PAPER HEMATOLOGI PEMBUATAN HAPUSAN DARAH

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI PEMBUATAN DAN PEWARNAAN SEDIAAN APUSAN DARAH

PEWARNAAN HAPUSAN DARAH TEPI. Oleh, Kelompok 2: I Gusti Agung Ayu Krisma D. D (P ) I Putu Paramartha Wicaksana A.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

OLEH JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat dilakukan dengan banyak metoda. Salah satu metoda yang paling diyakini

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK:

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA SEDIAAN APUS DARAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sediaan mikroteknik atau yang juga dikenal sebagai sediaan Histologi.

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari tubuh yang jumlahnya 6-8% dari berat badan total. a. Plasma darah, merupakan bagian yang cair

DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA ACARA III MENGHITUNG JUMLAH SEL DARAH MERAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang Telp.: Fax:

Teknik Pengelolaan Sediaan Sitologi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB II. membran pembatas trombosit (Matulo dkk, 2015). sebagian dari sitoplasma megakariosit berbentuk cakram, tidak berinti,

CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu farmakologi dan imunologi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel darah putih ( lekosit ) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERIKSAAN ERYTROSIT CARA PIPET

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang rata-rata memiliki kira-kira 70 ml darah setiap kilogram berat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. apus ini adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk cakram dan mengandung granula. Terdapat keping

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB VII DARAH A. SEDIAAN NATIF DARAH.

III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 60 itik lokal jantan asal Gunungmanik, Tanjung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT WHOLE MOUNT PROTOZOA

PERBANDINGAN PEMERIKSAAN HITUNG JENIS LEUKOSIT DENGAN PEWARNAAN KOMBINASI GIEMSA DAN WRIGHT

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan bulan Desember 2016 Januari Lokasi

Teknik Pewarnaan Bakteri

IV.Kajian Pustaka : 1. Sel darah merah (eritrosit)

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di

PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM, PENERIMAAN, PENGAMBILAN DAN PENYIMPANAN SPESIMEN No. Dokumen : C/VIII/SOP/I/16/002 No.

Lampiran 1. Road-map Penelitian

NAMA : JECKLYN. SHINDY. TEMARTENAN NIM :

LAMPIRAN Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SUPRAVITAL EPITELIUM MUKOSA MULUT

Lampiran 1. Road-map Penelitian

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. penting dari sistem transport dan bagian penting

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul performans darah kambing peranakan ettawa dara

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari

I. METODE PENELITIAN. Penelitian dan pembuatan preparat ulas darah serta perhitungan hematokrit sel

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah penelitian analitik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalsium. Trombosit melekat pada lapisan pembuluh darah yang rombak. (luka) dengan membentuk plug trombosit (Rukman, 2010).

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten :

MODUL III TRANSPORTASI MEMBRAN SEL

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di lakukan adalah penelitian analitik. Tempat penelitian cara manual dan automatik dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. studi pustaka, yaitu dengan cara menggambarkan hasil penelitian, dan hasil

Nama, Spesifikasi dan Kegunaan Bahan Penelitian No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Larva ikan nilem hasil kejut panas

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel sel darah primitif dibentuk dalam saccus vitelinus. Sel sel darah disini masih

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Aplikasi Arduino Untuk Otomatisasi Apusan Darah Tepi Dan Pengecatan Menggunakan Pewarna Giemsa

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Oktober 2013 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2. Hewan Coba dan Pemeliharaannya 3.3. Alat dan Bahan

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

BAB IV METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN PREPARAT SQUASH AKAR BAWANG

MATERI DAN METODE. Materi

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

KEGIATAN 4 SISTEM KARDIOVASKULER. MENGHITUNG SEL DARAH PUTIH (leukocyte)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Februari 2010, di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

PAPER HEMATOLOGI PEMBUATAN HAPUSAN DARAH Oleh Kelompok I (Ganjil) : Ni Wayan Windi Ferina A.A.I.N. Gayatri Agung Kadek Ayu Lestariani Ni Komang Mirayanti Luh De Trisna Dewi (P07134012001) (P07134012011) (P07134012021) (P07134012031) (P07134012041) Disampaikan kepada : Dosen Pengampu Mata Kuliah Hematologi POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR DIII JURUSAN ANALIS KESEHATAN 2014

