1 T1/PA-TR/A/2015 Jusuf Yulindo 210110130094 Apresiasi Buku Menulis untuk Dibaca: Feature dan Kolom Bab I, II, III, IV, V, XXI, dan Lampiran Kolom Karya Zulhasril Nasir, Ph.D. I. Rangkuman Bab I: Prolog Menulis dapat menghasilkan dua kepentingan, yaitu sebagai sarana menumpahkan segala sesuatu yang bersifat personal, dan sebagai sarana menyampaikan informasi yang menjadi kepentingan orang banyak. Tulisan yang memiliki kepentingan bagi banyak orang, tentu memiliki berbagai ketentuan. Apakah tulisan itu dapat dipahami, layak disampaikan kepada publik, dan layak secara standar media massa. Menulis merupakan hak setiap manusia karena menulis merupakan salah satu dari kebebasan berekspresi. Kebebasan ini dijamin dalam pasal 1 dan 19 Deklarasi Hak Asasi Manusia (1948) oleh PBB, serta Pasal 28F Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Lebih khusus lagi, kegiatan menulis dalam jurnalistik dijamin keberlangsungannya oleh UU No.40 Tahun 1999 tentang Pers, UU No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, serta UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Bab II: Alam Semesta Sumber Gagasan Peristiwa sehari-hari merupakan ladang garapan penulis. Contohnya, banyak orang tidak peduli dengan pemulung yang telah bekerja menjelang pagi di depan rumah kita. Untuk mengembangkan cerita, diperlukan pengamatan. Misalnya, rumah tangga lainnya yang berperilaku yang sama dengan Anda. Kita harus mampu menggunakan dan memperkaya imajinasi kita. Kepekaan adalah kemampuan menembus apa yang tidak terlihat, terasa dan tidak terpikirkan. Bahkan, kepekaan adalah kemampuan untuk mengadakan sesuatu yang tidak terjangkau oleh orang lain. Bab III: Keunggulan Suratkabar Kelemahan Televisi Wartawan radio dan televisi memiliki kebanggaan tersendiri karena media mereka unggul dalam kecepatan penyiaran. Wartawan media cetak harus menunggu
2 beberapa jam agar laporannya dapat disiarkan dan dibaca khalayak. Keunggulan media cetak juga terletak pada keunggulan media audiovisual. Kelebihan feature media cetak ialah penulis dapat bergelut dengan perasaan pembaca sehingga kesannya yang ditimbulkan dapat lebih mendalam dan leluasa. Kadang-kadang seorang penulis feature mencari sesuatu yang lain dari rutinitas, dan menciptakan bentuk-bentuk baru dari pengalaman sebelumnya. Menulis merdeka akan ditemui dalam tulisan fiksi. Menulis fiksi tidak tergantung kepada fakta tetapi kepada kekayaan imajinasi dan fantasi. Bab IV: Ayo Mulai Menulis! Dalam bercerita terdapat tiga komponen yaitu; pembuka, isi, dan penutup. Hal yang harus dilakukan oleh seorang penulis sebelum menulis adalah; mengenal permasalahan yang akan ditulis; merencanakan jalan atau cara melaporkan agar suatu gagasan tidak sekadar ide tetapi menjadi sesuatu yang dapat direalisasikan; mengetahui dengan saksama orang yang menjadi narasumber; menyusun daftar pertanyaan. Orang akan menulis pada hal-hal yang dikuasai atau dipahaminya. Seseorang seharusnya memiliki perhatian, kepedulian, kepekaan pada berbagai hal secara mendalam diatas rata-rata masyarakat umumnya, untuk bisa menjadi penulis. Jika seorang wartawan tulis membuat berita, akan berbeda dengan seorang wartawan yang menulis nonberita. Menulis memiliki halangan yang bukan pada kapan dan di mana. Beberapa masalah dalam menulis; disiplin, konsentrasi, dan waktu. Bab V: Berbagai Jenis Tulisan Keanekaragaman tulisan jurnalistik itu dapat digolongkan ke dalam kategori; tulisan yang memberikan informasi dan tulisan analisis, opini yang mengarah kepada wacana, opini atau perbincangan. Bab XXI: Kolom Kolom berbeda dengan feature. Kolom bersifat personal, sepenuhnya adalah pendapat atau opini penulis. Pada suratkabar, tulisan kolom merupakan bagian dari halaman-halaman opini (editorial page) bersama tulisan tajuk rencana, pojok, surat pembaca, ataupun kartun. Lampiran Kolom Pemberontak dari Alam Permai Minangkabau (Zulhasril Nasir, Majalah Berita Mingguan Tempo, 11-17 Agustus 2008)
