BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bakteri Salmonella Typhidengan masa inkubasi 0-20 hari. Di Indonesia insiden

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Salmonella sp. yang terdiri dari S. typhi, S. paratyphi A, B dan C

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

Kegiatan Belajar TUJUAN. Pembelajaran Umum. Setelah mempelajari materi ini diharapkan Anda dapat mengaplikasikan prosedur mencuci tangan yang benar

BAB I PENDAHULUAN. oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

LAMPIRAN 1 : DELVA ADRE MEI PUSPITASARI NIM : PLAN OF ACTION (SEPTEMBER 2016 JULI 2017) Februar Oktober. No. Kegiatan Penelitian Septem

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan masalah kesehatan yang penting di negara-negara

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE

BAB I PENDAHULUAN. pada iklim, tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara berkembang di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Pendahuluan Typhoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan. membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al.

PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan. kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk

BAB II CUCI TANGAN PAKAI SABUN UNTUK CEGAH PENYAKIT

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian penyakit Tifoid (Thypus) di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Etiology dan Faktor Resiko

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LINDUNGILAH KELUARGA ANDA DARI PENULARAN BATUK DAN FLU DENGAN ETIKA BATUK YANG BAIK DAN BENAR

SATUAN ACARA PENYULUHAN 6 LANGKAH MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR

LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2. Tinjauan Teori. yang menyebabkan infeksi didapat dari orang lain (pasien, tenaga

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. World Health Organization (WHO) pada berbagai negara terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INOVASI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK. Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. WHO memperkirakan jumlah kasus demam thypoid di seluruh dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella, khususnya turunannya yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella typhi, suatu bakteri gram-negative. Demam tifoid (typhoid fever atau

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Bacillius cereus siap meracuni nasi anda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh

STERILISASI & DESINFEKSI

Pengendalian infeksi

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia.

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) : Cuci Tangan yang Baik dan Benar Pokok Bahasan : Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar : keluarga dan klien

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN ). Penyakit Typhoid Abdominalis juga merupakan masalah kesehatan

7 Langkah Cara Mencuci Tangan Yang Benar Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari berbagai macam segi kehidupan, kesehatan merupakan harta terindah bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom?

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN DEMAM TIFOID DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO

ASKEP THYPOID A. KONSEP DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mengapa disebut sebagai flu babi?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian FORMULIR PERSETUJUAN PARTISIPASI DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) NASKAH PENJELASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

DAFTAR TILIK CUCI TANGAN MEDIS

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bumbu bawang merah, bawang putih, jahe, garam halus, tapioka, minyak,

: Clostridium perfringens

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan antara virus hepatitis ini terlatak pada kronisitas infeksi dan kerusakan jangka panjang yang ditimbulkan.

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis

BAB ll TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kelman (1958) dalam Sarwono (2007) dijelaskan bahwa

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

KUESIONER PENELITIAN

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. sayap (terbang) yang berbentuk membran. Hanya sesekali bergerak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Epidemiologi ISK pada anak bervariasi tergantung usia, jenis kelamin, dan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Tifoid Tyfus atau tifoid adalah penyakit sistemik serius yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhidengan masa inkubasi 0-20 hari. Di Indonesia insiden demam tifoid masih tinggi, bahkan mungkin tertinggi di antara negara-negara dunia ketiga dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat (Cut Mutia, 2010). Salmonella merupakan bakteri batang gram negatif yang bersifat motil, tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul. Kebanyakan strain meragikan glukosa, manosa dan manitol untuk menghasilkan asam dan gas, tetapi tidaak meragikan laktosa dan sukrosa. Organisme Salmonella tumbuh secara aerob dan mampu tumbuh secara anaerop faakultatif. Kebanyakan spesies resisten terhadaap agen fisiknamun dapat dibunuh dengan pemanasan sampai 54,4ºC selama 1 jam atau 60ºC selama 15 menit. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu yang rendah selam beberapa hari dan dapat bertahan hidup selam berminggu-minggu dalam sampah, bahkan makanan kering, agfen farmakeutika dan bahan tinja (Pediatri, 2014). Infeksi diawali masuknya bakteri melalui makanan dan air yang tercemar. Sebagian dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk sampai usus halus. Basil di usus halus melalui pembuluh limfe massuk ke dalam peredaaran darah sampai di organ-organ terutama hati dan limfa sehingga membesar dan 6

