GAMBARAN UMUM WILAYAH

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA RKPD

Gambaran Umum Wilayah

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

Visi dan Misi Calon Bupati Kolaka Timur Periode GAMBARAN UMUM KABUPATEN KOLAKA TIMUR A. Kondisi Wilayah

BAB II TINJAUAN UMUM

D A F T A R I S I Halaman

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN UMUM

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KEADAAN UMUM DAS KONAWEHA. Luas dan Wilayah Administrasi DAS Konaweha. Iklim

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten Sleman Akhir Masa Jabatan Tahun DAFTAR TABEL

BAB 3 GEOLOGI SEMARANG

KONDISI W I L A Y A H

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara


PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

KONDISI UMUM BANJARMASIN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Kota Salatiga terletak antara Lintang Selatan dan antara , ,64 Bujur Timur.

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA 2012

RINGKASAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB II TINJAUAN UMUM

Daftar Tabel. Halaman

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 7 TAHUN TAHUN 2004 TENTANG

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III TINJAUAN LOKASI

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

UU 29/2003, PEMBENTUKAN KABUPATEN BOMBANA, KABUPATEN WAKATOBI, DAN KABUPATEN KOLAKA UTARA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

PROFIL SANITASI SAAT INI

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI BANTEN TABEL PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH TERHADAP CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KOTA BALIKPAPAN

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Transkripsi:

BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik 2.1.1 Letak Geografis Kabupaten Kolaka merupakan salah satu daerah di jazirah tenggara pulau Sulawesi dan secara geografis terletak pada bagian barat Propinsi Sulawesi Tenggara memanjang dari utara ke selatan berada diantara 2 o 00 5 o 00 Lintang Selatan dan membentang dari barat ke timur diantara 120 o 45 124 o 06 Bujur Timur. Batas daerah Kabupaten Kolaka adalah sebagai berikut: a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kolaka utara yang merupakan pecahan dari Kabupaten Kolaka. b. Sebelah barat berbatasan dengan Teluk Bone. c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bombana. d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Konawe dan Konawe Selatan. Dari 20 kecamatan yang ada di Kabupaten Kolaka, wilayah kecamatan dengan luas terbesar yaitu Kecamatan Uluiwoi sedangkan wilayah kecamatan dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Toari. Khusus untuk 6 Kecamatan yang masuk dalam wilayah kajian, yang memiliki luas terbesar yaitu Kecamatan Tirawuta dengan luas 381,14 Km 2 sedangkan yang memiliki luas terkecil yaitu Kecamatan Wundulako dengan luas 140,00 Km 2. 2.1.2 Administratif Kabupaten Kolaka mencakup jazirah daratan dan kepulauan yang memiliki wilayah daratan seluas ± 691.838 ha, dan wilayah perairan (laut) diperkirakan seluas ± 15.000 Km 2. Dari luas wilayah tersebut Kabupaten Kolaka dibagi dalam 20 (dua puluh) kecamatan, yaitu: ii - 1

Kecamatan Watubangga, Kecamatan Tanggetada, Kecamatan Pomalaa, Kecamatan Wundulako, Kecamatan Baula, Kecamatan Ladongi, Kecamatan Lambandia, Kecamatan Tirawuta, Kecamatan Kolaka, Kecamatan Latambaga, Kecamatan Wolo, Kecamatan Samaturu, Kecamatan Mowewe, Kecamatan Uluiwoi, Kecamatan Toari, Kecamatan Polinggona, Kecamatan Poli-Polia, Kecamatan Lalolae, Kecamatan Loea, Kecamatan Tinondo. Dari 20 kecamatan tersebut, Kabupaten Kolaka terbagi menjadi 213 desa dan kelurahan, masing-masing 168 Desa dan 45 Kelurahan. Kecamatan yang memliki jumlah desa/kelurahan yang paling banyak adalah Kecamatan Lambandia, dengan rincian 19 desa dan 1 kelurahan. Sedangkan kecamatan yang memiliki Desa/Kelurahan yang paling sedikit adalah Kecamatan Toari, Kecamatan Polinggona dan Kecamatan Tinondo, dimana jumlah Desa/Kelurahan masing-masing 6 unit. No Tabel 2.1 Luas Wilayah Kabupaten Kolaka Menurut Kecamatan Kecamatan Luas Wilayah (km 2 ) Prosentase (%) 1 Watubangga 245.20 3.54 2 Tanggetada 450.00 6.50 3 Pomalaa * 373.82 5.40 4 Wundulako * 140.00 2.02 5 Baula * 150.47 2.17 6 Ladongi 183.00 2.65 7 Lambandia 226.57 3.27 8 Tirawuta * 381.14 5.51 9 Kolaka * 207.25 3.00 10 Latambaga * 308.32 4.46 11 Wolo 730.54 10.56 12 Samaturu 344.69 4.98 13 Mowewe 92.75 1.34 Keterangan 14 Uluiwoi 2306.58 33.34 15 Toari 71.25 1.03 Pemekaran Kec. Watubangga 16 Polinggona 151.12 2.18 Pemekaran Kec. Watubangga 17 Poli-Polia 162.56 2.35 Pemekaran Kec. Ladongi 18 Lalolae 81.93 1.18 Pemekaran Kec. Tirawuta 19 Loea 107.94 1.56 Pemekaran Kec. Tirawuta 20 Tinondo 203.25 2.94 Pemekaran Kec. Mowewe Total 6918.38 100.00 Sumber: Kabupaten Kolaka Dalam Angka 2010 ii - 2

Wilayah kajian untuk Kabupaten Kolaka mencakup 6 Kecamatan yaitu: Kecamatan Kolaka dengan luas wilayah 207,25 Km 2, Kecamatan Wundulako dengan luas wilayah 140,00 Km 2, Kecamatan Baula dengan luas wilayah 150,47 Km 2, Kecamatan Pomalaa dengan luas wilayah 373,82 Km 2, Kecamatan Latambaga dengan luas wilayah 308,32 Km 2 dan Kecamatan Tirawuta dengan luas wilayah 381,14 Km 2. Total luas wilayah kajian 1.561 Km 2 yang terdiri dari 59 desa/kelurahan. Tabel 2.2 Pembagian Daerah Administrasi Kabupaten Kolaka No. Kecamatan Ibukota Σ Desa ΣKelurahan Jumlah 1. Watubangga Watubangga 9 3 12 2. Tanggetada Anaiwoi 12 1 13 3. Pomalaa Tonngoni 8 4 12 4. Wundulako Wundulako 6 5 11 5. Baula Baula 8 1 9 6. Ladongi Atula 9 4 13 7. Lambandia Penanggo Jaya 19 1 20 8. Tirawuta Rate-Rate 12 1 13 9. Kolaka Lamakato 0 7 7 10. Latambaga Mangolo 0 7 7 11. Wolo Wolo 17 2 19 12. Samaturu Tosiba 13 2 15 13. Mowewe Inebenggi 5 3 8 14. Uluiwoi Sanggona 12 1 13 15. Toari Toari 6 0 6 16. Polinggona Polinggona 6 0 6 17. Loea Loea 6 2 8 18. Tinondo Tinondo 8 0 8 19. Poli-Polia Poli-Polia 6 0 6 20. Lalolae Lalolae 6 2 8 Kabupaten Kolaka 168 46 214 Sumber: Kabupaten Kolaka Dalam Angka 2010 ii - 3

