PENGOLAHAN LIMBAH AKTIVITAS TINGGI DENGAN GELAS FOSFAT

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

PENGOLAHAN LIMBAH PENDUKUNG INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF

TAHANAN JENIS GELAS-LIMBAH DAN KAPASITAS PANAS UNTUK OPERASI MELTER PADA VITRIFIKASI LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI

GLASS FRIT DAN POLIMER UNTUK SOLIDIFIKASI LIMBAH CAIR AKTIVITAS RENDAH SKALA INDUSTRI.

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR HASIL SAMPING PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

PENGARUH RADIASI TERHADAP GELAS LIMBAH HASIL VITRIFIKASI LIMBAH AKTIVITAS TINGGI RADIATION EFFECT ON WASTE GLASS FROM HIGH LEVEL WASTE VITRIFICATION

KERETAKAN GELAS-LIMBAH DALAM CANISTER. Aisyah, Herlan Martono Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif

PE GARUH KO DISI PE YIMPA A DA AIR TA AH TERHADAP LAJU PELI DIHA RADIO UKLIDA DARI HASIL SOLIDIFIKASI

NS., Wahjuni 1 Aisyah 2 Agus Widodo 3

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH RADIASI DAN PANAS TERHADAP KARAKTERISTIK GELAS-LIMBAH, NEW CERAMS, DAN SYNROC-LIMBAH

PEMADATAN RESIN PENUKAR ION BEKAS YANG MENGANDUNG LIMBAH CAIR TRANSURANIUM SIMULASI DENGAN EPOKSI

PENGARUH PERLAKUAN PANAS DAN KANDUNGAN LIMBAH TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR GELAS LIMBAH

LEMBAR PENGESAHAN KETAHANAN KIMIA HASIL VITRIFIKASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN GLASSFRITS ABU BATUBARA. Disusun oleh : Ratna Budiarti

Resin Poliester Tak Jenuh Untuk Imobilisasi Resin Bekas Pengolahan Simulasi Limbah Radioaktif Cair

PENENTUAN KEKENTALAN GELAS-LIMBAH UNTUK KARAKTERISASI PROSES VITRIFIKASI.

KARAKTERISTIK LIMBAH HASIL IMOBILISASI DALAM KESELAMATAN PENYIMPANAN.

ROTARY CALCINER-METALLIC MELTER DAN SLURRY-FED CERAMIC MELTER UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI

IMOBILISASI LIMBAH CAIR TRANSURANIUM SIMULASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI DENGAN POLIMER POLIESTER TAK JENUH

PENGARUH KlO, LilO DAN CaO P ADA KUALITAS LIMBAH HASIL VITRIFlKASI

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PENGARUH KANDUNGAN LIMBAH RESIN DAN BAHAN ADITIF (BETONMIX) TERHADAP KARAKTERISTIK HASIL SEMENTASI

PERBANDINGAN VITRIFIKASI DAN PEMISAHAN KONDISIONING UNTUK PENGOLAHAN LlMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI.

KARAKTERISTIK PENYIMPANAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS DAN GELAS-LIMBAH

PENGOLAHAN LIMBAH TRANSURANIUM DARI INSTALASI RADIOMETALURGI DENGAN MEDIA POLIMER SUPER ADSORBEN

UPAYA MINIMISASI LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN CARA PENGAMBILAN KEMBALI RADIONUKLIDA

KARAKTERISTIK HASIL KONDISIONING LIMBAH RADIOAKTIF UNTUK KESELAMATAN PENYIMPANAN CHARACTERISTICS OF CONDISIONED RADIOACTIVE WASTE FOR DISPOSAL SAFETY

PENGOLAHAN LIMBAH URANIUM CAIR DENGAN ZEOLIT MURNI DAN H-ZEOLIT SERTA SOLIDIFIKASI DENGAN POLIMER EPOKSI

KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR BEKAS BERBAGAI TIPE REAKTOR. Kuat Heriyanto, Nurokhim, Suryantoro Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PERBANDINGAN VITRIFIKASI DAN SUPER HIGH TEMPERATURE METHOD UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI

PEMANFAATAN ABU LAYANG SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK GELAS PADA VITRIFIKASI LIMBAH CAIR TINGKAT TINGGI

MELTER PEMANAS INDUKSI DAN JOULE UNTUK VITRIFIKASI LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI DENGAN GELAS BOROSILIKAT

