BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI BAB KESIMPULAN VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

MEMAHAMI PERINGATAN DINI TSUNAMI

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. 10

LAMPIRAN. Kuesioner Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Becana Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SEKOLAH UNTUK MENGANTISIPASI BENCANA ALAM DI KOTA BENGKULU LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA (LIPI), 2006 BENCANA ALAM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PESISIR SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SEKOLAH SIAGA BENCANA & Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TARUNA SIAGA BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E NOMOR 7 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017

BAB 1 : KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian mengenai Analisis Kesiapsiagaan Masyarakat dalam

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2013

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

TUGAS POKOK & FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 62 TAHUN 2015

1. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi; 2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; dan 3. Sub Bagian Keuangan. c. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, terdir

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT KAWASAN TELUK PELABUHAN RATU TERHADAP BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

IDENTIFIKASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAN EVALUASI PEMENUHAN PERSYARATAN HUKUM YANG BERLAKU

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIKKA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BUPATI BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG

Perencanaan Evakuasi

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN BANYUMAS

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

DATA & PROFIL BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN PIDIE 2014/2015 PROGRAM YANG TELAH, SEDANG DAN AKAN DI LAKUKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERINGATAN DINI DAN PENANGANAN DARURAT BENCANA TSUNAMI ACEH

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

Miko Kamal, PhD Miko Kamal & Associates Ins?tut untuk Reformasi Badan Usaha Milik Negara (ireformbumn) 20/12/13 Miko Kamal 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSIRIAU NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 17 TAHUN2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA ALAM

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Merapi. Ada 8 Desa yang termasuk ke dalam KRB III. Penelitian ini bertujuan

PROVINSI PAPUA BUPATI JAYAPURA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 7 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN KEPALA PELAKSANA JABATAN FUNGSIONAL SUB BAGIAN PROGRAM SUB BAGIAN KEUANGAN BIDANG KEDARURATAN DAN LOGISTIK

Finalisasi RENCANA AKSI PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PESISIR SELATAN (PESSEL) TAHUN KALENDER : JANUARY - DECEMBER 2016

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN BANDUNG

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH

a. Visi Masyarakat Kabupaten Aceh jaya Tangguh Menghadapi Bencana Yang Didukung Sumber Daya Manusia Yang Berkualitas, Beriman dan Bertaqwa

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan ciri-ciri objek atau

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENGGUNAAN BERAS REGULER DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

Powered by TCPDF (

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

No.1119, 2014 KEMENHAN. Krisis Kesehatan. Penanganan. Penanggulangan Bencana. Pedoman.

Transkripsi:

202 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana gempa bumi dan tsunami di Kecamatan Cipatujah dengan jumlah skoring 107 dan Kecamatan Karangnunggal dengan jumlah skoring 96 artinya kecamatan ini berada dalam kondisi siap. Sedangkan Kecamatan Cikalong dengan jumlah skoring 91 berada dalam kondisi cukup siap. Dalam 5 (lima) faktor kesiapsiagaan masyarakat yang sudah ditentukan ada beberapa 2 (dua) faktor yang nilainya termasuk kedalam kriteria baik ataupun sangat baik, diantaranya faktor sistem peringatan bencana dan modal sosial. Untuk faktor mobilisasi sumberdaya dan rencana tanggap darurat termasuk dalam kriteria cukup dan kurang. Sedangkan faktor pengetahuan dan sikap masuk dalam kriteria tidak baik. Masyarakat masih mengandalkan sistem peringatan bencana yang tradisional, namun masyarakat sudah mengerti informasi yang akan diberikan oleh tanda peringatan bencana tersebut atau tahu apa yang harus dilakukan jika suatu saat tanda peringatan bencana berbunyi. Pada faktor modal sosial masyarakat memiliki ikatan sosial yang lebih baik antara satu dengan yang lainnya dan akan lebih mudah dalam melakukan kesiapsiagaan yang ada. Selain itu modal sosial yang baik diantara masyarakat di wilayah yang rentan terhadap bencana akan mengurangi kerentanan itu sendiri. Modal sosial yang solid antara penduduk akan mempermudah masyarakat dalam melakukan mobilisasi pada saat evakuasi akan dilakukan. 2. Untuk hubungan nilai kesiapsiagaan masyarakat dengan upaya pemerintah mengenai kesiapsiagaan bencana sudah ada yang sesuai walaupun ada beberapa yang belum sesuai. Hal ini di buktikan karena masyarakat sudah menyediakan kebutuhan-kebutuhan dasar walaupun masyarakat belum tahu apa yang akan dilakukan ketika terjadi bencana. Untuk lokasi evakuasi 202

