TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK Tujuan Audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila kedaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Perbedaan antara tanggung jawab auditor independen dengan tanggung jawab manajemen adalah auditor bertanggung jawab untu merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliuran atau kecurangan. Bidang jasa akuntan publik meliputi: Jasa atestasi, termasuk di dalamnya adalah audit umum atas laporan keuangan, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma, review atas laporan keuangan, dan jasa audit serta atestasi lainnya. Jasa non-atestasi, yang mencakup jasa yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, manajemen, kompilasi, perpajakan, dan konsultasi. Dalam hal pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan, seorang akuntan publik hanya dapat melakukan paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut Atestasi Atestasi merupakan salah satu jenis jasa yang diberikan oleh Kantor Akuntan Publik. Jasa atestasi diberikan untuk memberikan pernyataan atau pertimbangan sebagai pihak yang independen dan kompeten tentang sesuatu pernyataan (asersi) suatu satuan usaha telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, yakni audit keuangan historis, pemeriksaan/examination, review dengan cara wawancara, dan prosedur yang disepakati bersama. Jasa atestasi diberikan untuk memberikan pernyataan atau pertimbangan sebagai pihak yang independen dan kompeten tentang sesuatu pernyataan (asersi) suatu satuan usahan telah sesuai dengan kriteria yang diterapkan. Bentuk jasa atestasi ada tiga, yaitu: 1. Audit atas laporan keuangan historis. Audit atas laporan keuangan historis adalah salah satu bentuk jasa atestasi yang
dilakukan auditor. Dalam pemberian jasa ini auditor menerbitkan laporan tertulis yang berisi pernyataan pendapat apakah laporan keuangan telah disusun sesuai prinsipprinsip akuntansi yang berlaku umum. 2. Review atas laporan keuangan historis. Review atas laporan keuangan historis adalah jenis lain dari jasa atestasi, yang diberikan kantor-kantor akuntan publik. Banyak perusahaan non publik menginginkan jaminan atas laporan keuangannya dengan biaya murah, audit atas laporan keuangan menghasilkan jaminan yang tinggi sedangkan review hanya menghasilkan jaminan yang moderat atas laporan keuangan, dan untuk mendapatkan jaminan demikian dibutuhkan bukti yang lebih sedikit. Review untuk keperluan tertentu dipandang sudah cukup memadai dan dapat dilakukan oleh akuntan publik dengan biaya pemeriksaannya lebih murah. 3. Jasa atestasi lainnya. Selain jasa audit dan review, kantor akuntan publik juaga memberikan jasa atestasi lainnya yang baiayanya merupakan perluasan dari audit atas laporan keuangan, ini dikarenakan para pemakai laporan keuangan membutuhkan jaminan independen tentang informasi lainnya. Misalnya bank sering minta kepada debiturnya untuk diperiksa akuntan publik agar mendapatkan jaminan bahwa debitur telah melaksanakan ketentuan-ketentuan tertentu yang tercantum dalam akad kredit. Contoh lainnya yakni penjaminan mengenai pengendalian intern dan jasa atestasi atas laporan keuangan prospektif. IAI menerbitkan empat macam standar profesional sebagai mutu pekerjaan akuntan publik. Salah satunya adalah standar atestasi yang memberikan kerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa auditing diatas laporan keuangan historis maupun tingkat keyakinan yang lebih rendah dalam jasa nonaudit. Standar atestasi ini terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Atestasi (PSAT). Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan yang diberikan oleh seorang yang independen dan kompeten yang menyatakan apakah asersi (assertion) suatu entitas telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Asersi adalah suatu pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain, contoh asersi dalam laporan keuangan historis adalah adanya pernyataan manajemen bahwa laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Standar
atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi (1) pemeriksaan (examination), (2) review, dan (3) prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures). Salah satu tipe pemeriksaan adalah audit atas laporan keuangan historis yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pemeriksaan tipe ini diatur berdasarkan standar auditing. Tipe pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan atas informasi keuangan prospektif, diatur berdasarkan pedoman yang lebih bersifat umum dalam standar atestasi. Standar atestasi ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. Laporan Keuangan Prospektif Tujuan akuntan di dalam pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif adalah untuk mengumpulkan bukti cukup untuk membatasi resiko atestasi ke suatu tingkat yang dalam pertimbangan profesionalnya memadai untuk tingkat keyakinan yang dapat diberikan dari laporan pemeriksaan. Dalam laporan keuangan prospektif, akuntan memberikan keyakinan hanya tentang apakah laporan keuangan prospektif disajikan sesuai dengan panduan penyajian yang ditetapkan IAI dan apakah asumsi yang dipakai memberikan dasar rasional untuk perkiraan manajemen, atau dasar rasional untuk proyeksi manajemen berdasarkan asumsi hipotesis. Akuntan tidak memberikan keyakinan mengenai dapat dicapai atau tidaknya hasil prospektif karena peristiwa dan keadaan sering kali tidak terjadi seperti yang diharapkan dan pencapaian hasil prospektif adalah tergantung atas tindakan, rencana dan asumsi pihak yang bertanggung jawab. Dalam pemeriksaannya atas laporan keuangan prospektif, akuntan harus memilih dari semua prosedur yang tersedia, yaitu prosedur penentuan resiko melekat dan resiko pengendalian dan membatasi resiko deteksi, setiap kombinasi yang dapat membatasi resiko atestasi ke tingkat yang memadai. Lingkup prosedur pemeriksaan yang akan dilaksanakan harus didasarkan pertimbangan akuntan atas : a. Sifat dan materialitas informasi terhadap laporan keuangan prospektif secara keseluruhan. b. Kemungkinan terjadinya salah saji. c. Pengetahuan yang diperoleh selama perikatan sekarang dan yang lalu. d. Kompetensi pihak yang bertanggung jawab tentang laporan keuangan prospektif.
e. Luasnya dampak pertimbangan pihak yang bertanggung jawab terhadap laporan keuangan prospektif, misalnya pertimbangan dalam memilih asumsi yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan prospektif. f. Kecukupan data yang digunakan oleh pihak yang bertanggung jawab. Dalam menilai penyusunan dan penyajian laporan keuangan prospektif, akuntan harus melaksanakan prosedur yang akan memberikan keyakinan memadai bahwa : a. Penyajian mencerminkan asumsi yang diidentifikasi. b. Perhitungan yang dibuat untuk menerjemahkan asumsi ke dalam jumlah prospektif secara matematis cermat. c. Asumsi konsisten secara internal. d. Prinsip akuntansi yang digunakan dalam perkiraan keuangan konsisten dengan prinsip akuntansi yang diharapkan akan digunakan dalam laporan keuangan historis yang mencakup periode prospektif dan dengan prinsip akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan historis yang paling akhir, serta proyeksi keuangan yang konsisten dengan prinsip akuntansi yang diharapkan akan digunakan dalam periode prospektif dan dengan prinsip akuntansi yang digunakan dalam laoran keuangan historis yang paling akhir, jika ada, atau prinsip akuntansi tersebut konsisten dengan tujuan penyajian. e. Penyajian laporan keuangan prospektif mengikuti panduan yang ditetapkan IAI yang berlaku untuk laporan tersebut. Asumsi telah diungkapkan secara memadai berdasarkan panduan penyajian laporan keuangan prospektif yang ditetapkan IAI. Pengendalian Mutu Dalam penugasan audit, auditor independen bertanggung jawab untuk mematuhi satandar auditig yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia. Kantor Akuntan Publik juga harus mematuhi standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia dalam pelaksanaan Audit. Oleh karena itu KAP harus membuat kebijakan dan prosedur pengendalian mutu untuk memberikan keyakinana memadai tentang kesesuaian penugasan audit dengan standar auditing yang ditetapkan oleh Standar Auditing yang ditetapkan oleh IAI berkaitan dengan pelaksanaan penugasan audit secara individual; standar pengendalian mutu berkaitan dengan pelakasanaan prkatik audit KAP secara keseluruhan.
