PRINSIP DASAR KRISTALISASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyaringan nira kental pada proses pengkristalan berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kristalisasi. Shinta Rosalia Dewi (SRD)

BAB I PENDAHULUAN. produksi garam dapur, gula, sodium sulphat, urea, dan lain-lain. pada batas kristalisasi dan batas kelarutan teoritis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

KIMIA TERAPAN (APPLIED CHEMISTRY) (PENDAHULUAN DAN PENGENALAN) Purwanti Widhy H, M.Pd Putri Anjarsari, S.Si.,M.Pd

PEMISAHAN CAMPURAN proses pemisahan

Gambar 1 Open Kettle or Pan

SMP kelas 7 - KIMIA BAB 2. UNSUR, SENYAWA, DAN CAMPURAN Latihan Soal 2.6

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle

Perubahan zat. Perubahan zat

- Menghantar/memindahkan zat dan ampas - Memisahkan/mengambil zatdengan dicampur untuk mendapatkan pemisahan (reaksi kimia)

Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu, jika digiling akan menghasilkan air dan ampas dari tebu,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Riset Kimia, Laboratorium Riset

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

AUDIT KINERJA PROSES PENGOLAHAN PADA PABRIK GULA

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU. Oleh : Dra. ZULTINIAR,MSi Nip : DIBIAYAI OLEH

BAB I. Indonesia tidak dapat terus menerus mengandalkan diri dari pada tenaga kerja

ANALISIS GRAVIMET RI. Dosen : Dr. Tutus Gusdinar Kelompok Keilmuan Farmakokimia SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Revisi BAB I PENDAHULUAN

PENENTUAN METODE REKRISTALISASI YANG TEPAT UNTUK MENINGKATKAN KEMURNIAN KRISTAL AMONIUM PERKLORAT (AP)

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pabrik Gula dari Nira Siwalan dengan Proses Fosfatasi-Flotasi

Ahmad Zaki Mubarok Kimia Fisik Pangan. Silika

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Pabrik tersebut terletak di Jalan Binjai-Stabat. KM 32 dan beranjak ± 4000 m dari jalan utama.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Titik Leleh dan Titik Didih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. penggunaannya sebagai santan pada masakan sehari-hari, ataupun sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki gugus hemiasetal. Oleh karena itu sukrosa di dalam air tidak berada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemisahan Campuran 1.Filtrasi(Penyaringan) 2.Destilasi

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

MAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. Bahan yang digunkan NaOH Asam Asetat Indikator PP Air Etil Asetat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PEMURNIAN. Nama : Shinta Wijaya NRP : Kelompok : E Meja : 10 (Sepuluh) Asisten : Tyas Citra Aprilia

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

Deskripsi ALAT EVAPORASI-DESTILASI AIR TUA GARAM

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI CIS DAN TRANS KALIUM DIOKSALATODIAKUOKROMAT ( III )

KELARUTAN DAN GEJALA DISTRIBUSI. Oleh : Nur Aji, S.Farm., Apt

I PENDAHULUAN. tebu, bit, maple, siwalan, bunga dahlia dan memiliki rasa manis. Pohon aren adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KRISTALISASI. Teti Estiasih - THP - FTP UB 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KRISTALISASI. Amelia Virgiyani Sofyan Azelia Wulan C.D Dwi Derti. S Fakih Aulia Rahman

01 PABRIK GULA PG. KEBON AGUNG MALANG JAWA TIMUR

Cara Penentuan Nilai BRIX kadar gula Dalam Tanaman Tebu. Oleh: Khairul Nurcahyono

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK DASAR PENENTUAN KADAR NIKEL SECARA GRAVIMETRI. Pembimbing : Dra. Ari Marlina M,Si. Oleh.

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

I Sifat Koligatif Larutan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI)

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan

BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN. STANDART KOMPETENSI Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran serta terapannya.

