ELEKTRONIKA INDUSTRI SOLID-STATE RELAY. Akhmad Muflih Y. D

dokumen-dokumen yang mirip
ACTUATOR Relay dan SSR

1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN

Sistem Perlindungan menggunakan Optical Switching pada Tegangan Tinggi

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

PENGERTIAN THYRISTOR

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : INSTRUMENTASI DAN OTOMASI. Struktur Thyristor THYRISTOR

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS DAN EVALUASI. 2. Tuliska macam macam thyristor dan jelaskan dengan gambar cara kerjanya!

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

Politeknik Gunakarya Indonesia

Rancang Bangun Penerangan Otomatis Berdasarkan Gerak Tubuh Manusia

controlled rectifier), TRIAC dan DIAC. Pembaca dapat menyimak lebih jelas

DESAIN SENSORLESS (MINIMUM SENSOR) KONTROL MOTOR INDUKSI 1 FASA PADA MESIN PERONTOK PADI. Toni Putra Agus Setiawan, Hari Putranto

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB III DESAIN DAN PERANCANGAN

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

BAB III PERANCANGAN ALAT

Alat Penstabil Tegangan Bolak-Balik satu fasa 220 V, 50 Hz Menggunakan Thrystor Dengan Daya 1,5 kva

DIODA KHUSUS. Pertemuan V Program Studi S1 Informatika ST3 Telkom

BAB III METODE PENELITIAN

Elektronika Daya ALMTDRS 2014

Mekatronika Modul 2 Silicon Controlled Rectifier (SCR)

Alarm Anti Pencuri Menggunakan LDR dan SCR (Silicon Control Rectifier) Disusun oleh :

BAB II LANDASAN TEORI

THYRISTOR. SCR, TRIAC dan DIAC. by aswan hamonangan

Gambar 11. susunan dan symbol dioda. Sebagai contoh pemassangan dioda pada suatu rangkaian sebagai berikut: Gambar 12. Cara Pemasangan Dioda

Mekatronika Modul 5 Triode AC (TRIAC)

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya

OPERASI DAN APLIKASI TRIAC

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

TIN-302 Elektronika Industri

LED tersebut tidak menghantar

RANCANG BANGUN AUTOMATIC TRANSFER SWITCH PADA MOTOR BENSIN GENERATOR-SET 1 FASA 2,8 KW 220 VOLT 50 HERTZ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA

MAKALAH DASAR TEKNIK ELEKTRO SCR, DIAC, TRIAC DAN DIODA VARAKTOR NAMA : NIM : JURUSAN : PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PRODI : TEKNIK ELEKTRO

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

Otomasi Sistem. Peralatan Otomasi Sistem: I/O Programmable Logic Controller

CATU DAYA MENGGUNAKAN SEVEN SEGMENT

Arsitektur Programmable Logic Controller - 2

BAB I SEMIKONDUKTOR DAYA

BAB II DASAR TEORI. arus dan tegangan yang sama tetapi mempunyai perbedaan sudut antara fasanya.

Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Segitiga Daya

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3.

BAB III PERANCANGAN ALAT

Desain Sistem Kontrol Sudut Penyalaan Thyristor Komutasi Jaringan Berbasis Mikrokontroler PIC 16F877

BAB III PERANCANGAN. pembuatan tugas akhir. Maka untuk memenuhi syarat tersebut, penulis mencoba

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami.

THYRISTOR & SILICON CONTROL RECTIFIER (SCR)


PENGISI BAK PENAMPUNGAN AIR OTOMATIS MENGGUNAKAN KERAN SELENOID BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 Di Susun Oleh: Putra Agustian

PRAKTIKAN : NIM.. PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Mekatronika Modul 1 Transistor sebagai saklar (Saklar Elektronik)

BAB III ANALISA RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN ALAT. eletronis dan software kontroler. Konstruksi fisik line follower robot didesain

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

VERONICA ERNITA K. ST., MT. Pertemuan ke - 5

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

Rancang Bangun Sistem Pengaturan Suhu Ruang Inkubator Bayi Berbasis Microcontroller AT89S51

ANALISIS SISTEM CYCLOCONVERTER PADA BEBAN NON LINEAR

BAB II LANDASAN TEORI

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

Pengendali Kecepatan Motor Induksi 3-Phase pada Aplikasi Industri Plastik

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

Perancangan Pembuatan Pengasut Pada Motor Kapasitor 1 Phase

Bab III Pelaksanaan Penelitian. III.1 Alur Pelaksanaan Penelitian Secara umum alur pelaksanaan penelitian ini disajikan dalam diagram alir berikut

