Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN TENTANG DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS KOTA MANADO


BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 9% orang dewasa yang berusia 18 tahun ke atas pada tahun DM

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia masih

PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN STATUS EKONOMI BERHUBUNGAN DENGAN KETAATAN KONTROL GULA DARAH PADA PENDERITA DM DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. resiko terjadinya komplikasi akibat DM (Agustina, 2010). Menurut World Health Organization (WHO), Diabetes Melitus (DM)

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein

HUBUNGAN RIWAYAT KELUARGA, OBESITAS DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II. Siti Novianti, Nur Lina RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PSTW YOGYA UNIT BUDILUHUR KASONGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN HIV DAN

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs

BAB I PENDAHULUAN. jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan. membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2014).

BAB V HASIL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

Unnes Journal of Public Health

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 51-59

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG TAHUN 2014

LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. (2014), mencatat dalam World Health Statistics Indonesia. meningkatnya tekanan darah sistolik diatas 140 mmhg dan

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

Siti Uswatun Chasanah 1, Anida 2, Desi Susana 3 ABSTRACT

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. kurang 347 juta orang dewasa menyandang diabetes dan 80% berada di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

Transkripsi:

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG Diabetes mellitus DAN DETEKSI DINI DENGAN MINAT DETEKSI DINI PADA MASYARAKAT DI DESA DRONO KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN 1 Tedy Candra Lesmana 2 Susi Damayanti 1,2 Dosen Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Husada Yogyakarta tedylesmana58@yahoo.co.id susi.damayanti22@yahoo.com ABSTRACK The knowledge about Diabetes mellitus and early detection of people in Drono, Ngawen, Klaten District to early detection is low. This study was to determine the relationship between the level of knowledge about DM and early detection with interest in early detection ofpeople in Drono, Ngawen, Klaten District. This research is quantitative with cross sectional approach. Population on this study is people aged 40-59 years as many as 509 people with a sample as many as 84 people. Data were analyzed with Chi-Square. The level of knowledge about DM and early detection in a category is good as much as 78,57% and interest in early detection with a category is interest as much as 90,47%. There is a relationship between the level of knowledge about DM and early detection with interest in early detection of people in Drono, Ngawen, Klaten District Keyword: Diabetes mellitus, knowledge, interest, early detection ABSTRAK Pengetahuan tentang mellitus dan kewaspadaan dini pada masyarakat di Desa Drono, Kecamatan Diabetes Ngawen, Kabupaten Klaten untuk deteksi dini masih rendah. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang DM dan deteksi dini dengan minat deteksi dini pada masyarakat di Desa Drono, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. Penelitian ini merupakan kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini yaitu penduduk yang berumur 40-59 tahun sebanyak 509 orang dengan jumlah sampel 84 orang. Data dianalisis dengan Chi-Square. Tingkat pengetahuan tentang DM dan deteksi dini dengan kategori baik sebesar 78,57% dan minat deteksi dini dengan kategori minat sebesar 90,47%. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang DM dan deteksi dini dengan minat deteksi dini pada masyarakat di Desa Drono, Kecamatan Ngawen, Kabupaten. Kata Kunci: Diabetes mellitus, pengetahuan, minat, deteksi dini. 728