PEMBUATAN HAPUSAN DARAH A. Tujuan Tujuan diadakannya praktikum pembuatan preparat apusan darah adalah mampu membuat preparat apusan darah dengan metode apus. B. Metode Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah metode apus (smear). C. Prinsip Setetes darah dipaparkan di atas sebuah glas objek, kaca perata di dorong sepanjang kaca sediaan, kemudian dilakukan pewarnaan. D. Dasar Teori Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma yang dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Fungsi utama dari darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh.darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Sel darah pada umumnya dikenal ada tiga tipe yaitu: eritrosit, lekosit dan trombosit. Eritrosit manusia dalam keadaan normal berbentuk cakram bulat bikonkaf dengan diameter 7,2 µm tanpa inti, lebih dari separuh komposisi eritrosit terdiri dari air (60%) dan sisanya berbentuk substansi koloidal padat. Sel ini bersifat elastis dan lunak.lekosit (sel darah putih) terdapat pada bagian pinggir sel darah, lekosit ini dibagi menjadi dua yaitu granulosit dan agranulosit.tipe ketiga yaitu Trombosit (disebut juga keping darah), berbentuk sebagai keping-keping sitoplasma lengkap dengan membran yang mengelilinginya, Trombosit terdapat khusus pada sel darah mammalia. Untuk melihat struktur sel-sel darah dengan mikroskop cahaya pada umumnya dibuat sediaan apus darah. Sediaan apus darah ini tidak hanya digunakan untuk mempelajari sel darah tapi juga digunakan untuk menghitung perbandingan jumlah masing-masing sel darah. Pembuatan preparat apus darah ini menggunakan suatu metode yang disebut metode oles (metode smear) yang merupakan suatu sediaan dengan jalan mengoles atau membuat selaput (film) dan substansi yang berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas benda yang bersih dan bebas lemak untuk kemudian difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup (Cahya, 2013).

Sediaan apusan darah Sediaan apus darah tepi adalah suatu cara yang sampai saat ini masih digunakan pada pemeriksaan di Laboratorium. Sediaan apusan darah adalah suatu sarana yang digunakan untuk menilai berbagai unsur sel darah tepi, seperti a. Evaluasi morfologi dari sel darah tepi (eritrosit, trombosit, dan leukosit) b. Memperkirakan jumlah leukosit dan trombosit c. Identifikasi parasit (misal : malaria. Microfilaria, dan Trypanosoma). Jenis Apusan darah: 1. Sediaan darah tipis Ciri-ciri sediaan apus darah tipis yaitu lebih sedikit membutuhkan darah untuk pemeriksaan dibandingkan dengan sediaan apus darah tebal, morfologinya lebih jelas, dan perubahan pada eritrosit dapat terlihat jelas. 2. Sedian darah tebal Ciri-ciri sediaan apus darah tebal yaitu lebih banyak membutuhkan darah untuk pemeriksaan dibandingkan dengan sediaan apus darah tipis, jumlah selnya lebih banyak dalam satu lapang pandang, dan bentuknya tak sama seperti dalam sediaan apus darah tipis (Imam Budiwiyono 1995). Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan baik merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan pemeriksaan yang baik. Bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah segar yang berasal dari kapiler atau vena dengan atau tanpa EDTA. Darah yang diperoleh dari tusukan jarum pada ujung jari.sebaiknya tetesan darah pertama dibersihkan agar diperoleh hasil yang memuaskan.tetesan yang kedua diletakan pada daerah ujung kaca sediaan yang bersih. Untuk membuat sediaan apus darah diperlukan 2 buah kaca objek. Kaca objek yang satu dijadikan tempat apusan darah(disebut sebagai kaca sediaan) dan yang lain dijadikan alat perata(disebut kaca perata atau spreader). Kaca objek yang harus dipakai harus benarbenar bersih,kering dan tidak berlemak.kaca objek yang telah bersih dan kering dapat dipakai untuk membuat sediaan apusan darah. Diatas kaca sediaan,diletakkan setetes darah kira-kira 1-2cm dari salah satu ujungnya,sebaiknya tetesan darah berdiameter 1mm. Kaca perata