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

C. ( Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 o C dan range temperaturnya berubah menjadi 4 o C dari 0,3 o C )

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ORGANIK DAN FISIK FA2212

SIMULASI PROSES EVAPORASI NIRA DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN IX PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT (REKRISTALISASI, SUBLIMASI, DAN TITIK LELEH)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1 Daftar Wawancara

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

IV. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT PG CANDI BARU SIDOARJO. Diajukan oleh : Elizabeth Silvia Veronika NRP: Lovitna Novia Puspitasari NRP:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

c. Suhu atau Temperatur

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 4. Kalor dan PerpindahannyaLatihan Soal 4.3

II. DESKRIPSI PROSES

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

MODUL 1.04 FILTRASI LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. DESKRIPSI PROSES

MATERI 1.1 Pengertian Materi Sebagai contoh : Hukum Kekekalan Materi 1.2 Sifat Dan Perubahan Materi Sifat Materi

BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN KIMIA SEHARI-HARI DENGAN STRUKTUR PARTIKEL PENYUSUNNYA? Kegiatan 2.1. Terdiri dari

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM ANALISA GULA

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

Untuk Daerah Tertinggal

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Juni 2014 di Desa Lehan Kecamatan

Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM

PENENTUAN RENDEMEN GULA TEBU SECARA CEPAT 1

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Transkripsi:

PRINSIP DASAR KRISTALISASI Posted on 20.12 by ayu anisa No comments Pengertian Kristalisasi Kristalisasi merupakan istilah yang menunjukkan beberapa fenomena yang berbeda berkaitan dengan pembentukan struktur kristal. Empat tahap pada proses kristalisasi meliputi pembentukan kondisi lewat jenuh atau lewat dingin, nukleasi atau pembentukan kristal inti kristal, pertumbuhan kristal, dan rekristalisasi atau pengaturan kembali struktur kristalin sampai mencapai energi terendah. Kristalisasi menunjukkan sejumlah fenomena yang berkaitan dengan pembentukan struktur matriks kristal. Prinsip pembentukan kristal adalah sebagai berikut: 1. Kondisi lewat jenuh untuk suatu larutan seperti larutan gula atau garam. 2. Kondisi lewat dingin untuk suatu cairan atau lelehan (melt) seperti air dan lemak. Untuk membentuk kristal, fase cairan (liquid) harus melewati kondisi lewat dingin (untuk lelehan). Kondisi tersebut dapat tercapai melalui pendinginan dibawah titik leleh suatu komponen (misalnya air) atau melalui penambahan sehingga dicapai kondisi lewat jenuh (misalnya garam dan gula) pada kondisi tidak seimbang ini, molekul-molekul pada cairan yang mengatur diri dan membentuk struktur matriks kristal. Kondisi lewat jenuh atau lewat dingin pada produk pangan diatur melalui proses formulasi atau kondisi lapangan. Prinsip dasar kristalisasi Pemisahan dengan teknik kristalisasi didasari atas pelepasan pelarut dari zat terlarutnya dalam sebuah campuran homogeen atau larutan, sehingga terbentuk kristal dari zat terlarutnya. Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan dalam keadaan atau kondisi lewat jenuh (supersaturated) yaitu kondisi dimana pelarut sudah tidak mampu melarutkan zat terlarutnya, atau jumlah zat terlarut sudah melebihi kapasitas pelarut. Proses pengurangan pelarut dapat dilakukan dengan empat cara yaitu, penguapan, pendinginan, penambahan senyawa lain dan reaksi kimia. Nah, untuk petani garam tradisional menggunakan cara penguapan menggunakan bantuan sinar matahari langsung. Ilustrasi kristalisasi di laboratorium Untuk mengetahui bagaimana proses sederhana kristalisasi di laboratorium, perhatikan ilustrasi berikut!