Gambar 2.1. Peta Adminsitartif Wilayah dan Wilayah Kajian Buku Putih Kabupaten Kolaka ii - 4

2.1.3 Topografi Kabupaten Kolaka memanjang dari Utara Barat Laut ke Tenggara dengan topografi yang sangat kontras antara bagian barat dengan bagian Timur. Berdasarkan bentuk bentang alamnya (morfologinya) Kabupaten Kolaka dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah yaitu pedataran di bagian barat (bagian pesisir), bergelombang dibagian tengah dan pegunungan di bagian Timur. Ketiga bentuk bentang alam tersebut juga memanjang dari Utara Barat Laut ke Tenggara. Kondisi demikian tidak lepas dari proses pembentukan Pulau Sulawesi khususnya bagian timur yang berupa obduksi (tumbukan). Kondisi topografi yang demikian ini pula mengakibatkan banyak terdapat sungai kecil yang mengalir dari wilayah topografi perbukitan di Timur ke wilayah pedataran di Barat. Kemiringan lahan diklasifikasikan dalam empat kelas lereng yaitu 0 8%, 8 25%, 25% 40% dan lebih dari 40 %. Kemiringan tanah yang paling dominan adalah di atas 40% meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten Kolaka dengan luas 510.976 ha atau 74%. Sedangkan daerah datar dengan kemiringan 0 % - 8% menempati areal seluas 90.545 ha atau 13%. Daerah dengan kelerengan 8 25% dan 25 40% masing-masing menempati 6% dari luas Kabupaten Kolaka. Kemudian unsur topografi lainnya adalah ketinggian tempat dari permukaan laut. Ketinggian suatu tempat dari permukaan laut sangat erat kaitannya dengan suhu (temperatur) udara dan curah hujan. Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut akan semakin rendah suhunya. Di dataran rendah rata-rata suhu tahunannya berkisar 26 C, angka rata-rata ini berkurang 0,6 C dengan kenaikan setiap 100 meter. Ketinggian tempat dari permukaan laut di Kabupaten Kolaka di bedakan dalam empat segmen yaitu : a. Ketinggian 0-7 meter, umumnya terletak di pesisir pantai Watubangga hingga Tanjung Pakar dan di Pantai Wolo hingga Tanjung Ladongi. Daerah ini terdapat hutan bakau, tambak dan areal perkampungan. ii - 5

b. Ketinggian 7-25 meter dari permukaan laut membujur dari kecamatan Watubangga ke arah barat. Bentangan kontur mengikuti lekukan sepanjang jalan arteri. Daerah yang di lalui selain hutan bakau dan perkampungan juga kawasan budidaya seperti tambak, sawah,dan kebun campuran. c. Daerah dengan ketinggian 25-100 meter mengikuti dataran agak terjal dengan fungsi budidaya, dan sebagian besar hutan produksi dan perkebunan. d. Daerah dengan ketinggian > 100 meter, merupakan daerah terjal kearah kawasan perlindungan dan pelestarian, termasuk kawasan khusus dengan perlindungan daerah aliran. 2.1.4 Geologi Kondisi geologi di Provinsi Sulawesi Tenggara termasuk didalamnya Kabupaten Kolaka umumnya berada pada kondisi geologi yang rumit. Kerumitan ini dicerminkan dari litologi yang beragam dengan kontak litologi umumnya berupa kontak struktur. Kuatnya tekanan tektonik menyebabkan umumnya wilayah studi merupakan wilayah pegunungan. Sedangkan jika dilihat dari jenis batuannya maka wilayah ini juga disusun oleh batuan yang rumit dan mulai dari yang sangat tua (Jura) hingga yang paling muda (Holosen). Satuan batuan tersebut masih dirinci kedalam satuan batuan yang lebih spesifik, dirinci dengan simbol dan warna masing-masing satuan. Berdasarkan peta geologi lembar Lasusua Kendari Sulawesi dan peta geologi lembar Kolaka Sulawesi dengan skala 1:250.000 yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G), Dirjen Geologi dan Sumberdaya Mineral, Bandung 1993, serta kompilasi peta oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sulawesi Tenggara (2005) wilayah Kabupaten Kolaka tersusun oleh beberapa jenis batuan yang dapat dijelasakan sebagai berikut (Penjelasan dari batuan yang tertua ke batuan yang termuda): a. Kompleks Mekongga (Pzm) pada Lembar Lasusua Kendari disebut batuan malihan Paleooikum; Formasi batuan ini termasuk di ii - 6

dalamnya marmer Paleozoikum (Pzmm) yang dipetakan oleh P3G Bandung tahun 1993. Sedangkan pada peta geologi yang dibuat oleh Dinas pertambangan dan Energi Sultra (2005) menyebutnya (Pcm). Kompleks batuan ini terdiri atas batuan metamorf berupa sekis, geneis dan kuarsit. Sedangkan Pzmm sendiri merupakan batuan metamorf hasil ubahan dari batu gamping (mammer). Marmer (Pzmm) telah mengalami metamorfosa lanjut yang ditandai dengan struktur mendaun. Sebaran batuan ini sangat luas (55%)di bagian barat, tengah dan utara Kabupaten Kolaka yang membentang utara (G. Mekongga) selatan (Rate - rate). Ketiga lembar peta menyebutkan bahwa batuan ini berumur Karbon Permian. b. Formasi Tolala (TRJt) yang pada lembar peta geologi yang dibuat oleh Dinas pertambangan dan Energi Sultra (2005) TRJI. Formasi ini tersusun oleh batu gamping dengan sisipan batu pasir, serpih dan napal. Struktur yang dijumpai pada batuan ini adalah perlapisan dengan arah umum kemiringan batuan adalah selatan. Batuan ini mempunyai kontak struktur (patahan turun) di bagian selatan dengan batuan yang lebih tua (Pzm). Penyebaran formasi ini relatif sempit (10%) yaitu di bagian barat laut Kabupaten Kolaka yaitu dari Pegunungan Mengkoka di timur hingga ke pantai di barat. Hasil penanggalan dari ketiga lembar peta di atas menunjukkan umur yang sama yaitu Trias Jura. c. Formasi Meluhu (TRJm) yang pada lembar peta geologi yang dibuat oleh Dinas pertambangan dan Energi Sultra (2005) disebut PCt. Formasi ini terdiri atas perselingan batupasir, serpih, batugamping dan lanau. Batuan ini mengalami tektonik kuat yang ditandai oleh kemiringan perlapisan batuan hingga 80 O dan adanya puncak antiklin yang memanjang utara barat daya tenggara. Penyebaran formasi ini juga sempit (7,5%) dan tersingkap di sebelah timur Kabupaten Kolaka. Batuan ini dideskripsi berumur Trias Atas Jura bagian bawah oleh ketiga lembar peta geologi tersebut di atas. ii - 7