KARAKTERISTIK KETAHANAN KOROSI WADAH LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RENDAH DAN TINGGI

OPTIMALISASI PE EMPATA KEMASA LIMBAH RADIOAKTIF AKTIVITAS RE DAH DA SEDA G DALAM REPOSITORI

MEMPELAJARI KARAKTERISTIK KERAMIK DARI MINERAL LOKAL KAOLIN, DOLOMIT, PASIR ILMENIT

PELINDIHAN RADIONUKLIDA DARI HASIL SOLIDIFIKASI. Herlan Martono, Wati

KARAKTERISTIK HASIL IMOBILISASI LIMBAH RADIOAKTIF P ADA T DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

DEVITRIFIKASI GELAS LIMBAH DAN KOROSI CANISTER DALAM STORAGE DAN DISPOSAL LIMBAH RADIOAKTIF

PENGARUH BAHAN PENCAMPUR SEMEN CHORMEN TERHADAP KEKUATAN FISIKA DAN KIMIA BETON LIMBAH

PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF

PENENTUAN WAKTU SAMPLING UDARA UNTUK MENGUKUR KONTAMINAN RADIOAKTIF BETA DI UDARA DALAM LABORATORIUM AKTIVITAS SEDANG

PERBANDINGAN IMOBILISASI LIMBAH CAIR AKTIVITAS TINGGI DENGAN METODE SYNROC DAN METODE TEMPERATUR SUPER TINGGI

TERHADAP GELAS LIMBAH HASIL

ABSTRAK ABSTRACT. Gunandjar. Gunandjar ISSN Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN,

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

MATERIAL UNTUK SOLIDIFIKASI LIMBAH RADIOAKTIF DALAM KESELAMATAN PENYIMPANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

Subiarto, Herlan Martono

PRARANCANGAN SISTEM LOADING DAN UNLOADING PADA KOLOM PENUKAR ION PENGOLAH LIMBAH RADIOAKTIF

PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

PREPARASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR EFLUEN PROSES PENGOLAHAN KIMIA UNTUK UMPAN PROSES EVAPORASI

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN 2012 TENTANG TINGKAT KLIERENS

RESIN POLIESTER TAK JENUH UNTUK IMOBILISASI RESIN BEKAS PENGOLAH SIMULASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR

PERUBAHAN KOMPOSISI BAHAN PEMBENTUK GELAS PADA KARAKTERISTIK GELAS-LIMBAH

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

KARAKTERISASI LlMBAH HASIL SEMENTASI. Siswanto Hadi, Mardini, Suparno Pusat Teknologi Umbah Radioa~,tif, BATAN

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM

PEMADATAN SLUDGE Ca 3 (PO 4 ) 2 HASIL PENGOLAHAN KIMIA LIMBAH CAIR YANG TERKONTAMINASI URANIUM MENGGUNAKAN LEMPUNG

Ngatijo, dkk. ISSN Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M. Lilis Windaryati P2TBDU BATAN

IMOBILISASI LIMBAH SLUDGE RADIOAKTIF HASIL DEKOMISIONING FASILITAS PAF-PKG MENGGUNAKAN BAHAN MATRIKS SYNROC DENGAN PROSES SINTERING

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di

PENGARUH LIMBAH KARBON AKTIF Cs-137 TERHADAP KERAPATAN DAN KUAT TEKAN BETON LIMBAH

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DARI INSTALASI RADIOMETALURGI SECARA PENYERAPAN DAN KONDISIONING

PENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR YANG MENGANDUNG LOGAM BERAT SENG DAN KROMIUM DENGAN KALSIUM ZEOLIT DAN IMOBILISASINYA DENGAN POLIMER POLIESTER

VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER ALFA

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DAN B3 DI IRM. Sunardi

ANALISIS NEODIMIUM MENGGUNAKAN METODA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP KETAHANAN KOROSI WADAH GELAS - LIMBAH DALAM PENYIMPANAN LESTARI

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

ANALISIS KUALITAS DESTILAT, DOUBTFUL EFFLUENT DAN ACTIVE EFFLUENT UNTUK TINDAK LANJUT PELEPASAN PADA TAHUN 2012

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

2. Konfigurasi elektron dua buah unsur tidak sebenarnya:

A ALISIS LIMBAH RESI PE UKAR IO SISTEM PEMUR IA AIR PE DI GI PRIMER RSG-GAS*

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi di dunia akan terus meningkat. Hal ini berarti bahwa

