1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas sosial lainnya berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya (Alan dalam Wijana, 1996: 52). Interaksi manusia dengan menggunakan bahasa dapat berupa dialog atau percakapan antara dua orang atau lebih. Percakapan dapat terjadi jika dalam proses itu terjadi pergantian peran antara penutur dan mitra tutur. Proses percakapan tersebut sangat dipengaruhi oleh peristiwa atau konteks tertentu saat terjadinya komunikasi. Artinya, makna yang terdapat di balik tuturan penutur tidak dapat dipisahkan dari situasi tuturnya. Berbagai permasalahan yang ada dalam komunikasi sangat dipengaruh oleh peristiwa dan situasi tertentu. Permasalahan tersebut dapat dikaji melalui teori pragmatik. Teori ini memfokuskan diri pada interpretasi atau pemaknaan terhadap suatu ujaran. Melalui pandangan teori ini tuturan dalam suatu percakapan dapat dianalisis untuk diketahui makna yang terkandung di balik tuturan tersebut dengan menghubungkannya dengan konteks. Dengan mempertimbangkan karakter bahasa masing-masing individu itu, diharapkan komunikasi antara penutur dengan petutur akan menjadi lancar. Oleh karena itu, dalam berkomunikasi perlu diperhatikan kesantunan berbahasa. Penggunaan kesantunan berbahasa memungkinkan transaksi sosial berlangsung tanpa mempermalukan penutur dan petutur (Ismari, 1995: 35). 1
2 Dalam dunia pendidikan, prinsip kesantunan berbahasa menempati posisi yang cukup signifikan. Dari penggunaan bahasa seseorang dalam bertutur kepada orang lain, dapat diketahui karakter dan kepribadian yang dimiliki orang tersebut. Dengan adanya muatan pendidikan karakter yang harus diterapkan oleh guru-guru di sekolah pada setiap mata pelajaran, dalam hal ini mata pelajaran bahasa Indonesia, prinsip kesantunan berbahasa ini dapat digunakan sebagai materi pendidikan karakter yang dapat diimplikasikan dalam proses pembelajaran Alasan penulis tertarik menjadikan kota Purwodadi sebagai objek penelitian, kota Purwodadi menggunakan tuturan opini, tanggapan, kritikan, harapan serta masukan yang menggunakan bahasa lisan dengan tuturan-tuturan yang spontan serta terkadang menghasilkan suatu kelucuan. Hal ini bertujuan menambah ilmu pengetahuan, serta membuka cakrawala pemikiran yang lebih luas terhadap suatu masalah yang sedang dibahas. Purwodadi sebagai kota kabupaten Grobogan mempunyai arti yaitu Purwa berarti Permulaan (jawa: kawitan). Dadi artinya jadi (jawa: dumadi). Jadi yang mula-mula jadi, Purwaning Dumadi. Dengan carakan jawanya yang mengandung ajaran filsafat hidup dan kehidupan manusia Manunggaling Kawula Gusti dari sejak manusia di dunia ini. Alasan peneliti memilih proses belajar mengajar di TK Trisula Purwodadi adalah karena di TK Trisula Purwodadi telah dikembangkan model pembelajaran atraktif. TK Atraktif tersebut pada dasarnya merupakan upaya mengembalikan TK pada fungsinya yang hakiki sebagai sebuah taman yang paling indah yaitu TK yang menyenangkan dan menarik. Selain itu, juga menantang anak untuk