PENDAHULUAN World Health Organization (WHO) memprediksikan bahwa Diabetes mellitus (DM) akan menjadi penyebab utama 7 kematian pada tahun 2030. Jumlah penderita DM di dunia meningkat dari 108 juta pada tahun 1980 menjadi 422 juta pada tahun 2014 1. Saat ini, 1 dari 11 orang dewasa atau sekitar 415 juta orang menderita DM. Satu (1) dari tujuh (7) kelahiran dipengaruhi oleh Diabetes gestasional. Serta setiap 6 detik seseorang meninggal akibat DM atau sekitar 5 juta kematian diakibatkan oleh DM. IDF memprediksikan pada tahun 2040, penderita DM akan meningkat menjadi 642 juta 2. Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003 memperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia di atas 20 tahun dengan 12 juta penyandang DM di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural. Mengingat bahwa DM akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah, seharusnya ikut serta dalam usaha penanggulangan DM, khususnya dalam upaya pencegahan 3. Proporsi DM di Indonesia berdasarkan Riskesdas 2013 (2,1%) meningkat hampir dua kali lipat dibanding tahun 2007 (1,1%). Dua provinsi terlihat ada kecenderungan menurun, namun 31 provinsi lainnya menunjukkan kenaikan prevalensi DM yang cukup berarti 4. Sebanyak 1,6% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas atau sekitar 1 juta orang yang sebenarnya merasakan gejala DM dalam sebulan terakhir namun belum dipastikan/diperiksa apakah memang menderita DM atau tidak. Dari 6,9% penderita DM yang didapatkan, 30,4% yang telah terdiagnosis sebelumnya dan 69,6% tidak terdiagnosis sebelumnya atau terdapat sejumlah lebih dari 8 juta orang penderita DM yang belum terdiagnosis 5. Prevalensi DM di Jawa Tengah tahun 2013 pada penduduk usia 15 tahun ke atas adalah 1,9 persen, lebih tinggi dibanding tahun 2007 (1,2%) 6. Sebanyak 0,3% penduduk usia 15 tahun keatas atau sekitar 72 ribu orang di Jawa Tengah tahun 2013 yang sebenarnya merasakan gejala DM dalam sebulan terakhir, namun belum dipastikan/diperiksa apakah memang menderita DM atau tidak 5. Penyakit DM menempati proporsi urutan kedua terbesar dari seluruh Penyakit Tidak Menular (PTM) di Jawa Tengah, yaitu sebesar 16,53%. DM juga menjadi salah satu prioritas utama pengendalian PTM di Jawa Tengah. DM yang tidak dikelola dengan baik maka akan menimbulkan PTM lanjutan 7. Kabupaten Klaten merupakan Kabupaten di Jawa Tengah dengan kasus tertinggi urutan kedua penyakit DM pada tahun 2012, yaitu sebesar 16.067 kasus (10,22%). Jumlah DM di 729

Kabupaten Klaten sebesar 25,44%, dengan rata-rata kasus pertahun di Jawa Tengah adalah 4.317 kasus 7. Selanjutnya, menurut Laporan Kematian Desa Drono di Kabupaten Klaten pada tahun 2015 terdapat 3 kasus kematian akibat DM terdeteksi di akhir, dan pada tahun 2016 di bulan Januari- Juni terdapat 4 kasus yang meninggal akibat DM terdeteksi di akhir 8. Prevalensi DM terus meningkat, hal ini disebabkan karena keterlambatan diagnosis DM serta pola makan dan gaya hidup yang salah. Kondisi tersebut perlu adanya peningkatan kewaspadaan dini terhadap faktor risiko. Kewaspadaan dini dilakukan salah satunya dengan deteksi dini DM 5. Pengetahuan mengenai DM sangatlah diperlukan agar masyarakat sadar untuk melakukan deteksi dini DM. Sebagian masyarakat masih enggan melakukan deteksi dini DM dengan alasan beban ekonomi. Selain itu, banyak masyarakat baru sadar terserang penyakit DM setelah mengalami sakit parah disertai komplikasi. Sudah saatnya masyarakat mengetahui tentang DM yaitu mengenai apa itu DM, tanda dan gejala DM, faktor risiko DM, penanganan, perawatan serta pencegahan DM 9. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada bulan Juni 2016 di Desa Drono, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten terkait tingkat pengetahuan dan minat deteksi dini DM, diperoleh hasil masih banyak warga yang belum paham mengenai DM dan minat deteksi dini masih kurang. Hal itu nampak dari 10 responden, hanya 3 responden yang mempunyai pengetahuan baik tentang DM serta 2 responden yang berminat deteksi dini DM untuk memantau kenaikan kadar gula darah sehingga penyakit DM bisa dicegah. Dari hasil latar belakang masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang DM dan deteksi dini dengan minat deteksi dini pada masyarakat di Desa Drono, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini yaitu penduduk yang berumur 40-59 tahun sebanyak 509 orang dengan jumlah sampel 84 orang. Data dianalisis dengan Chi-Square. 730