3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

EVALUASI PELAKSANAAN PEMINDAHAN SPENT FUEL DARI INSTALASI RADIOMETALURGI KE KH-IPSB3 TAHUN 2010

BAB III METODE PENELITIAN

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

BAB III METODE PENELITIAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

3 Metodologi Penelitian

Transkripsi:

ARTIKEL PENGOLAHAN LIMBAH AKTIVITAS TINGGI DENGAN GELAS FOSFAT Herlan Martono, Aisyah Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN ABSTRAK. PENGOLAHAN LIMBAH AKTIVITAS TINGGI DENGAN GELAS FOSFAT. Limbah cair pelarut bekas bahan bakar nuklir teriradiasi dari Instalasi Radiometalurgi mempunyai tingkat aktivitas dan panas radiasi yang ditimbulkan tidak setinggi limbah cair aktivitas tinggi (LCAT) dari ekstraksi siklus I proses olah ulang. Umur limbah cair pelarut bekas bahan bakar nuklir lebih pendek dibandingkan LCAT dari proses olah ulang tersebut. Berdasarkan atas karakteristik limbah pelarut bekas bahan bakar nuklir, maka pengolahan atau imobilisasi limbah cair tersebut dapat dilakukan dengan gelas fosfat, walaupun gelas fosfat lebih korosif dan mengalami devitrifikasi pada suhu yang lebih rendah. Keuntungan gelas fosfat adalah dapat bercampur dengan unsur Mo dan titik leburnya lebih rendah dibanding gelas borosilikat. Campuran limbah simulasi berturut-turut 0, 15, 20, 25, dan 30 % berat dengan bahan pembentuk gelas fosfat 100, 85, 80, 75, dan 70 % berat dilakukan dalam crucibel porselin. Masing-masing campuran dipanaskan pada suhu 950 C dalam crucibel platina selama 2,5 jam, kemudian lelehan gelas-limbah dituang kedalam crucibel grafit. Annealing dilakukan pada suhu 510 C selama 2jam, kemudian didinginkan dengan laju 16,7 C/jam sampai suhu kamar sehingga terbentuk gelas-limbah. Contoh gelas-limbah diuji lindih dengan alat Soxhlet pada 100 C dan 1 atm selama 6 jam. Makin tinggi kandungan limbah makin tinggi laju pelindihannya. Hasil yang dipertimbangkan untuk imobilisasi adalah gelaslimbah dengan kandungan limbah 30 % berat. Kata kunci : limbah aktivitas tinggi, pelarut bekas, gelas-fosfat. ABSTRACT. TREATMENT OF HIGH LEVEL WASTE BY PHOSPHATE GLASS. Activity and radiation heat of liquid waste of irradiated nuclear fuel spent solvent from Radiometallurgy Installation is lower than high level liquid waste from the first cycle extraction of spent fuel reprocessing. The life time of spent solvent liquid waste is shorter than high level liquid waste from the reprocessing. Based on those characteristics of nuclear fuel spent solvent, so that treatment or immobilization of liquid waste can be conducted by phosphate glass, although phosphate glass more corrosive and lower in Buletin LIMBAH Vol. 10 No. 1 2006 19