Bagaimana proses terbentuknya garam dari air laut? Air laut dialirkan kedalam tambak dan selanjutnya ditutup. Air laut yang ada dalam tambak dibiarkan terkena sinar matahari secara langsung sehingga mengalami proses penguapan. Setelah beberapa hari (tergantung panas cahaya matahari) jumlah air berkurang, dan mengering bersamaan dengan itu pula kristal garam terbentuk. Kristal-kristal garam yang telah terbentuk kemudian dikumpulkan untuk diproses lebih lanjut sehingga menghasilkan kristal garam yang bersih dan terbebas dari kotoran. Proses Pembuatan Gula Secara Umum (Pabrik Gula) 5. Proses Masakan (Kristalisasi) Nira kental dari stasiun penguapan yang sudah dipucatkan (dibleaching) masih mengandung air ± 35% - 40% lagi. Apabila kadar air lebih besar dari yang semestinya,maka pembentukan kristal akan lebih lama. Dimana kelebihan kandungan ini akan diuapkan pada stasiun kristalisasi (dalam pan kristalisasi). Pada stasiun masakan dilakukan proses kristalisasi dengan tujuan agar kristal gula mudah dipisahkan dengan kotorannya dalam pemutaran sehingga didapatkan hasil yang memiliki kemurnian tinggi, membentuk kristal gula yang sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan dan perlu untuk mengubah saccarosa dalam larutan menjadi kristal agar pembentukan gula setinggi-tingginya dan hasil akhir dari proses produksi berupa tetes yang masih sedikit mengandung gula, bahkan diharapkan tidak mengandung gula lagi. Proses kristalisasi dibagi dalam beberapa tingkat masakan, yaitu : 1. Sistem masak 4 tingkat : masakan A,B,C,D

2. Sistem masak 3 tingkat : masakan A,B,D atau ACD 3. Sistem masak 2 tingkat : masakan A,D Dalam proses kristalisasi di PTP Nusantara II Sei Semayang, di ambil sistem masak 3 tingkat yaitu : A, B dan D 5.1 Proses Kristalisasi sistem tiga tingkat 1) Masakan A, yaitu proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) A dan Stroop A, stroop A ini masih mengandung sukrosa digunakan untuk bahan masakan B. Pada masakan A terdapat 2 buah pan masakan yang dapat mengkristalkan ± 68% dari nira kental masuk. 2) Masakan B yaitu proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) B dan Stroop B. Pada masakan B terdapat 1 buah pan masakan yang dapat mengkristalkan ± 62% dari nira kental masuk. 3) Masakan D, yaitu proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) D dan Klare D, dengan menggunakan bahan dasar stroop A, stroop B dan Klare D. Pada masakan D terdapat 2 buah pan masakan yang dapat mengkristalkan ± 58% dari nira kental masuk. 5.2 Langkah-langkah proses pengkristalan 1) Menarik Hampa Tangki masakan terlebih dahulu di buat hampa udara dengan tekanan vakum sebesar 40 cmhg kemudian saluran penghubung dengan tangki penguapan dibuka perlahan-lahan sampai terbuka penuh sehingga mencapai keadaan maksimum dengan tekanan 66 cmhg. Langkah pertama dari proses pangkristalan adalah menarik masakan (nira pekat) untuk diuapkan airnya sehingga mendekati kondisi jenuhnya. Dengan pemekatan secara terus-menerus koefisien kejenuhannya akan meningkat. Pada keadaan lewat jenuh maka akan terbentuk suatu pola kristal sukrosa. 2) Pembuatan Bibit Langkah selanjutnya ialah membuat bibit, yaitu dengan memasukkan gula (fondant) ke dalam pan masakan kemudia melakukan proses pembesaran kristal. Fondant merupakan inti kristal gula yang sudah ditumbuk menjadi halus dan sengaja diberikan agar kristal gula yang terbentuk memiliki ukuran yang sama. Inti ini dapat dibuat dengan menggiling kristal yang kasar sehingga menjadi kristal yang halus. Bibit fondant tersebut dapat dibuat di luar pan masakan. Untuk

