MAKALAH KAPITA SELEKTA HUKUM ADMINISTRASI NEGARA PENYELESAIAN SENGKETA KEPEGAWAIAN ANTARA CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN WALIKOTA YOGYAKARTA (KASUS PUTUSAN NO.01/G/2011/PTUN.YK) Disusun Oleh : Fajar Ayu Islamiati 8111415011 Rombel 005 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017 i
KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wararkhmatullahi wabarakatuh. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul PENYELESAIAN SENGKETA KEPEGAWAIAN ANTARA CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN WALIKOTA YOGYAKARTA (KASUS PUTUSAN NO.01/G/2011/PTUN.YK) Guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta Hukum Administrasi Negara. Makalah ini mengandung tentang penyelesaian sengketa kepegawaian. Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dan juga berbagai sumber baik itu dari buku maupun dari internet sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah tentang PENYELESAIAN SENGKETA KEPEGAWAIAN ANTARA CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN WALIKOTA YOGYAKARTA (KASUS PUTUSAN NO.01/G/2011/PTUN.YK) ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca. Wassalamu alaikum warakhmatullahi wabarakatuh. Semarang, 11 April 2017 Penulis Fajar Ayu Islamiati ii
Daftar Isi Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi i ii iii BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan 3 BAB II Pembahasan 2.1 Pengertian Sengketa Kepegawaian 4 2.2 Dasar Hukum Sengketa Kepegawaian 5 2.3 Kasus dan Analisis...5 BAB III Penutup Simpulan 9 Saran...9 Daftar Pustaka 10 iii
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pegawai Negeri mempunyai peranan yang penting karena pegawai negeri merupakan unsur aparatur negara untuk menyelenggarakan pemerintah dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan negara. Tujuan negara kita seperti yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh Tumpah Darah Indonesia. Tujuan pembangunan nasional adalah untuk membentuk satu masyarakat adil dan makmur, seimbang materiil dan spiritualnya berdasarkan Pancasila dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kelemahan dan hambatan pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan dapat berasal dari Pegawai negeri itu sendiri atau faktor-faktor dari luar, seperti tindakan atasan yang tidak wajar ataupun benturan antara kepentingan sekelompok masyarakat dengan kepentingan pribadi seseorang, akibatnya menimbulkan perselisihan. Dalam terjadinya sengketa kepegawaian sedapat mungkin dilakukan dalam lingkup unit kerja di intansi yang mengeluarkan keputusan hukuman disiplin tingkat sedang dan tingkat berat berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri dan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil oleh pimpinan atau pejabat pembina kepegawaian baik di tingkat pusat maupun daerah. Di Indonesia keberadaan pegawai negeri sipil diatur secara khusus melalui peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian yang mengatur kedudukan, norma, standar dan prosedur yang berkaitan dengan hak dan kewajiban Pegawai Negeri Sipil, larangan, sanksi dan upaya perlindungan hukum. Dalam upaya meningkatkan kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil tersebut, sebenarnya Pemerintah Indonesia telah memberikan suatu regulasi dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran hukum disiplin akan dijatuhi sanksi hukuman disiplin. 1
Berdasarkan beberapa ketentuan yang berlaku, upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil meliputi upaya administratif berupa keberatan dan banding administratif maupun dengan peradilan administrasi atas sengketa kepegawaian di Pengadilan Tata Usaha Negara. Banyaknya masalah ketidakdisiplinan seorang Pegawai Negeri Sipil, menjadi bahan pembicaraan bagi masyarakat pada umumnya. Apalagi sering ditemukan berita-berita yang terkait dengan Pegawai Negeri Sipil di mediamedia cetak dan elektronik. Tidak jarang, berita-berita tersebut mengundang berbagai opini serta laporan dari masyarakat yang menyangkut kredibilitas seorang Pegawai Negeri Sipil baik pemerintah pusat maupun daerah. Masalah kedisiplinan inilah yang menuntut kepala birokrasi kepegawaian dari pusat sampai di daerah untuk bertindak tegas, arif dan bijaksana dalam