3 Nagari Pandan Gadang menjadi tempai dibesarkannya Tan Malaka. Di tempat itu, dengan iklim kemerdekaan bagi penduduknya yang bisa menjadi siapa pun, Tan Malaka beruntung menjadi anak seorang pegawai pertanian Hindia-Belanda. Kecerdasannya diakui guru Belandanya. Berkat itu juga, ia dapat mengenyam pendidikan di Negeri Kincir Angin. Di sana ia menyerap ideologi yang menjadi tumpuan perjuangannya. Berkelana dari Eropa hingga Indocina, ia menciptakan kekuatan antipenjajahan melalui buku dan brosur. Nasib Tan Malaka (Zulhasril Nasir, Harian Kompas, 5 September 2009) September enam tahun silam, pusara Tan Malaka ditemukan oleh seorang sejarawan Negeri Kincir Angin, Harry A. Poeze. Ia sudah meneliti tokoh beretnis Minangkabau tersebut hampir empat dekade. Sayang, penemuan pusara sang tokoh tersebut disikapi dingin oleh pemerintah. Hal yang mengganjal hati pemerintah untuk memberi perhatian pada makam Tan Malaka yakni faktor psikologi-sosial, kemauan politik dari pemerintah dan elite politik, dan kesadaran bersejarah publik. II. Apresiasi Menurut saya, lima bab awal dalam buku ini dapat memotivasi seseorang untuk menulis, terutama bagi orang yang ingin berkecimpung dalam dunia jurnalisme cetak. Penulis memaparkan manfaat-manfaat dari kegiatan ini, yaitu dapat menuliskan suatu ide dengan lengkap, berpikir sistematis dan logis, dapat memperkaya kosakata dan melatih kemampuan berbahasa, serta dapat menjadi cambuk untuk menuliskan karya-karya lain, seperti kolom, buku, dan fiksi. Penulis memaparkan juga hal-hal yang menjadi keunggulan media massa cetak dibandingkan media massa elektronik (radio dan televisi). Media massa cetak, dengan periodesitasnya yang lebih lama dibandingkan media massa elektronik, dapat memberikan gambaran sebuah peristiwa secara utuh dan lengkap. Segala sesuatu di balik sebuah peristiwa, dapat disajikan media massa cetak secara utuh dalam bentuk berita khas maupun berita mendalam. Mengutip pendapat Land, dosen Universitas Indonesia ini pun memaparkan keunggulan menulis. Salah satunya dapat melatih otak kiri dan otak kanan. Bila berita-berita langsung disajikan secara aktual dan lebih mengarah pada pemaksimalan otak kiri, dengan menulis berita khas otak kanan dapat dilatih
4 karena segala sesuatu yang intuitif dan simbolik diproses pada bagian ini. Gaya berkisah yang mengalir dan menghanyutkan batin manusia dalam berita khas, merupakan pemaksimalan otak kanan. Sementara kelogisan dan kesinambungan kisah merupakan pemrosesan yang dilakukan otak kiri. Mengenai sumber gagasan, penulis juga memaparkan contoh yang konkret disertai model untuk memudahkan pembaca dalam memahami apa yang ditulis dalam Bab II. Beberapa ilustrasi sederhana mengenai sumber ide seperti sampah rumah tangga, sopir truk Pantura, dapat dikembangkan menjadi beberapa sudut pandang dan hal-hal yang berkaitan lainnya. Pentingnya memahami permasalahan yang akan diangkat menjadi sebuah tulisan, menjadi hal yang penting diingat. Tidak sekadar datang ke lokasi dan mewawancarai pihak-pihak terkait peristiwa, seorang penulis dan jurnalis juga patut mengetahui apa saja yang melatarbelakangi lahirnya suatu peristiwa. Selain itu, hambatan-hambatan yang ditemui ketika akan menulis pun dipaparkan agar pembaca dapat lebih mengantisipasi hal-hal yang akan menghalangi kegiatan menulis. Beberapa tokoh kolumnis terkenal di zaman Orde Baru dan Reformasi pun disebutkan pada Bab XXI. Hal ini tentu dapat menginspirasi pembaca yang berminat menjadi penulis, khususnya penulis artikel atau kolom. Struktur penulisan kolom pun disertai dengan jenis-jenis pembuka, isi, dan penutup. Contoh-contoh pembuka, isi, dan penutup yang dikutip dari berbagai sumber pun dapat memberikan gambaran nyata seperti apa penulisan kolom atau artikel yang baik. Contoh-contoh struktur penulisan kolom atau artikel juga dimuat dalam Menulis Artikel dan Tajuk Rencana karya A.S. Haris Sumadiria. Bahkan, dalam buku ini disajikan lebih lengkap seperti apa seluk-beluk artikel dan tajuk rencana. Namun, berbeda dengan Menulis untuk Dibaca: Feature dan Kolom, dalam buku ini tidak ditemukan contoh tulisan utuh suatu artikel atau kolom. Sumadiria hanya memaparkan contoh-contoh kategori seperti bagaimana membuat kutipan yang bersumber dari buku, serta contoh-contoh pembuka atau lead. Untuk kajian teoretis, buku tersebut mungkin dapat membantu memahami secara utuh apa itu artikel dan tajuk rencana. Namun bila digunakan secara praktis, rasanya buku karya Zulhasril Nasir ini yang lebih tepat dijadikan rujukan. Terlebih, sebagian karya yang dikutip dalam buku ini merupakan hasil karyanya sendiri.
5 Namun ada yang kurang dari buku yang ditulis oleh Zulhasril, yakni tidak adanya tabel persamaan dan perbedaan artikel dan tajuk rencana. Berbeda dengan Sumadiria yang mencantumkannya dalam Bab V bukunya bertajuk Teknik Menulis Tajuk Rencana. Sekalipun sama-sama merupakan karya jurnalistik kategori views (opini), tajuk rencana dan artikel memiliki beberapa perbedaan. Seperti siapa penulisnya (artikel ditulis siapa pun; tajuk rencana ditulis redaksi suratkabar), pandangan (artikel merupakan pandangan individual; tajuk rencana merupakan pandangan institusional media massa cetak yang bersangkutan), serta identitas penulis (artikel mencantumkan nama dan status penulis; tajuk rencana tidak ada). Kiat-kiat menulis dalam buku ini juga sudah disertakan. Namun, bila melihat kekhususan kiat-kiat menulis, buku Menembus Koran, Berani Menulis Artikel karya Bramma Aji Putra menyajikan kiat-kiat jitu menulis dengan lebih gamblang dan langsung pada sasaran. Untuk cara cepat, buku tersebut dapat dijadikan rujukan yang lebih mumpuni dibandingkan buku milik Zulhasril yang lebih mengarah ke gaya akademis. III. Simpulan 1. Menulis merupakan bagian dari kebebasan berekspresi yang dijamin dalam undang-undang. 2. Hal-hal kecil di sekitar lingkungan dapat kita jadikan cantelan ide untuk menulis. 3. Riset yang baik disertai rasa ingin tahu lebih menjadi kunci sukses pemaparan peristiwa dalam tulisan. 4. Menulis dapat melatih otak kiri dan kanan. 5. Media massa cetak dengan periodesitasnya yang lebih panjang dibandingkan media massa elektronik dan dalam jaringan, dapat menyajikan informasi lebih mendalam melalui berita khas dan berita mendalam. IV. Pertanyaan 1. Walaupun solusi yang dipaparkan oleh penulis artikel pemula sangat bagus, bagaimana dengan bobot artikelnya yang hanya memberi pemaparan tanpa data konkret (kutipan dari sumber tertentu dan angka-angka tertentu)?
6 2. Apakah sebuah artikel dengan judul dan penulis yang sama, dapat dimuat di dua suratkabar yang berbeda? 3. Apa saja kendala yang ditemui saat menulis, selain masalah waktu, disiplin, dan konsentrasi? 4. Bagaimana mengantisipasi kedalaman sebuah tulisan di suratkabar di tengah era digitalisasi media massa? 5. Mengapa sebuah patokan jumlah kata dan karakter yang ditentukan suratkabar tertentu, dapat menjadi kendala dalam memaparkan ide pada suatu artikel? DAFTAR PUSTAKA A.S. Haris Sumadiria, Menulis Artikel dan Tajuk Rencana, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004. Bramma Aji Putra, Menembus Koran, Berani Menulis Artikel, EasyMedia, Yogyakarta, 2012. Zulhasril Nasir, Menulis untuk Dibaca: Feature dan Kolom, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2010.