203 masyarakat sudah tahu karena rambu-rambu dan jalur evakuasi tersebar di sepanjang jalan di pantai Cipatujah. Namun rambu-rambu, jalur dan lokasi evakuasi masih sangat jarang ditemui di beberapa desa di Kecamatan Cikalong dan Kecamatan Karangnunggal. Simulasi tentang kesiapsiagaan sudah pernah diberikan sekali namun yang mengikuti hanya sedikit dan pemerintah perlu mensosialisasikan lebih giat lagi bila nanti ada simulasi kesiapsiagaan lagi. 3. Untuk arahan jalur evakuasi memang sudah ada jalur evakuasi di Wilayah Pesisir Kabupaten Tasikmaalaya, namun rambu-rambu evakuasi maupun lokasi evakuasi masih sangat sedikit dan susah dijangkau oleh masyarakat terutama di Kecamatan Cikalong dan Kecamatan Karangnunggal. Oleh karena itu perlu adanya penambahan rambu-rambu dan lokasi evakuasi agar mudah dijangkau oleh masyarakat. Serta perlu adanya penambahan pos pemadam kebakaran di Kecamatan Cipatujah dan Kecamatan Cikalong karena kantor pemadam kebakaran hanya ada di Jalan Siliwangi di Kota Tasikmalaya sehingga sulit berkomunikasi bila terjadi bencana di daerah. Hal ini disebabkan karena jangkauan wilayahnya cukup jauh di kabupaten, tapi lokasi atau tempat damkar berada di wilayah kota. 5.2 Rekomendasi Berdasarkan hasil analisis dan temuan studi yang telah dikemukakan, terdapat beberapa rekomendasi mengenai upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat Wilayah Pesisir Kabupaten Tasikmalaya terhadap bencana. Rekomendasi berdasarkan penilaian indikator kesiapsiagaan masyarakat pada masing-masing kecamatan di Wilayah Pesisir Kabupaten Tasikmalaya, antara lain : Perlu adanya penambahan pos pemadam kebakaran di Desa Padawaras Kecamatan Cipatujah dan Desa Singkir di Kecamatan Cikalong. Masyarakat menambah informasi mengenai tindakan penyelamatan saat terjadi bencana, serta mempelajari akibat-akibat yang ditimbulkan oleh

204 bencana dari berbagai sumber yang ada seperti siaran berita, secara mandiri. Masyarakat menyiapkan rencana atau mulai memikirkan sebaiknya akan mengungsi kemana jika terjadi bencana gempa dan/atau tsunami serta menyiapkan perlengkapan darurat dan surat-surat berharga dalam satu wadah/tas sehingga mudah dibawa jika sampai terjadi bencana. Masyarakat dapat menambah keterampilan untuk kondisi darurat bencana seperti pertolongan pertama (P3K) dan keterampilan evakuasi sehingga tidak harus bergantung kepada tim penyelamat dan jumlah korban jiwa dapat ditekan. Masyarakat berpartisipasi jika terdapat pelatihan kesiapsiagaan bencana. Paling tidak setiap keluarga pernah satu kali mendapatkan materi tentang kesiapsiagaan bencana dan terdapat satu orang anggota keluarga yang memahami apa yang harus dilakukan ketika tejadi bencana. Mempersiapkan tabungan atau alokasi dana, terutama untuk kondisi darurat seperti bencana. Mengoptimalkan sarana-sarana yang ada untuk peringatan bencana dan penyebaran informasi mengenai bencana seperti speaker mesjid/ musholla serta mengembangkan kembali budaya kentongan di lingkungan masyarakat untuk keadaan-keadaan darurat karena tidak adanya sistem peringatan bencana. Masyarakat dapat melakukan upaya kesiapsiagaan secara mandiri di lingkungan RT/RW, seperti berkoordinasi untuk penentuan lokasi evakuasi, bersama-sama menentukkan lokasi evakuasi yang sekiranya aman dan mudah dijangkau saat terjadi bencana dan dengan bantuan pemerintah bergotong royong memperbaiki jalur evakuasi jika jalur tersebut rusak. Selain itu antar pemerintah kecamatan di Wilayah Pesisir Kabupaten Tasikmalaya, serta pemerintah dearah dan provinsi dapat dilakukan kerjasama dalam menghadapi kemungkinan bencana. Kerjasama dapat dilakukan antara lain