7 disertai nyeri. Basil masuk kembali ke dalam peredaran darah (bakterimia) dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus. Menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa usus. Tukak dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi usus. Jika kondisi tubuh dijaga dengan baik, akan terbentuk zat kekebalan atau antibodi. Dalam keadaan seperti ini, kuman akan mati dan berangsur-angsur sembuh (Yatnita CP,2011). 2.1.1 Gejala dan Tanda Keluhan dan gejala demam tifoid tidak khas, bervariasi dari gejala seperti flu ringan sampai tampilan sakit berat dan fatal yang mengenai banyak sistem organ. Secara klinis gambaran penyakit demam tifoid berupa demam berkepaanjangan, gangguan fungsi usus, dan keluhan susunan saraf pusat. Secara garais besar, tanda dan gejala yaang ditimbulkan antara lain: 1. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar, namun menjelang malamnya demam tinggi 2. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya penderita akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas 3. Mual berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhiberkembang biak di hati dan limfa, akibatnya terjadi pembengkakan, menekan lambung sehingga terjadi rasa mual. Mual yang berlebihan mengakibatkan makanan tidak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.

8 4. Diare atau mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar). 5. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing. Pembengkakan di hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut. 6. Pingsan, tak sadarakan dri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan kesadaran. (Pramitasari, 2013). 2.1.2 DiagnosisTifoid Penegakan diagnosis demam tifoid didasarkan pada manifestasi klinis yang diperkuat oleh pemeriksaan laboratorium penunjang. Sampai saat ini masih dilakukan berbagai penelitian yang menggunakan berbagai metode diagnostik untuk mendapatkan metode terbaik dalam usaha penatalaksanaan penderita demam tifoid secara menyeluruh. Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosa demam tifoid dibagi dalam empat kelompok yaitu pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman, uji serologi dan pemeriksaan kuman secara molekuler. 2.1.3 Identifikasi Kuman Melalui Isolasi Atau Biakan Diagnosis pasti demam tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri Salmonella typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsung tulang, cairan duodenum atau rose spots. Berkaitan dengan patogenesis penyakit, maka bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan sumsum tulang pada awal penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya di dalam urine dan feses. Hasil biakan yang

9 positif memastikan demam tifoid, akan tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid karena hasilnya tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil biakan meliputi jumlah darah yang diambil, perbandingan volume darah dari media empedu, dan waktu pengambilan darah. 2.1.4 Identifikasi Kuman Melalui Uji Serologis Uji serologi digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa demam tifoid dengana mendeteksi antibodi spesifik terhadap komponen Salmonella typhi maupun mendeteksi antigen itu sendiri. Uji serologi yang dapat digunakan pada demam tiphoid meliputi uji widal, tes tubex, metode enzyme immunoassay (EIA), metode enzyme linkd immunoabsorbent assay (ELISA) dan pemeriksaan dipstik. 2.1.5 Identifikasi Kuman Melalui Uji Molekuler Metode lain yang akurat adalah mendeteksi DNA (asam nukleat) gen flagellin bakteri Salmonella Typhi dalam darah dengan teknik hibridisasi asam nukleat atau amplifikasi DNA dengan cara polymerase chain reaction (PCR) melalui identifikasi antigen Vi yang spesifik untuk Salmonella typhi. Kendala yang sering dihadapi pada penggunaan metode PCR meliputi resiko kontaminasi yang menyebabkan hasil positif palsu yang terjadi apabila prosedur teknis tidak dilakukan secara cermat, adanya bahan-bahan dalam spesimen yang bisa menghambat proses PCR (hemoglobin dan heparin dalam spesimen darah serta bilirubin dan garam empedu dalam spesimen feses), biaya yang cukup tinggi dan teknis yang relatif rumit. Usaha untuk melacak DNA dari spesimen klinis masih belum memberikan hasil yang memuaskan sehingga saat ini penggunaannya masih terbatad dalam laboratorium penelitian (Pediatri,2014).

