PEDOMAN KOMITE PENUNJANG MEDIS RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BINA SEHAT MANDIRI

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE TENAGA KESEHATAN LAIN RS. BUDI KEMULIAAN BATAM

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE NAKES RS. JANTUNG BINAWALUYA 2016

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia, serta penyelenggaraan penelitian, pengembangan dan penapisan teknologi

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM KERJA SUBKOMITE ETIK DAN DISIPLIN PROFESI KOMITE MEDIK RUMAH SAKIT BUNDA SIDOARJO TAHUN 2015

KREDENSIAL TENAGA KESEHATAN LAIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. Ketua Komite Keperawatan

PEDOMAN PENYELENGGARAAN KOMITE KEPERAWATAN RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I.PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN INTERNAL (HOSPITAL BYLAWS) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SINJAI BUPATI SINJAI,

dr. AZWAN HAKMI LUBIS, SpA, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG KOMITE KEPERAWATAN RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PANDUAN KREDENSIAL STAF KEPERAWATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

PANDUAN KREDENSIAL KEPERAWATAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE KEPERAWATAN

PROGRAM KERJA KOMITE KEPERAWATAN. RSUD Dr. DJASAMEN SARAGIH KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB V PENUTUP. RSUD Prof. DR. H. M. Chatib Quzwain Sarolangun Jambi sudah diatur. dalam bentuk Peraturan Bupati Nomor 55 Tahun 2013 tentang Peraturan

KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WALUYO YAKKUM SURAKARTA Nomor : 2347a/PW/Sekr/VIII/2014 TENTANG

Peran dan Fungsi Komite Medik di Rumah Sakit

Panduan Kredensial dan Rekredensial Staf klinis Puskesmas Kampala -RAHASIA- BAB I PENDAHULUAN

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG

LIST DOKUMEN GLD. GLD 1: Tanggung jawab dan akuntabilitas. Struktur organisasi:

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

PANDUAN KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL TENAGA KESEHATAN LAINNYA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER MOHAMAD SOEWANDHIE KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 012 TAHUN 2014 TENTANG

PERAN KOMITE MEDIS DALAM PEMBERIAN KEWENANGAN KLINIS PADA STAF MEDIS RS

PERATURAN BUPATI CIANJUR

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

7. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselengarakan oleh perawat dalam bentuk asuhan keperawatan.

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

PANDUAN SUB KOMITE MUTU PROFESI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT SENTRA MEDIKA CISALAK

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 39 TAHUN 2017

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

RENCANA PROGRAM KERJA KOMITE KEPERAWATAN RSU. C-BMC TAHUN

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. sakit terutama dari sumber daya manusianya, pembiayaan dan informasi menuju

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terjadi di rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam pasal. 46 UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pencegahan kecacatan lebih lanjut (Kemenkes RI, 2009).

BAB II ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

MAKALAH MANAJEMEN REKAM MEDIS DI RUMAH SAKIT

PERANAN KOMITE FARMASI SEBAGAI BADAN NORMATIF NONSTRUKTURAL DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 59 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

KREDENSIAL DAN KEWENANGAN KLINIS TENAGA KEFARMASIAN. Dra. Yulia Trisna, Apt., M.Pharm

Latar Belakang Sejarah perkembangan keperawatan di Indonesia diawali Perawat (verpleger) di bantu oleh penjaga orang sakit (zieken oppaser) bekerja

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 15 SERI F NOMOR 311 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 14 TAHUN 2014

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BUPATI SRAGEN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 078 TAHUN 2015

- 1 - BUPATI ACEH TAMIANG PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TAMIANG NOMOR 77 TAHUN 2016

HARAPAN DIREKTUR TERHADAP PERILAKU DOKTER SPESIALIS DAN DOKTER DI RSPI DALAM KONTEKS SISTEM KONTRAK KERJA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR

TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN DAN PENGARAHAN (TKP) > 80% Terpenuhi 20-79% Terpenuhi sebagian < 20% Tidak terpenuhi

PROGRES DOKUMEN POKJA KKS ( KOMPETENSI DAN KEWENANGAN STAF )

A. KOMITE MEDIK Susunan Komite Medik terdiri diri dari : a. Ketua, b. Wakil Ketua, c. Sekretaris d. Anggota

BAB I PENDAHULUAN. profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI),

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAGAS WARAS KABUPATEN KLATEN

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI

PETUNJUK PELAKSANAAN JENJANG KARIR PERAWAT DI RUMAH SAKIT

Sakit. Melalui komite keperawatan ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan serta mengatur tata kelola klinis yang baik