d. Batuan Beku Ultrabasa (Ku) pada lembar Kolaka, batuan ofiolit pada lembar Lasusua Kendari dan batuan ofiolit Matano oleh Dinas Pertambangan dan Energi Sultra (2005) yang disebut Ubm. Batuan ini terdiri atas peridotit, hazburgit, gabro, dunit dan serpentinit. Batuan ini menyebar di tiga tempat yaitu Pulau Padamarang, Kecamatan Pomalaa dan Kecamatan Wolo dengan sebaran yang tiidak terlalu luas (10%). Ketiga daerah inipun telah menjadi wilayah konsesi penambangan nikel terbesar yaitu PT. INCO dan PT. Aneka Tambang. Umur batuan ini adalah Jura bagian atas - Kapur bagian bawah. e. Kompleks Pompangeo (MTpm) merupakan kompleks batuan metamorf yang terdiri dari sekis, rijang dan marmer serta metagamping. Batuan ini oleh Dinas Pertambangan dan Energi Sultra (2005) memetakannya sebagai batuan metamorf yang sama dengan PCm. Batuan ini mempunyai kontak struktur geser dengan batuan yang lebih tua di bagian utara yaitu Kompleks Mekongga (Pzm). Berdasarkan penarikan umur oleh P3G (1993) Kompleks Pompangeo mempunyai umur Kapur Akhir Paleosen bagian bawah sedangkan umur oleh Dinas Pertambangan dan energi Sultra (2005) adalah Karbon Akhir Permian atau sama dengan Kompleks Mekongga (Pzm). Sebaran batuan ini relatif sempit (5%) yaitu di bagian tenggara wilayah studi. f. Formasi Langkawa (Tml) merupakan batuan sedimen berupa konglomerat, batupasir, serpih dan batugamping. Kumpulan batuan sedimen ini kemudian dipetakan sebagai Tms dan Tml oleh Dinas Pertambangan dan Energi Sultra (2005). Batuan ini banyak dibatasi oleh kontak struktur dengan batuan lainnya dan bagian atas menjemari dengan bagian bawah batuan sedimen Formasi Boepinang (Tmpb atau Tmpl dan Tmps). Hasil penanggalan umur menunjukkan bahwa batuan ini terbentuk pada Miosen Tengah (P3G, 1993), sedangkan Dinas Pertambangan dan Energi Sultra (2005) mendeskripsi pada kisaran umur Miosen Tengah bagian atas Miosen Akhir bagian bawah. ii - 8

Berdasarkan kemiringan (dip) lapisan batuannya yang relatif kecil (25 O ) maka dapat dikatakan bahwa tektonik yang bekrja pada batuan ini relatif tidak seintens dengan batuan sebelumnya. Sebaran batuan ini sangat sempit (5%) di bagian selatan wilayah studi, namun meluas kearah selatan (diluar Kabupaten Kolaka). g. Formasi Boepinang (Tmpb) terdiri dari batu pasir yang diselingi oleh lempung pasiran dan napal pasiran. Kumpulan batuan sedimen ini kemudian dipetakan sebagai Tmps dan Tmpl oleh Dinas Pertambangan dan Energi Sultra (2005). Batuan ini berlapis dengan kemiringan perlapisan relatif kecil yaitu <15 O yang dijumpai membentuk antiklin dengan sumbu antiklin berarah barat daya timur laut. Batuan ini tersingkap tidak merata dibagian selatan Kabupaten Kolaka yang menutupi lahan sekitar 5% dari wilayah Kabupaten Kolaka. h. Aluvial (Qa) adalah endapan termuda dan hingga kini masih berlanjut. Material penyusunnya berupa kerikil, pasir, kerakal, lempung dan unsur organik yang terendapkan bersama. Sebarannya sangat terbatas yaitu berupa endapan sungai dan pantai. Luas sebarannya tidak lebih dari 2,5% dari luas wilayah Kabupaten Kolaka. Berdasarkan peta yang dibuat oleh oleh P3G (1993) maupun oleh Dinas Pertambangan dan Energi Sultra (2005), maka di daerah penelitian terdapat satu patahan mayor yang dideskripsi sebagai patahan geser menganan dan berarah Utara Barat Laut Tenggara dan mulai melewati Kota Kolaka hingga ke Selat Tiworo di selatan. Patahan ini memotong seri batuan yang tua seperti Kompleks Mekongga dan Kompleks Pompangeo, namun tidak memotong batuan muda seperti Tms atau Formasi Langkowa di selatan. Berdasarkan fenomena tersebut maka patahan mayor tersebut terjadi sebelum F. Langkowa terbentuk pada Miosen Tengah. ii - 9

Mengikuti arah patahan mayor tersebut juga dijumpai patahan naik yang hanya melewati batuan tua yaitu Batuan Ultrabasa (Ku) yang berumur Jura Kapur. Stuktur ini diduga yang menyebabkan batuan-batuan yang lebih tua dari kapur terangkat ke permukaan dan tersingkap di Sulawesi Tenggara. 2.1.5 Hidrologi Wilayah daerah basah dengan curah hujan lebih dari 1788.70 mm per tahun berada pada wilayah sebelah utara jalur Kolaka meliputi Kecamatan Kolaka, Kecamatan Latambaga, Kecamatan Wolo, Kecamatan Samaturu, Kecamatan Mowewe, Kecamatan Uluiwoi dan Kecamatan Tinondo dengan bulan basah sekitar 5 sampai 9 bulan dalam setahun. Berdasarkan data curah hujan, dapat ditetapkan rata-rata hujan tahunan wilayah kabupaten Kolaka sebagaimana disajikan pada Tabel 2.4 berikut: Tabel 2.4 Curah Hujan di Kabupaten Kolaka dan Sekitarnya No Bulan Hari Hujan Curah Hujan (mm) 1 Januari 22 106.30 2 Februari 16 160.80 3 Maret 19 190.40 4 Apri 21 216.90 5 Mei 21 271.10 6 Juni 16 93.20 7 Juli 11 153.20 8 Agustus 5 23.10 9 September 7 2.10 10 Oktober 10 108.50 11 Nopember 14 220.10 12 Desember 20 243.00 Kabupaten Kolaka 182 1788.70 Sumber: Kabupaten Kolaka Dalam Angka 2010 ii - 10