Aplikasi Optocoupler dalam Sistem Pengaturan Kecepatan Sepeda Listrik

Realisasi Saklar Lampu Otomatis

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

DISPENSER OTOMATIS MENGGUNAKAN SENSOR DAN GAYA PEGAS PADA GELAS BERBASIS ATMEGA8535. Dhony Kurniadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Penampang kumparan rotor dari atas.[4] permukaan rotor, seperti pada gambar 2.2, saat berada di daerah kutub dan

USER MANUAL ALARM ANTI MALING MATA PELAJARAN : ELEKTRONIKA PENGENDALI DAN OTOMASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. PLC adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan

BAB III PERANCANGAN SISTEM

semiconductor devices

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

TK 2092 ELEKTRONIKA DASAR

BAB II LANDASAN TEORI

RANGKAIAN INVERTER DC KE AC

Solusi Ujian 1 EL2005 Elektronika. Sabtu, 15 Maret 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Crane Hoist (Tampak Atas)

BAB III SISTEM KERJA RANGKAIAN

Transkripsi:

ELEKTRONIKA INDUSTRI SOLID-STATE RELAY Akhmad Muflih Y. D411 06 061

SOLID STATE RELAY

PENGERTIAN Solid state relay adalah sebuah saklar elektronik yang tidak memiliki bagian yang bergerak. Contohnya foto-coupled SSR, transformer-coupled SSR, dan hybrida SSR. Solid state relay ini dibangun dengan isolator sebuah MOC untuk memisahkan bagian input dan bagian saklar. Dengan Solid state relay kita dapat menghindari terjadinya percikan api seperti yang terjadi pada relay konvensional juga dapat menghindari terjadinya sambungan tidak sempurna karena kontaktor keropos seperti pada relay konvensional.

JENIS-JENIS SSR Reed-Relay-Coupled SSR's di mana sinyal kontrol diterapkan (secara langsung, atau melalui Preamplifier) ke kumparan relay yang buluh. Penutupan buluh lalu mengaktifkan sirkuit yang tepat dengan saklar memicu thyristor. Jelas, input-output isolasi dicapai adalah bahwa dari buluh relay, yang biasanya sangat baik. Transformer-Coupled SSR's di mana sinyal kontrol diterapkan (melalui DC-AC converter, jika sudah DC, atau secara langsung, jika itu AC) ke domain utama trafo berdaya rendah, dan sekunder yang dihasilkan dari eksitasi primer yang digunakan (dengan atau tanpa rektifikasi, amplifikasi, atau lainnya modifikasi) untuk memicu thyristor saklar. Dalam jenis ini, tingkat isolasi input-output tergantung pada desain transformator. Opto-coupler SSR's di mana sinyal kontrol diterapkan pada sebuah sumber cahaya atau inframerah (biasanya, sebuah dioda pemancar cahaya atau LED), dan dari sumber yang terdeteksi dalam foto - sensitive semiconductor (misalnya, sebuah dioda fotosensitif, sebuah foto-sensitif transistor, atau foto-sensitif thyristor). Output dari foto-perangkat sensitif kemudian digunakan untuk memicu (gerbang) yang TRIAC atau SCR itu aktifkan arus beban. Jelas, satu-satunya yang signifikan "coupling path" antara input dan output adalah cahaya atau sinar infra - radiasi merah, dan isolasi listrik yang sangat baik. optically coupled or SSR yang juga disebut sebagai "optikal yang digabungkan" atau Foto terisolasi.

KARAKTERISTIK INPUT Dielektrik kekuatan, Dinilai dalam hal minimum tegangan rusaknya dari rangkaian kontrol baik kepada SSR kasus dan output (beban) rangkaian. Tipikal rating adalah 1500 volt ac (RMS), baik untuk kontrol output. Insulation Resistance, Dari rangkaian kontrol untuk kedua kasus dan output rangkaian. Rentang pemberian peringkat Khas dari 10 megohms menjadi 100.000 megohms untuk transformator dan desain hibrida. Untuk optik terisolasi SSR, tipikal kisaran resistensi isolasi dari 1000 megohms sampai 1 juta megohms. Stray Kapasitansi Dari rangkaian kontrol untuk kedua kasus dan output rangkaian. Kapasitansi ke kasus jarang signifikan, tetapi kapasitansi ke rangkaian output mungkin control pasangan ac dan transien kembali ke kontrol sensitif sirkuit, dan bahkan lebih jauh lagi, ke-sinyal kontrol sumber. Untungnya, di SSR dirancang dengan baik itu, ini kapasitansi jarang cukup besar untuk menyebabkan interaksi. Kapasitansi tipikal berkisar dari 1 sampai 10 picofarad. Kecepatan respon dari SSR untuk penerapan kontrol tegangan akan dijelaskan nanti pada bagian ini.

MOC302X MOC302X adalah driver Triac yang didalamnya menggunakan isolasi optis (optocoupler). Driver ini menjembatani sinyal triger yang berasal dari kontroler yang umumnya memiliki level tegangan dan arus kecil dengan bagian beban yang memiliki tegangan dan arus yang relatif tinggi. Skema dalam MOC302X ini terlihat di Gambar 3. Komponen ini memiliki 6 kaki dengan 2 kaki yang tidak digunakan. Kaki anoda (1) dihubungkan ke Vcc, kaki katoda (2) dihubungkan dengan pulsa triger yang active low. Fungsi triger dengan active low ini adalah untuk menghindari kontroler melakukan sourcing (mengeluarkan arus) sehingga tidak membebani kontroler yang umumnya hanya mampu mengeluarkan arus yang sangat kecil. Kaki 4 dan 6 dihubungkan dengan beban. Kaki 3 dan 5 tidak digunakan. Rangkaiannya terlihat seperti Gambar 4.

Pada saat ada pulsa low di kaki 2 maka dioda dalam MOC302X akan memancarkan cahaya sehingga arus dari beban dapat mengalir dari kaki 6 melalui driver dan keluar melalui kaki 4 yang akan mentriger kaki gate Triac yang bersangkutan. Pada saat itulah Triac dalam keadaan ON sehingga dapat mengalirkan daya sesuai dengan waktu firing-nya.

CARA KERJA Pada solid-state relay, switching unitnya menggunakan TRIAC sehingga solidstate relay ini dapat menghasilkan arus baik positif maupun negatif. Untuk mengontrol triac ini digunakan SCR yang mempunyai karakterisitik gate yang sensitif. Kemudian untuk mengatur trigger pada SCR sendiri diatur dengan menggunakan rangkaian transistror. Rangkaian transistor ini menjadi penguat level tegangan dari optocoupler. Penggunaan SCR untuk mengatur gate TRIAC karena gate SCR mempunyai karakteristik yang lebih sensitif daripada gate TRIAC. Antara bagian input dan output dipisahkan dengan menggunakan optocoupler dan dengan sinyal yang kecil, cukup untuk menyalakan dioda saja, maka cukup untuk menggerakkan sebuah beban AC yang besar melalui solid-stare relay.

RANGKAIAN KONTROL Rangkaian kontrol menggunakan fungsi logik AND, pada blok diagram internal SSR, dibangun dari dua buah transistor yang bekerja untuk menghasilkan logika inverted NOR. Q1 akan melakukan clamps jika optocoupler dalam keadaan off, Q2 akan melakukan clamps jika tegangan bagi antara R4 dan R5 cukup untuk mengaktifkan transistor Q2. Sehingga Q2 akan melakukan clamp pada SCR jika tegangan anoda SRC lebih dari 5V. Jika OC on maka Q1 akan off sehingga Q1 tidak melakukan clamp pada SCR. SCR akan aktif jika Q2 juga dalam kondisi off. Kondisi ini terjadi pada saat terjadinya zero crossing. Penambahan kapasitor C2 bertujuan untuk menghindari kemungkinan SCR ditrigger berulang-ulang. C1 berguna untuk menyediakan arus yang cukup untuk sumber tegangan sementara pada saat terjadinya firing pada gate SCR, selain itu C1 juga berfungsi untuk menghindari kondisi ditriggernya gate SCR berulang-ulang. Penambahan C1 dan C2 akan menghindari trigger SCR pada saat tegangan anode SCR turun (down slope), kondisi ini memang tidak diharapkan. Komponen D2 akan memperbolehkan gate SCR di-reverse bias untuk menghasilkan kekebalan terhadap noise. D1 berfungsi untuk melindungi tegangan input yang berlebihan di atas rating tegangan optocoupler OC1. Komponen SCR yang digunakan, jika ingin membangun sebuah SSR sendiri, adalah SCR dengan tipe 2N5064, 2N6240.