dipegang sedemikian rupa sehingga membentuk sudut antara 30 0-45 0 dengan kaca sediaan. Diletakkan di depan tetesan darah tadi, lalu dimundurkan menyentuh tetesan darah,tetesan darah akan merambat sepanjang sisi garis temu kedua kaca objek itu, kaca perata di dorong sepanjang kaca sediaan dengan gerakan yang cepat,tetap dan tidak ragu (KAKU). Gerakan memdorong dan sudut yang dibentuk antara kedua kaca objek merupakan factor yang penting,demikian pula sisi kaca perata,karena akan memepengaruhi mutu sediaan : Sudut lebih dari 45 0 atau gerakan mendorong terlalu cepat akan menghasilkan sediaan yang tebal Sudut kurang dari 30 0 atau gerakan terlalu pelan akan menyebabkan sediaan menjadi tipis Gerakan mendorong yang ragu-ragu dapat menghasilkan sediaan yang tidak rata atau bergelombang Sisi kaca perata yang tidak rata akan menghasilkan sediaan yang tidak rata atau ujung apusan yang tampak bergerigi. Untuk memperoleh sediaan apus yang baik diperlukan latihan-latihan dengan memperhatikan factor-faktor diatas. Pada sediaa apus yang baik akan diperoleh juga distribusi sel yang baik,hal ini penting dalam hal memperoleh hasil hitung jenis leukosityang benar dan dalam melakukan evaluasi gambaran darah tepi. Apusan diatas kaca sediaan dapat dibagi menjadi 3 bagian : 1. Bagian Pangkal (Head) yaitu bagian dimana tetesan darah mulai diapuskan. Pada bagian ini sebagian besar eritrosit tampak(dibawah tabung mikroskop)terletak tumpang tindih. 2. Bagian Tengah (Body) dimana letak sebagian eritrosit mulai terpisah dan sebagian lainya masih tumpang tindih. 3. Bagian Ujung (Tail) yaitu bagian paling tipisdibagian ini eritrosit kelihatan saling berpisah atau bersinggungan. Distribusi leukosit terjadi di bagian pangkal sampai dibagian ujung apusan.biasanya limfosit cenderung berada dibagian tepi dan ujung apusan,makin tipis sediaan yang dibuat maka makin besar proporsi sel-sel segmen di bagian ujung. Sediaan yang terlalu tebal akan menyebabkan pengecatan sediaan makin sukar menyebabkan sel-sel leukosit tampak lebih kecil sehingga menyulitkan identifikasi sel.

Sedian apusan darah yang baik harus memenuhi kriteria berikut : Panjang apusan kira-kira 3-4 cm.bila pangkal apusan berada 1-2 cm dari ujung kaca sediaan maka panjang apusan akan melampaui ½ panjang kaca sediaan. Sediaan lebih tebal dibagian pangkal dan makin ke ujung makin tipis Sediaan /apusan tampak rata,tidak bergelombang dan tidak berlobang Sepanjang sisi apusan ada daerah bebas (free margin) yakni daerah kaca sediaan yang tidak terlintasi oleh apusan darah. Imam, Budiwiyono. 1995 Gambar: Sediaan Hapusan Darah Setelah sediaan darah dikeringkan pada suhu kamar barulah dilakukan pewarnaan sesudah difiksasi menurut metode yang dipilih, yaitu metode Giemsa dan Wright yang merupakan modifikasi metode Romanosky. Pulasan giemsa Zat warna yang digunakan dalam metode Romanovsky adalah Giemsa yang sebelumnya telah diencerkan dengan aquades. Sediaan apus yang telah dikeringkan diudara, difixir dulu dengan methyl alkohol selama 3-5 menit. Semakin lama pewarnaan yang dilakukan maka intensitasnya menjadi semakin tua. Preparat apus yang yang telah selesai dibuat kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Gambar yang didapat dalam hasil menunjukan sel-sel butir darah baik eritrosit, leukosit, trombosit, atau yang lain. Pembuatan sediaan apus menggunakan beberapa bahan yang berupa larutan-larutan khusus yang memiliki fungsi masing-masing. Diantaranya menggunakan methanol/ alkohol 100%, alkohol ini diteteskan ke atas sediaan, sehingga bagian yang terlapis darah tertutup seluruhnya.metanol atau alkohol ini berfungsi untuk proses fiksasi yaitu untuk membunuh sel-sel pada sediaan tersebut tanpa mengubah posisi (struktur) organel yang ada di dalamnya. Dari literatur lain disebutkan, tujuan fiksasi adalah untuk menghentikan proses metabolisme