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 61 TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 755/MENKES/PER/IV/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KOMITE MEDIK DI RUMAH SAKIT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 755/MENKES/PER/IV/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KOMITE MEDIK DI RUMAH SAKIT

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PANDUAN EVALUASI PRAKTEK DOKTER BERKESINAMBUNGAN (ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION/OPPE) BAB I PENDAHULUAN

WALIKOTA PROBOLINGGO

Dalam Peraturan Internal Staf Keperawatan yang dimaksud engan : a.peraturan Internal Staf Keperawatan (Nursing STaf Bylaws) adalah peraturan penyeleng

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. D. 6 Nopember 2008

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN PEDOMAN KOMITE PENUNJANG MEDIS RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK BINA SEHAT MANDIRI Latar Belakang Rumah Sakit sebagai satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu Rumah Sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Penunjang medis yaitu Instalasi Gizi, Rekam Medik, Laboratorium, Radiologi, dan Farmasi berperan penting dalam pemeriksaan dan pelayanan kesehatan terhadap pasien. Oleh karena itu dibutuhkan Sumber Daya Manusia yang kompeten dibidangnya. Ruang Lingkup Komite penunjang medis meliputi Instalasi Gizi, Rekam Medik, Laboratorium, Radiologi, dan Farmasi. Landasan Hukum 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indoneasia Nomor : 26 tahun 2013 tentang penyelenggaraan pekerjaan & praktek tenaga Gizi 2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indoneasia Nomor : 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit 3. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia No 370/ MENKES/ SK/ III/ 2007 Tentang Standar Profesi ahli teknologi laboratorium kesehatan Menteri kesehatan Republik Indonesia 4. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan, dipandang perlu menetapkan standar profesi bagi tenaga ahli laboratorium kesehatan pasal 21. Tugas Pokok 1. Melindungi keselamatan pasien dengan memastikan bahwa penunjang medis yang akan melakukan pelayanan di rumah sakit kredibel, 2. Mendapatkan dan memastikan penunjang medis yang profesional dan akuntabel bagi pelayanan di rumah sakit. 3. Menyusun jenis-jenis kewenangan kerja klinis bagi setiap penunjang medis yang melakukan pelayanan medis di rumah sakit sesuai dengan cabang ilmu yang ditetapkan oleh Kolegium penunjang medis di Indonesia. 4. Menetapkan dasar untuk menerbitkan penugasan kerja klinis bagi setiap penunjang medis untuk melakukan pelayanan di rumah sakit. 5. Menjaga reputasi dan kredibilitas para penunjang medis dan institusi rumah sakit di hadapan pasien, penyandang dana, dan pemangku kepentingan ( stakeholders ) rumah sakit lainnya. Fungsi 1. Mempertahankan dan meningkatkan profesionalisme pelayanan yang diberikan oleh tenaga yang kompeten sesuai kewenangannya. 2. Meningkatkan mutu profesi penunjang medis

3. Menegakkan etika dan disiplin profesi penunjang medis 4. Melaksanakan kredensial tenaga penunjang medis di rumah sakit. Visi Memberikan pelayanan penunjang yang lebih baik Misi 1. Menjamin tersedianya tenaga penunjang medis yang kompeten dan etis sesuai kewenangannya, 2. Memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan profesi tenaga penunjang medis melalui kegiatan yang terorganisir 3. Mempertahankan pelayanan penunjang medis berkualitas dan aman bagi pasien melalui praktik tenaga penunjang medis yang kompeten. STRUKTUR ORGANISASI Struktur Organisasi Komite Penunjang Medis Ketua Komite : Sri Hartati, Apt Sekretaris : Irma Pertiwi S,Gz Sub Komite Kredensial : Tika Pangesti S Cahyono A.Md. Far Sub Komite Mutu : Haryati Sub Komite Etik & Disiplin : Asep Nur Handoko Anggota : Aditya Rimadhani Khairul Umam

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI KOMITE PENUNJANG MEDIS DIREKTUR RSUD BANTEN dr.adhika Syaputa Lubis KETUA KOMITE PENUNJANG MEDIS Sri Hartati, Apt Sekretaris Irma Pertiwi, S.Gz Sub Komite Kredensial Tika Pangesti S Cahyono A.Md. Far Sub Komite Etik & Disiplin Asep Nur Handoko Sub Komite Mutu Haryati