temperature devitrification. The advantage of phosphate glass are that it can be mixed with Mo element and it s melting temperature is lower than borosilicate glass. The mixture of simulated waste with fraction are 0, 15, 20, 25, and 30 % weight and phosphate glass material are 100, 85, 80, 75, and 70 % weight respectively are conducted in the porcelain crucible. Each of the mixtures are heated at 950 C in the platinum crucible for 2.5 hours. The molted waste-glass are poured in the graphite crucible, and then annealing are conducted at 510 C for 2 hours, and then cooling rate are conducted with 16,7 C/hour until room temperature, so that waste-glass are occured. The leaching of the waste-glasses sample are tested for with Soxhlet apparatus at 100 C and 1 atm for 6 hours. The higher of waste loading, the higher of it s leaching rate. The consideration for immobilization is the waste-glass with waste loading 30 % weight. PENDAHULUAN. Pada saat ini gelas borosilikat telah dipergunakan untuk imobilisasi limbah cair aktivitas tinggi (LCAT) dari ekstraksi siklus I proses olah ulang, yang pembuatannya telah dilakukan dalam skala industri di negaranegara maju teknologi nuklirnya [1]. Gelas dipilih karena relatif lebih mudah membuatnya daripada synroc dan vitromet, serta gelas mempunyai stabilitas dalam jangka panjang [2]. Limbah cair aktivitas tinggi dari pelarut bekas bahan bakar nuklir teriradiasi, aktivitas dan kandungan radionuklidanya jauh lebih rendah daripada LCAT dari proses olah ulang bahan bakar nuklir bekas. Demikian pula panas radiasi yang ditimbulkan jauh lebih rendah sehingga tidak akan terjadi devitrifikasi atau kristalisasi gelas [3]. Efek radiasi terhadap matriks gelas tidak berpengaruh, karena tidak ada radionuklida pemancar gamma yang energinya melebihi 2 MeV dan energi alfanya sangat kecil [4,5]. Berdasarkan atas karakteristik LCAT dari pelarut bahan bakar nuklir bekas tersebut, maka gelas fosfat lebih sesuai dan ekonomis untuk imobilisasi jenis limbah ini dari pada gelas borosilikat, dan lebih aman dibandingkan polimer. [6] Pertimbangan pemilihan bahan matriks untuk imobilisasi limbah radioaktif adalah sebagai berikut [7]. - Proses sederhana. - Waste loading (kandungan limbah). - Ketahanan kimia - Ketahanan fisis (dalam hal gelas tidak terjadinya devitrifikasi). - Ketahanan terhadap radiasi. - Physical integrity (tidak terjadi perubahan fisik secara keseluruhan). Gelas fosfat pernah dikembangkan untuk imobilisasi LCAT dari proses olah ulang bahan bakar nuklir bekas di Rusia [2]. Gelas fosfat dapat bercampur dengan unsur Molibdinum (Mo), sedangkan gelas borosilikat tidak dapat bercampur dengan Mo dan membentuk pemisahan fase. Keuntungan lain dari gelas fosfat adalah karena titik leburnya lebih rendah 20 Buletin LIMBAH Vol. 10 No. 1 2006

yaitu sekitar 950 C. Gelas fosfat lebih korosif dibandingkan gelas borosilikat, sehingga tidak dikembangkan lagi untuk imobilisasi LCAT dari proses olah ulang yang umurnya jutaan tahun. Sedang untuk limbah yang umurnya jauh lebih pendek gelas fosfat dapat digunakan. Laju pelindihan gelas fosfat ditentukan dengan metode Soxhlet, yaitu secara dinamik pada suhu 100 C, tekanan 1 atm selama 6 jam. Laju pelindihan dinyatakan dengan persamaan : dimana : L = laju pelindihan (g.cm -2. hari -1 ) Wo = berat sampel mula-mula (g). Wt = berat sampel setelah dilindih selama t (g) A = luas permukaan sampel (cm 2 ) T = waktu lindih (hari). Dalam hal ini laju pelindihan ditentukan secara overall, jadi termasuk juga didalamnya masalah korosi. Metode ini digunakan untuk mengevaluasi ketahanan kimia dari hasil imobilisasi. Parameterparameter yang berpengaruh terhadap laju pelindihan adalah [8] : 1. Kecepatan aliran air pelindih. 2. Waktu pelindihan. 3. Suhu pelindihan. 4. Komposisi air pelindih, yaitu ph, dan konsentrasi ion-ion terlarut. 5. Daya larut 6. Luas permukaan. 7. Radiolisis. Dari beberapa parameter yang berpengaruh seperti tersebut di atas, pengaruh waktu pelindihan digunakan untuk mengetahui karakteristik laju pelindihan dalam jangka lama. Untuk mengetahui stabilitas gelas-limbah dalam berbagai suasana larutan, maka keasaman larutan dibuat bervariasi. Banyaknya fraksi massa radionuklida yang terlepas sebanding dengan waktu pelindihan. Pada dasarnya ada dua persamaan yang menggambarkan hubungan antara banyaknya radionuklida yang terlepas dengan waktu pelindihan yaitu persamaan linier dan persamaan kuadrat. Bentuk umum persamaannya adalah : Qi = a. t x...(2) dimana : Qi = banyaknya unsur i yang terlindih (g. cm -2. hari -1 ) T = waktu pelindihan (hari). a dan x = Konstante yang nilainya tergantung pada kondisi pelindihan, yaitu ph, suhu, dan lain-lain. Apabila harga x mendekati 0,5 menunjukkan persamaan kuadrat, sedangkan untuk harga x mendekati 1 menunjukkan persamaan linier. Persamaan linier menggambarkan suatu bentuk fisik yang mudah korosi, sedangkan persamaan kuadrat menggambarkan bahwa pada proses pelindihan tersebut banyaknya radionuklida yang terlepas mekanismenya dipengaruhi oleh fungsi difusi transfer massa. Sebagai contoh dikemukakan hasil penelitian tentang pengaruh waktu pelindihan terhadap banyaknya fraksi massa radionuklida yang terlepas dari gelas-limbah [9]. Pada suhu 20 C di dalam larutan buffer ph 4,2 kenaikkan harga laju pelindihan unsur Si sebanding dengan waktu, sehingga memenuhi persamaan linier (harga x mendekati 1), Buletin LIMBAH Vol. 10 No. 1 2006 21

