasari NRP:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

MENAIKKAN EFISIENSI BOILER DENGAN MEMANFAATKAN GAS BUANG UNTUK PEMANAS EKONOMISER

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

AUDIT KINERJA PROSES PENGOLAHAN PADA PABRIK GULA

SILIKA GEL DARI ABU TERBANG (FLY ASH) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) (Menentukan Waktu Optimum Untuk Mendapatkan Hasil yang Terbaik )

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

Analisis Pemenuhan Kebutuhan Uap PMS Parindu PTP Nusantara XIII (PERSERO)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyaringan nira kental pada proses pengkristalan berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang memadai untuk melayani proses yang berlangsung di dalamnya.

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

III. METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9)

III. METODOLOGI PENELITIAN

Uji kesetimbangan kalor proses sterilisasi kumbung jamur merang kapasitas 1.2 ton media tanam menggunakan tungku gasifikasi

KARAKTERISASI ASAP CAIR HASIL PIROLISIS AMPAS TEBU SERTA PENGUJIANNYA UNTUK PENGAWETAN DAGING AYAM

Kata Kunci : evaluasi energi, kehilangan panas, penghematan energi

1. Bagian Utama Boiler

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1 Daftar Wawancara

TUGAS I MENGHITUNG KAPASITAS BOILER

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

dan bertempat di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Labuhan Angin Sibolga digunakan adalah laptop, kalkulator, buku panduan perhitungan NPHR dan

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA

BAB III DASAR TEORI SISTEM PLTU

Perhitungan Daya Turbin Uap Dan Generator

UJI ULTIMAT DAN PROKSIMAT SAMPAH KOTA UNTUK SUMBER ENERGI ALTERNATIF PEMBANGKIT TENAGA

PENGGUNAAN SUSU KAPUR DARI LIMBAH GAS ACETYLEN SEBAGAI PENJERNIH NIRA MENTAH. Sri Risnojatingsih Progdi Teknik Kimia FTI-UPNV Jatim ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan memakai bahan bakar antara lain bahan bakar padat dan bahan bakar cair,

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

STUDI PENGHEMATAN ENERGI PADA UNIT KETEL UAP DI PABRIK GULA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH LAMA WAKTU DAN TEMPERATUR TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA MUDA (LIGNIT) DENGAN MENGGUNAKAN OLI BEKAS DAN SOLAR SEBAGAI STABILISATOR

ANALISA EFISIENSI KETEL UAP PIPA AIR KAPASITAS 20 TON/JAM TEKANAN KERJA 20 BAR DI PABRIK KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEBU. (Saccharum officinarum L).

HASIL SAMPING INDUSTRI GULA TEBU

BAB II LANDASAN TEORI

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

THERMAL OIL HEATER & BOILER SPECIALIST

Efisiensi PLTU batubara

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN EFESIENSI CFB BOILER TERHADAP KEHILANGAN PANAS PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP

PENINGKATAN EFISIENSI PRODUKSI MINYAK CENGKEH PADA SISTEM PENYULINGAN KONVENSIONAL

BAB III METOLOGI PENELITIAN

LAPORAN AKHIR PENGARUH VARIASI TEKANAN PADA PEMBUATAN BIOBRIKET DENGAN BAHAN BAKU DAUN PISANG DAN TEMPURUNG KELAPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki gugus hemiasetal. Oleh karena itu sukrosa di dalam air tidak berada

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

ANALISIS SIKLUS KOMBINASI TERHADAP PENINGKATAN EFFISIENSI PEMBANGKIT TENAGA

Transkripsi:

PENGARUH KANDUNGAN AIR PADA AMPAS TEBU TERHADAP EFISIENSI KETEL UAP DI PABRIK GULA MADU BARU YOGYAKARTA Saptyaji Harnowo 1), Yunaidi 2) 1) Dosen Program Studi Teknik Mesin Politeknik LPP, Yogyakarta, Indonesia Email : jai_lpp@yahoo.com 2) Dosen Program Studi Teknik Mesin Politeknik LPP, Yogyakarta, Indonesia Email : yunaidi@politeknik-lpp.ac.id Abstract Bagasse is a solid fiber out of the last mill, after the milking juice process which is a waste of the processing of sugar cane and is aprimary fuel in steam power plant in the sugar factory. Bagasse are used in almost all sugar mills in Indonesia as boilers fuel. Bagasse has a water content varied for each period milled. The content of each componentis expressed in percentage of sugar content (bagasse pol) arecarried in bagasse and water content. This study discussesthe effect of water contenton the bagasse to it scalorific value. Due to the water contained in the bagasse will be the burden of the existing heat. Calorific values obtained fromthe efficiency boiler, so hopefully with a high calorific value fuel can raise the efficiency of steam boiler. From the research shows that the bagasse pollevels will affect the water content of the bagasse. The higher levels of bagasse polwill raise bagasse water content. From the results ofthe analysis indicate that the water content of the bagasse affect to boiler efficiency, as well as the levels of sugar are shipped bagasse polal though the effect is not too significant to the boiler efficiency in a sugar factory. Key Words : Bagasse, Bagasse Pol, Water Content, Boiler, Efficiency PENDAHULUAN Ampas tebu (bagasse) adalah bahan sabut padat yang keluar dari gilingan terakhir, sesudah proses pemerahan nira yang merupakan limbah hasil pengolahan tebu menjadi gula dan sekaligus merupakan bahan bakar utama pada pembangkit tenaga uap di pabrik gula. Bahan bakar bagasse digunakan hampir diseluruh ketel uap pabrik gula di Indonesia. Bagasse mempunyai kadar air yang beragam untuk masing-masing periode giling. Kandungan masing-masing komponen dinyatakan dalam prosentase kadar gula (pol ampas) yang terbawa dalam bagasse dan kadar air ampas. Seminar Nasional Teknologi Industri 2015 1

Ketel uap merupakan suatu pesawat/mesin pembangkit uap yang digunakan untuk menghasilkan tenaga lewat mesin uap atau turbin uap dan untuk keperluan proses proses di lingkungan industri. Cara yang paling baik untuk memanfaatkan kalor dari uap adalah dengan memakai uap untuk pembangkit tenaga listrik maupun mekanik dan kemudian memakai uap bekas untuk pemanasan dalam proses. Uap dihasilkan dari pemanasan air di dalam drum dan pipa-pipa ketel pada temperatur yang tinggi yang berasal dari pembakaran bahan bakar dan udara dalam ruang pembakaran (furnace). Efisiensi sebuah ketel uap dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang merupakan kondisi tetap maupun kondisi yang tidak tetap. Salah satu faktor yang mempengaruhi efisiensi ketel uap adalah jenis dan kondisi bahan bakar yang dipakai. Ampas tebu yang merupakan bahan bakar ketel uap di pabrik gula juga memiliki karakteristik mutu yang berbeda-beda yang akan mempengaruhi efisiensi ketel dan jumlah pemakaian ampas tebu dalam suatu pembakaran. Selain itu menurunnya efisiensi ketel uap sering diakibatkan oleh penggunaan bahan bakar yang salah. Ampas tebu (bagasse) merupakan limbah hasil pengolahan tebu menjadi gula, yang menjadi bahan bakar utama ketel uap di pabrik gula namun pemanfaatan bagasse sampai saat ini belum optimal. Agar diperoleh manfaat yang maksimal dari bagasse maka perlu dicermati faktor apa saja yang mempengaruhi efektifitas tersebut. Pemilihan bahan bakar ketel uap yang akan dipakai merupakan salah satu faktor penting dalam merencanakan ketel uap yang akan dipakai dalam sebuah pabrik. Hal ini karena jenis bahan bakar yang dipakai akan berpengaruh terhadap efisiensi ketel dan juga terhadap biaya operasional ketel secara keseluruhan. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan bahan bakar ini adalah karakteristik ketel uap, nilai kalor bakar bahan bakar, kemudahan dalam operasional ketel uap, ketersediaan bahan bakar di pasaran, pertimbangan harga, dan sebagainya. Di pabrik-pabrik gula tidak terkecuali PG Madukismo, bahan bakar utama ketel uap menggunakan ampas tebu, sedangkan bahan bakar residu dan kayu sebagai bahan bakar cadangan. Bahan bakar cadangan merupakan bahan bakar suplesi bila terjadi stagnasi pabrik yang mengganggu keseimbangan pemakaian bahan bakar ketel untuk kelangsungan proses produksi gula. Dalam hal ini dicoba untuk diteliti adalah kadar air pada ampas, dikarenakan kadar air ampas berpengaruh terhadap nilai kalor bakarnya. Ini disebabkan air yang terkandung dalam ampas akan menjadi beban dari panas yang ada. Dari nilai kalor ini akhirnya akan didapat nilai efisiensi/rendemen ketel uap, sehingga diharapkan dengan nilai kalor bakar yang tinggi dari ampas diharapkan dapat menaikkan efisiensi ketel uap yang secara tidak langsung juga akan meningkatkan efisiensi seluruh proses di pabrik gula. Seminar Nasional Teknologi Industri 2015 2