URAIAN JABATAN 1. KETUA KOMITE Ketua Komite Penunjang Medis dipilih pada pemilihan langsung oleh anggota secara periodik yang diselenggarakan setiap 3 tahun selanjutnya diajukan dan disetujui oleh Direktur. Dalam hal terjadi kekosongan jabatan ketua sebelum masa jabatannya berakhir, masa kekosongan tesebut di isi oleh sekretaris Tugas Ketua Komite Penunjang Medis adalah : a. Menyelenggarakan komunikasi yang efektif dan mewakili pendapat kebijakan, laporan, kebutuhan, dan kelompok serta bertanggung jawab kepada seluruh Staf Penunjang Medis b. Menyelenggarkan dan bertanggung jawab atas semua risalah rapat yang diselenggarakan ketua Komite Penunjang Medis. c. Menghadiri pertemuan yang diadakan oleh direktur dan Sub Komite lainnya di lakukan minimal sekali perbulan. d. Menentukan agenda setiap rapat Komite Penunjang Medis. 2. SEKRETARIS KOMITE PENUNJANG MEDIS Sekretaris Komite Penunjang Medis ditetapkan oleh Ketua Komite Penunjang Medis. Sekretaris Komite Penunjang Medis bertanggung jawab untuk mengkordinasikan tugas - tugas kesekretariatan Komite Penunjang Medis. Mewakili Komite Komite Penunjang Medis dalam hal Ketua Komite Penunjang Medis berhalangan. Pada sekretaris Komite Penunjang Medis diperbantukan petugas sekretariat dan segala prasarana lain yang di sediakan oleh rumah sakit. Tugas Sekertaris Komite Penunjang Medis adalah : a. Melakukan pemberitahuan kepada semua anggota yang berhak untuk menghadiri rapat-rapat Komite Penunjang Medis yang dilakukan 1 kali perbulan. b. Mempersiapkan dan mengedarkan risalah rapat yang lengkap kepada hadirin yang berhak menghadiri rapat. c. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Ketua Komite Penunjang Medis. 3. SUB KOMITE PENUNJANG MEDIS A. SUB KOMITE KREDENSIAL Kredensial adalah proses verifikasi kompetensi seorang Penunjang Medis yang selanjutnya ditetapkan kewenangan klinis (clinical privilege) untuk melakukan tindakan penunjang medis sesuai dengan lingkup prakteknya. Rumah sakit wajib menetapkan kewenangan klinis tenaga kesehatan yang memperoleh izin praktek dalam rangka melaksanakan tata kelola klinis yang baik (good clinical governance). Kewenangan klinis harus dirumuskan dalam peraturan internal penunjang medis. a. Tujuan

Melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa tenaga penunjang medis yang memberikan asuhan penunjang medis benar kompeten dan etis. b. Tugas dan wewenang Tugas sub komite kredensial adalah : 1. Menyusun dan membuat daftar kewenangan klinis sesuai jenjang karir, berdasarkan masukan dari kelompok staf penunjang medis. 2. Melakukan assesmen dan pemeriksaan : a) Kompetensi b) Status kesehatan c) Perilaku d) Etika profesi 3. Melaporkan hasil assesmen dan pemeriksaan serta memberikan rekomendasi kewenangan klinik kepada komite penunjang medis. 4. Melakukan proses kredensial masa berlaku surat penugasan dan adanya permintaan khusus dari komite penunjang medis. Sub komite kredensial mempunyai kewenangan menilai dan memutuskan kewenangan klinis yang adekuat sesuai kompetensi yang dimiliki setiap penunjang medis sesuai jenjang karir. c. Keanggotaan Keanggotaan sub komite kredensial sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekertaris dan anggota serta dibantu oleh kelompok staf penunjang medis. d. Mekanisme 1. Mempersiapkan kewenangan sesuai kompetensi 2. Menyusun kewenangan klinis dengan kriteria : pendidikan, lisensi, prestasi penjagaan dan peningkatan mutu pelayanan penunjang medis, status personal, status kesehatan serta tidak pernah terlihat dalam tindak kriminal dan kekerasan jika melakukan praktik mandiri, jelaskan pola praktik dan implementasinya. 3. Membuat keputusan untuk pemberian kewenangan dengan memberikan rekomendasi kepada komite penunjang medis 4. Melakukan pembinaan dan pemulihan kewenangan secara berkala 5. Melakukan kredensial ulang secara berkala sesuai waktu yang di tetapkan. B. SUB KOMITE MUTU Dalam rangka menjamin pasien memperoleh pelayanan asuhan penunjang medis berkualitas, maka penunjang medis sebagai pemberi pelayanan harus bermutu, kompeten, etis dan profesional. Perlu dilakukan upaya-upaya yang terencana dan terarah agar kompetensi dipertahankan dan dikembangkan. Penunjang Medis harus memberikan pelayanan-asuhan penunjang medis sesuai