sedangkan pada kondisi 100 C dan 220 C di dalam air deionisasi dengan ph 7 8, kenaikkan laju pelindihan unsur Si nampak mengikuti persamaan kuadrat (harga x mendekati 0,5). Hasil penelitian di atas menunjukkan pula adanya indikasi pengaruh stabilitas gelas dalam berbagai suasana larutan. Dalam makalah ini akan disajikan pengaruh kandungan limbah terhadap gelas-limbah fosfat hasil imobilisasi. TATA KERJA. Bahan. Oksida-oksida sesuai komposisi gelas-limbah dalam keadaan murni buatan E. Merck, yaitu P 2O 5, Fe 2O 3, Al 2O 3,ZnO, MoO 3, Cs 2O. Metode. A. Penentuan Komposisi Gelas. Data komposisi limbah radioaktif cair pelarut bekas bahan bakar teriradiasi dari Instalasi Radiometalurgi (IRM) ditunjukkan pada Tabel 1. Pada percobaan ini proses imobilisasi dilakukan dengan limbah simulasi. Limbah simulasi dimasukkan pada kandungan unsurunsur yang terkandung dalamlimbah hasil kalorisasi limbah pelarut bekas pada 700 0 C. Total volume limbah cair adalah 2 liter. Unsur dominan adalah Cs dan Ce, sehingga unsur tersebut akan mewakili hasil belah dan aktinida. Pada percobaan penentuan aktivitas versus waktu, menunjukkan bahwa limbah cair mengandung unsur-unsur aktinida yang tidak terdeteksi [10]. Jika aktivitas limbah dikonversi ke berat, maka berat radionuklida kecil sekali, sehingga tidak dapat ditimbang. Oleh karena itu kandungan limbah simulasi akan diperbesar. Jika kandungan radionuklida limbah yang lebih besar dalam gelas hasil imobilisasinya baik, maka untuk kandungan yang kecil hasilnya akan lebih baik. Tabel 1. Radionuklida dalam limbah cair dari IRM (hasil Analisis dari laboratorium IRM) [11]. No. Radionuklida Aktivitas Jenis (Bq/ml) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Cd 109 Ce 144 Ru 106 Cs 134 Cs 137 Co 60 Co 57 Np 237 Ba 131 Ra 226 Eu 154 Br 82 1,800 1,200 0,300 2,600 116,000 0,600 -- -- 0,066 0,042 -- -- Aktivitas total 122,608 22 Buletin LIMBAH Vol. 10 No. 1 2006