Peraturan Menteri Keuangan No 17 Tahun 2008 Berikut ini beberapa point perubahan mendasar PMK No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik dibandingkan dengan KMK No. 423/KMK.06/2002 dan KMK No. 359/KMK.06/2003 1. Pembatasan Masa Pemberian Jasa KAP dari sebelumnya 5 (lima) tahun buku berturut-turut menjadi 6 (enam) tahun buku berturut-turut 2. Akuntan Publik yang telah selesai dikenakan sanksi pembekuan izin dan akan memberikan jasa kembali, wajib mengajukan permohonan kepada Sekretaris Jenderal u/p Kepala Pusat dengan memenuhi persyaratan diantaranya : (1) menyerahkan bukti mengikuti PPL paling sedikit 30 SKP, (2) berdomisili di wilayah Indonesia, (3) tidak pernah mengundurkan diri dari keanggotaan IAPI. Dalam KMK sebelumnya tidak diatur. 3. Persyaratan ijin usaha KAP ditambah memiliki auditor yang paling sedikit 1 (satu) diantaranya beregister negara untuk akuntan. Dalam KMK sebelumnya tidak diatur. 4. Persyaratan ijin pembukaan cabang KAP ditambah : (1) memiliki NPWP cabang, (2) memiliki auditor tetap yang salah satunya memiliki register negara untuk akuntan. Dalam KMK sebelumnya tidak diatur. 5. Ketentuan lainnya mengenai pembukaan cabang KAP yang sebelumnya tidak diatur adalah : Cabang KAP yang tidak mempunyai Pemimpin Cabang selama 6 (enam) bulan dicabut ijin pembukaan cabangnya. Selain itu, Penggantian Pemimpin Cabang wajib dilaporkan. 6. Beberapa ketentuan berkaitan dengan kerjasaman KAP dengan KAPA/OAA yang sebelumnya tidak diatur antara lain : (1) Perjanjian kerjasama KAP dengan KAPA/OAA harus disahkan oleh notaries, (2) OAA yang diperbolehkan melakukan kerjasama dengan KAP paling sedikit harus memiliki keanggotaan di 20 (dua puluh) negara, (3) Penulisan huruf nama KAPA/OAA yang melakukan kerjasama dengan KAP dilarang melebihi besarnya huruf nama KAP, (4) KAP yang tidak melaporkan bubarnya dan/atau putusnya hubungan dengan KAPA/OAA dalam jangka waktu paling lama 6 bulan, dikenakan sanksi pembekuan ijin. 7. Laporan Auditor Independen (LAI) harus diberi nomor secara urut berdasarkan tanggal penerbitannya. Hal ini terutama untuk tujuan tertib administrasi LAI. Selain itu, juga sebagai control terhadap LAI dan membantu untuk mendeteksi adanya LAI yang dipalsukan. Ketentuan mengenai hal ini sebelumnya tidak diatur.
8. Akuntan Publik harus menjadi anggota IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia), sebelumnya Akuntan Publik harus menjadi anggota IA dan IAI-Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP). Dalam peraturan baru ini juga diatur bahwa Asosiasi Akuntan Publik yang diakui adalah IAPI. 9. Mengenai Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) diatur bahwa USAP diselenggarakan oleh IAPI, sebelumnya USAP diselenggarakan oleh IAI. Berkaitan dengan pengalihan ini, diberikan masa transisi selama 6 bulan bagi IAI untuk tetap dapat melaksanakan USAP sebelum dialihkan sepenuhnya kepada IAPI. Selain itu, juga diatur bahwa Menteri Keuangan dapat melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan USAP (sebelumnya tidak diatur). 10. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) ditetapkan oleh IAPI, sebelumnya SPAP ditetapkan oleh IAI-KAP. Disamping itu, juga diatur bahwa Menteri Keuangan memantau dan mengevaluasi SPAP (sebelumnya tidak diatur). 11. Berkaitan dengan pembekuan ijin KAP/AP terdapat beberapa tambahan pengaturan diantaranya : (1) AP/KAP/Cabang KAP yang memberikan jasa ketika belum mendapatkan persetujuan pengaktifan ijin kembali setelah dikenakan sanksi pembekuan ijin, dikenakan Sanksi Pembekuan Ijin, (2) KAP berbentuk usaha persekutuan dibekukan ijin usahanya ketika seluruh rekan AP-nya dikenakan sanksi pembekuan ijin, (3) Setelah sanksi pembekuan ijin berakhir, AP, KAP, dan Cabang KAP jika masih ingin memberikan jasa wajib mengajukan permohonan pengaktifan ijin kembali, (4) Sanksi pembekuan ijin diberikan paling banyak 2 kali (dalam peraturan sebelumnya sanksi pembekuan ijin diberikan paling banyak 1 kali) Demikian beberapa perubahan mendasar PMK No. 17/PMK.01/2008 yang menurut saya merupakan perubahan dan penambahan yang cukup signifikan berkaitan dengan praktek jasa profesional akuntan publik di Indonesia. Pasar Modal Berkembangnya pasar modal akan memberikan peran yang sangat penting bagi akuntan khususnya akuntan publik mengingat keterkaitannya dengan informasi yang dibutuhkan di pasar modal. Sesuai UU No.8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, peran profesi akuntan menjadi sangat penting. Secara garis besar peran akuntan di pasar modal dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: Pemeriksa laporan keuangan Penyusun standar akuntansi.