dengan standar praktik, standar pelayanan dan standar prosedur operasional yang ditetapkan oleh rumah sakit. Mutu pelayanan penunjang medis harus selalu dipantau dievaluasi serta diperbaharui dan ditingkatkan agar pasien dan keluarga memperoleh kepuasan a. Tujuan Memastikan kualitas asuhan penunjang medis yang diberikan oleh tenaga penunjang medis, benar-benar sesuai standar melalui penggunaan sumbersumber dan evaluasi yang berkesinambungan. b. Tugas dan Kewenangan Tugas sub komite mutu profesi adalah : 1. Mempersiapkan bahan standar pelayanan penunjang medis dan standar prosedur operasional yang telah disusun oleh rumah sakit. 2. Menyususun data dasar profile penunjang medis sesuai area praktik. 3. Pendataan kompetensi penunjang medis sesuai jenjang karir pada setiap area praktik penunjang medis 4. Mengidentifikasikan dan mengevaluasi data tenaga penunjang medis 5. Melakukan audit penunjang medis 6. Melakukan koordinasi dengan unit mutu RS, untuk telaah temuan kualitas sehingga dapat dilakukan tindak lanjut perubahan mutu. 7. Mengadakan pertemuan-pertemuan ilmiah, pelatihan internal RS, untuk berdasarkan hasil assesmen kompetensi dan kemajuan IPTEK. 8. Mengadakan kegiatan-kegiatan ilmiah, pelatihan di luar RS bagi penunjang medis sesuai area praktik pada setiap level jenjang karir. 9. Memfasilitasi proses pendampingan couch (preceptorship/ mentorship) selama melaksanankan praktik penunjang medis. 10. Mengidentifikasi perubahan-perubahan kompetensi berdasarkan fakta melalui kaji ulang. Kewenangan sub komite mutu profesi adalah; assesmen, mempertahankan dan mengembangkan mutu profesi setiap tenaga penunjang medis. c. Keanggotaan Sub komite mutu profesi terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang, sebagai ketua, sekertaris dan anggota. Dibantu oleh penunjang medis yang di beri wewenang untuk melakukan assesmen. d. Kompetensi dan Kelompok Staf penunjang medis Mekanisme Kerja Untuk melaksanakan tugas sub komite mutu profesi, maka ditetapkan mekanisme sebagai berikut : 1. Koordinasi dengan bidang penunjang medis untuk memperoleh data dasar tentang profil tenaga penunjang medis di RS sesuai jenjang karirnya

2. Berdasarkan hasil assesmen kompetensi dan perkembangan IPTEK, diidentifikasikan gap, kompetensi atau kompetensi baru sebagai materi pertemuan ilmiah, dan pelatihan baik dilakukan di dalam maupun luar RS 3. Koordinasi dengan supervisor, instruktur klinik dan kelompok fungsional penunjang medis melakukan couch, bimbingan (perseptorship/ mentorship) selama melaksanakan praktik 4. Melakukan audit penunjang medis dan pembahasan kasus bersama unit mutu 5. Mengidentifikasikan telaah kompetensi penunjang medis sebagai bahan mengadakan perubahan/ motivasi pelayanan penunjang medis, standar pelayanan dan kompetensi yang ada saat ini 6. Memberi masukan kepada kepala bidang penunjang medis, bagaimana pengembangan sumber daya manusia tentang prestasi atau kegagalan tenaga penunjang medis sebagai bahan penilaian kinerja penunjang medis atau perubahan kewenangan klinik. C. SUB KOMITE ETIK & DISIPLIN PROFESI Setiap penunjang medis harus memiliki disiplin profesi yang tinggi dalam memberikan asuha penunjang medis dengan menerapkan standar pelayanan, prosedur operasional serta menerapkan etika profesi dalam praktiknya. Profesialisme tenaga penunjang medis dapat ditingkatkan dengan melakukan pembinaan dan penegakan disiplin profesi serta penguatan nilai-nilai etik dalam kehidupan profesi. Penegakan disiplin profesi dan pembinaan etika profesi perlu dilakukan secara terencana, terarah dan dengan semangat yang tinggi sehingga pelayanan penunjang medis yang diberikan benar-benar menjamin pasien akan aman dan mendapat kepuasan. a. Tujuan Sub komite etik & disiplin profesi bertujuan : 1. Melindungi pasien dari pelayanan yang diberikan oleh tenaga penunjang medis yang tidak layak. 2. Memelihara dan meningkatkan profesionalisme tenaga penunjang medis b. Tugas dan Kewenangan 1. Melakukan penegakan disiplin profesi penunjang medis. 2. Melakukan pembinaan etika penunjang medis. 3. Membantu menyelesaikan masalah-masalah pelanggaran disiplin dan masalah-masalah etik dalam pelayanan asuhan penunjang medis. 4. Memberikan nasehat pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan penunjang medis. c. Keanggotaan