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Tabel 1. Karakteristik Responden pada Masyarakat di Desa Drono Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten No Karakteristik Jumlah N % 1 Umur (tahun) 40-44 26 30,95 45-49 20 23,80 50-54 25 29,76 55-59 13 15,49 2 Jenis Kelamin Laki-laki 33 39,28 Perempuan 51 60,72 3 Pekerjaan PNS, TNI/POLRI 11 13,09 Petani, Buruh, Karyawan 38 45,23 Pedagang, Wirausaha 16 19,04 Tidak Bekerja 19 22,64 4 Pendidikan Terakhir SMP 10 11,92 SMA 59 70,23 Sarjana 15 17,85 5 Risiko DM Keturunan DM 19 22,61 Hipertensi 54 64,29 Obesitas (IMT>24) 11 13,10 Karakteristik responden pada masyarakat di Desa Drono, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten berdasarkan Tabel 1.diketahui dari 84 responden, jumlah responden paling banyak berumur 40-44 tahun sebanyak 26 responden (30,95%). Berdasarkan jenis kelamin, paling banyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 51 responden (60,72%). Berdasarkan pekerjaan, paling banyak berkerja sebagai petani, buruh dan karyawan sebanyak 38 responden (45,23%). Berdasarkan pendidikan terakhir, paling banyak berpendidikan SMA sebanyak 59 responden (70,23%). Berdasarkan risiko DM, paling banyak mempunyai riwayat hipertensi sebanyak 54 responden (64,29%). 731

B. Analisis satu variabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan tentang DM dan deteksi dini Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang DM dan Deteksi Dini No Tingkat Pengetahuan Frekuensi % 1 Baik 66 78,57 2 Cukup Baik 15 17,85 3 Kurang Baik 3 3,58 Kategori tingkat pengetahuan tentang DM dan deteksi dini berdasarkan Tabel 2. Diketahui paling banyak berpengetahuan baik sebanyak 66 responden (78,57%) dan paling sedikit berpengetahuan kurang baik sebanyak 3 responden (3,58%). Hasil analisis yaitu responden berpengetahuan baik karena 70,23% responden berpendidikan SMA. Tingkat pengetahuan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan untuk menunjang kesehatan pada masyarakat 10. Tingkat pengetahuan masyarakat berhubungan dengan sumber belajar. Sumber ini berupa norma-norma dan kaidahkaidah yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari 11. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan di Desa Delanggu Kabupaten Klaten 12 dan di wilayah kerja Puskesmas Siantan Hulu 13 yang hasil penelitiannya juga mengatakan responden paling banyak berpengetahuan baik. 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan minat deteksi dini Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Minat Deteksi Dini No Minat Deteksi Dini Frekuensi % 1 Minat 76 90,47 2 Tidak Minat 8 9,53 Kategori minat deteksi dini paling banyak berminat deteksi dini berdasarkan Tabel 3. diketahui sebanyak 76 responden (90,47%) dan tidak berminat deteksi dini sebanyak 8 responden (9,53%). Hasil analisis yaitu responden berminat deteksi dini DM karena 70,23%responden berpendidikan SMA. Pendidikan terutama pada bidang kesehatan merupakan salah satu faktor yang memperngaruhi perubahan sikap 732

seseorang dalam berperilaku sehat. Tingkat pengetahuan yang tinggi akan memudahkan seseorang memperoleh dan menerima informasi untuk dijadikan acuan sebagai dasar menentukan pilihan dalam pelayanan kesehatan dan menerapkan hidup sehat 13. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Siantan Hulu 13 dandi Desa Delanggu Kabupaten Klaten 12 yang hasil penelitiannya juga mengatakan responden paling banyak berminat melakukan pencegahan DM secara dini. C. Analisis dua variabel 1. Tabulasi silang antara tingkat pengetahuan tentang DM dan deteksi dini dengan minat deteksi dini Tabel 4. Tabulasi Silang antara Tingkat Pengetahuan tentang DM dan Deteksi Dini dengan Minat Deteksi Dini Minat Deteksi Dini Tingkat Total Minat Tidak Minat Pengetahuan F % F % F % Baik 65 77,38 1 1,19 66 78,57 Cukup Baik 10 11,90 5 5,95 15 17,85 Kurang Baik 1 1,19 2 2,39 3 3,58 Total 76 90,47 8 9,53 84 100,00 Tabulasi silang antara tingkat pengetahuan tentang DM dan deteksi dini dengan minat deteksi dini berdasarkan Tabel 4. didapatkan hasil tabulasi tertinggi adalah tingkat pengetahuan pada kategori baik dengan minat deteksi dini pada kategori minat sebesar 77,38%.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian di Desa Delanggu Kabupaten Klaten 12 juga menyatakan tingkat pengetahuan responden paling banyak berpengetahuan baik dengan memiliki tingkat motivasi tinggi. Pada penelitian ini semakin banyak masyarakat mengetahui informasi kesehatan maka semakin baik kemauan untuk menunjang kesehatannya. Berdasarkan penelitian pada masyarakat di Desa Drono, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, didapatkan hasil semakin baik tingkat pengetahuan maka seseorang semakin berminat untuk deteksi dini. Uji korelasi tingkat pengetahuan tentang DM dan deteksi dini dengan minat deteksi dini 733

