LAPORAN PRAKTIKUM RESPIRASI PADA HEWAN (BELALANG) BAB I I. Pendahuluan a. Dasar Teori Sebagai suatu medium respirasi, udara mempunyai banyak keuntungan, salah satunya tentu saja kandungan oksigen yang tinggi. Selain itu, karena O2 dan CO2 berdifusi jauh lebih cepat di udara dibandingkan dengan di dalam air, maka permukaan respirasi yang terpapar ke udara tidak harus di respirasi secara menyeluruh seperti insang. Sementara permukaan respirasi mengeluarkan oksigen dari udara dan mengeluarkan karbon dioksida, difusi dengan cepat membawa lebih banyak oksigen ke permukaan respirasi dan membuang karbondioksida. Ketika hewan darat melakukan ventilasi, maka lebih sedikit energi yang dipakai karena udara jauh lebih mudah di gerakkan dibandingkan dengan air. Akan tetapi sebuah permasalahan yang mengalahkan keuntungan udara sebagai medium respirasi. Permukaan respirasi yang harus lebih besar dan lembab secara terus menerus akan kehilangan air ke udara melalui penguapan. Permasalahan itu diatasi dengan cara membuat permukann respirasi melipat ke dalam tubuh (Campbell, 2005). Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa sistem trakea, yang terbuat dari pipa yang becabang di seluruh tubuh, merupakan salah satu variasi dari permukaan respirasi internal yang melipat-lipat dan pipa yang terbesar itulah yang disebut trakea. Bagi seekor serangga kecil, proses difusi saja dapat membawa cukup O2dari udara ke sistem trakea dan membuang cukup CO2 untuk mendukung sistem respirasi seluler. Serangga yang lebih besar dengan kebutuhan energi yang lebih tinggi memventilasi sistem trakeanya dengan pergerakan tubuh berirama (ritmik) yang memampatkan dan mengembungkan pipa udara seperti alat penghembus (Campbell, 2005). Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai oleh tubuh per satuan waktu (Seeley, 2002). Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen. Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut: C6H12O6 + 6O2 6 CO2 + 6H2O +ATP (Tobin, 2005). Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies hwan, ukuran badan dan aktivitas (Tobin, 2005).
b. Latar Belakang Kita dapat hidup tanpa makanan dan minuman selama beberapa hari, tetapi kita perlu bernapas setiap beberapa detik. Hanya sedikit orang yang dapat tetap hidup lebih dari lima menit tanpa bernapas. Mengapa kita perlu bernapas? Kita perlu bernapas untuk memasukkan oksigen dari udara dan mengeluarkan gas buangan, yaitu karbon dioksida. Oksigen tersebut diperlukan oleh sel-sel tubuh untuk melakukan respirasi. Respirasi adalah serangkaian reaksi biokimiawi yang memerlukan oksigen untuk mengoksidasi atau membakar zat-zat makanan guna menghasilkan energi yang diperlukan makhluk hidup dengan hasil samping berupa karbon dioksida. Energi diperlukan oleh tubuh makhluk hidup untuk melakukan berbagai aktivitas kehidupan, seperti bergerak, tumbuh, dan berproduksi. Setiap makhluk hidup pasti bernapas. Pada setiap manusia ataupun hewan frekuensinya berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah besarnya kapasitas paru-paru seseorang. Dalam percobaan kali ini, kita dapat mengetahui apa yang menjadi bukti bahwa setelah kita menghirup oksigen kita akan menghembuskan karbondioksida. Selain itu kita juga mengetahui bahwa memang makhluk hidup itu bernapas. c. Tujuan Membuktikan bahwa pernapasan pada serangga membutuhkan oksigen
Pembahasan BAB II Dalam percobaan ini digunakan KOH/ NAOH yang berfungsi sebagai pengikat CO2 agar organisme (jangkrik) tidak menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah jangkrik bernapas dan pergerakan larutan eosin/tinta benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. KOH dapat mengikat CO2 karena memiliki rumus reaksi: KOH + CO2 K2CO3 + H2O Larutan eosin berfungsi sebagai indikator oksigen yang dihirup oleh organisme (Belalang) pada repirometer sederhana. Larutan eosin selama percobaan selalu bergerak mendekati botol respirometer sederhana karena organisme dalam percobaan (Belalang) dalam respirometer dapat menghirup udara O2 melalui pipa sederhana sehingga larutan eosin yang berwarna dapat bergerak. Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan pernapasan adalah respirometer. Respirometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur kecepatan pernapasan beberapa hewan kecil seperti serangga. Prinsip kerja respirometer adalah alat ini bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam pernafasan ada oksigen yang digunakan oleh organisme ada karbondioksida yang dikeluarkan olehnya. Jika organiseme yang bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan karbondioksida yang dikeluarkan oleh organisme dalam ruang tertutup itu diikat, maka penyusutan udara akan terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam ruang itu dapat di amati pada pipa kapiler berskala. 1. Pendahuluan Serangga bernapas dengan menggunakan tabung udara yang disebut trakea. Udara keluar masuk ke pembuluh trakea melalui lubang kecil setiap ruas-ruas tubuh yang disebut stigma atau spirakel. Udara dari spirakel melewati trakea, menuju ke trakeol dan trakeolus. Trakeolus berukuran halus yaitu 0,1 nano meter, ujungnya berbatasan dengan sel-sel tubuh, sehingga langsung terjadi difusi gas. 2. Tujuan Membuktikan bahwa Respirasi memerlukan udara (Oksigen) 3. Alat dan Bahan Alat Bahan
Botol ukuran kecil Respirometer sederhana Neraca O haus Stopwatch Belalang Vaselin Plastisin Air berwarna merah Pipet Tetes 4. Cara Kerja 1. Sipakan alat dan bahan yang akan di gunakan dalam pratikum 2. Masukan belalang kedalam botol 3. Tutuplah tabung Respirometer dengan penyumbat yang mengandung pipa bersekala
BAB III Hasil pengamatan Tabel Hasil Pengamatan RESPIROMETER Keadaan air berwarna pada Respirometer, 5 Menit Pertama Kedua Ketiga Keempat Kelima A 0.00-0.19 0.19 0.40 0.40 0.52 0.52 0.59 0.59 0.62 B C Keterangan : 1.
Kesimpulan` BAB IV Pada hasil di atas jelas bahwa makhluk hidup membutuhkan oksigen. Semakin lama belalang berada dalam respirometer,maka semakin berkurang kadar oksigen di dalam tabung,sehingga kebutuhan kadar oksigen pada belalang meningkat. Respirasi pada makhluk hidup memerlukan oksigen.pada hewan respirasi terjadi lebih cepat. Hasil respirasi dari makhluk hidup adalah CO2. Ketika Serangga mulai bernafas di dalam tabung ketika itulah eosin bergerak di dalam tabung dari titik awal tabung respirometer ke titik akhir sesuai dengan kecepatan bernafasnya belalang. Pada percobaan belalang,, kami dapat menyimpulkan semakin berat serangga tersebut maka semakin banyak udara yang dihirup. Faktor kondisi tubuh, berat badan, suhu tubuh dan suhu ruangan mempengaruhi proses respirasi. Jumlah oksigen sangat mempengaruhi pernafasan pada makhluk hidup.
BAB V Daftar Pustaka Campbell,dkk. 2005. Biologi Jilid 3. Jakarta : Erlangga. Seeley, R. R., T.D. Stephens, P. Tate. 2003. Essentials of Anatomy dan Physiology fourth edition. McGraw-Hill Companies. Tobin, A.J. 2005. Asking About Life. Thomson Brooks/Cole, Canada. http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/529/jbptitbpp-gdl-biofagriar-26421-1-lappraki.pdf http://ananditainformasi.blogspot.com/2011/06/laporan-praktikum-biologimenguji.html
Laju konsumsi oksigen ini dipengaruhi factor-faktor yang berhubugan dengan enzimenzim karena respirasi merupakan rangkaian reaksi enzimatis. Serta dipengaruhi oleh factor-faktor lain, yaitu factor dalam dan factor luar. Yang termasuk factor dalam adalah umur dan konsentrasi substrat respirasi yang tersedia, sedangkan yang termasuk factor luar adalah suhu (temperature), cahaya, konsentrasi oksigen di udara, konsentrasi karbon dioksida, serta adanya luka pada makhluk hidup. (seeley, 2003) Factor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi suatu organisme antara lain umur/usia organisme tersebut, bobot dari kegiatan yang dilakukan, ukuran organisme itu sendiri, keadaan lingkungan sekitar, serta cahaya juga mempengaruhi rata-rata pernafasan. (seeley, 2003)