Komposisi ampas yang keluar dari stasiun gilingan berbeda-beda ukurannya, tetapi yang paling penting adalah % (persen) zat basah atau moisture content (W) yang akan mempengaruhi besar kecilnya nilai opak ampas (NO). nilai opak atau nilai bakar berkisar antara 45 50 % dan dalam praktek sering ditetapkan W = 48 %. Kandungan air dan pol dalam ampas sangat tergantung dari kerja gilingan, karena apabila kandungan air dan pol terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai bakar ampas. Komposisi dari ampas kering (dry bagasse) adalah C (47 %), H (6.5 %), O (44 %), S (0 %), dan abu (2.5 %) (Hugot, 1986). Nilai bakar ampas yang umum dipergunakan di pabrik gula adalah rumus Von Pritzelwitz van der Horst (Hugot, 1986) yaitu : LHV = 4250 10 x pol 48 x W Dengan : pol W : Kandungan sukrosa : Kandungan air Oli residu (IDO) tergolong minyak hasil penyulingan minyak bumi dengan tingkatan sesudah solar, dengan komposisi kimianya adalah : C : 84.6 % H : 10.9 % O : 1 % N : 0.9 % S : 1.6 % Abu : 1 % Dari komposisi kimia oli residu diatas, maka menurut rumus Dulong nilai bakar rendahnya : LHV = 8100. C + 34. 400 (H O / 8) +2500. S 5400. H 600. A (Kcal / kg) Nilai kalor bahan bakar dari beberapa jenis bahan bakar adalah sebagai berikut : Tabel 1. Bahan bakar dan estimasi nilai kalornya (Sartono, 2000). Bahan Bakar Ampas Residu Kcal/Kg 2000 10000 Seminar Nasional Teknologi Industri 2015 3

Ampas dibal Tetes Ampas dicampur blotong Kayu jati Kayu liar Daun tebu Batu bara Tempurung kelapa 3800 2700 2200 4000 2500 2400 7000 2500 Untuk kapasitas ketel uap tiap jam dapat dihitung menggunakan persamaan (Hugot, 1986) : kapasitas giling G x rasio uap tebu jam kerja Jadi kebutuhan ampas / bagasse tiap jam yaitu, sesuai konsepsi Black, Kalor input = Kalor output diperoleh (Hugot, 1986) : Dengan : G. i B 2 LHV B : kebutuhan bahan bakar tiap jam (kg/jam) G :Kapasitas ketel uap (kg/jam) i 2 : Enthalpy uap kering (kcal/kg) LHV : Nilai bakar ampas rendah Dalam operasionalnya, air pengisi ketel uap harus dilakukan proses pembilasan (blow down), yaitu menguras atau membersihkan air pengisi pada drum atas dan drum bawah pada ketel uap sehingga kebersihan air dan drum bisa terjaga. Blow down ini dilakukan secara periodik dan kontinyu. Blow down periodik dilakukan untuk menguras air ketel di drum bawah yang dilakukan setiap 2 jam sekali, sedangkan blow down kontinyu dilakukan Seminar Nasional Teknologi Industri 2015 4