B. Penentuan Komposisi Gelas- Limbah. Kestabilan kimia hasil vitrifikasi adalah sifat yang penting untuk disain kondisi penyimpanan, oleh karena itu kandungan limbah harus ditentukan. Dalam percobaan ini kandungan limbah ditentukan 0, 15, 20, 25, dan 30 % berat yang masing-masing disebut gelas-limbah WL-0, WL-15, WL-20, WL-25, dan WL-30. Komposisi gelas-limbah dibuat dengan mencampurkan limbah berturut-turut 0, 15, 20, 25, dan 30 % berat dengan 100, 85, 80, 75, dan 30 % berat bahan pembentuk gelas, seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Jika aktivitas Cs 118,6 dps/ml dengan menganggap semua Cs 137, dan untuk volume limbah 2 liter, aktivitas total = 118,6 dps/ml x 2000 ml = 237200 dps. A = N, jadi : 237200 = ln 2 / t 1/2. N N = 3,51.10 14 / 6,02.10 23. 137 = 80.10-19 gram. Untuk volume limbah 5 m 3, maka berat Cs 137 : = 5000 ltr/2 ltr x 80.10-9 gram. = 2. 10-4 gram. Untuk limbah simulasi diambil berat 2 gram. C. Pembentukan Gelas-limbah. Bahan-bahan gelas-limbah ditimbang, kemudian dicampur sampai homogen dalam crucibel porselin. Campuran dimasukkan kedalam crucibel platina kemudian dipanaskan dalam furnace pada suhu 950 C selama 2,5 jam. Lelehan gelas-limbah dituang kedalam crucibel grafit. Annealing dilakukan pada 500 C selama 2 jam dan didinginkan dengan laju 16,7 C/jam sampai suhu kamar, sehingga terbentuk gelaslimbah. Masing-masing contoh dilakukan uji pelindihan. Tabel 2. Komposisi gelas-limbah dengan variasi kandungan limbah dalam % berat. Komposisi Gelas Limbah Oksida 0% 15 % 20% 25% 30% P205 53,40 45,39 42,72 40,05 37,38 Fe203 26,60 22,61 21,28 19,95 18,62 A1203 5,00 4,25 4,00 3,75 3,50 ZnO 5,00 4,25 4,00 3,75 3,50 M003 10,00 8,50 8,00 7,50 0,70 Cs20 -- 15,00 20,00 25,00 30,00 Buletin LIMBAH Vol. 10 No. 1 2006 23

C. Pembentukan Gelas-limbah. Bahan-bahan gelas-limbah ditimbang, kemudian dicampur sampai homogen dalam crucibel porselin. Campuran dimasukkan kedalam crucibel platina kemudian dipanaskan dalam furnace pada suhu 950 C selama 2,5 jam. Lelehan gelas-limbah dituang kedalam crucibel grafit. Annealing dilakukan pada 500 C selama 2 jam dan didinginkan dengan laju 16,7 C/jam sampai suhu kamar, sehingga terbentuk gelaslimbah. Masing-masing contoh dilakukan uji pelindihan. D. Penentuan Laju Pelindihan. Gelas - limbah hasil vitrifikasi dari setiap contoh dihaluskan dan diambil yang memenuhi ayakan -9 + 48 mesh. Contoh gelas-limbah dicuci dengan alkohol untuk menghilangkan butirbutir halus yang menempel pada permukaan butiran gelas-limbah. Contoh gelas-limbah dipanaskan dalam oven pada suhu 100 C selama 2 jam untuk menghilangkan air dan alkohol, kemudian ditentukan luas permukaan butirnya dengan alat surface areameter diperoleh 137,50 cm 2 Contoh gelas-limbah ditimbang sebanyak 2 gram kemudian dimasukkan ke dalam kantong kain yang tipis. Kantong kain yang berisi contoh gelaslimbah tersebut dimasukkan kedalam basket kemudian dipasang pada Soxhlet. Labu didih volume 1 liter pada Soxhlet diisi aquades sebanyak 500 ml, kemudian pemanas listrik dihidupkan. Volume basket 15 ml, laju kondensasi diatur sebesar 300 ml/jam, sehingga sirkulasi di dalam basket (dari kosong - penuh - kosong) sebanyak 20 sirkulasi/jam. Uji pelindihan dilakukan pada suhu 100 C selama 6 jam. Setelah dilakukan uji pelindihan contoh ditimbang lagi dan dihitung berat contoh yang hilang. Laju pelindihan dihitung sesuai persamaan (1). HASIL DAN PEMBAHASAN. Hubungan laju pelindihan sebagai fungsi kandungan gelaslimbah ditunjukkan pada Tabel 3. Laju pelindihan dinyatakan dalam kehilangan berat yang meliputi laju pelindihannya sendiri dan korosi gelas yaitu rusaknya kerangka pembentuk gelas, sehingga unsur-unsur limbah dan kerangka gelas lepas ke air pelindih. Untuk gelas fosfat dengan komposisi tersebut, maka kerangka gelas adalah P yang mempunyai kekuatan ikatan tunggal 111 kkal, sedangkan Al, Zn sebagai intermediate, dan Fe, dan Mo sebagai modifier. Kekuatan ikatan tunggal adalah tenaga peruraian per gram dibagi bilangan koordinasi. Gelas yang baik dibentuk oleh oksida-oksida yang mempunyai kekuatan ikatan kirakira 100 kkal, misalnya B, Si, Ge, P, As, dan Sb[12]. Atom dengan valensi yang lebih tinggi dan bilangan koordinasi yang lebih rendah daripada alkali dan alkali tanah, dapat menambah bagian struktur kerangka yang disebut intermediate. Jika fungsi utama sebagai pelengkap penambahan atom oksigen yang merubah struktur kerangka, maka oksida tersebut sebagai modifikasi kerangka (network modifier). 24 Buletin LIMBAH Vol. 10 No. 1 2006