3 bermain sambil mempelajari berbagai hal tentang bahasa, intelektual, motorik, disiplin, emosi, dan sosiobilitas. Tujuan pengembangan kemampuan bahasa di TK adalah agar anak mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat, mampu berkomunikasi secara efektif dan membangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia. Standar kompetensi kemampuan bahasa di Taman Kanak- Kanak adalah anak mampu mendengarkan dan berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata dan mengenal simbol-simbol, tercapainya tugastugas perkembangan secara optimal sesuai dengan standar yang telah dirumuskan pada masing-masing aspek perkembangan. Dengan memperhatikan prinsip kesantunan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di TK, diharapkan murid TK dapat mengungkapkan pikiran melalui bahasa yang sederhana secara tepat dan santun (Elmita dkk., 2013). Proses kegiatan belajar mengajar tidak lepas dari tindak tutur. Fungsi tuturan berorientasi pada penerima pesan. Dalam hal ini, bahasa dapat digunakan untuk mempengaruhi orang lain, baik emosi, perasaan, maupun tingkah laku. Sebagai fungsi direktif, bahasa dapat digunakan untuk memberi keterangan, memesan, memerintah, memohon, menasihati, dan merekomendasi. Bentuk bahasa yang menggunakan fungsi tuturan dalam tuturan (1) dapat dilihat pada contoh berikut: (1) Sebelum pelajaran kita mulai, mari kita berdoa dulu! Fungsi tuturan pada contoh di atas tercermin pada kata kerja yang memiliki makna mengajak. Di dalam sebuah tindak tutur terdapat seorang penutur (pembicara) dan juga lawan tutur (pendengar). Wacana dalam pembukaan proses
4 belajar-mengajar antara guru dan murid dalam berinteraksi untuk menyampaikan materi yang akan disampaikan tidak lepas dengan penuturan. Sebenarnya dalam kegiatan proses belajar-mengajar, tuturan direktif tersebut banyak ditemukan. Prinsip kesantunan merupakan salah satu bagian dari ilmu pragmatik. Pragmatik merupakan cabang ilmu yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu digunakan didalam komunikasi (Wijana, 1996:1). Tuturan-tuturan yang disampaikan antara guru dan murid lebih tepat diteliti dengan pendekatan pragmatik. Ketidakmampuan linguistik struktural untuk menjelaskan fenomena yang ada di luar kalimat serta kejenuhan para linguis terhadap linguistik struktural yang mengkaji bahasa dalam batasan kalimat saja yang memicu lahirnya cabang ilmu linguistik yang disebut pragmatik. Pragmatik berisi hal-hal tentang penggunaan bahasa yang tidak dapat dijelaskan dari sudut pandang linguistik struktural (Jumanto, 2009: 83). Tidak semua tuturan mempunyai makna yang tersembunyi di belakangnya. Dengan demikian, pragmatiklah yang dapat mengkaji hal ini. Pragmatik erat kaitannya dengan konteks. Konteks ini sangat penting seperti yang didefinisikan oleh Leech (dalam Nadar, 2009: 6) sebagai background knowledge assumed to be shared by s and h and which contributes to h s interpretation of what s means by a given utterance ( latar belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur sehingga lawan tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksud oleh penutur pada waktu membuat tuturan tertentu ) (s berarti speaker penutur, sedangkan h berarti hearer lawan tutur). Antara penutur dan petutur tentu sudah saling mengerti apa yang diperbincangkan karena mereka masing-masing sudah mengetahui konteksnya.
