Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II KAJIAN TEORI Hubungan Urban Design dan Parkir

BAB III LANDASAN TEORI. diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM,

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut Departemen Jendral Perhubungan Darat (1998), Satuan ruang

BAB III LANDASAN TEORI. durasi parkir, akumulasi parkir, angka pergantian parkir (turnover), dan indeks parkir Penentuan Kebutuhan Ruang Parkir

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

Pranata Pembangunan Pertemuan 10 Pemenuhan kebutuhan tempat parkir Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

BAB III LANDASAN TEORI

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. memperkirakan kebutuhan parkir di masa yang akan datang.

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

TINJAUAN KAPASITAS PARKIR TERHADAP VOLUME PARKIR PADA AREAL DINAS BINA MARGA DAN CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT.

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas dan daya tariknya kemudian berangsur-angsur akan berubah

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Parkir adalah menghentikan mobil beberapa saat lamanya (Departemen

BAB III LANDASAN TEORI

BAB VI KONSEP RANCANGAN

Kebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

BAB 5 HASIL RANCANGAN

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

TERMINAL PENUMPANG/TERMINAL BUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman Perencanaan, Pen

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

Manajemen Pesepeda. Latar Belakang 5/16/2016

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN

Mata Kuliah Manajemen Lalu Lintas Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB II TINJAUAAN PUSTAKA. A. Pengertian Parkir

BAB III LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR KAJIAN PENGELOLAAN DAN PENGATURAN PERPARKIRAN DI KOMPLEK PERKANTORAN BANK INDONESIA JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR STUDI KEBUTUHAN RUANG PARKIR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

BAB III LANDASAN TEORI

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

ANALISIS PENATAAN RUANG PARKIR PASAR CENTRAL KOTA GORONTALO. Lydia Surijani Tatura Fakultas Teknik Universitas Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, antara lain sebagai sarana pemindahan barang dan jasa.

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PERATURAN TATA BANGUNAN

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-I.1 - PENERAPAN PRINSIP DESAIN UNIVERSAL DAN PENGGUNAAN UKURAN DASAR RUANG YANG MEMADAI

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR

ANALISIS PENATAAN RUANG PARKIR PASAR CENTRAL KOTA GORONTALO. Lydia Surijani Tatura Fakultas Teknik Universitas Gorontalo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pengertian Lalu Lintas

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14/PRT/M/2017 TENTANG PERSYARATAN KEMUDAHAN BANGUNAN GEDUNG

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

2017, No menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tentang Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung; Mengingat : 1. Perat

Dalam pedoman teknis penyelenggaraan fasilitas parkir (Ditjen Hubdat,

TUGAS AKHIR. Bekasi Hospital and Medical Training Center. Dengan penekanan bangunan Green Building

UNIVERSITAS ESA UNGGUL Fakultas Teknik Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR ISI LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB III METODE PERANCANGAN. daksa yang dapat menerima segala umur dan kelas sosial, memudahkan

Transkripsi:

Parkir adalah suatu kondisi kendaraan yang berhenti atau tidak bergerak pada tempat tertentu yang telah ditentukan dan bersifat sementara, serta tidak digunakan untuk kepentingan menurunkan penumpang/orang dan barang. Tempat parkir harus berada di permukaan yang datar agar kendaraan tidak bergerak dari tempat asalnya. Jika tempat parkir terpaksa ditempatkan di tanah yang miring, maka harus dilakukan grading dengan sistem cut and fill. Tempat parkir dengan bangunan (tempat kegiatan) diusahakan tidak terlalu jauh. Jika cukup jauh, maka harus dibuat arah yang jelas, baik menuju area parkir dan menuju bangunan. Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah: 1. Parkir Tegak Lurus Suatu cara parkir dengan memarkir kendaraan membentuk sudut 90 derajat. Dengan cara ini mobil diparkir tegak lurus, kendaraan satu berdampingan dengan kendaraan yang lainnya, kendaraan menghadap tegak lurus ke lorong, jalan, trotoar, atau dinding. Kendaraan jika diparkir tegak lurus lebih banyak jumlahnya daripada parkir paralel dan karena itu biasanya digunakan di pelataran parkir atau gedung parkir. 2. Parkir Paralel

Adalah suatu cara parkir kendaraan (umumnya mobil) dengan membentuk formasi berbaris dimana bumper depan mobil bertemu dengan bumper belakang mobil. Biasanya cara ini digunakan di ruas jalan yang sempit dan tidak memungkinkan untuk menggunakan cara tegak lurus. Melakukan parkir paralel merupakan keahlian yang paling sulit dalam memarkirkan kendaraan sehingga dijadikan sebagai salah satu aspek yang diujikan pada saat ujian praktek untuk mendapatkan SIM, dan juga menjadi salah satu pelajaran yang diberikan dalam sekolah mengemudikan kendaraan. 3. Parkir Serong Merupakan cara parkir kendaraan yang membentuk sudut dengan pinggir jalan atau tempat parkir. Parkir serong merupakan salah satu cara termudah dalam memarkir kendaraan. Dalam membuat parkir serong, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan: a. Parkir serong harus memiliki standar sudut 30 derajat, 45 derajat, atau 60 derajat. Tidak boleh kurang atau lebih dari sudut tersebut. Sudut parkir yang berbeda dapat diterapkan guna menyesuaikan dengan luasan yang diperuntukkan untuk pelataran parkir, demikian juga halnya dengan dimensi ruang parkir. b. Luasan area parkir juga harus dipertimbangkan, tidak boleh terlalu sempit karena menyulitkan pengemudi untuk manuver kendaraannya. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, sirkulasi dan fasilitas parkir diatur sebagaimana berikut: 1. Sistem sirkulasi yang direncanakan harus saling mendukung, antara sirkulasi eksternal dengan internal bangunan, serta antara individu pemakai bangunan dengan sarana transportasinya. Sirkulasi harus memberikan pencapaian yang mudah dan jelas, baik yang bersifat pelayanan publik maupun pribadi. 2. Sistem sirkulasi yang direncanakan harus telah memperhatikan kepentingan bagi aksesibilitas pejalan kaki.

3. Sirkulasi harus memungkinkan adanya ruang gerak vertikal (clearance) dan lebar jalan yang sesuai untuk pencapaian darurat oleh kendaraan pemadam kebakaran, dan kendaraan pelayanan lainnya. 4. Sirkulasi perlu diberi perlengkapan seperti tanda penunjuk jalan, rambu-rambu, papan informasi sirkulasi, elemen pengarah sirkulasi (dapat berupa elemen perkerasan maupun tanaman), guna mendukung sistem sirkulasi yang jelas dan efisien serta memperhatikan unsur estetika. 5. Penataan jalan tidak dapat terpisahkan dari penataan pedestrian, penghijauan, dan ruang terbuka umum. 6. Penataan ruang jalan dapat sekaligus mencakup ruang-ruang antar bangunan yang tidak hanya terbatas dalam Rumija, dan termasuk untuk penataan elemen lingkungan, penghijauan, dll. 7. Pemilihan bahan pelapis jalan dapat mendukung pembentukan identitas lingkungan yang dikehendaki, dan kejelasan kontinuitas pedestrian. 8. Jalur utama pedestrian harus telah mempertimbangkan sistem pedestrian secara keseluruhan, aksesibilitas terhadap subsistem pedestrian dalam lingkungan, dan aksesibilitas dengan lingkungan sekitarnya. 9. Jalur pedestrian harus berhasil menciptakan pergerakan manusia yang tidak terganggu oleh lalu lintas kendaraan. 10. Penataan pedestrian harus mampu merangsang terciptanya ruang yang layak digunakan/manusiawi, aman, nyaman, dan memberikan pemandangan yang menarik. 11. Elemen pedestrian (street furniture) harus berorientasi pada kepentingan pejalan kaki. 12. Setiap bangunan bukan rumah hunian diwajibkan menyediakan area parkir kendaraan sesuai dengan jumlah area parkir yang proporsional dengan jumlah luas lantai bangunan. 13. Penyediaan parkir di pekarangan tidak boleh mengurangi daerah penghijauan yang telah ditetapkan. 14. Prasarana parkir untuk suatu rumah atau bangunan tidak diperkenankan mengganggu kelancaran lalu lintas, atau mengganggu lingkungan di sekitarnya. 15. Jumlah kebutuhan parkir menurut jenis bangunan ditetapkan sesuai dengan standar teknis yang berlaku. 16. Penataan parkir harus berorientasi kepada kepentingan pejalan kaki, memudahkan aksesibilitas, dan tidak terganggu oleh sirkulasi kendaraan. 17. Luas, distribusi dan perletakan fasilitas parkir diupayakan tidak mengganggu kegiatan bangunan dan lingkungannya, serta disesuaikan dengan daya tampung lahan. 18. Penataan parkir tidak terpisahkan dengan penataan lainnya seperti untuk jalan, pedestrian dan penghijauan. Sedangkan untuk pembangunan rumah susun secara spesifik, menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umun No. 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi, sirkulasi dan fasilitas parkir diatur sebagaimana berikut: 1. Sirkulasi harus mudah dicapai, jelas arahnya, dan terintegrasi dengan sarana transportasi baik yang bersifat pelayanan publik maupun pribadi. 2. Sirkulasi harus memerhatikan kepentingan aksesibilitas bagi pejalan kaki termasuk penyandang disabilitas dan lanjut usia.

3. Sirkulasi harus menyediakan ruang gerak vertikal dan lebar jalan yang sesuai untuk keadaan darurat bagi pemadam kebakaran dan kendaraan pelayanan publik lainnya. 4. Sirkulasi harus menyediakan perlengkapan seperti unsur penanda jalan, rambu-rambu, papan informasi sirkulasi, dan elemen pengarah sirkulasi (elemen perkerasan/tanaman) yang berguna untuk mendukung sistem sirkulasi yang jelas dan efisien dan unsur estetikanya. 5. Setiap bangunan rusunami harus menyediakan lahan parkir dengan rasio 1 (satu) tempat parkir kendaraan untuk setiap 5 (lima) unit hunian yang dibangun. 6. Lahan parkir tidak diperbolehkan untuk mengurangi daerah penghijauan yang telah ditetapkan 7. Lokasi lahan parkir bangunan rusunami tidak diperbolehkan mengganggu kelancaran lalu-lintas dan/atau mengganggu lingkungan disekitarnya. Tempat parkir juga tidak lepas dari konsep universal design, yang didalamnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah: 1. Tempat parkir harus mudah dijangkau, mudah penggunaannya, dan memenuhi kebutuhan parkir suatu bangunan tertentu didalam suatu lingkungan yang didesain dengan baik untuk seluruh kalangan. 2. Tempat parkir harus ramah terhadap penggunanya baik itu pengguna orang tua dengan anak, orang lanjut usia, orang dengan barang bawaan yang banyak, maupun orang berkebutuhan khusus yang membawa kursi roda dengan kendaraan yang lebih besar. 3. Tempat parkir harus didukung dengan memasang marka jalan, papan petunjuk untuk menunjukkan angka, lokasi, ukuran, dan karakteristik tertentu dengan jelas. 4. Tempat parkir harus memerhatikan kebutuhan semua orang yang kemungkinan akan menggunakan fasilitas tempat parkir untuk kenyamanan dan keselamatan semua. 5. Tempat parkir untuk penyandang disabilitas dengan sistem parkir tegak lurus harus memiliki minimal 2,4m lebar x 4,8m panjang, sedangkan untuk system parkir parallel harus memiliki minimal 2,4m lebar x 6,1m panjang.

6. Tempat parkir khusus penyandang disabilitas untuk bangunan yang tidak sering dikunjungi oleh public, maka kapasitas tempat parkirnya adalah 5% dari total luas tempat parkir yang tersedia.