pada air ketel di drum atas dengan cara memberi aliran overflow pada drum atas sehingga minyak/kotoran yang terdapat di atas cairan terbawa oleh aliran overflow tersebut. Pembilasan ini ditentukan dengan persamaan : konsentrasi air pengisi(ppm)x produksiuap jumlah bilasan (kg/jam) batas konsentrasi (ppm)- konsentrasi air pengisi(ppm) Dari data-data dan persamaan di atas, maka efisiensi ketel uap dapat diperoleh sebagai berikut : (S s)(i i1) s(i η B x LHV 2 3 i 1 ) Dengan : S : jumlah air pengisi ketel s : blow down / jam i 1 : enthalpy air pengisi ketel (Kcal/Kg) i 2 : enthalpy uap kering (Kcal/Kg) i 3 : enthalpy air yang di blow down (Kcal/Kg) B : kebutuhan bahan bakar (Kg/jam) LHV : nilai kalor ampas Suplai air untuk ketel uap di PG Madukismo diperoleh dari air kondensat dan air dari sungai yang sudah dilakukan treatment sehingga memenuhi kualitas air pengisi ketel. Air sungai diambil dan dipompa ke dalam kolam (water pond) untuk persediaan, kemudian disaring dan dibersihkan dari kotoran-kotoran untuk menghindari kerusakan pada ketel. Air yang telah bersih ditampung pada tangki penampung kemudian dipompakan ke deaerator. Di deaerator ini air dipanaskan sampai suhu 110 0 C untuk menghemat bahan bakar yang dipakai untuk menguapkan air. Di alat ini ditambahkan bahan kimia NaOH dan Na 3 PO 4 agar didapat ph 8-8,5 sehingga air bersifat basa.kapasitas air pengisi (S) ketel uap di PG Madukismo adalah 64% kapasitas tebu yang digiling tiap jamnya, sehingga kapasitasnya adalah 88000 kg air per jam. Uap panas yang dihasilkan oleh ketel uap ini adalah uap kering dengan temperatur 325 0-370 0 C dan tekanan 12-16 kg/cm 2. Uap ini kemudian ditampung di tangki induk (header) sebelum dipakai untuk menggerakkan turbin. Seminar Nasional Teknologi Industri 2015 5

METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan metode pengambilan sampel ampas tebu yang merupakan hasil samping pemerahan nira di stasiun gilingan PG Madukismo. Sampel diambil sebanyak 30 kali, dan masing-masing sampel akan diuji untuk mengetahui kadar pol ampas dan kadar airnya. Di saat yang sama juga akan diamati kondisi uap hasil output ketel yang berupa tekanan dan suhu uap. Pemakaian bahan bakar lain seperti residu dan kayu juga diamati dan dihitung untuk menentukan koreksi dalam perhitungan efisiensi ketel secara keseluruhan. Hasil dari semua pengamatan kemudian akan diolah untuk mendapatkan efisiensi ketel uap. Seluruh penelitian dilakukan di PG Madukismo dan bekerjasama dengan bagian pabrikasi dan instalasi pabrik.urutan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengambilan sampel ampas Pengambilan sampel ampas tebu dilakukan di gilingan terakhir, atau di tempat ketika ampas tebu akan masuk ke ruang bakar ketel uap. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 30 kali dan setiap hari pengambilan sampel dilakukan maksimal 3 kali yaitu pagi, siang dan malam hari. 2. Pengujian dan analisa pol ampas Pengujian dan penetapan pol ampas dilakukan ke setiap kali pengambilan sampel ampas yang diambil. Cara pengujian dilakukan dengan ekstraksi panas di laboratorium. 3. Pengujian dan analisa kadar air ampas 4. Pengamatan/pencatatan kondisi uap kering. Untuk pengamatan uap dilakukan bersamaan waktunya dengan pengambilan sampel ampas. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan korelasi antara kondisi ampas tebu dengan kondisi uap hasil dari pembakaran ampas sebagai bahan bakar ketel uap. Pengamatan uap dilakukan untuk mengetahui tekanan uap dan suhu uap yang keluar dari ketel uap. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari data-data hasil pengujian dan analisa pol ampas dan kadar air ampas, pencatatan pemakaian bahan bakar ampas dan suplesinya (residu dan kayu), serta pengamatan/pencatatan kondisi uap kering, maka dapat dipakai untuk menghitung efisiensi ketel uap berdasarkan kondisi bahan bakar sesuai dengan data tersebut. Berdasarkan data kondisi uap di atas, dan dengan bantuan diagram Mollier serta tabel water and steam properties dapat dihitung entalpi uap kering, entalpi air pengisi ketel, entalpi air blow down, nilai bakar bagasse (LHV), dan kebutuhan bahan bakarnya (B). Berdasarkan teori untuk jumlah gilingan sebanyak 4 buah seperti di PG Madu Baru, maka nilai pol ampas yang bagus adalah 2 s.d 2,5 sedangkan kadar airnya adalah ± 48 % ( Seminar Nasional Teknologi Industri 2015 6