2.1.6 Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Prasarana sumberdaya air adalah prasarana pengembangan sumberdaya air untuk memenuhi berbagai kepentingan, utamanya untuk air bersih dan air irigasi. Pengembangan prasarana sumberdaya air diarahkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan, sumber air tanah dan sumber mata air. Pengembangan sistem irigasi dalam rangka peningkatan pelayanan irigasi diarahkan pada pengelolaan DAS yang terdapat di wilayah Kabupaten Kolaka adalah DAS Pakue, DAS Lapao-Pao, DAS Kolaka dan DAS Huko-huko yang mampu menyediakan air dengan debit 105 liter/detik. Kabupaten Kolaka memiliki beberapa sungai yang tersebar pada beberapa Kecamatan. Sungai tersebut pada umumnya memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber tenaga, kebutuhan industri, kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan irigasi serta pariwisata. Tabel. 2.3 : Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten/Kota Nama DAS Luas (Ha) Debit (m 3 /dtk) DAS Lapao-Pao DAS Kolaka DAS Huko-huko DAS Tamboli DAS Poleang DAS Konaweha 2.1.7 Tinggi Muka air Tanah Air permukaan umumnya berupa rawa, sungai dan sumur dangkal yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Kolaka. Kedalaman sumur berkisar antara 2 m hingga 15 m. Kondisi air tanah tergambar dari sumur-sumur penduduk, pada beberapa lokasi kedalaman air tanah mencapai 20 m. Kualitas air umumnya baik, sehingga air tanah dapat membantu untuk kebutuhan keluarga. ii - 11

Berdasarkan data RePPProt (Regional Physical Planning Project for Transmigration) tahun 1988 menunjukkan kualitas air tanah bervariasi dan bahkan di beberapa kecamatan sudah ada yang mengalami intrusi air laut. Wilayah persebaran air payau dengan kondisi saline (>4000 ppm NaCl) dan brackish (>4000 ppm NaCl) adalah wilayah pantai. Namun secara umum kondisi air tanahya masih berupa air tawar (<250 ppm NaCl) dengan persebaran adalah daratan yang menuju ke perbukitan. 2.1.8 Wilayah Pasang Surut Wilayah pasang surut terdapat pada wilayah-wilayah di pesisir pantai, yang tersebar di seluruh kecamatan wilayah Utara dan Selatan. Sedangkan wilayah Timur terletak di daerah pegunungan. Tipe pasang surut pada perairan Kolaka tergolong pada tipe campuran condong ke setengah harian. Dengan demikian akan terjadi dua kali pasang dan satu kali surut dengan tinggi dan periode yang berbeda. Pengaruh pasang surut dalam pengaliran air ke dalam dan luar drainase tidak terlalu signifikan dan perlu dipertimbangkan dengan baik dalam pemanfaatan air laut. Gerak elevasi air karena pasang-surut akan membangkitkan arus pasang-surut. Range pasang surut selama bulan oktober sebesar 196,35 cm, potensi membangkitkan arus yang relatif kuat. Arus akan menguat pada saat titik tengah dari peralihan surut ke pasang (saddle point) dan sebaliknya. 2.2. Demografi Jumlah penduduk Kabupaten Kolaka tahun 2010 adalah 314.812 jiwa. Kecamatan yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak yakni di Kecamatan Kolaka berjumlah 35.977 jiwa. Dengan distribusi penduduk mencapai 11,43% dari seluruh penduduk di Kabupaten Kolaka. ii - 12

Tabel. 2.5 : Nama,Luas wilayah per-kecamatan dan jumlah Kelurahan Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan / Desa (Ha) Luas Wilayah (%) thd total Watubangga 12 245,20 3,54 Tanggetada 14 450,00 6,50 Pomalaa 12 373,82 5,40 Wundulako 11 140,00 2,02 Baula 9 150,47 2,17 Ladongi 13 183,00 2,65 Lambandia 20 226,57 3,27 Tirawuta 13 381,14 5,51 Kolaka 7 207,25 2,99 Latambaga 7 308,32 4,46 Wolo 19 730,54 10,56 Samaturu 15 344,69 4,98 Mowewe 8 92,75 1,34 Uluiwoi 13 2.306,58 33,34 Tinondo 8 203,25 2,94 Lalolae 5 81,93 1,18 Poli-Polia 8 162,56 2,35 Toari 6 71,25 1,03 Polinggona 5 151,12 2,18 Loea 8 107,94 1,56 Total 213 6.918,38 Sumber : Kabupaten Kolaka dalam Angka 2010 2.2.1 Perkembangan dan Proyeksi Jumlah Penduduk Perkiraan jumlah penduduk ini penting dalam suatu perencanaan, karena kependudukan merupakan salah satu penentu dalam mengkondisikan perkembangan suatu wilayah baik dari segi fisik maupun non fisik. Dengan mengetahui perkembangan suatu penduduk di suatu wilayah maka akan dapat diketahui prediksi dari kebutuhan akan fasilitas dan utilitas penunjang serta perkiraan kebutuhan ruangnya. Dengan mengetahui prediksi akan kebutuhan fasilitas, utilitas dan ruangnya maka akan relatif lebih mudah untuk memberikan arahan perkembangan sehingga akan didapat keteraturan secara fisik dan non fisik. ii - 13