Tabel 3. Hubungan laju pelindihan radionuklida dalam gelaslimbah sebagai fun si kandungan limbah dalam persen berat. Kandungan limbah (dalam % berat) Laju pelindihan (g cm -2 hari - ') 0 2,11 x 10-3 15 6,06 x 10-3 20 7,45 x 10-3 25 8,29 x 10-3 30 9,1 x 10-3 Untuk mengetahui laju pelindihan dan korosi gelas, maka perlu dianalisis unsurunsur yang terkandung dalam air pelindih. Berdasarkan data di atas, maka makin tinggi kandungan limbah makin tinggi laju pelindihannya. Hal ini karena pada difusi sebagai gaya dorongnya adalah perbedaan massa suatu radionuklida dalam gelas-limbah dan dalam air pelindih. Oleh karena hasil imobilisasi masih memenuhi persyaratan untuk laju pelindihan gelas-limbah, maka dipilih kandungan limbah 30 %. Umumnya kandungan limbah 40 % sudah terlalu tinggi berdasarkan ketahanan panas dan radiasinya dan dengan kandungan 30 % berat sudah ekonomis. KESIMPULAN. Makin tinggi kandungan limbah dalam gelas fosfat limbah, maka laju pelindihannya makin besar. Besarnya persyaratan laju pelindihan, ketahanan panas dan radiasi serta aspek ekonomis, maka hasil imobilisasi yang dipilih untuk digunakan adalah dengan kandungan limbah 30 %berat dengan laju pelindihannya adalah 9,1 x 10-3 g cm -2 hari - ' yang masih memenuhi syarat. DAFTAR PUSTAKA. 1. SASAKI N, Solidification of High Level Liquid Waste from The Tokai Reproces Plant, PNC Japan, 1992. 2. IAEA, Characteristics of Solidified High Level Waste Product, Technical Report Series No. 187, IAEA, Vienna, 1979. 3. MARTONO H, dkk, Pengolahan Limbah Cair Hasil Samping Pengujian Bahan Bakar Pasca Iradiasi Dari Instalasi Radiometalurgi, Prosiding Seminar Nasional, Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia, Yogyakarta, 2006. 4. MARTONO H, AISYAH, Efek Radiasi Terhadap Gelas-limbah Hasil Vitrifikasi, Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir, P3TM-BATAN, Yogyakarta, 2002. 5. LAUDE F et al, Convinement of Radioactivity in Glasses, International Symposium on Management of Radioactive Waste Form The Nuclear Fuel Cycle, Vienna, 1976. Buletin LIMBAH Vol. 10 No. 1 2006 25

6. MARTONO H, Hasil Imobilisasi Limbah Pemancar Alfa Pelarut Bekas Dengan Matriks Keramik dan Polimer, Prosiding Seminar Nasional, Jaringan Kerjasama Kimia Indonesia, Yogyakarta, 2007. 7. MENDEL J.E, The Fixation of High Level Waste in Glasses, PNL, Richland, Washington, 1985. 8. IAEA, Chemical Durability and Related Properties of Solidified High Level Waste Forms, IAEA, Vienna, 1985. 9. PNC-JAPAN, Characteristic of Waste- Glass, Tokai Work, 1988. 10. Wati dkk, Karakteristik Limbah Cair dari Instalasi Radiometalurgi, Hasil Penelitian PTLR, Serpong, 2005. 11. P2TBDU, Laporan Analisis Radioaktivitas Unsur dari Radiometalurgi, Serpong, 2001. 12. KINGERY W.D et al, Introduction to Ceramics, A Wiley Interscience Publication, Cambridge, 1975. 26 Buletin LIMBAH Vol. 10 No. 1 2006