Hugot, 1986). Hal ini dimaksudkan untuk dapat memaksimalkan kadar gula (sukrosa) yang terambil yang selanjutnya diproses lanjut dan untuk mengoptimalkan kondisi ampas untuk bahan bakar ketel uap. Akan tetapi menurut penelitian di PG Madu Baru parameter tersebut akan sulit tercapai, karena beberapa faktor yang mempengaruhinya, antara lain kondisi bahan mentah (tebu), kondisi gilingan, dan kondisi alat-alat lain di pabrik. Berikut hasil pengamatan dan perhitungan efisiensi ketel uap seperti dalam tabel 2 : Seminar Nasional Teknologi Industri 2015 7

Tabel 2. Hasil pengamatan pol ampas, kandungan air ampas, pemakaian bahan bakar, dan perhitungan efisiensi boiler NO POL AMPAS AIR AMPAS TEKANAN SUHU KELUAR KETEL ENTALPI (i 2) LHV B EFISIENSI KETEL ( Kg/cm² ) ( ºC ) kcal/kg kcal/kg kg/jam 1 3.225 50.55 13.0 350 753.089 1791.35 36995.5 66.98 2 2.925 50.20 13.0 350 753.089 1811.15 36591 67.00 3 3.075 50.30 14.0 350 752.5871 1804.85 36694.3 67.31 4 2.925 50.65 13.0 350 753.089 1789.55 37032.7 67.32 5 2.850 49.25 13.0 350 753.089 1857.5 35678 67.32 6 3.000 49.95 13.5 350 752.85 1822.4 36353.6 66.96 7 3.075 49.70 13.0 362 759.3747 1833.65 36443.7 67.41 8 2.925 50.00 13.5 350 752.85 1820.75 36386.5 67.32 9 2.925 49.10 14.5 350 752.3481 1863.95 35519.5 67.31 10 2.775 49.75 13.0 343 749.4323 1834.25 35954.8 66.93 11 2.850 48.75 14.5 350 752.3481 1881.5 35188.2 67.31 12 3.000 50.75 13.5 350 752.85 1784 37136.1 67.32 13 2.700 49.80 12.5 350 753.328 1832.6 36174.2 66.95 14 2.925 49.60 13.5 350 752.85 1839.95 36006.8 66.96 15 2.925 49.50 12.5 350 753.328 1844.75 35936 66.99 16 2.885 50.15 12.5 350 753.328 1813.95 36546.1 67.32 17 2.775 50.15 13.5 350 752.85 1815.05 36500.8 67.32 18 2.925 50.00 14.5 350 752.3481 1820.75 36362.3 67.31 19 2.850 50.56 13.5 350 752.85 1794.62 36916.3 66.98 20 2.630 50.05 13.0 350 759.3747 1821.3 36690.8 67.41 21 2.925 50.55 14.0 350 752.5871 786.35 84221.6 66.96 22 2.625 48.75 13.5 350 752.85 1883.75 35169.6 66.96 23 2.775 48.75 14.5 340 747.0901 1882.25 34928.4 67.23 24 2.925 49.70 14.0 340 747.353 1835.15 35837.4 67.24 25 2.770 49.30 15.0 340 746.8272 1855.9 35411.8 67.23 Seminar Nasional Teknologi Industri 2015 8