mengetahui besar kecil ukuran kristal dapat dilakukan dengan cara meletakkan kristal gula pada kaca transparan yang diamati pada sinar lampu. 3) Memperbesar Kristal Dalam proses memperbesar ukuran kristal dilakukan dengan penambahan bibit yang baik sampai diharapkan ukuran kristal 0,8-1 mm. 4) Menurunkan Masakan (masakankan tua) Kristal gula yang sudah terbentuk sesuia dengan ukuran ketentuan yang diharapkan dinamakan dengan masakan tua. Tujuan dari masakan tua adalah melanjutkan penguapan masakan dalam pan kristalisasi tanpa penambahan larutan baru untuk menghindari terjadinya pembentukan kristal palsu. Apabila ketentuan di atas telah terpenuhi, maka terbentuklah kristal yang cukup rapat dan hal ini menunjukkan proses pengkristalan telah selesai. Masakan tua yang ukurannya telah mencapai 0,8-1 mm dikeluarkan dari tangki masakan dan dimasukkan ke dalam palung pendingin yang terdapat di bawah tangki masakan. Penurunan masakan dimulai dengan menutup uap panas, kemudian menghilangkan tekanan hampa. Penghilangan tekanan hampa dilakukan dengan membuat hubungan pan masakan, maka tekanan udara di dalam pan naik dan tekanan vakum hilang. Setelah seluruh masakan diturunkan,pan masakan dicuci dengan steam (uap panas) untuk membersihkan sisa-sisa kristal gula dan larutanlarutan yang tertinggal, agar pada masakan selanjutnya tidak mengganggu proses pangkristalan dan kualitas kristal gula yang terbentuk. Larutan pada pan masakan hasil pencucian dengan air dan steam dialirkan ke peleburan untuk di daur ulang kembali. 5) Palung Pendingin ( D-Cristalizer) Pendinginan masakan digunakan untuk menentukan kejenuhan agar proses kristalisasi lanjut terjadi, sehingga ukuran kristal membesar. Palung Pendingin ( D-Cristalizer) dilengkapi dengan pengaduk agar tidak terjadi pengumpalan dan hanya digunakan untuk masakan D yang bertujuan untuk menekan nilai Harkat Kemurnian (HK). Proses Kristalisasi Gula Salah satu langkah dalam proses pembuatan gula adalah kristalisasi. Proses kristalisasii merupakan salah satu pekerjaan proses agar mendapatkan bahan murni yang berupa gula kristal yang berwarna putih, berbentuk padat, sehingga gula dapat terpisah dari larutan induknya dalam bentuk kristal. Sebagai hasil dari proses kristalisasi tersebut dihasilkan suatu magma yang terdiri atas larutan induk dan kristal gula. Campuran dari larutan induk dan kristal tersebut biasanya disebut masakan atau dalam bahasa Perancis disebut massecuite, yang berarti massa, dan cuite berarti diproses atau dimasak. Proses kristalisasi terjadi di dalam suatu pan masak, yang proses kerjanya dilakukan pada suasana atau

kondisi vakum (hampa udara). Disamping itu, proses kristalisasi dilakukan secara single efek (badan tunggal), jadi berbeda dengan kegiatan dalam pan penguapan yang dilakukan secara multiple effect (badan rangkap, > 1 badan). Proses kristalisasi dilakukan pada kondisi vakum untuk mencegah kerusakan dari nira. Bahan Dasar Proses Kristalisasi Dalam proses pembuatan gula, yang dimulai dari pemerahan tebu menghasilkan nira mentahh, kemudian dengan pemurnian untuk menghilangkan kotoran dan penguapan untuk menguapkan air maka akan diperoleh nira kental. Nira kental ini adalah bahan baku utama dalam proses kristalisasi. Dari rangkaian proses sebelumnya nira masih mengandung kotoran dan kadar air. Di proses kristalisasi ini kadar kotoran dan air yang ada dalam nira akan dihilangkan. Di nira kental masih terkandung kotoran sebesar 15 20 % zat terlarut, sedangkan kadar airnya 35 40 % (memiliki brix 60 65). Nira kental sebagian besar mempunyai brix sebesar 60 65 % dengan tujuan supaya larutan tersebut mendekati konsentrasi jenuhnya. Faktor Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Kristalisasi Pelbagai faktor yang dipandang dapat mempengaruhi proses pemasakan atau proses kristalisasi, a.l. suhu, vakum, proses penguapan sebelumya, kerataan kristal, kadungan kotoran dalam larutan, viskositas larutan dan pencampuran atau sirkulasi larutan. Kelarutan sakarosa Sakrosa atau gula dapat larut dalam air. Jumlah kelarutannya bergantung pada suhu dan keberadaan komponen lainnya di dalam larutan gula tersebut. Untuk gula murni, di dalam air akan terlarut bergantung pada suhu larutannya sesuai dengan suatu korelasi atau hubungan dalam persamaan berikut ini. Y = 64,1835 + 0,13477 t + 0,0005307 t 2 (Herzfeld) di mana Y = gula (%), t = suhu larutan o C Sesuai persamaan di atas menunjukkan bahwa pada suhu t o C jumlah gula yang terlarut maksimal = Y (%). Dan apabila larutan gula pada t o C, dengan kadar = Y %, maka dapat dikatakan bahwa larutan gula sudah jenuh (=kenyang = verzadig = saturated ). Dan

penambahan gula ke dalam larutan tersebut sudah pasti tidak larut lagi. Suatu misal pada suhu t o C larutangula dengan kadar x %, di mana harga x < Y,maka larutan tersebut belum dapat dikatakan kenyang atau di bawah jenuh, atau larutan masih encer. Larutan encer yang dipekatkan dengan cara penguapan lama kelamaan akan mencapai kejenuhannya, dan apabila proses penguapan dilanjutkan maka akan terjadilah proses kristalisasi dari gula. Hal ini terjadi karena pada suhu tertentu air hanya dapat melarutkan gula sejumlah tertentu pula, sehingga kelebihannya akan berubah menjadi kristal. Oleh karena yang dapat larut adalah air, maka jumlah air yang terdapat dalam larutan juga menentukan jumlah gula yang ditahan dalam larutan, dan untuk dapat memperoleh gambaran tentang hubungan air dengan gula yang terlarut pada suhu t o C, maka oleh peneliti terdahulu menunjukkan hubungan sebagai berikut : Sakarosa % air = 26420 / 151 t di mana t = suhu larutan dalam o C Pengukuran derajat kejenuhan, dilingkungan pabrik gula di buat suatu tetapan besaran yang dikenal dengan istilah : KKJ = kosien kelewat jenuh OVC = over verzadiging coefisien SS = super saturation OVC didefinisikan sebagai berikut :

Dari definisi tersebut, maka akan dijumpai keadaan sebagai berikut : OVC < 1 : larutan encer OVC = 1 : larutan jenuh OVC > 1 : larutan kelewat jenuh Daerah-Daerah Kejenuhan dan Sifatnya Berdasarkan kenyataan terbentuknya cristal dengan penguapan ataupun penjenuhan larutan terjadi pada konsentrasi lewat jenuh, pada kosien kejenuhan berapakah terjadinya cristal ini sumar untuk ditentukan dengan pasti karena componen-komponen nira akan turut mempengaruhi, sehingga tebu yang berasal dari tempat berlainan ataupun tebu dengan jenis yang berbeda akan memerlukan derajat kejenuhan berbeda untuk dapat terjadinya pengkristalan. Untuk itu para ahli membagi daerah kejenuhan menjadi : Larutan Encer : Larutan pada daerah kejenuhan dibawah kosien kejenuhan 1,00 dimana larutan masih dapat melarutkan cristal sukrose. Larutan Jenuh :Larutan yang memiliki kosien kejenuhan tepat 1,00 (KK = 1,00) dimana akan terjadi kesetimbangan antara jumlah sucrosa yang melarut dan sucrosa yang mengkristal. Larutan yang tidak dapat melarutkan sucrosa lagi.

Daerah Meta Mantap : Larutan yang terletak pada daerah konsentrasi diatas kosien kejenuhan 1,00 (KK > 1,00) dimana molekul sukrosa dalam larutan hanya dapat menempelkan diri pada kristal yang telah ada. Daerah ini juga disebut daerah pembesaran kristal. Daerah Pertengahan : Larutan yang terletak pada daerah konsentrasi dimana molekul sukrosa dalam larutan telah mampu membentuk inti kristal apabila terdapat atau hadir kristal sukrosa dalam larutan. Daerah Goyah : Larutan yang terletak pada konsentrasi diatas daerah pertengahan dimana molekul sukrosa dalam larutan telah mampu membentuk inti kristal dengan serentak tanpa adanya kristal yang lain. Langkah-langkah proses kristalisasi adalah sebagai berikut : a. Menarik larutan dan pemekatan Bahan dasar yang akan dikristalkan dipanaskan sampai mendekati suhu masak, selanjutnya pemekatan dimulai. Dengan demikian koefisien kejenuhannya berangsurangsur meningkat. Pada keadaan lewat jenuh akan terbentuk suatu pola kristal sukrosa. Proses kristalisasi dijaga pada suhu rendah karena molekul sukrosa akan mudah rusak pada suhu tinggi, oleh karena itu digunakan vakum. Pemekatan tidak boleh melewati daerah metastabil, karena akan terjadi inti baru berupa kristal-kristal halus. b. Membuat bibitan