205 dalam menentukan lokasi evakuasi atau lokasi posko bencana bersama, koordinasi penyediaan perlengkapan darurat bencana, dan membangun sistem peringatan dini tsunami yang dapat diakses oleh seluruh kecamatan di Wilayah Pesisir Kabupaten Tasikmalaya. Upaya tersebut antara lain : Pemerintah kecamatan menambahkan publikasi melalui media mengenai upaya-uapaya apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana di tempattempat umum, terutama di pelabuhan perikanan, dan daerah wisata yang berada di pinggir pantai. Selain itu hendaknya dilakukan sosialisasi lokasi-lokasi evakuasi dimana saja yang sudah disiapkan pemerintah, anatara lain melalui sosialisasi peta lokasi evakuasi kepada masyarakat umum. Pemerintah dapat mensosialisasikan kepada masyarakat untuk mempertimbangkan risiko bencana gempa bumi dan tsunami saat mendirikan bangunan di kecamatan ini. Pemerintah kecamatan dapat bekerjasama dengan pihak-pihak yang memiliki peralatan peringatan dini seperti BAKOSURTANAL sehingga pemerintah juga dapat menerima informasi secara langsung untuk kemudian diteruskan kepada masyarakat. Pemerintah kecamatan dapat mengajak tokoh-tokoh masyarakat seperti ulama, ketua RT, atau tokoh lainnya yang disegani untuk bekerjasama mensosialisasikan kesiapsiagaan bencana, terutama untuk penduduk usia tua yang tidak lebih siap siaga terhadap bencana. Jika latihan kesiapsiagaan bencana yang dilakukan pemerintah terkesan sangat formal dan justru membuat takut masyarakat akan potensi bencana maka melalui tokoh masyarakat diharapkan sosialisasi dapat berjalan lebih alami karena tokoh-tokoh ini umumnya memiliki kemampuan untuk melebur dengan masyarakat lebih baik. Pemerintah harus menambahkan rambu-rambu evakuasi, jalur evakuasi dan lokasi evakuasi agar lebih mudah dijangkau oleh masyarakat terutama ditempat stategis seperti di tempat wisata. Terutama di sepanjang pantai di Kecamatan Cikalong terutama di Desa Mandalajaya, Desa Cikadu dan

206 Desa Sindangjaya yang rambu-rambu, jalur dan lokasi evakuasi jarang ditemui. Upaya kesiapsiagaan sebaiknya dilakukan secara menyebar di tingkattingkat kecamatan dengan skala kegiatan yang lebih kecil dan dilakukan secara berkelanjutan. Intensitasnmya tidak perlu terlalu sering asalkan dilakukan secara berkala hingga masyarakat secara mandiri mampu menyiapkan keluarganya terhadap kemungkinan bencana Menambah alokasi anggaran untuk kegiatan penanggulangan prabencana di tingkat kabupaten. Mengupayakan kesiapsiagaan masyarakat agar dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Hal yang dapat dilakukan pemerintah agar kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana dapat bertahan lebih lama adalah dengan memasukkan materi kesiapsiagaan bencana ke dalam lembaga pendidikan (contohnya dalam bentuk muatan lokal) mengenai potensi bencana yang ada di wilayahnya serta bagaimana cara menghadapinya. Materi yang diberikan tidak perlu dalam jumlah yang banyak tetapi diberikan secara bertahap sehingga masyarakat, terutama siswa, menjadi terbiasa dan mengetahui apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana. Disamping itu siswa diharapkan dapat mensosialisasikan materi tersebut kepada keluarga dirumah dan yang lainnya. Pemerintah dapat mengajak masyarakat untuk turut bermusyawarah/ memberi masukan apa yang sebaiknya pemerintah lakukan untuk upaya kesiapsiagaan bencana. Dalam hal ini pemerintah dapat belajar dari pengalaman masyarakat dalam menghadapi bencana sebelumnya dan bukan tidak mungkin akan ditemukan strategi baru terkait penanggulangan bencana dari masyarakat berdasarkan pengalaman masyarakat tersebut. Pemerintah dapat menyiapkan kebijakan pendidikan kesiapsiagaan masyarakat, baik melalui kurikulum di sekolah dan pendidikan kesiapsiagaan masyarakat secara umum serta menambah intensitas kegiata penanggulangan prabencana, seperti melalui pendidikan kesiapsiagaan bencana.

207 Penyediaan dan pemutakhiran data, terutama di tingkat desa, baik data kependudukan, fisik, sosial, ekonomi maupun data infrastruktur yang ada. Pemerintah dapat mengajukan usul ke tingkat provinsi untuk bekerja sama dengan pihak media terkait pendidikan kesiapsiagaan masyarakat. Hal ini disebabkan masyarakat banyak yang mengakses informasi mengenai bencana melalui siaran TV nasional dan banyak yang menyebutkan berita TV sebagai sumber mereka dalam mendapatkan informasi mengenai bencana. 5.3 Kelemahan Studi Studi tentang Identifikasi Kesiapsiagaan Masyarakat di Wilayah Pesisir Kabupaten Tasikmalaya Terhadap Bencana Gempa Bumi dan Tsunami ini tidak terlepas dari beberapa keterbatasan dalam proses maupun keluaran yang dihasilkan. Keterbatasan tersebut adalah : 1. Tidak dilakukan perhitungan tingkat kerentanan, ketahanan dan risiko bahaya gempa bumi dan tsunami 2. Studi ini tidak menitik beratkan terhadap aspek teknis seperti, penghitungan pembiayaan, desain dan lain-lain 3. Tidak dilakukan analisis lokasi dalam menentukan tempat yang tepat untuk permukiman kembali setelah terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami