Mata Kuliah Sosiologi Pertanian. Sosiologi Perkebunan

dokumen-dokumen yang mirip
Manusia, Kebutuhan, dan Etika. Nurasih Shamadiyah, S.Ant., M.Sc. Ilmu Sosial Budaya Dasar Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh 2015

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERANAN KELEMBAGAAN DALAM PENGEMBANGAN PERTANIAN. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian dan berbagai kelembagaan penunjang pertanian

SOSIOLOGI UMUM (KPM 130)

Sosiologi. Kelompok & Organisasi Sosial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 07

I. PENDAHULUAN. ternak. Penanaman tanaman dengan sistem agroforestri ini dapat meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah,

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

VII. Pola Hubungan dalam Lembaga APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tujuan, kebutuhan dan cita-cita yang ingin dicapai, dimana masing-masing

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. 1. Modal sosial memiliki peran penting dalam perkembangan industri. Bangsal. Dalam perkembanganya norma, kepercayaan, resiprositas dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

4. KARAKTERISTIK DESA. Pertemuan 5

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DRAFT LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENYUSUNAN NERACA PRODUK TANAMAN PERKEBUNAN DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TENGAH SEMARANG, 24 NOVEMBER 2011

BAB III LEMBAGA SOSIAL

I. PENGENALAN TEMPAT BLOK II. KETERANGAN UMUM PERUSAHAAN

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Kebijakan Pengelolaan Data Komoditas Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik semua kebudayaan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

PERAN MODAL SOSIAL (SOCIAL CAPITAL) Oleh: FAHMI AKBAR IDRIES, SE., MM. Direktur Utama PD. BPR Bank Pasar Kulon Progo

PEMERINTAH KABUPATEN BONDOWOSO DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 4 BONDOWOSO Jalan Raya Mastrip Pancoran Telp/Fax (0332) BONDOWOSO

Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, Januari 2017

I. PENDAHULUAN. sebagai pihak yang menyewakan lahan atau sebagai buruh kasar. Saat itu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Provinsi Papua, telah telah dapat menyelesaikan buku Statistik. tatistik Perkebunan Papua Tahun 2015 menyajikan data luas areal,

Pembangunan Agribisnis di Indonesia

Tabel I.16. Program/Kegiatan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi D.I.Yogyakarta yang Dibiayai oleh APBD Tahun 2007

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEDOMAN WAWANCARA HUBUNGAN PATRON KLIEN PADA MASYARAKAT PEMETIK TEH DI PTPN VIII MALABAR DESA BANJARSARI KECAMATAN PANGALENGAN KABUPATEN BANDUNG

KELOMPOK USAHA SIMPAN PINJAM GOTONG ROYONG

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa , , ,16

BAB I PENDAHULUAN. (Kementerian Pertanian, 2014). Sektor pertanian sangat penting dalam

3.2. Jenis dan Sumber Data

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBAGA KEMASYARAKATAN (LEMBAGA SOSIAL)

TINJAUAN PUSTAKA. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan

BAB II KERANGKA TEORI DAN KERANGKA PIKIR. tingkat bunga kredit secara komparatif tinggi yaitu 20% per angsuran

Disampaikan dalam Semiloka Refeleksi setahun nota kesepakatan bersama (NKB) Selasa, 11 November 2014 Hotel Mercure Ancol, Ancol Jakarta Baycity

pestisida dan permodalan (Sisfahyuni, 2008).

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

INDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166

Consumer Behavior Lecturers: Mumuh Mulyana Mubara Mumuh Mulyana Mubar k, SE.

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan (Mubyarto, 1977 : 15).

BAB I PENDAHULUAN. penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Menurut Milman (2008) pada wikipedia, bursa berjangka adalah. tempat/fasilitas memperjualbelikan kontrak atas sejumlah komoditi atau

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN JAWA TIMUR. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

BAB VI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN MODAL SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di pedesaan merupakan sebagian dari proses pembangunan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. samping terutama untuk tempat tinggal, juga untuk semacam itu yakni yang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

BAB I PENDAHULUAN. maupun pria sama-sama memiliki kesempatan untuk bisa aktif di bidang politik

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

POLICY BRIEF ANALISIS PERAN MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN DI KAWASAN PERBATASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. disekelilingnya. Ini merupakan salah satu pertanda bahwa manusia itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pengelolaan sumber

BAB VII PENUTUP. merupakan unit usaha BUMDes Desa Petanahan yang melakukan. perkembangannya jenis produk yang diproduksi dalam jumlah banyak

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.09/MEN/2002 TENTANG INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN

DESA - KOTA : 1. Wilayah meliputi tanah, letak, luas, batas, bentuk, dan topografi.