Pembuatan bibit dengan cara serentak (spontan) - Larutan diuapkan sampai berada pada daerah goyah (A) - Bila akan mulai memasak larutan dialihkan ke daerah metastabil dengan menaikkan suhu. (B) - Apabila kristal yang terbentuk kurang maka larutan diarahkan ke daerah goyah lagi (C) - Bila inti kristal telah cukup maka ditarik bahan masak lagi, kemudian menurunkan vakum agar kembali ke daearah metastabil. (D) Pembuatan bibit dengan cara kejutan (shock seeding)

- Larutan gula dikentalkan sampai daerah intermediate kemudian dimasukkan gula halus. - Bila kristal telah terbentuk dan terlihat besar kristal merata maka dikembalikan lagi ke daerah metastabil. Pembuatan bibit dengan cara pemberian inti penuh (full seeding) Pada cara ini dengan menggunakan bibit (seeding) yang sudah jadi dan dimasukkan pada daearah metastabil. Untuk bahan bibitan sistem ini bisa menggunakan fondan atau FCS (Fine Crystal Seed). b. Membesarkan Inti Kristal. Pada langkah pembesaran kristal diusahakan untuk menempelkan sebanyak mungkin molekul sukrosa pada kristal yang telah jadi dalam waktu yang singkat. c. Merapatkan Inti Kristal Apabila pembesaran dirasa telah cukup dengan kristal yang kuat, maka selanjutnya adalah merapatkan inti kristal. Tujuannya adalah supaya jarak antara kristal yang satu dengan yang lain berdekatan sehingga kecepatan kristalisasi tidak berkurang. d. Menurunkan masakan

Masakan yang sudah tua akan diturunkan kedalam palung pendingin. Fungsi palung pendingin adalah untuk mendinginkan masakan dan juga untuk kristalisasi lanjut. Pada dasarnya masakan boleh diakhiri dan diturunkan kedalampalung pendingin apabila : - Brix masakan sudah tinggi, artinya masakan sudah tua. Dan perlu dimengerti bahwa tuanya masakan bukan hanya karena hampir habis airnya, tetapi masakan harus banyak mengandung pasir. Jika tidak banyak pasirnya maka sewaktu masakan tadi berada di dalam palung pendingin (trog), kemungkinan sangat besar akan rusak atau menjadi kotor. Akibatnya masakan lalu sukar diputar. Jika masakan sukar diputar, biasanya terpaksa diencerkan atau di cuci, sehingga strop yang diperoleh banyak, sedang gula pasirnya menjadi berkurang. - Karena itu masakan sewaktu turun harus dalam keadaan tua karena banyak mengandung pasir keras. Tanda-tandanya adalah masakan harus poro, tidak terasa ngayiyat (tidak seperti berlendir tidak licin), kalau ditekan dengan jari terasa pasir. Untuk masakan D kecuali tanda-tanda tersebut, kalau dilemparkan ( ke dinding pan misalnya), tidak mudah menjadi gepeng dan keras. TAHAP MASAKAN Dalam kegiatan proses masak gula tahapan prosesnya tergantung dari tinggi rendahnya HK nira kental/deksap/cing, maka masakan dapat bertahap 3 atau 4 tahap A, B, C, D, ABD atau ACD. Untuk saat ini kebanyakan pabrik gula di Indonesia menggunakan system masaka ACD. Pada system ACD masakan A sebagai produk, sedangkan masakan C dan D akan diolah sebagai bibit untuk masakan A. Sumber : http://www.risvank.com/proses-kristalisasi-gula.html Diposkan oleh learn di 00.31