26 2.850 49.60 15.0 350 752.0852 1840.7 35955.6 67.30 27 2.825 50.10 14.0 350 752.5871 1816.95 36449.9 67.31 28 2.780 49.60 15.0 350 752.0852 1841.4 35941.9 67.30 29 2.780 49.60 12.5 355 755.9331 1841.4 36125.8 67.36 30 2.925 50.10 13.5 350 752.85 1815.95 36482.7 67.32 Dari hasil pengamatan dan pengolahan data didapat suatu hubungan bahwa kadar pol ampas akan berpengaruh terhadap kadar air ampas. Semakin tinggi kadar pol ampas maka kadar air ampas cenderung akan naik, begitu juga bila kadar pol ampas rendah maka kadar air ampas juga cenderung akan rendah, seperti terlihat pada gambar 1 di bawah ini : 3.3 Pol ampas 3.2 3.1 3.0 2.9 2.8 2.7 Observed 2.6 48.5 49.0 49.5 50.0 50.5 51.0 Linear Air ampas Gambar 1. Pengaruh hubungan antara kadar air ampas dan pol ampas Hubungan antara pol ampas dengan efisiensi ketel uap dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini : 67.5 Efisiensi Ketel 67.4 67.3 67.2 67.1 67.0 Observed 66.9 2.6 2.7 2.8 2.9 3.0 3.1 3.2 3.3 Linear Pol Seminar Nasional Teknologi Industri 2015 9

Gambar 2. Pengaruh pol ampas terhadapefisiensi ketel uap Hubungan antara kandungan air ampas dengan efisiensi ketel uap telihat pada gambar 3 di bawah ini : 67.5 Efisiensi Ketel 67.4 67.3 67.2 67.1 67.0 Observed 66.9 48.5 49.0 49.5 50.0 50.5 51.0 Linear Air Ampas Gambar 3. Pengaruh kandungan air ampas terhadap efisiensi Ketel uap. Dari hasil analisa data dan hasil pengolahan data statistik dapat disimpulkan, bahwa nilai kadar air ampas memang mempengaruhi efisisiensi ketel uap, termasuk kadar pol gula yang terikut dalam ampas (gambar 2 dan 3). Dari korelasi data pol ampas dan air ampas, juga bisa dilihat bahwa parameter tersebut tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi ketel uap di pabrik gula. KESIMPULAN Dari data-data dan hasil pembahasan penelitian dapat disimpulkan : 1. Kadar pol ampas akan naik seiring dengan kenaikan kadar air ampas. Semakin tinggi kadar pol dalam ampas mengakibatkan semakin banyak potensi kehilangan dalam proses produksi gula (randemen gula turun). 2. Semakin tinggi kandungan air dalam ampas akan menurunkan efisiensi ketel uap, meskipun pengaruhnya tidak cukup besar. 3. Perbedaan kadar pol ampas yang dihasilkan oleh gilingan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap efisiensi ketel uap. Seminar Nasional Teknologi Industri 2015 10

REFERENSI Hugot E. 1986. Handbook of Cane Sugar Engineering, 3rd Edition. Elseivier Scientific Publishing Company. New York. Sartono, Y. 2000. Pengawasan Bahan Bakar. Lembaga Pendidikan Perkebunan. Yogyakarta. Seminar Nasional Teknologi Industri 2015 11