II. TINJAUAN TEORITIS

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

Bahan Rapat High Level Meeting TPID Provinsi Jawa Tengah 28 Januari 2015 DINAS PERKEBUNAN PROVINSI JAWA TENGAH

Transkripsi:

Mata Kuliah Sosiologi Pertanian Sosiologi Perkebunan

POKOK BAHASAN 1. Pengertian kelembagaan pertanian 2. Kebutuhan dasar manusia dan kelembagaan sosial ekonomi 3. Lembaga tradisional dan lembaga modern di pedesaan 4. Kelompok sosial dan organisasi sosial 5. Social capital di daerah pedesaan

Pengertian Kelembagaan Sosial Menurut Koentjaraningrat (1964), lembaga kemasyarakatan/lembaga sosial atau pranata sosial adalah suatu sistim norma khusus yang menata suatu rangkaian tindakan berpola mantap guna memenuhi suatu kebutuhan khusus dari manusia dalam kehidupan masyarakat Kesimpulan dari definisi di atas : Adanya sistem norma Sistem norma yang mengatur tindakan berpola Tindakan berpola itu untuk memenuhi kehidupan manusia dalam kehidupan masyarakat

Soekanto (2003) mendefinisikan lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan dari norma-norma segala tindakan berkisar pada suatu kebutuhan pokok manusia di dalam kehidupan masyarakat. Ada dua hal penting didalamnya yaitu: himpunan norma - norma dalam segala tingkatan norma-norma itu mengatur manusia memenuhikebutuhannya.

Rahardjo (1999) menyatakan bahwa kelembagaan sosial (social institution) secara ringkas dapat diartikan sebagai kompleks norma-norma atau kebiasaan-kebiasaan untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipandang sangat penting dalam masyarakat, merupakan wadah dan perwujudan yang lebih konkret dari kultur dan struktur. Berdasarkan pada beberapa pengertian tadi, dapat dipahami bahwa kelembagaan pertanian adalah norma atau kebiasaan yang terstruktur dan terpola serta dipraktekkan terus menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat yang terkait erat dengan penghidupan dari bidang pertanian di pedesaan.

Kelembagaan pertanian pada masyarakat pedesaan yang masih bersahaja terkait erat dengan kegiatan ekonomi masyarakat tradional Pada masyarakat desa yang kegiatan ekonominya masih belum didominasi sistim ekonomi uang, menyebabkan masih kuatnya kaitmengkait antara kegiatan ekonomi dan sosial. Sistim gotong royong dalam proses produksi pertanian sistim bagi hasil sistim tebasan sistim borongan pengolahan tanah dan pemanenan sistim buruh tani sistim tradisional lainnya yang terkait dengan operasi produksi pertanian

Selain kelembagaan pertanian yang bersifat tradisonal juga muncul kelembagaan pertanian yang dikelola dengan cara lebih modern : kelompok tani, kelompok pemakai air, kelompok kredit usaha, koperasi desa, kelompok pemasaran, kelompok peternak dan lain sebagainya

Peran lembaga Pertanian Kelembagaan pertanian baik formal maupun informal belum memberikan peranan yang berarti khususnya di daerah perdesaan, hal ini disebabkan : Peran antarlembaga pendidikan dan pelatihan, balai penelitian, dan penyuluhan belum terkoordinasi dengan baik Fungsi dan keberadaan lembaga penyuluhan cenderung terabaikan Koordinasi dan kinerja lembaga-lembaga keuangan perbankan perdesaan masih rendah Koperasi perdesaan khususnya yang bergerak di sektor pertanian masih belum berjalan optimum Keberadaan lembaga-lembaga tradisi di perdesaan belum dimanfaatkan secara optimum

Revitalisasi kelembagaan pertanian 1. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia para pelaku kelembagaan sehubungan dengan perkembangan teknologi, permasalahan dan kebutuhan para petani 2. Diperlukan restrukturisasi kelembagaan penyuluhan pertanian yang mampu menyentuh langsung kebutuhan petani dengan melibatkan petani secara lebih aktif lagi 3. Meningkatkan kualitas manajemen koperasi yang ada, khususnya dalam kualitas sumberdaya manusia para pengurus dan manajer, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani

Revitalisasi (Lanjut.) 4. Meningkatkan koordinasi peran lembaga-lembaga keuangan/perbankan dengan lembaga-lembaga penyuluhan, sarana produksi, dan koperasi untuk meningkatkan pelayanan kepada petani secara optimum 5. Meningkatkan peran badan penerapan teknologi dan informasi pertanian 6. Meningkatkan peran dari lembaga-lembaga tradisional seperti organisasi lumbung desa dan pengairan 7. Meningkatkan kemandirian organisasi petani

Kebutuhan Dasar Manusia dan Kelembagaan Sosial dan Ekonomi Lembaga sosial dan ekonomi lahir ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kehidupannnya Kebutuhan masyarakat meskipun tidak linier cenderung merupakan kebutuhan yang lahir dari kebutuhan individu sebagai anggotanya.

Menurut Abraham Maslow (teori Maslow), kebutuhan manusia itu merupakan kebutuhan yang berjenjang dan dapat dirinci sebagai berikut: Kebutuhan fisik/fisologis Kebutuhan rasa aman/safety Kebutuhan hubungan sosial/social affiliation Kebutuhan pengakuan atau esteem Kebutuhan pengembangan pengakuan (self-actualization)

Teori Maslow tersebut diperbaiki oleh teori M. Celland tentang teori motivasi yang pada dasarnya dibagi menjadi tiga yaitu : kebutuhan untuk berprestasi (needs of achievements), kebutuhan untuk kekuasaan (needs of power) dan kebutuhan untuk bergabung (needs for affiliation)

Lembaga Tradisional dan Lembaga Modern di Pedesaan Lembaga kemasyarakatan merupakan susunan tata kelakuan dan hubungan yang terpusat pada pemenuhan kompleks kebutuhan masyarakat Secara ringkas lembaga kemasyarakatan bertujuan memenuhi kebutuhan pokok manusia yang bertujuan untuk: memberikan pedoman pada masyarakat bagaimana harus berbuat dan menghadapi permasalahan dalam masyarakat, menjaga keutuhan masyarakat, memberikan pegangan pada masyarakat untuk mengadakan sistim pengendalian sosial (social control).

Lembaga-lembaga masyarakat yang tradisonal telah tumbuh dan terlembagakan untuk mengatur berbagai aspek kehidupan kemasyarakatan Cara kebiasaan tata kelakuan adat Lembaga modern umumnya mempunyai struktur yang jelas, tata nilai yang jelas dan telah diformalkan, adanya proses yang pasti, adanya pemimpin yang resmi

Kelompok Sosial dan Organisasi Sosial Ibrahim (2003) mendefinisikan kelompok sosial sebagai suatu sistim sosial yang terdiri dari sejumlah orang yang berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam satu kegiatan bersama. Yang dimaksud interaksi di sini adalah interaksi tatap muka, dimana mereka terlibat dalam ruang dan waktu

Definisi yang lebih luas mengenai kelompok sosial : kelompok sosial adalah sejumlah orang yang mengadakan hubungan tatap muka secara berkala karena mempunyai tujuan dan sikap bersama; hubungan-hubungan yang dilakukan diatur oleh norma-norma; tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kedudukan (status) dan peran (role) masingmasing; dan antara orang-orang itu terdapat rasa ketergantungan satu sama lain

Organisasi Sosial (masyarakat) Organisasi adalah unit sosial (atau pengelompokan manusia) yang sengaja dibentuk dan dibentuk kembali dengan penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, dengan ciri ciri sbb : adanya pembagian kerja, kekuasaan dan tanggungjawab komunikasi adanya satu atau beberapa pusat kekuasaan yang berfungsi untuk mengawasai usaha-usaha organisasi serta mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan, ada pergantian tenaga (kaderisasi) bila ada individu yang tak mampu menjalankan tugas-tugas organisasi.