SSR merupakan relay yang dapat didiskripsikan sebagai berikut : Mempunyai empat buah terminal, 2 input terminal dan 2 buah output terminal. Tegangan input dapat berupa tegangan AC atau DC. Antara output dan input diisolasi dengan sistem optikal. Output menggunakan keluarga thyristor, SCR untuk beban DC dan TRIAC untuk beban AC. Switching ON, yang sering disebut firing, solid state relay hanya bisa terjadi pada saat tegangan yang masuk ke output pada level yang sangat rendah mendekati nol volt. Output berupa tegangan AC (50 Hz atau 60 Hz).

Keuntungan solid-state relay 1. Pada solid-state relay tidak teedapat bagian yang bergerak seperti halnya pada relay. Relay mempunyai sebuah bagian yang bergerak yang disebut kontaktor dan bagian ini tidak ada pada solid-state relay. Sehingga tidak mungkin terjadi no contact karena kontaktor tertutup debu bahkan karat. 2. Tidak terdapat bounce, karena tidak terdapat kontaktor yang bergerak paka pada solid-state relay tidak terjadi peristiwa bounce yaitu peristiwa terjadinya pantulan kontaktor pada saat terjadi perpindahan keadaan. Dengan kata lain dengan tidak adanya bounce maka tidak terjadi percikan bunga api pada saat kontaktor berubah keadaan. 3. Proses perpindahan dari kondisi off ke kondisi on atau sebaliknya sangat cepat hanya membutuhkan waktu sekitar 10us sehingga solid-state relay dapat dengan mudah dioperasikan bersama-sama dengan zero-crossing detektor. Dengan kata lain opersai kerja solid-state relay dapat disinkronkan dengan kondisi zero crossing detektor. 4. Solid-State relay kebal terhadap getaran dan goncangan. Tidak seperti relay mekanik biasa yang kontaktornya dapat dengan mudah berubah bila terkena goncangan/getaran yang cukup kuat pada body relay tersebut.

5. Tidak menghasilkan suara klik, seperti relay pada saat kontaktor berubah keadaan. 6. Kontaktor output pada solid-state relay secara otomatis latch sehingga energi yang digunakan untuk aktivasi solid-state relay lebih sedikit jika dibandingkan dengan energi yang digunakan untuk aktivasi sebuah relay. Kondisi ON sebuah solid-state relay akan di-latc sampai solid-state relay mendapatkan tegangan sangat rendah, yaitu mendekati nol volt. 7. Solid-State relay sangat sensitif sehingga dapat dioperasikan langsung dengan menggunakan level tegangan CMOS bahkan level tegangan TTL. Rangakain kontrolnya menjadi sangat sederhana karena tidak memerlukan level konverter. 8. Masih terdapat couple kapasitansi antara input dan output tetapi sangat kecil sehingga arus bocor antara input output sangat kecil. Kondisi diperlukan pada peralatan medical yang memerlukan isolasi yang sangat baik.

Kerugian Solid-State Relay 1. Resistansi Tegangan transien. Tegangan yang diatur/dikontrol oleh solid-state relay benar-benar tidak bersih. Dengan kata lain tidak murni tegangannya berupa sinyal sinus dengan tegangan peak to peak 380 vpp tetapi terdapat spike-spike yang dihasilkan oleh induksi motor atau peralatan listrik lainnya. Spike ini level tegangannya bervariasi jika terlalu besar maka dapat merusakkan solid-state relay tersebut. Selain itu sumber-sumber spike yang lain adalah sambaran petir, imbas dari selenoid valve dan lain sebagainya. 2. Tegangan drop. Karena solid-state relay dibangun dari bahan silikon maka terdapat tegangan jatuh antara tegangan input dan tegangan output. Tegangan jatuh tersebut kira-kira sebesar 1 volt. Tegangan jatuh ini menyebabkan adanya dissipasi daya yang besarnya tergantung dari besarnya arus yang lewat pada solid-state relay ini.

3. Arus bocor- Leakage current. Pada saat solid-state relay ini dalam keadaan off atau keadaan open maka dalam kondisi yang idel seharusnya tidak ada arus yang mengalir melewati solid-state relay tetapi tidak demikian pada komponen yang sebenarnya. Besarnya arus bocor cukup besar untuk jika dibandingkan arus pada level TTL yaitu sekitar 10mA rms. 4. Sukar dimplementasikan pada aplikasi multi fasa. 5. Lebih mudah rusak jika terkena radiasi nuklir.