Nama Kecamatan Watubangga Tanggetada Pomalaa * Wundulako * Baula * 10.126 11.831 Ladongi Lambandia Tirawuta * Kolaka * Latambaga * Wolo Samaturu Mowewe Uluiwoi Tinondo Lalolae Poli-Polia Toari Polinggona Loea 6.174 Tabel 2.6 Tabel Jumlah Penduduk dan Proyeksinya kurun waktu 5 tahun Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Tahun Tahun Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2010 2011 2012 2013 2014 2015 14.169 14.872 16.702 19.838 24.765 32.336 3.644 3.752 3.978 4.096 4.217 4.342-581 703 1.830 3.136 4.926 7.571 13.310 14.124 15.407 17.120 19.278 21.940 2.815 28.199 35.299 44.685 57.029 73.442 95.270 5.434 18.588 20.664 23.329 26.745 31.121 36.727 3.879 13.948 16.580 19.855 23.938 2.092 23.813 26.423 26.929 33.541 38.309 44.131 6.020 28.034 31.771 37.135 44.156 53.147 64.615 7.198 12.483 13.069 13.721 14.440 15.224 16.077 2.879 36.147 43.728 53.257 65.281 80.508 99.854 6.630 27.558 31.140 35.990 42.628 51.853 64.890 5.810 24.253 25.510 27.004 28.771 30.858 33.323 5.481 21.045 25.694 31.684 39.458 49.616 62.977 4.794 7.538 8.107 8.735 9.427 10.190 11.030 1.764 7.242 6.362 5.700 5.173 4.736 4.365 1.915 7.119 7.396 7.731 8.127 8.587 9.116 1.640 3.542 3.693 3.864 4.056 4.271 4.511 819 10.606 11.816 13.487 15.632 18.297 21.556 2.876 8.925 9.790 10.793 11.954 13.297 14.849 2.237 6.497.8771 12.899 20.074 32.390 53.489 1.072 6.783 7.562 8.543 9.771 11.308 1.614 2.899 5.595 3.994 2.154 6.198 7.411 2.964 6.790 5.982 5.643 4.936 1.816 1.972 1.690 843 2.962 2.303 1.104 1.662 3.075 3.166 3.261 3.358 215 814 1.283 1.713 2.159 2.662 5.931 6.107 6.288 6.474 5.410 7.100 9.356 12.373 16.413 21.828 4.234 4.360 4.489 4.622 1.610 2.076 2.665 3.416 4.376 5.606 2.284 2.351 2.421 2.493 1.373 1.705 2.117 2.632 3.275 4.083 6.570 6.764 6.964 7.170 2.085 2.610 3.206 3.912 4.768 5.823 7.856 8.089 8.328 8.574 1.509 3.737 5.364 7.020 8.991 11.468 3.142 3.234 3.330 3.428 518 586 652 718 785 853 7.122 7.294 7.470 7.650 6.059 7.581 9.529 12.024 15.227 19.346 6.341 6.529 6.722 6.921 2.662 3.582 4.849 6.639 9.225 13.036 5.982 6.158 6.340 6.528 1.051 1.257 1.494 1.767 2.087 2.465 5.233 5.388 5.547 5.712 3.634 4.649 5.990 7.774 10.158 13.361 1.925 1981 2.040 2.100 516 569 628 692 763 841 2.091 2.153 2.217 2.283-1.227-880 -662-528 -437-371 1.795 1.849 1.906 1.964 221 227 335 396 460 529 893 919 946 974 132 151 171 192 215 240 3.142 3.236 3.332 3.432 725 1.210 1.671 2.145 2.665 3.259 2.441 2.513 2587 2.663 744 865 1.003 1.161 1.343 1.552 1.171 1.206 1.242 1.279 1.081 2.274 4.128 7.175 12.316 21.099 1.762 1.815 1.869 1.924 460 609 779 981 1.228 1.537 Sumber: Badan Pusat Statistik ii - 14

2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah Belanja modal sanitasi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Kolaka, terdapat pada tabel berikut: Tabel 2.7 Ringkasan Realisasi APBD 5 Tahun Terakhir No. Anggaran A. Pendapatan 1. Pendapatan Asli daerah (PAD) 2. Dana Perimbangan (Transfer) Lain-lain 3. Pendapatan yang Sah Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 20.209.047.937,53 24.698.876.540,06 35.356.172.843,29 32.529.383.052,22 37.472.899.476,04 456.315.164.648,82 521.928.394.918,98 469.038.638.565,00 460.143.365.055,00 538.472.757.421,00 25.184.331.546,87 10.106.616.000,00 43.713.411.843,00 111.597.443.614,00 141.816.268.022,00 Jumlah Pendapatan 501.708.544.133,22 556.733.887.459,04 548.108.223.251,29 604.270.191.721,22 B. Belanja 717.761.924.919,0 4 1. Belanja Tidak 201.332.309.622,00 243.882.613.589,00 264.366.895.792,00 326.345.264.177,00 389.642.608.690,00 Langsung 2. Belanja Langsung 292.227.740.602,00 327.167.735.560,00 331.997.132.662,00 283.580.393.952,00 286.378.904.710,16 Jumlah Belanja Surplus/(Defisit) Anggaran 493.560.050.224,00 571.050.349.149,00 596.364.028.454,00 609.925.658.129,00 676.021.513.400,1 6 8.148.493.909,22 (14.316.461.689,96) (48.255.805.202,71) (5.655.466.407,78) 41.740.411.518,88 Sumber: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal Pada kurun waktu 2007-2011 APBD Kabupaten Kolaka mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Struktur pendapatan Kabupaten Kolaka sekitar 84,29 % bersumber dari dana perimbangan, sedangkan selebihnya sekitar 10,61 % berasal dari lain-lain pendapatan yang sah dan 5,10 % dari pendapatan asli daerah. Dari struktur pendapatan tersebut dapat diketahui bahwa pembangunan di Kabupaten Kolaka masih sangat tergantung dari dana perimbangan. Belanja APBD Kabupaten Kolaka terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung. Pada kurun waktu 2007-2009, porsi belanja langsung lebih besar dibanding belanja tidak langsung. Sedangkan pada kurun waktu 2010-2011 porsi belanja langsung lebih kecil dibanding belanja tidak langsung. Pada kurun waktu tersebut APBD Kabupaten Kolaka mengalami defisit, kecuali pada tahun 2007 dan tahun 2011 mengalami surplus. Surplus APBD Kabupaten Kolaka pada tahun 2011 mencapai Rp. 41 milyar lebih. ii - 15

Tabel 2.8 Ringkasan Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi per Penduduk 5 Tahun terakhir No. Sub Sektor Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 Rata-Rata Pertumbuhan (%) 1. Air Limbah - 134.882.500 2. Sampah 3. Drainase 4. Aspek PHBS (Pelatihan, Sosialisasi) Total Belanja 441.557.500 640.000.000 149.500.000 273.188.000 4.632.465.500 5.874.510.500 4.027.563.500 4.311.348.000 3.720.263.000 4.513.230.100 1.958.725.000 1.239.737.000 1.711.806.000 1.844.610.000 2.530.155.440 1.857.006.688 109.656.507 484.362.500 72.435.000 37.225.000 144.575.000 169.650.801 Sanitasi (1 s/d 4) 6.700.847.007 7.733.492.500 6.253.362.000 6.833.183.000 6.544.493.440 6.813.075.589 124,11 73,92 (2,82) 11,57 0,33 Total Belanja APBD Proporsi Belanja Modal Sanitasi Terhadap Total Belanja APBD (%) 493.560.050.224 571.050.349.149 596.364.028.454 609.925.658.129 676.021.513.400 589.384.319.871 1,36 1,35 1,05 1,12 0,97 8,31 Rata-rata belanja sanitasi per kapita Kabupaten Kolaka mencapai Rp. 22.324 per kapita per tahun, hal ini masih jauh dari belanja sanitasi per kapita ideal nasional yang mencapai Rp. 47.000 per kapita per tahun. (Studi Bappenas, 2008) Tabel 2.9 Data Mengenai Ruang Fiskal Kabupaten Kolaka 5 Tahun Terakhir TAHUN INDEKS KEMAMPUAN FISKAL / RUANG FISKAL 2007 0,3855 2008 0,3430 2009 0,4087 2010 0,3509 2011 0,1944 Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dan penanaman modal Kab. Kolaka ii - 16