Social Capital di Daerah Pedesaan Social capital mencakup institutions, relationships, attitudes dan values yang mengarahkan dan menggerakan interaksi-interaksi antar orang dan memberikan kontribusi terhadap pembangunan sosial dan ekonomi Menurut World Bank (1998) social capital tidaklah sesederhana hanya sebagai penjumlahan dari institusi-institusi yang dibentuk oleh masyarakat, tetapi juga merupakan perekat dan penguat yang menyatukan mereka secara bersama-sama Social capital meliputi shared values dan rules bagi perilaku sosial yang terekspresikan dalam hubungan-hubungan antar personal, trust dan common sense tentang tanggung jawab terhadap masyarakat, semua hal tersebut menjadikan masyarakat lebih dari sekedar kumpulan individu-individu.

Simpulan sederhana dan umum yang dapat diajukan tentang elemen utama social capital mencakup norms, reciprocity, trust, dan network. Contoh bentuk yang ada di Indonesia : Tradisi gotong royong memiliki aturan main yang disepakati bersama (norm) menghargai prinsip timbal-balik dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dan dalam waktu tertentu akan menerima kompensasi/reward sebagai suatu bentuk dari sistim resiprositas (reciprocity) ada saling kepercayaan antar pelaku bahwa masing-masing akan mematuhi semua bentuk aturan main yang telah disepakati (trust) serta kegiatan kerjasama tersebut diikat kuat oleh hubunganhubungan spesifik antara lain mencakup kekerabatan--kinship, pertetanggan-- neighborship dan pertemanan--friendship sehingga semakin menguatkan jaringan antar pelaku (network).

Tradisi gotong royong secara nyata telah melembaga dan mengakar kuat, ini diwujudkan dalam berbagai aktivitas keseharian masyarakat Indonesia Secara umum aktivitas gotong royong memiliki tema sentral sebagai mutual help antar anggota masyarakat yang mana masing-masing pihak terlibat saling memberikan kontribusi dan sebagai reward-nya mereka mendapatkan gain dari aktivitas yang dikerjasamakan Semangat timbal balik-- reciprocity melekat kuat sebagai penunjuk bahwa proses kerjasama berlangsung dengan fair Aktivitas gotong royong dalam berbagai dimensinya memberikan implikasi semangat dan value untuk saling memberikan jaminan/selfguarantying atas hak dan kelangsungan hidup antar sesama warga masyarakat yang masih melekat cukup kuat di pedesaan

Subejo dan Iwamoto (2003) memberikan terminologi pada praktek gotong royong yang dilembagakan sebagai tradisi oleh warga pedesaan sebagai institutionalized stabilizers karena aktivitas tersebut memungkinkan proses keberlanjutan (sustainability) dan menjamin stabilitas secara ekonomi dan sosial pada kehidupan rumah tangga di pedesaan.

Studi-studi yang terkait dengan social capital di pedesaan Indonesia dan secara khusus di pedesaan Jawa umumnya masih dilakukan secara parsial dari setiap elemen sosial capital Elemen-elemen dasar tersebut antara lain mencakup institusi lokal yang memiliki fungsi pelayanan sosial, kelompok simpan pinjam berotasi/arisan, jaring pengaman sosial tradisional lainya, sistim pewarisan yang seimbang, sistim penyakapan dan bagi hasil serta pelayanan pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat

Asosiasi perusahaan perkebunan Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI) Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Asosiasi Eksportir Lada Indonesia (AELI) Asosiasi Eksportir Pala Indonesia (AEPA) Asosiasi Eksportir Panili Indonesia (AEPI) Asosiasi Eksportir Cassiavera Indonesia (AECI) Asosiasi Teh Indonesia (ATI) Asosiasi Pala Indonesia (API) Asosiasi Kakao Indonesia (ASKINDO) Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Indonesian Tobacco Association (ITA) Asosiasi Industri Mete Indonesia (AIMI) Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia (AIMMI)

Asosiasi petani perkebunan Asosiasi Petani Lada Indonesia (APLI) Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI) Asosiasi Petani Kelapa Indonesia (APKI) Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI) Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Asosiasi Petani Karet Indonesia (APKARINDO) Asosiasi Petani Kapas Indonesia (ASPEKINDO) Asosiasi Petani Jambu Mete Indonesia (APJMI) Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APKI) Asosiasi Petani Teh Indonesia (APTEH) Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Badan Koordinasi Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (BKAPTRI) Masyarakat Perkelapaan Indonesia (MAPI) Gabungan Induk Koperasi Perkebunan Nusantara (GIKPN) Gabungan asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (GAPERINDO) Masyarakat Rempah Indonesia (MARI)