5 Dengan demikian, konteks sangat diperlukan dalam pragmatik karena konteks adalah hal-hal yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan atau pun latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki penutur dan petutur dan yang membantu petutur menafsirkan makna tuturan. Dari uraian latar belakang di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian Prinsip Kesantunan dalam Proses Belajar Mengajar di TK Trisula Purwodadi (Tinjauan Pragmatik) yang dilakukan dalam penelitian ini terkait dengan penggunaan bahasa sebagai materi dan media interaksi para penutur yang tertuang dalam perbincangan atau dialog. Penelitian ini membahas permasalahan dengan menggunakan teori pragmatik sebagai landasan teori berdasarkan alasan bahwa ilmu pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu (Nadar,2009:2). Hal ini menjadikan ilmu pragmatik tepat apabila digunakan untuk menjawab permasalahan yang dipertanyakan dalam penelitian ini. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini meliputi prinsip kesantunan yang mematuhi ataupun melanggar yang terdapat dalam proses belajar mengajar di TK Trisula Purwodadi. Berdasarkan hal tersebut, penulis memberi judul penelitian ini Prinsip Kesantunan dalam Proses Belajar Mengajar di TK Trisula Purwodadi (Tinjauan Pragmatik). B. PEMBATASAN MASALAH Pembatasan masalah dimaksudkan agar penelitian lebih terarah dan mempermudah penulis dalam menentukan data yang diperlukan. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah bahwa dalam penelitian ini
6 peneliti memfokuskan penelitian pada pemakaian bahasa yang digunakan dalam proses belajar mengajar di TK Trisula Purwodadi. Aspek-aspek pragmatik yang dibahas dalam penelitian ini terbatas pada prinsip kesantunan baik yang mematuhi maupun melanggar pada proses belajar mengajar di TK Trisula Purwodadi. Selain itu, penelitian ini juga membahas Prinsip kesantunan dalam proses belajar mengajar di TK Trisula Purwodadi. C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana wujud prinsip kesantunan mematuhi yang terdapat dalam proses belajar mengajar di TK Trisula Purwodadi yang dilakukan Guru dan murid? 2. Bagaimana wujud prinsip kesantunan melanggar yang terdapat dalam proses belajar mengajar di TK Trisula Purwodadi yang dilakukan Guru dan murid? D. TUJUAN PENELITIAN Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas, sehingga hasil penelitiannya dapat diketahui. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mendeskripsikan wujud prinsip kesantunan baik yang mematuhi maupun melanggar yang terdapat dalam materi pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia.
7 E. MANFAAT PENELITIAN Hasil kajian dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis maupun praktis. 1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis merupakan manfaat yang berkenaan dengan pengembangan ilmu dan khususnya ilmu kebahasaan atau linguistik. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan khazanah pengetahuan mengenai studi tentang prinsip kesantunan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan model analisis percakapan terdapat dalam implementasi materi pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia khususnya pada implementasi materi pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia di TK Trisula Purwodadi. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemahaman terhadap interaksi guru dan murid, terutama untuk memahami penerapan maupun pelanggaran prinsip kesantunan yang ditimbulkan oleh tuturan atau dialog pada implementasi materi pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia guru dan murid di TK Trisula Purwodadi. Penelitian ini diharapkan juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau referensi untuk penelitian selanjutnya. Selain itu, manfaat penelitian ini untuk penulis adalah untuk melatih kepekaan terhadap tuturan yang disampaikan oleh guru kepada murid serta
8 mengetahui perbedaan tuturan yang bersifat mematuhi, melanggar prinsip kesantunan maupun tuturan yang bermaksud ironi (menyudutkan orang lain). F. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan dalam penelitian diperlukan untuk memberikan gambaran mengenai langkah-langkah suatu penelitian agar runtut dan sistematis. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini tersusun atas lima bab. Kelima bab itu adalah sebagai berikut. Bab pertama berisi pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua berisi kajian pustaka. Bab ini terdiri atas tinjauan studi terdahulu, landasan teori dan kerangka pikir. Adapun landasan teori dalam penelitian ini berisi sejumlah teori yang berkaitan erat dengan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini. Teori tersebut antara lain, pengertian pragmatik, situasi tutur, tindak tutur, prinsip kesantunan, prinsip ironi, skala kesantunan, dan materi pembelajaran keterampilan berbahasa TK. Bab ketiga berisi metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, klasifikasi data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data. Bab keempat berisi analisis data. Dari analisis data ini akan didapatkan wujud percakapan yang mengandung prinsip kesantunan materi pembelajaran keterampilan berbahasa TK Trisula Purwodadi baik yang mematuhi maupun melanggar prinsip ironi.
Bab kelima berisi simpulan dan saran yang relevan dengan penelitian ini. 9