Bagi perusahaan yang telah go public, dimana sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat luas, maka informasi yang tepat, cepat, dan terpercaya sangatlah dibutuhkan untuk mengetahui posisi keuangan, hasil usaha, dan perkembangan perusahaan yang pengelolanya dipercayakan kepada manajemen. Untuk memperoleh informasi yang tepat, akurat dan dapat dipercaya, laporan keuangan haruslah disajikan sesuai dengan prinsip-pronsip akuntansi yang diterima umum, dan untuk memastikan kewajarannya, laporan keuangan tersebut harus diaudit oleh akuntan yang independen. Akuntan dalam kapasitas dan kompetensi profesionalnya harus melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing dan mematuhi serta menjunjung tinggi kode etik profesi. Dalam mendorong perkembangan pasar modal di Indonesia, peranan para akuntan sebagai profesi kepercayaan publik menjadi sangat penting. Fungsi utama akuntan adalah dalam rangka memberikan gambaran yang transparan mengenai posisi keuangan suatu perusahaan dalam menginformasikan ke publik. Bidang jasa Akuntan di Pasar Modal terbagi menjadi: 1. Perikatan Atestasi 2. Perikatan Non-atestasi BAPEPAM Persyaratan pendaftaran profesi penunjang pasar modal diatur dalam peraturan BAPEPAM: 1. Akuntan Publik Tugas: Melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapatnya. Memeriksa pembukuan apakah sudah sesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia dan ketentuan BAPEPAM. Memberikan petunjuk peaksanaan cara-cara pembukuan yang baik (apabila diperlukan). 2. Konsultan Hukum Melakuan pemeriksaan secara menyeluruh dari segi hukum (Legal Audit) Memberikan pendapat dari segi hukum (Legal Opinion) terhadap emiten dan perusahaan publik.
3. Legal Audit Akte pendirian berikut perubahannya Permodalan Perizinan Kepemilikan aset harus atas nama perusahaan Perjanjian dengan pihak ketiga baik dalam negeri maupun luar negeri Perkara baik perdata maupun pidana yang menyangkut perusahaan maupun pribadi direksi UMR AMDAL 4. Notaris, tugas: Membuat Berita Acara RUPS Membuat Akte Perubahan Anggaran Dasar Menyiapkan perjanjian-perjanjian dalam rangka emisi efek 5. Penilai, adalah pihak yang menerbitkan dan menandatangani Leporan Penilai yaitu pendapat atas nilai wajar aktiva yang disusun berdasarkan pemeriksaan menurut keahlian para penilai Untuk memudahkan semua laporan neraca dan laporan keuangan suatu perusahaan agar dapat di baca oleh masyarakat umum secara luas di perdagangan pasar modal maka peran jasa akuntan seperti akuntan independen maupun akuntan public sangat dibutuhkan keberadaannya dalam menganalisa kondisi keuangan atau asset yang dimiliki dan menerjemahkan laporan keuangan suatu perusahaan agar perusahaan tersebut dapat di minimalkan resiko-resiko kerugian ataupun keuntungannya dapat di maksimalkan. Sementara itu, aturan dalam Kode Etik juga mempengaruhi sikap akuntan terhadap advertensi jasa akuntan publik. Orang cenderung bersikap positif terhadap suatu objek apabila aturan yang ada memang melegalkan objek tertentu. Hal inilah yang membuat peneliti mempunyai kerangka berpikir bahwa perubahan aturan dalam Kode Etik IAI akan membawa perubahan sikap akuntan.