Kapasitas fiskal adalah gambaran kemampuan keuangan masingmasing daerah yang dicerminkan melalui penerimaan umum APBD Kabupaten (tidak termasuk dana alokasi khusus, dana darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu) untuk membiayai tugas pemerintahan setelah dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah penduduk miskin. Pada tahun 2011, kapasitas fiskal Kabupaten Kolaka sebesar 0,1944 yang dikategorikan rendah. NO. DESKRIPSI Tabel 2.10 Data Perekonomian Umum Daerah 5 Tahun Terkhir TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011 1. PDRB Atas Dasar Harga 2.510.712.300.000 2.565.243.840.000 2.615.466.220.000 2.929.707.400.000 3.312.711.080.000 Konstan (Rp) 2. Pendapatan Perkapita 9.004.488 8.565.317 8.501.987 9.293.813 10.303.730 (Rp) 3. Upah Minimum 640.000 700.000 770.000 860.000 930.000 Regional (Rp) 4. Inflasi (%) 7,53 15,28 3,31 3,87 5,09 5. Pertumbuhan Ekonomi (%) 9,23 2,17 1,96 12,01 13,07 Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Dan penanaman modal Kab. Kolaka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi perekonomian di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah pada periode tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB Kabupaten Kolaka baik atas dasar harga konstan selama tahun 2007-2011 menunjukkan pertumbuhan positif meskipun dengan kisaran yang bervariasi. Pendapatan per kapita merupakan salah satu ukuran indikator kesejahteraan penduduk dan sering digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk di suatu wilayah. Selama kurun waktu 2007-2011, pendapatan per kapita Kabupaten Kolaka juga mengalami peningkatan. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kolaka selama ii - 17

periode 2007-2011 mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Selama periode 2007-2009 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kolaka mengalami perlambatan, tetapi mulai periode 2010-2011 pertumbuhan ekonomi kembali menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan. 2.4. Tata Ruang Wilayah 2.4.1 Rencana Pusat Layanan Kabupaten Penetapan fungsi perkotaan di Kabupaten Kolaka dilihat dari adanya keterkaitan kawasan perkotaan satu dengan lainnya bertujuan untuk memperkuat kelompok kawasan-kawasan perkotaan yang terdapat di Kabupaten Kolaka. Mengingat kawasan-kawasan perkotaan sangat strategis peranannya dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan, maka kawasankawasan perkotaan perlu diarahkan ke pertumbuhan dan pengembangannya agar mampu saling berinteraksi melalui keterkaitannya dan keteraturan fungsi-fungsi pengembangannya. Pengembangan sistem ini diwujudkan melalui pusat-pusat perdesaan yang diberikan peluang untuk tumbuh dan berkembang secara bersama-sama, sehingga pembangunan perkotaan akan saling dukung dengan pembangunan perdesaan. Dalam mendorong pengembangan kawasan-kawasan perkotaan yang demikian ini, maka peran sistem prasarana wilayah dan kawasan perkotaan perlu diarahkan untuk tidak saja memperkuat hubungan keterkaitan antara kota sekitar dengan kawasan perkotaan induknya, akan tetapi juga dengan kawasan perkotaan sekitarnya. Berikut akan dijelaskan mengenai wilayah perkotaan maupun perdesaan yang mempunyai fungsi dan peranan yang berbeda sesuai dengan potensi yang dimiliki, yaitu : ii - 18

1. Ibukota Kabupaten Kolaka berada di Kecamatan Kolaka berada di Kelurahan Lamakato yang berkembang menjadi pusat pemerintahan. Dan Ibukota Kabupaten Kolaka ini menjadi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Untuk pembangunan Kota Kolaka Ibukota Kabupaten Kolaka ini, harus ditunjang oleh kegiatan yang berskala lebih besar sebagai pusat perdagangan dan jasa, kesehatan, pendidikan, peribadatan, dan pelayanan umum dalam skala kabupaten, termasuk diantaranya adalah sarana transportasi skala kabupaten. 2. Ibukota Kecamatan yang berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp), terdiri atas: Kecamatan Tanggetada dan Kecamatan Tirawuta. Adapun fungsi dan perannya adalah; a. Sebagai pusat pelayanan umum bagi kecamatan-kecamatan yang menjadi wilayah pengaruhnya. b. Sebagai pusat perdagangan dan jasa maupun koleksi dan distribusi hasil-hasil sumber daya alam dari kecamatankecamatan yang menjadi wilayah pengaruhnya. c. Untuk mendukung adanya peran dan fungsi tersebut maka fasilitas yang harus ada adalah, fasilitas kesehatan serta perdagangan dan jasa skala kecamatan dan ditunjang oleh sarana dan prasarana transportasi yang memadai. 3. Ibukota Kecamatan yang berfungsi sebagai ibukota kecamatan atau disebut PPK (Pusat Pelayanan Kawasan), dimana PPK merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) di Kabupaten Kolaka meliputi beberapa kecamatan meliputi: Kecamatan Wolo, Kecamatan Pomalaa, Kecamatan Ladongi, dan Kecamatan Watubangga. Adapun fungsi dari masing-masing PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) tersebut adalah ; ii - 19

a. Pusat pelayanan umum, dan pemerintahan bagi desa-desa yang berada di wilayah administrasinya. b. Pusat perdagangan dan jasa bagi desa-desa yang berada di wilayah administrasinya. c. Fasilitas yang harus ada diantaranya adalah fasilitas pendidikan, kesehatan, pemerintahan, peribadatan maupun perdagangan dan jasa skala kecamatan. Kajian terhadap sistem struktur perkotaan ini meliputi : rencana hierarki (besaran) perkotaan, rencana sistem dan fungsi perwilayahan. Struktur ini akan menggambarkan keterkaitan antar kawasan perkotaan dan perkotaan dengan perdesaan secara keseluruhan. 4. Ibukota Kecamatan yang berfungsi sebagai ibukota kecamatan atau disebut PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan), dimana PPL merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) di Kabupaten Kolaka meliputi beberapa kecamatan meliputi: Kecamatan Wundulako, Kecamatan Latambaga, Kecamatan Samaturu, Kecamatan Mowewe, Kecamatan Toari, Kecamatan Baula, Kecamatan Uluiwoi, kecamatan Tinondo, Kecamatan Poli-polia, Kecamatan Polinggona, Kecamatan Lalolae, Kecamatan Loea. Sesuai dengan tujuan penataan ruang yaitu adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan, arahan kebijakan pengembangan kawasan perlu diarahkan untuk kebijakan pengembangan pola pemanfaatan ruang berupa pemanfaatan kawasan lindung, kawasan budidaya (termasuk dengan pertahanan dan keamanan) dan kawasan tertentu beserta arah kebijakan pengembangan struktur ruang berupa sistem perkotaan, sistem transportasi, dan sistem infrastruktur wilayah pendukung lainnya. Adapun kebijakan penataan ruang Kabupaten Kolaka diarahkan untuk : 1. Pelestarian dan peningkatan kualitas lingkungan hidup dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan daya dukung lingkungan hidup; ii - 20