10 2.1.6 Cara penularan penyakit tifoid Penyakit tifoid merupakan penyakit yang dapat menular siapa saja. Penularan penyakit ini biasanya disebut dengan metode 5 F: 1. Food Makanan yang dikonsumsi dan didapati dari tempat yang kurang bersih bisa menjadi media penularan penyakit tifoid, terlebih lagi makanan yang terkontaminasi kuman Salmonella typhi akibat dari pengolahan makanan yang tidak benar seperti tidak dicuci, dan lain-lain. 2. Fingers Jari-jari pada tangan bisa juga menjadi media penularan penyakit tifoid. Penularaan lewat jari tangan dan tangan sangat beresiko utamanya jika tidak mencuci tangan setelah dari toilet 3. Fomitus Seorang yang sudah terinfeksi kuman tifoid, muntahannya bia menjadi media lain untuk menularkan penyakit tifoid. 4. Feses Feses penderita typus dapat juga menularkan penyakit ini akibat di dalam feses terdapat kuman Salmonella Typhi. 5. Fly (lalat) Lalat suka sekali hinggap di tempat kotor dan benda kotor, yang mana hal seperti ini menjadi sarang bagi bakteri penyebab penyakit tifoid. Lalat yang hinggap di tempat kotor dapat membawa bakteri penyebab penyakit tifoid di

11 kakinya yang selanjutnya hnggap pada makanan yang akhirnya menimbulkan kontaminasi penyakit tifoid. 2.1.7 Pencegahan penyakit tifoid Demam tifoid jika tidak segera diobati bisa terjadi komplikasi berupa pendarahan usus, kebocoran usus (perforasi usus) dan penurunan kesadaran. Upaya pencegahan agar tidak terkena demam tifoidyaitu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), antara lain : a. Cuci tangan dengan sabun sabun dan air mengalir sebelum mengolah atau menyajikan makanan, sebelum makan dan setelah dari toilet. b. Air bersih harus dimasak hingga mendidih sebelum dimasak. c. Buah dan sayur harus dicuci sampai bersih sebelum dimasak atau dikonsumsi. d. Memasak makanan sampai matang. e. Simpanlah makanan matang dan mentah ditempat yang terpisah. f. Tutup makanan agar tidak dihinggapi lalat. g. Buang air besar di jamban yang sehat. h. Imunisasi demam tifoid sesuai rekomendasi dokter (Ivan,2016))

12 2.2 Definisi Kepatuhan Patuh adalah suka menurut, taat pada perintah atau aturan. Jadi kepatuhan berarti sifat patuh, ketaatan (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002). Sackett (1976) mendefinisikan kepatuhan sebagai sejauh mana perilaku yang sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional (Niven,2002). Kepatuhan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertipan. Sikap atau perilaku yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bila tidak dapat berbuat sebagai mana lazimnya (digilib.unimus.ac.id). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku 1. Keturunan Keturunan diartikan sebagai pembawaan yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Pengaruh faktor keturunan bagi perilaku diperlukan pengembangan pada masa pertumbuhannya. 2. Lingkungan. Lingkungan dalam pengertian psikologi adalah segala apa yang berpengaruh pada diri individu dalam berperilaku. Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perailaku individu mulai mengalami dan mengecap alam dan sekitarnya. Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak dari pengaruh lingkungan, oleh karena itu lingkungan selalu tersedia disekitar kita (Herri P, 1999).

13 2.3 Cuci Tangan 2.3.1 Pengertian mencuci tangan Mencuci tangan adalah menggosok kedua pergelangan tangan dengan kuat secara bersamaan menggunakan zat pembersih yang sesuai dan dibilas dengan air mengalir dengan tujuan menghilangkan mikroorganisme sebanyak mungkin. Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial yang menular di pelayanan kesehatan, penyebaran mikroorganisme multiresisten dan telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah. Cuci tangan dianggap sebagai salah satu langkah paling efektif untuk mengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah infeksi(boyce dan Pitter, 2002). 2.3.2 Indikator mencuci tangan Dalam kehidupan sehari-hari banyak penyebaran penyakit yang melalui tangan, oleh karena itu berikut indikasi mencuci tangan: 1. Sebelum kontak dengan pasien 2. Sebelum melakukan tindakan aseptic 3. Setelah kontak dengan pasien 4. Setelah kontak dengan lingkungan pasien 5. Setelah terkena cairan tubuhbpasien 6. Setelah dari toilet 7. Setelah kontak dengan peralatan yang kotor atau berpotensi terkontaminasi 8. Setelah melepaskan sarung tangan