secara cepat, mencegah kerusakan jaringan, mengawetkan komponen-komponen sitologis dan histologist, mengawetkan keadaan sebenarnya, dan mengeraskan (Rudyatmi, 2011). Pembuatan sediaan apus juga menggunakan xylol. Xylol berfungsi untuk menjernihkan sediaan, karena zat pewarna Giemsa masih bersisa disediaan.xylol terus diberikan agar sediaan tidak kering. Pada akhir pengamatan sediaan apus yang telah dibuat, kaca bendaa diberi zat entellen serta langsung ditutup kaca penutup. Zat entellen ini berfungsi untuk melekatkan kaca penutup pada objek, selain itu agar objek yang sudah diamati tidak rusak dan tetap awet (Mescher, Anthony L. 2012). Pulasan wright Zat pulas wright dapat dibeli dalam bentuk serbuk atau sebagai cairan siap pakai. Untuk membuat larutan koloid yang siap pakai larutan ini harus dilarutkandalam metilalkohol, tiap 0,1 g serbuk itu digerus dalam sebuah mortar dengan metilalkohol ditambahkan sedikit demi sedikit sampai 60 ml. Simpanlah larutan itudalam botol berwarna yang diisi sampai penuh, kocoklah isinya setiap hari. Larutan itu 10 hari cukup matang digunakan. Jauhkan larutan wright dari uap asam atau basa.tutuplah botol selalu rapat rapat agar tidak kemasukan hawa lembab. Perbedaan pulasan giemsa dengan pulasan wright yaitu dengan pulasan giemsa, granul basofil tidak terlihat karena granula akan larut dan pulasan ini baik untuk melihat bentuk dari eritrosit. Sementara itu, pulasan wright baik untuk darah yang banyak mengandung sel sel muda dan sediaan sumsum tulang karena struktur plasma dan inti lebih jelas terlihat. E. Alat dan Bahan Alat 1. Objek gelas 2. Holder 3. Lanset Bahan 1. Alkohol swab 70 % 2. Darah 3. Kapas kering

F. Cara Kerja a) Pengambilan Darah Kapiler: 1. Memilih salah satu ujung jari tangan, kecuali ibu jari dan jari kelingking, lebih baik menggunakan jari manis. 2. Membersihkan ujung jari dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70%, biarkan kering lebih dulu. 3. Menusuk ujung jari yang telah bersih dengan blood lancet. Usahakan jangan sampai tusukannya terlalu dalam. 4. Darah yang keluar pertama kali jangan digunakan, usap tetesan pertama dengan kapas steril. 5. Lalu teteskan darah pada objek glass secukupnya (± 3 tetes), lalu dibuat hapusan. b) Pembuatan Hapusan Darah Tebal: 1. Darah yang sudah diteteskan pada objek glass, diputar secara melingkar dengan ujung objek glass 2. Ukuran lingkaran ± 1 cm x 1 cm, dengan arah putaran melingkar dari arah luar ke dalam dengan tersebar dan rapi. c) Pembuatan Hapusan Darah Tipis: 1. Menyentuhkan ujung objek glass lain yang bersih pada ujung objek glass yang telah ditetesi darah dengan posisi sudut 450,tarik mundur menyentuh tetesan darah (untuk meratakan penyebaran darah). 2. Setelah tetesan darah melebar (± 3 cm), dorong ujumg objek glass lain, ke arah depan dengan cepat dan merata hingga hapusan terlihat tipis. 3. Mengeringkan hapusan darah di udara terbuka. 4. Memberi tanda pada kaca benda yang ada hapusan darahnya.

Daftar Pustaka Asri, 2013, Pembuatan Preparat Apus Darah Manusia, Online, Available : http://asrie02.blogspot.com/2013/12/laporan-praktikum-histologi.html, 4 Maret 2014 Anonim, 2013.Cara Pembuatan Apusan Darah Tipis.Online.Available :http://www.katsanakes.com/2013/03/cara-pembuatan-apusan-darahtipis.htm, 5 maret 2014. Aceh, 2012. Pembuatan Sediaan Apusan Darah. (online). Available : http://acehlaboratorium.blogspot.com/2012/01/pembuatan-sediaan-apusan-darah.html. 5 Maret 2014. Cahya, 2013, Laporan Anfisman Sediaan Apus Darah, Online, Available : http://cahyaaulia.blogspot.com/2013/12/laporan-anfisman-sediaan-apusdarah_8.html, diakses pada 3 Maret 2014 Budiwiyono, Imam. 1995. Prinsip Pemeriksaan Preparat Hapus Darah Tepi. Dalam : Imam BW, Purwanto AP ed. Workshop Hematologi III. Keganasan Hematologik. Pembacaan Preparat Darah Hapus (Workshop Hematologi III). Bagian PK FK Undip. Semarang. Online.Available : http://sketsaistjourney.wordpress.com/2013/03/23/hemoglobin-dan-apusandarah/, diakses pada 3 Maret 2014 Kd, Mita. 2013. Pembuatan Preparat Hapusan Darah Smear. (online). Available: http://mitakd.blogspot.com/2013/05/pembuatan-preparat-hapusan-darahsmear_23.html. 5 Maret 2014. Mescher, Anthony L. 2012. Histologi Dasar JUNQUIERA. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Rudyatmi,Eli. 2011. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA UNNES