2. Peningkatan kegiatan perkebunan yang disertai dengan pengembangan kegiatan industri perkebunan yang inovatif dalam rangka memberi nilai tambah bagi perekonomian wilayah; 3. Peningkatan produktsi pertanian dan perikanan dengan pengelolaan yang ramah lingkungan berkelanjutan; 4. Pengembangan dan peningkatan kegiatan pendukung dan/ atau kegiatan turunan pertambangan yang berwawasan lingkungan berkelanjutan untuk menunjang pengembangan sektor unggulan lainnya; 5. Pengembangan sistem prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas sebagai pemicu perkembangan wilayah yang merata di seluruh kabupaten; 6. Pengembangan dan peningkatan pusat-pusat ekonomi sebagai sentra pertumbuhan wilayah kabupaten; 7. Pengembangan sistem jaringan transportasi darat dan udara; 8. Pengembangan mutu dan jangkauan pelayanan untuk sistem jaringan energi, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air dan sistem pengelola lingkungan; 9. Pengendalian dan pelestarian kawasan lindung; 10. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. 11. Pengembangan dan peningkatan kegiatan pertambangan dan kegiatan pendukungnya yang berwawasan lingkungan berkelanjutan. ii - 21

Gambar 2.2 Peta Pusat Layanan di Kabupaten Kolaka ii - 22

2.4.2 Rencana Pola Ruang Kabupaten Rencana pola ruang wilayah meliputi kawasan lindung dan kawasan budaya. Kawasan lindung terdiri atas: 1. Kawasan hutan lindung. Kawasan hutan lindung terdapat di Kecamatan Baula, Kolaka, Ladongi, Lalolae, Lambandia, Latambaga, Loea, Mowewe, Poli-polia, Pomalaa, Samaturu, Tinondo, Tirawuta, Uluiwoi, Wolo dan Wundulako dengan luasan kurang lebih 291.745 Ha. 2. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, yaitu kawasan resapan air yang tersebar pada kawasan hutan di Kecamatan Baula, Kolaka, Ladongi, Lalolae, Lambandia, Latambaga, Loea, Mowewe, Poli-polia, Pomalaa, Samaturu, Tinondo, Tirawuta, Uluiwoi, Wolo dan Wundulako. 3. Kawasan perlindungan setempat, terdiri dari: kawasan sempadan pantai, kawasan sempadan sungai, dan ruang terbuka hijau. 4. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, terdiri atas: Kawasan Cagar Alam yaitu Cagar Alam Lamedai, Kawasan Taman Nasional yaitu Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai, Kawasan Taman Wisata Alam yaitu Taman Wisata Alam Mangol, Kawasan Taman Wisata Alam Laut yaitu di Kepulauan Padamarang dan Kawasan cagar Budaya yaitu Situs Kompleks Makam Raja-Raja, Tambang Nikel Peninggalan Jepang, Situs Gua. 5. Kawasan rawan bencana 6. Kawasan lindung geologi, terdiri atas: Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi (Kawasan rawan gempa bumi ditetapkan pada jalur patahan (sesar) yaitu pada wilayah yang dilalui sesar naik dan turun terdapat di Kecamatan Poli-polia, Kecamatan Kolaka, dan Kecamatan Pomalaa; Kawasan rawan tsunami terdapat di pesisir Kabupaten Kolaka; Kawasan rawan abrasi terdapat di Kecamatan Wolo, Samaturu, Toari, Tanggetada dan Watubangga; Kawasan rawan bahaya gas beracun terdapat di Kelurahan Mangolo Kecamatan Latambaga). ii - 23

Gambar 2.3. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Kolaka ii - 24

2.4.3 Wilayah Rawan Bencana dan Kebijakan di Wilayah Perbatasan Kawasan rawan bencana adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Kerawanan bencana di Kabupaten Kolaka dapat dibagi atas: tanah longsor, gerakan tanah, banjir, erosi, tsunami, dan gas beracun. 1. Kawasan rawan gerakan tanah (longsor) terdiri atas : a. Kecamatan Tirawuta; b. Kecamatan Latambaga; c. Kecamatan Kolaka; dan d. Kecamatan Samaturu. 2. Kawasan rawan banjir terdapat di a. Kecamatan Tirawuta; b. Kecamatan Mowewe; c. Kecamatan Samaturu; d. Kecamatan Baula dan e. Kecamatan Kolaka. 3. Kawasan rawan erosi terdapat di: a. Kecamatan Watubangga; b. Kecamatan Baula; c. Kecamatan Tirawuta; d. Lecamatan Latambaga; e. Kecamatan Samaturu; 4. Kawasan rawan tsunami terdapat di pesisir Kabupaten Kolaka. 5. Kawasan rawan bahaya gas beracun terdapat di Kelurahan mangolo Kecamatan Latambaga. ii - 25

2.5. Sosial dan Budaya 2.5.1 Fasilitas Pendidikan Dalam pelaksanaan pembangunan sosial, pemerintah telah mengupayakan berbagai usaha guna terciptanya kesejahteraan masyarakat di bidang sosial yang lebih baik. Usaha tersebut meliputi kegiatan di bidang pendidikan, agama, kesehatan, keluarga berencana, keamanan dan ketertiban masyarakat, serta urusan sosial lainnya. Sasaran pembangunan pendidikan dititikberatkan pada peningkatan mutu dan perluasan kesempatan belajar di semua jenjang pendidikan, dimulai dari kegiatan prasekolah (Taman Kanak-Kanak) sampai dengan Perguruan Tinggi. Upaya peningkatan mutu pendidikan yang ingin dicapai tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan manusia berkualitas. Sedangkan perluasan kesempatan belajar dimaksud agar penduduk usia sekolah yang setiap tahun mengalami peningkatan sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk dapat memperoleh kesempatan belajar yang seluas-luasnya. Pelaksanaan pembangunan pendidikan di Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Indikator yang dapat mengukur tingkat perkembangan pembangunan pendidikan di Sulawesi Tenggara seperti banyak-nya sekolah dan guru, perkembangan berbagai rasio dan sebagainya. Pembangunan kesehatan di Kolaka dititik beratkan pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat. Demikian pula pelaksanaan Program Nasional Keluarga Berencana bertujuan menurunkan dan mengendalikan pertumbuhan penduduk dan membudayakan suatu norma yang dikenal dengan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Untuk mencapai sasaran pembangunan, baik di bidang kesehatan maupun di bidang program keluarga berencana tersebut, maka sejak tahun 1993 pemerintah daerah telah menggiatkan pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dan keluarga berencana sampai ke pelosok pedesaan. Pembangunan di bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa diarahkan untuk menciptakan keselarasan hubungan ii - 26

antar manusia dengan manusia, manusia dengan penciptanya serta dengan alam sekitarnya. Indikator pembangunan bidang agama, digambarkan dengan pembangunan sarana peribadatan, pembinaan umat beragama, dan berbagai kegiatan keagamaan di Sulawesi Tenggara. Tabel 2.7 Fasilitas Pendidikan Yang tersedia di Kabupaten Kolaka Jumlah Sarana Pendidikan Nama Umum Agama Kecamatan SD SLTP SLTA SMK MI MTs MA Watubangga 22 8 2 1 2 - Tanggetada 21 5 2-2 - Pomalaa 17 7 5 2 3 1 Wundulako 16 4 2-1 - Baula 11 2 1 - - - Ladongi 24 6 2 2 3 1 Lambandia 33 8 2 3 2 1 Tirawuta 15 4 2 1 1 1 Kolaka 19 2 6 2 3 3 Latambaga 16 4 1-2 - Wolo 19 5 1 5 3 2 Samaturu 22 4 2 1 2 2 Mowewe 9 3 1-1 - Uluiwoi 15 4 2 - - - Tinondo 12 4 1 1 2 - Lalolae 6 2 1-1 1 Poli-Polia 12 2 1 1 3 1 Toari 12 4 1-1 1 Polinggona 8 2 1 1 1 1 Loea 8 2 1 1 1 - Sumber: Dikmudora, Kab. Kolaka 2.5.2 Jumlah Penduduk Miskin Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang ditandai oleh pengangguran dan keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Masyarakat miskin pada umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi sehingga tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang mempunyai potensi lebih tinggi. Jumlah penduduk miskin tersebar di wilayah Kabupaten Kolaka. Prosentase jumlah Keluarga miskin terhadap jumlah rumah yang ada yaitu: Untuk wilayah kecamatan Watubangga sebesar 40,35 %, Kecamatan Mowewe sebesar 29,52%, Kecamatan Wundulako sebesar ii - 27

24,62%, Kecamatan Baula sebesar 22,42%, Kecamatan Polinggona 22,10%, Kecamatan Toari sebesar 21,97%, Kecamatan Tinondo sebesar 21,54%, Kecamatan Tirawuta sebesar 20,92%, Kecamatan uluiwoi sebesar 18,15%, Kecamatan Samaturu sebesar 15,50%, Kecamatan Lambandia sebesar 14,60%, Kecamatan Ladongi sebesar 14,20%, Kecamatan Kolaka sebesar 1,53%, Kecamatan Wolo sebesar 11,25%, Kecamatan Poli-Polia sebesar 11,14%, Kecamatan Lalolae sebesar 10,20%, Kecamatan Loea sebesar 10,17%, Kecamatan Tanggetada sebesar 8,00%, Kecamatan Latambaga sebesar 7,41%, dan Kecamatan Pomalaa sebesar 3,84%. NO Tabel 2.8 Jumlah penduduk Miskin Per Kecamatan Nama Kecamatan Jumlah Rumah Jumlah Keluarga Miskin (KK) 1 Kolaka 6.790 783 2 Wundulako 3.944 973 3 Baula 2.154 483 4 Pomalaa 5.595 215 5 Tanggetada 2.899 232 6 Watubangga 3.752 1.514 7 Toari 2.303 506 8 Polinggona 1.104 244 9 Mowewe 1.816 536 10 Tinondo 1.690 364 11 Uluiwoi 1.972 358 12 Lalolae 843 86 13 Tirawuta 2.964 620 14 Loea 1.662 169 15 Ladongi 6.198 880 16 Poli-Polia 2.962 330 17 Lambandia 7.411 1.082 18 Latambaga 5.982 443 19 Samaturu 4.936 765 20 Wolo 5.643 635 Jumlah 11.218 11.218 Sumber : BPMD Kab. Kolaka ii - 28

Pesatnya pertumbuhan penduduk terutama di perkotaan, yang umumnya berasal dari urbanisasi tidak selalu dapat diimbangi oleh kemampuan pelayanan kota sehingga berakibat pada semakin meluasnya lingkungan perumahan dan permukiman kumuh. Di kabupaten Kolaka masih terdapat lingkungan perumahan dan permukiman kumuh yang kualitasnya semakin menurun dan perlu segera ditangani. Pemerintah Kabupaten Kolaka bersedia mengalokasikan dana APBD untuk kelancaran pelaksanaan penanganan lingkungan perumahan dan permukiman kumuh yang akan dilaksanakan secara berkelanjutan mulai tahun anggaran 2012 sampai dengan tuntasnya penanganan. Untuk wilayah perkotaan, kawasan kumuh terdapat di Kelurahan Sea, Kelurahan Kolakaasi, Kelurahan Lamokato, Kelurahan Induha, dan Kelurahan Dawi-dawi. Tabel 2.9 Wilayah Kumuh Perkotaan No Lokasi Luas (Ha) Keterangan 1. Kelurahan Sea 9,5 Ha Kecamatan Latambaga 2. Kelurahan Kolakaasi 12 Ha Kecamatan Latambaga 3. Kelurahan Lamokato 10 Ha Kecamatan Kolaka 4. Kelurahan Induha 5 Ha Kecamatan Latambaga 5. Kelurahan Dawi-dawi 7 Ha Kecamatan Pomalaa 2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah Nama Satuan Kerja Perangkat Daerah pemerintah Kabupaten Kolaka yang masuk dalam Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi adalah sebagai berikut : Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, Dinas Pekerjaan Umum (Bidang Pengairan dan Bidang Cipta Karya) Kabupaten Kolaka, Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Kolaka, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal ( BAPPEDA & PM ) Kabupaten Kolaka, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa. ii - 29

2.6. Kelembagaan Pemerintah Daerah STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KOLAKA BUPATI WAKIL BUPATI DPRD SEKRETARIAT DAERAH INSTANSI VERTIKAL DINAS DAERAH - Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga - Dinas Sosial - Dinas Kesehatan - Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi - Dinas Perhubungan - Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata - Dinas Pekerjaan Umum - Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan - Dinas Pertanian - Dinas Kelautan dan Perikanan - Dinas Pertambangan dan Energi DINAS DAERAH - Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal - Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat - Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan - Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah Badan Perpustakaan,Arsip, Komunikasi dan Informatika - Badan Kepegawaian Daerah - Inspektorat - Badan Ketahanan Pangan - Badan KB dan Pemberdayaan Perempuan - Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu - Rumah Sakit Umum Daerah SEKRETARIAT DPRD KECAMATAN KELURAHAN ii - 30

SKPD YANG MASUK DALAM POKJA SANITASI : BUPATI BAPPEDA & PENANAMAN MODAL BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEBERSIHAN DINAS KESEHATAN DINAS PEKERJAAN UMUM Bidang Prasarana Wilayah & Lingkungan Bidang Sosial Budaya Masyarakat - Bidang Persampahan - Bidang Tata Lingkungan Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Bidang Cipta Karya ii - 31