14 2.3.3 Macam-macam cuci tangan Cara untuk melakukan cuci tangan dapat dibedakan dalam beberapa macam antara lain sebagai berikut: 2.3.3.1 Cuci Tangan Biasa Cuci tangan biasa adalah proses pembuangan kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air mengalir. Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan adalah sabun biasa / antiseptik, handuk bersih atau tisu, wastafel atau air mengalir. Langkah cuci tangan biasa meliputi 1. Disiapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan 2. Cincin, jam tangan, dan gelang dilepas 3. Kedua tangan dibasahi dengan menggunakan air mengalir 4. Dituangkan sabun secukupnya 5. Sabun diratakan pada kedua telapak tangan 6. Punggung dan sela-sela jari tangan kiri digosok dengan tangan kanan dan sebaliknya 7. Digosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari 8. Punggung jari dibersihkan dengan gerakan mengunci 9. Ibu jari kiri digosok berputar dalam genggaman tangan kanan, kemudian dilakukan sebaliknya 10. Ujung jari tangan kanan dibersihkan dengan gerakan memutar pada telapak tangan kiri dan dilakukan sebaliknya 11. Pergelangan tangan kiri digosok dengan menggunakan tangan kanan, dan lakukan sebaliknya

15 12. Kedua tangan dibilas dengan air mengalir 13. Dikeringkan dengan tisu sekali pakai sampai benar-benar kering 14. Digunakan tisu tersebut untuk menutup keran air 2.3.3.2 Cuci tangan bedah Cuci tangan bedah adalah menghilangkan kotoran, debu dan organisme sementara secara mekanikal dan mengurangi flora tetap selam pembedahan. Tujuannya adalah mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme dari kedua belah tangan. Cuci tangan dengan sabun biasa dan air yang diikuti dengan penggunaan penggosok dengan bahan dasar alkohol tanpa air yang mengandung klorheksidin menunjukkan pengurangan yang lebih besar pada jumlah mikrobial pada tangan, meningkatkan kesehatan kulit dan mereduksi waktu dan sumber daya (Larson, 2001). Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan antara lain sabun biasa/antiseptik, bahan antiseptik, sikat lembut DTT, spon, handuk steril/lab bersih dan kering, wastafel atau air mengalir. Tata cara pelaksanaannya adalah: 1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan 2. Cincin, jam, tangan dan gelang dilepas 3. Kedua tangan dibasahi dengan air mengalir sampai batas siku. Digunakan sabun kearah lengan bawah, hal yang sama dilakukan pada sebelah tangan 4. Kuku dibersihkan dengan pembersih kuku atur sikat lembut kearah luar, kemudian jari hingga siku dibersihkan dengan gerakan sirkular dengan spon. Hal yang sama dilakukan pada lengan yang lain,dilakukan selama minimal 2 menit

16 5. Tangan dan lengan dibilas secara terpisah dengan air yang mengalir, setelah bersih tahan kedua tangan mengarah ke atas sebatas siku. Jangan biarkan air bilasan mengalir ke area bersih 6. Seluruh permukaan kedua belah tangan, jari dan lengan bawah digosok dengan antiseptic minimal selam 2 menit 7. Kedua tangan ditegakkan kearah atas dan dijauhkan dari badan, tidakmenyentuh permukaan atau benda apapun 8. Tangan dikeringkan menggunakan handuk steril atau diangin-anginkan. Tangan diseka dimulai dari ujung jari hingga siku. Untuk tangan yang berbeda digunakan sisi handuk yang berbeda 9. Dipakai sarung tangan bedah yang steril atau DTT pada kedua tangan (Merry Creatius,2012) 2.3.3.3 Cara mencuci tangan sesuai standart WHO 1. Tangan dibasahi dengan air 2. Dituangkan sabun 3-5 cc 3. Kedua telapak tangan digosok hingga merata 4. Punggung dan sela-sela jari tangan kiri digosok dengan tangan kanan dan sebaliknya 5. Kedua telapak tangan dan sela-sela jari digosok 6. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci 7. Ibu jari kiri digosok berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya

17 8. Ujung jari-jari tangan kanan digosok memutar ditelapak kiri dan sebaliknya 9. Kedua tangan dibilas dengan air 10. Dikeringkan dengan handuk atau tisu sekali pakai sampai benar-benar kering 11. Untuk menutup keran digunakan handuk atau tisu 12. Tangan sudah bersih (Septianingsih, 2013). 2.4 Standar Prosedur Operasional Cuci Tangan 2.4.1 SPO Cuci Tangan dengan Handrub 1. Melepaskan aksesoris pada tangan dan gulung baju hingga sikut ( bila memakai baju lengan panjang ). 2. Basahi tangan dengan handrub secukupnya 2-3 cc (1 kali pompa), ratakan keseluruh permukaan telapak tangan. 3. Gosok bagian punggung tangan dan sela-sela jari, posisi telapak tangan di atas punggung tangan. 4. Gosok telapak tangan dan sela-sela jari. 5. Gosok punggung jari dengan cara saling mengunci. 6. Gosok ibu jari dengan cara memutar oleh genggaman telapak tangan. 7. Ujung jari menguncup dan gosok kuku secara melingkar berlawanan dengan arah jarum jam di permukaan telapak tangan.

18 2.4.2 1. SPO Kebersihan Tangan Dengan Air Mengalir dan Antiseptik Melepaskan aksesoris pada tangan dan gulung baju hingga sikut (bila memakai baju lengan panjang). 2. Basahi tangan dengan air mengalir, ambil sabun anti septik secukupnya 35 cc ( satu kali pompa), ratakan keseluruh permukaan tangan. 3. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari, posisi telapak tangan di atas punggung tangan. 4. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari. 5. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci. 6. Gosok ibu jari dengan cara memutar oleh genggaman telapak tangan. 7. Ujung jari menguncup dan gosok kuku secara melingkar berlawanan dengan arah putar jarum jam di permukaan telapak tangan. 8. Bilas dengan air yang mengalir. 9. Keringkan dengan tisue towel sekali pakai sampai benar-benar kering. 10. Gunakan tisue untuk menutup kran air. ( dokumen ppi 9 ) 2.4.3 Perilaku laki-laki dan perempuan dalam cuci tangan Menurut penelitian Adinda Musadari FKM UI tahun 2012, responden perempuan mempunyai peluang 1,5 kali lebih besar untuk berperilaku baik dibandingkan dengan responden laki-laki, dengan nilai OR 1,5 (Adinda, 2012).

19 2.5Kerangka Teori Host a. Jenis kelamin b. Umur c. Kepatuhan cuci tangan Agent Salmonella typhi a. b. c. d. e. Infeksi tifoid Environment Food Finger Fomitus Feces Fly Gambar 1. Kerangka Teori Sumber :Notoatmojo dan Modifikasi, 2012 Host adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya suatu perjalanan penyakit. Terdiri dari jenis kelamin, umur, daya tahan tubuh, pekerjaan, kebiasaan hidup (kebiasaan cuci tangan ). Agent adalah substansi tertentu yang kehadirannya dapat menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Berkaitan dengan infeksi tifoid, yang menjadi agent penyakit adalah bakteri Salmonella Typhi. Environment adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta pengaruhpengaruh luar yang dapat mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia. Faktor lingkungan disini adalah vektor penyakit yaitu lalat.

20 2.6 Kerangka Konsep Variabel bebas Variabel terikat Kepatuhan cuci tangan Kepatuhan cuci tangan Infeksi tifoid pada pekerja Infeksi tifoid pada pekerja laboratorium laboratorium Gambar 2. Kerangka Konsep 2.7 Hipotesis Ada hubungan antara kepatuhan cuci tangan dengan infeksi tifoid pada pekerja laboratorium.