mengambil suatu keputusan hukuman atau sanksi mengenai pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil. Salah satu masalah sengketa kepegawaian adalah Putusan Tata Usaha Negara NO.01/G/2011/PTUN.YK yaitu seorang Calon Pegawai Negeri Sipil, Ade Gardenia Prajawati, A.Md. menggugat Walikota Yogyakarta di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Yogyakarta. Gugatan diajukan karena Ade Gardenia Prajawati, A.Md. diberhentikan dengan hormat sebagai calon pegawai negeri sipil berdasarkan SK No: 93/pem.D/BP/D.2, tanggal 25 Oktober 2010 Tentang Pemberhentian Dengan Hormat Sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud Sengketa Kepegawaian? 2. Apa Dasar Hukum Sengketa Kepegawaian? 3. Bagaimana pelaksanaan penyelesaian sengketa kepegawaian antara calon pegawai negeri sipil dengan walikota Yogyakarta sesuai dengan Putusan Tata Usaha Negara NO.01/G/2011/PTUN.YK? 2
Tujuan Penulisan makalah ini bertujuan untuk : a. Untuk memenuhi tugas Semester mata kuliah Kapita Selekta Hukum Administrasi Negara; b. Mengetahui pengertian mengenai sengketa kepegawaian; c. Memberikan solusi terhadap salah satu kasus sengketa kepegawaian. 3
BAB II PEMBAHASAN 1.1 Pengertian Sengketa Kepegawaian Sengketa kepegawaian adalah sengketa/ perselisihan yang timbul sebagai akibat ditetapkannya Keputusan Tata Usaha Negara dibidang Kepegawaian oleh badan atau pejabat yang berwenang mengenai kedudukan, kewajiban, hak dan pembinaan Pegawai Negeri Sipil atau keadaan yang tidak dikehendaki oleh setiap Pegawai Negeri Sipil, tetapi harus diselesaikan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku, sehingga yang bersangkutan memperoleh penyelesaian secara adil dan obyektif.apabila satu pihak belum merasa puas atas keputusan dari pejabat yang berwenang menghukum, maka dia dapat mengajukan upaya administratif apabila belum memperoleh apa yang diharapkan, selanjutnya dapat menempuh jalan mengajukan keberatan kepada badan peradilan yang lebih tinggi, yaitu mengajukan keberatan melalui BAPEK, Peradilan Tata Usaha Negara atau mengajukan Kasasi kepada Mahkamah Agung. 1 Pasal 1 angka 4 UU No. 5 Tahun 1986, merumuskan pengertian Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau Badan Hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan TUN. Sengketa Kepegawaian merupakan salah satu bagian dari sengketa Tata Usaha Negara (TUN) dan keputusan/penetapan di bidang kepegawaian merupakan objek dari Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN). Meskipun peradilan tata usaha negara juga menyangkut prinsip peradilan bebas dan tidak memihak, tetapi penyebutannya secara khusus sebagai pilar utama negara hukum yang tetap perlu ditegaskan tersendiri. Dalam setiap negara hukum, harus terbuka kesempatan bagi setiap warga negara untuk menggugat keputusan pejabat administrasi negara dan 1 http://e-journal.uajy.ac.id/5061/1/jurnal%20rikardus%20venansius%20acik.pdf diakses tanggal 1 April 2017 4
dilaksanakannya putusan hakim tata usaha negara oleh pejabat administrasi negara. 2 Sengketa-sengketa di bidang kepegawaian tidak ditangani secara langsung oleh suatu Peratun, namun terlebih dahulu harus diselesaikan melalui suatu proses yang mirip dengan suatu proses peradilan, yang dilakukan oleh suatu tim atau oleh seorang pejabat di lingkungan pemerintahan. Proses tersebut di dalam ilmu hukum disebut peradilan semu (quasi rechtspraak). 3 Sengketa Kepegawaian dapat terjadi oleh berbagai faktor diantaranya : kesalahan penulisan identitas PNS seperti nama, tanggal lahir, NIP, pangkat atau jabatan, kesalahan dalam keputusan kenaikan pangkat, kesalahan dalam keputusan pengangkatan dalam jabatan struktulan dan fungsional, ketidakpuasan PNS dalam keputusan penjatuhan hukuman disiplin, keterlambatan penyelesaian permohonan izin perkawinan dan perceraian. Pada dasarnya hak untuk membela kepentingan hukum merupakan salah satu bentuk hak asasi yang dimiliki oleh seseorang/sekelompok orang. Untuk itu hak untuk membela kepentingan hukum, khususnya dalam hubungan dengan Keputusan TUN telah diatur dalam Pasal 53 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1986 Jo UU No.9 Tahun 2004 tentang Peradilan TUN. 4 1.2 Dasar Hukum Sengketa Kepegawaian Masalah sengketa kepegawaian diatur dalam pasal 35 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, yang menyatakan penyelesaian sengketa di bidang kepegawaian dilakukan melalui peradilan untuk itu, sebagai bagian dari Peradilan Tata Usaha Negara 5, Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. 2 Martitah. Mahkamah Konstitusi (dari negative legislature ke positif legislature). Jakarta:konstitusi press. 2003. hlm 34 3 Hartini, Sri, dkk, Hukum Kepegawaian Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2014 4 http://e-journal.uajy.ac.id/5061/1/jurnal%20rikardus%20venansius%20acik.pdf diakses tanggal 1 April 2017 5 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian 5
1.3 Kasus dan Analisis Calon Pegawai Negeri Sipil, Ade Gardenia Prajawati, A.Md. menggugat Walikota Yogyakarta di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Yogyakarta. Gugatan diajukan karena Ade Gardenia Prajawati, A.Md. diberhentikan dengan hormat sebagai calon pegawai negeri sipil berdasarkan SK No: 93/pem.D/BP/D.2, tanggal 25 Oktober 2010 Tentang Pemberhentian Dengan Hormat Sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Gugatan ini diajukan karena penggugat merasa kepentingannya dirugikan. Sebagaimana yangndisebutkan dalam pasal 53 ayat (1) UU No. 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas UU No.5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Kepentingan Penggugat yang di rugikan tersebut adalah karena batal diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil dan harapan serta cita-cita penggugat maupun orangtua penggugat, agar dapat menyandang predikat sebagai Pegawai Negeri Sipil hilang dan sirna. Alasan penggugat menggugat walikota Yogyakarta adalah tiba-tiba tanpa pemberitahuan, peringatan terlebih dahulu penggugat diberhentikan dengan hormat oleh tergugat dengan mendasarkan pada pertimbangan Pasal 18 ayat (1) butir d dan e Peraturan Pemerintah Nomor : 11 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil. Padahal selama ini penggugat telah melaksanakan tugasnya dengan baik berdasarkan surat perintah penugasan No:81/SPP/BKD/ IV/2009, tanggal 27 April penggugat telah di tugaskan pada Kantor Kecamatan Gondomanan Kota Yogyakarta. Penggugat telah melaksanakan tugas sebagai Staf. Sektetariat Kecamatan Gondomanan Kota Yogyakarta sebagai Pranata Komputer. Penggugat menyatakan bahwa tergugat telah melanggar salah satu Azas- Azas Umum Pemerintah Yang Baik yaitu Azas Proporsional yakni asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara. Penggugat merasa mendapatkan perlakuan yang tidak adil dan proporsional yakni diberhentikan atau dipecat dari Calon Pegawai Negeri Sipil, Padahal penggugat telah berusaha menjalankan penugasan sebagai 6
Calon Pegawai Negeri Sipil dengan baik dan benar. Bahkan penggugat telah ikut membantu mengerjakan tugas-tugas lain diluar tugas pokok dari penggugat. Dengan demikian penggugat menyatakan, sepatutnyalah apabila Keputusan Walikota Yogyakarta (TERGUGAT) No:93/pem.D/BP/D.2, tanggal 25 Oktober 2010, Tentang Pemberhentian Dengan Hormat Sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil dinyatakan batal atau tidak sah serta mewajibkan tergugat untuk mencabutnya dan Mewajibkan tergugat untuk memulihkan hak penggugat dalam kemampuan, kedudukan, harkat dan martabatnya sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil seperti semula, sebelum ada keputusan yang disengketakan ini. Namun lain halnya dengan tergugat yang menolak seluruh dalil-dalil dari gugatan penggugat. Tergugat mengakui kebenaran bahwa salah satu obyek gugatan adalah Keputusan Tergugat memberhentikan dengan hormat Penggugat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) pada Pemerintah Kota Yogyakarta, dikarenakan Penggugat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil tidak cakap dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diserahkan kepadanya dan memiliki budi pekerti yang tidak baik, sehingga berdasarkan ketentuan Pasal 18 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil, Penggugat diberhentikan dengan hormat. Dan selama menjalankan tugas di Kecamatan Gondomanan Kota Yogyakarta, selain di tugaskan sebagai Staf Sekretariat, Penggugat juga pernah di tugaskan sebagai Staf Seksi Pemerintahan dan Pembangunan untuk membantu ketugasan pelayanan dokumen kependudukan, namun faktanya Penggugat tidak dapat melaksanakan ketugasan- ketugasan yang diserahkan kepadanya, bahkan Penggugat tidak mentaati ketentuan jam kerja yang berakibat menggangu fungsi pelayanan dokumen kependudukan kepada masyarakat. Tergugat sudah berupaya maksimal membina dan memperbaiki kinerja Penggugat bahkan melibatkan orang tua Penggugat serta mengikut sertakan 7
konseling pegawai, semua itu dengan tujuan agar Penggugat berubah menjadi baik dan dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diserahkan kepadanya. Dengan demikian jelas jelas hilangnya kesempatan, cita-cita dan harapan Penggugat dan keluarganya agar Penggugat diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, justru disebabkan oleh sikap Penggugat yang tidak bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas. Dalil Penggugat yang merasa telah di langgar hak- haknya dan menimbulkan kerugian moril dan merasa dipermalukan akibat Keputusan Tergugat adalah tidak berdasar, karena Keputusan Tergugat memberhentikan dengan hormat Penggugat merupakan konsekuensi akibat perbuatan Penggugat sendiri yang tidak cakap dan memiliki budi pekerti yang tidak baik dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diserahkan kepadanya, dan seharusnya Penggugat sejak dari dulu malu karena tidak dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang diserahkan kepadanya padahal sudah berulang kali diberikan peringatan. Penyelesaian sengketa antara Calon Pegawai Negeri Sipil dengan Wali Kota Yogyakarta (Kasus Putusan No.01/G/2011/PTUN.YK) di Pengadilan Tata Usaha Negara Daerah Istimewa Yogyakarta adalah hakim menolak gugatan penggugat karena dalam persidangan terbukti tergugat dalam menerbitkan Surat Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor: 93/Pem.D/ BP/D.2 yang intinya telah memberhentikan dengan hormat Ade Gardenia Prajawati. Penggugat menganggap tergugat telah melanggar Undang-Undang dan asas-asas pemerintahan yang baik. Alasan hakim menolak karena terbukti penggugat sejak diangkat sebagai calon pegawai negeri sipil hingga diberhentikan, memiliki Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) yang tidak memenuhi nilai minimal, sehingga penggugat tidak dapat diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil. Pertimbangan lain adalah penggugat telah memperoleh surat peringatan dua kali dari atasannya namun tetap tidak dapat merubah kinerjanya, sehingga tergugat memberhentikan dengan hormat penggugat. Atas bukti tersebut maka hakim menolak gugatan penggugat. 8
BAB III Penutup Kesimpulan Hasil penelitian menyimpulkan bahwa penyelesaian sengketa antara Calon Pegawai Negeri Sipil dengan Wali Kota Yogyakarta di Pengadilan Tata Usaha Negara Daerah Istimewa Yogyakarta (Putusan No.01/G/2011/PTUN.YK) adalah hakim menolak gugatan penggugat karena dalam persidangan terbukti tergugat dalam menerbitkan surat keputusan pemberhentian Ade Gardenia Prajawati tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau asas-asas umum pemerintahan yang baik. Alasannya bahwa terbukti penggugat tidak memenuhi nilai minimal Calon Pegawai Negeri Sipil, dan penggugat telah memperoleh surat peringatan dua kali oleh atasannya, namun tetap tidak dapat merubah kinerjanya, sehingga tergugat memberhentikan penggugat. Atas bukti tersebut maka hakim menolak gugatan penggugat. Saran Saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta Agar dapat memberikan pelayanan yang maksimal bagi masyarat maka perlu untuk menambah profesionalitas bagi seluruh jajaran Pengadilan Tata Usaha Negara Yogyakarta. 2. Penggugat dan Tergugat Bagi pihak yang bersengketa penggugat dan tergugat maka harus lebih mencermati setiap undang-undang yang mengatur sehingga gugatan atau yang telah di ajukan di pengadilan tidak terbukti dan merugikan pihak lain. 9
Daftar Pustaka 1. Hartini, Sri, dkk, Hukum Kepegawaian Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2014 2. http://ejournal.uajy.ac.id/5061/1/jurnal%20rikardus%20venans IUS%20ACIK.pdf diakses tanggal 1 April 2017 3. http://e-journal.uajy.ac.id/7948/1/jurnal.pdf diakses tanggal 31 Maret 2017 4. Martitah. Mahkamah Konstitusi (dari negative legislature ke positif legislature). Jakarta:konstitusi press. 2003. hlm 34 5. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian 10