Tabel 5. Hasil Uji Statistik Chi-Square Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang DM dan Deteksi Dini dengan Minat Deteksi Dini Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 26.150 a 2.000 Likelihood Ratio 19.556 2.000 Linear-by-Linear Association 25.834 1.000 N of Valid Cases 84 Uji statistik Chi-Squarehubungan antara tingkat pengetahuan tentang DM dan deteksi dini dengan minat deteksi dini diketahui nilai nilai p = 0,000 lebih kecil dari 0,1 (0,000<0,01) sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan secara statistik antara tingkat pengetahuan tentang DM dan deteksi dini dengan minat deteksi dini pada masyarakat di Desa Drono, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. Penelitian ini sama dengan penelitian di Desa Tambakan Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan 14 yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara hubungan tingkat pengetahuan tentang penyakit DM dengan minat deteksi dini penyakit DM pada masyarakat dengan nilai p = 0,000 (<0,05). KESIMPULAN 1. Tingkat pengetahuan tentang DM dan deteksi dini dengan pengetahuan baik sebesar 78,57%, pengetahuan cukup baik sebesar 17,85%, dan pengetahuan kurang baik sebesar 3,58%. 2. Minat deteksi dini dengan berminat deteksi dini sebesar 90,47% dan tidak berminat deteksi dini sebesar 9,53%. 3. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang DM dan deteksi dini dengan minat deteksi dini pada masyarakat di Desa Drono, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten. DAFTAR PUSTAKA Dinkes Provinsi Jateng. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2014. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Hairi, L.M., Apriatmoko, R. & Sari, L.N. 2013. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Diabetes mellitus dengan Gaya Hidup Penderita Diabetes mellitus Tipe II di Desa Nyatnyono, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Naskah Publikasi. Semarang: STIKES Ngudi Waluyo Semarang. IDF. 2015. IDF Diabetes Atlas, 7th Edition. Tersedia di: http://www.diabetesatlas.org/. Diakses pada tanggal 15 September 2016. 734

Kemenkes. 2013. Pedoman Surveilans Penyakit Tidak Menular. Jakarta Kepala Badan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI. Kemenkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Kemenkes. 2014. Infodatin Diabetes mellitus. Jakarta: Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Pancawati, S.A. 2013. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Deteksi Dini DM pada Masyarakat di Pedukuhan Ngemplak Karang Jati Kelurahan Sinduadi Mlati Sleman Yogyakarta. Jurnal Keperawatan Respati, 3(1): 24-33. Pemerintahan Desa Drono. 2016. Profil Desa Drono. Klaten: Kantor Desa Drono. Journal Ilmu Keperawatan, 4(2): 1-10. Tjokroprawiro, A. 2002. Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes. Jakarta: Gramedia. Urma, S. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Deteksi Dini Penyakit Diabetes mellitus pada Masyarakat di Desa Tambakan Desa Gubug Kabupaten Grobogan. Skripsi. Semarang: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang. WHO. 2016. Diabetes. Tersedia di: http://www.who.int/mediacentre / factsheets/fs 312/en/. Diakses pada tanggal 19 Juli 2016. Wiro, G. 2013. Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Pencegahan Diabetes mellitus pada Pegawai Negeri Sipil di Wilayah Kerja Puskesmas Siantan Hulu Tahun 2013. Naskah Publikasi. Pontianak: Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. Perkeni. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Perkeni. Romadhan, F.A. & Sudaryanto, A. 2010. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Motivasi Melakukan Latihan Jasmani pada Klien DM di Desa Delanggu Kabupaten Klaten. 735