Sub komite etik & disiplin profesi penunjang medis terdiri dari 3 (tiga) orang penunjang medis sebagai ketua, sekertaris dan anggota. Dalam penegakan disiplin profesi dilakukan oleh panel yang dibentuk oleh ketua sub komite disiplin profesi. Panel terdiri dari 3 (tiga) orang penunjang medis atau lebih dengan jumlah yang ganjil, komposisinya disesuaikan dengan jenis penegakan disiplinnya. Mekanisme kerja : 1. Melakukan prosedur penegakan disiplin profesi dengan tahapan: a) Identifikasi sumber laporan dari manajemen rumah sakti, penunjang medis lain, dokter atau tenaga kesehatan lain serta pasien dan keluarganya, juga dapat berasal dari laporan hasil konferensi klinis dan kematian. b) Pemeriksaan didahulukan oleh panel disiplin profesi melalui proses pembuktian. Tim panel dapat menggunakan keterangan saksi ahli sesuai kebutuhan. Seluruh pemeriksaan dilakukan tertutup dan rahasia. 2. Membuat keputusan Keputusan panel dilakukan berdasarkan suara terbanyak. Bila penunjang medis merasa keberatan terhadap keputusan maka yang bersangkutan dapat mengajukan bukti-bukti baru yang kemudian sub komite disiplin membetuk panel baru. Akhirnya keputusan di laporkan kepada direksi rumah sakit melalui komite penunjang medis. 3. Memberikan tindakan disiplin profesi penunjang medis berupa teguran, penugasan peringatan tertulis, pembatasan sampai pencabutan wewenang klinis, sementara atau selamanya, serta bekerja dibawah supervisi dari penunjang medis yang memiliki kewenangan. 4. Memberi keputusan tindakan disiplin untuk di laksanakan. Keputusan sub komite disiplin profesi diserahkan kepada pemimpin rumah sakit dalam bentuk rekomendasi komite penunjang medis untuk selanjutnya disampaikan kepada penunjang medis oleh pemimpin RS untuk dilaksanakan. 5. Melakukan pembinaan profesionalisme penunjang medis. Pembinaan profesionalisme merupakan bagian penting dari tahapan sosialisasi profesionalisme tenaga penunjang medis untuk mencapai profesionalisme. a) Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus melekat dalam pelaksanaan praktik penunjang medis sehari-hari. b) Menyusun program pembinaan, mencakup jadwal, materi/topic dan metode serta evaluasi. c) Metode pembinaan dapat berupa diskusi, ceramah, lokakarya, symposium, bedside teaching, refleksi diskusi kasus dan lain-lain disesuaikan dengan lingkup pembinaan dan sumber yang tersedia.

d) Melakukan kerjasama dan koordinasi dengan bidang penunjang medis, diklat dan kelompok fungsional penunjang medis untuk melakukan pembinaan. 2. TUJUAN A.Tujuan Umum Meningkatkan mutu layanan penunjang medis melalui peningkatan kompetensi penunjang medis sesuai bidang nya. B.Tujuan Khusus Sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas dan perencanaan kerja yang dilakukan dalam periode satu tahun kedepan. 3. KEGIATAN Kegiatan dalam program kerja komite penunjang medis adalah sebagai berikut : 1 Melakukan kredensial kepada seluruh tenaga penunjang medis yang akan melakukan pelayanan di RSIA Bina Sehat Mandiri. 2 Memelihara mutu profesi tenaga penunjang medis 3 Menjaga disiplin, etika dan perilaku profesi tenaga penunjang medis