1. ATONIA UTERI A. Pengertian Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah Kehamilan aterm aliran darah ke uterus sebanyak 500-800 cc/menit. Terjadi atonia ibu dapat mengalami perdarahan sekitar 350-500 cc/menit. B. Penyebab 1. Disfungsi uterus : atonia uteri primer merupakan disfungsi intrinsik uterus. 2. Penatalaksanaan yang salah pd kala plac, mencoba mempercepat kala III, dorongan dan pemijatan uterus mengganggu mekanisme fisiologis pelepasan plac dan dpt menyebabkan pemisahan sebagian plac yang mengakibatkan perdarahan. 3. Anestesi yang dalam & lama menyebabkan terjadinya relaksasi miometrium yang berlebihan, kegagalan kontraksi dan retraksi menyebabkan atonia uteri dan perdarahan post partum. 4. Kerja uterus sangat kurang efektif selama kala persalinan yang kemungkinan besar akan diikuti oleh kontrak indikasi serta retraksi miometrium jika dalam kala III. 5. Overdistensi uterus : uterus yang mengalami distensi secara berlebihan akibatnya keadaan bayi yang besar, kehamilan kembar, hidramion, cenderung mempunyai daya kontraksi yang jelek. 6. Kelemahan akibat partus lama : bukan hanya rahim yang lemah, cenderung berkontraksi lemah setelah melahirkan, tetapi juga ibu yang keletihan kurang bertahan thd kehilangan darah. 7. Multi paritas : uterus yang lemah banyak melahirkan anak cenderung bekerja tidak efisien dalam semua kala persalinan. 8. Mioma uteri : dapat menimbulkan perdarahan dengan mengganggu kontraksi dan retraksi mioma uteri. 9. Melahirkan dengan tindakan : keadaan ini mencakup prosedur operatik seperti forsep dan fersi estraksi. C. Gejala Antonia Uteri - Perdarahan per vagina - Konsistensi rahim lembek - Tanda-tanda sock D. Perbedaan Perdarahan Antonia Uteri & Robekan Serviks Antonio Uteri. 1. Kontraksi uterus lemah 2. Darah merah tua berasal dari vena Robekan Serviks. 1. Kontraksi kuat uterus 2. darah merah tua berasal dari arteri
E. Penanganan KBI & KBE Kompresi bimanual interna dan eksterna merupakan salah satu upaya pertolongan pertama pada perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri. Tindakan ini bertujuan menjepit pembuluh darah dalam dinding uterus serta merangsang miometrium untuk berkontraksi. Kompresi Bimanual Interna harus segera dilakukan apabila uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (masase) pada fundus uteri. Karena ada intervensi tangan penolong yang masuk ke dalam jalan lahir, tindakan ini lebih dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi pada pasca partum.
2. RETENSIO PLASENTA A. Pengertian Retensio Plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata dapat terjadi polip plasenta, dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoma (Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, hal. 300). Recensio Plasenta adalah tertahannya plasenta atau belum lahirnya plasenta liingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002:178). Recensio Plasenta adalah plasenta belum labir 1/2 jam sesudah anak lahir (Obstetri Patologi, hal. 234). B. Penyebab 1. Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh melekat lebih dalam 2. Plasenta sudah terlepas tetapi belum keluar karena atonia uteri dan akan menyebabkan perdarahan yang banyak C. Jenis-Jenis Retensio Plasenta 1. Plasenta Adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis. 2. Plasenta Akreta adalah implantasi jonjot korion plasetita hingga memasuki sebagian lapisan miornetrium. 3. Plasenta Inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai / memasuki miornetnum. 4. Plasenta Perlireta
adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus. 5. Plaserita Inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum utrri disebabkan oleh kontriksi osteuni uteri. D. Etiologi 1. Fungsional His kurang kuat Plasenta sulit terlepas, karena tempatnya bentuknya ukurannya : insersi di sudut tuba : plasenta membranacea, plasenta anularis : plasenta yang sangat kecil 2. Patolog Anatomis Plasenta akreta, plasenta inkreta dan plasenta perkreta (Obstetri Patologi, hal 236). E. Retensio Plasenta dan Plasenta Manual Plasenta manual merupakan tindakan operasional kebidanan untuk melahirkan plasenta. Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan : 1. Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesiva, plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta. 2. Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan. 3. Retensio plasenta tanpa perdarahan diperkirakan : Darah penderita terlalu banyak hilang. Keseimbangan baru berbentuk bekuan darah, sehingga perdarahan tidak terjadi. Kernungkinan implantasi plasenta terlalu dalam. 4. Plasenta manual dengan segera dilakukan : Terdapat riwayat perdarahan post partum berulang. Terjadi perdarahan post partum melebihi 400cc. Pada pertolongan persalinan dengan narkosa.
Plasenta belum lahir setelah menunggu 1/2 jam. F. Plasenta Manual Teknik Sebaiknya dengan narkosa-untuk mengurangi sakit dan menghindari syok. Tangan kiri melebarkan genetalia eksterna, tangan kanan dimasukkan secara obstetris sampai mencapai tepi plasenta dengan menelusuri tali pusat. Tepi plasenta dilepaskan dengan bagian ulnar tangan kanan sedangkan tangan kiri menahan fundus uteri sehingga tidak terdorong ke atas. Setelah seluruh plasenta dapat dilepaskan maka tangan dikeluarkan bersama dengan plasenta. Dilakukan eksplerasi untuk mencari sisa plasenta atau membrannya. Kontraksi uterus ditimbulkan dengan memberikan uterotonika. Perdarahan diobservasi. G. Komplikasi Tindakan Plasenta Manual Tindakan plasenta manual dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut : Terjadi perforasi uterus. Terjadi infeksi : terdapat sisa plasenta atau membran dan bakteria terdorong ke dalam rongga rahim. Terjadi perdarahan karena atonia uteri. Untuk memperkecil komplikasi dapat dilakukan tindakan profilaksis dengan : Memberikan uterotonika intramuskular atau intravena. Memasang tamporiade uterovaginal. Memberikan antibiotika. Memasang infus. Persiapan transfusi darah. (Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, hal : 302
- 303).
H. Skema Penatalaksanaa Retensio Plasenta RETENSIO PLASENTA Belum lahir setelah ½ jam bayi lahir Sikap Bidan : Evaluasi sebabnya Konsultasi dengan : puskesmas & dokter Merujuk ke : puskesmas atau rumah sakit Indikasi Plasenta Manual : Perdarahan 400 cc Riwayat retensio plasenta berulang Tindakan dengan narkosa Sejarah habitual HPP (berulang) Retensio Plasenta tanpa Perdarahan : Perdarahan terlalu banyak Keseimbangan bekuan darah di tempat plasenta lepas. Perlekatan erat Persiapan merujuk penderita Infus cairan pengganti Petugas untuk pertolongan darurat. Komplikasi : Antonia uteri Perforasi Perdarahan terus Tamponade gagal Segera merujuk penderita ke rumah sakit Tindakan di rumah sakit : Perbaikan keadaan umum - Infus transfusi - Antibiotika Tindakan plasenta manual Atau histerektomi. (Manuaba, Ida. Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta, EGC. 1998, Hal. 303)
http://www.scribd.com/doc/24022851/landasan-teori-retensio-plasenta http://materikuliahkebidanan.files.wordpress.com/2010/02/atonia-uteri.pdf