BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kereta api merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting dalam mendistribusikan penumpang dan barang antar suatu tempat. Kelebihan yang dimiliki oleh moda transportasi kereta api dibandingkan dengan moda jalan raya, moda laut dan moda udara, moda kereta api mampu mengangkut penumpang dan barang dalam jumlah yang massal serta memiliki biaya perjalanan yang lebih efisien. Sebagai salah satu prasarana transportasi yang cukup penting bagi masyarakat Indonesia, kereta api mempunyai peranan penting dalam usaha pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam hal tersebut, kereta api mempunyai peranan untuk mewujudkan sasaran pembangunan seperti pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dari aspek ekonomi, kereta api merupakan katalisator di antara proses produksi, pasar, dan konsumen akhir. Dari aspek sosial budaya, keberadaan kereta api membuka cakrawala masyarakat yang dapat menjadi wahana perubahan sosial, membangun toleransi, serta mencairkan sekat budaya. Dari aspek lingkungan, keberadaan kereta api diperlukan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Dari aspek politik, keberadaan kereta api menghubungkan dan mengikat antar daerah, sedangkan dari aspek pertahanan dan keamanan, keberadaan kereta memberikan akses dan mobilitas antar daerah yang dapat mempererat dan mendukung kesatuan dalam penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan Dengan demikian suatu perencanaan sarana perkeretaapian yang layak dan memenuhi aturan dan standar yang berlaku merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk mewujudkan tujuan penyelenggaraan perkeretaapian di Indonesia sesuai yang di jelaskan dalam UU No. 23/2007 Tentang Perkeretaapian 1
2 yaitu: Perkeretaapian diselenggarakan dengan tujuan untuk memperlancar perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman, cepat dan lancar, tepat, tertib dan teratur, efisien, serta menunjang pemerataan, pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional. Berdasarkan data Dinas Perhubungan Provinsi D.I. Yogyakarta, permasalahan yang muncul adalah terbatasnya kapasitas landside dan airside Bandara Adisucipto yang saat ini sudah tidak dapat menampung traffic dikarenakan adanya penerbangan TNI AU yang digunakan bersama mengakibatkan limitasi untuk penerbangan komersial, runway 2200 meter yang tidak dapat diperpanjang karena adanya obstacle dan bandara eksisting yang tidak dapat dikembangkan menjadi airport city. Selain itu Terminal eksisting hanya dapat menampung 1,2 juta penumpang per tahun sedangkan pada tahun 2012 tercatat mencapai 4,9 juta penumpang per tahun. Hal ini dapat dilihat dengan terjadinya over capacity pada sisi bangunan fasilitas penunjang darat maupun fasilitas penunjang udara serta terjadinya kemacetan yang diakibatkan oleh kepadatan lalu lintas di jalan akses menuju bandara terutama pada lokasi simpang menuju ke arah bandara Adisucipto. Oleh karena itu Pemerintah Provinsi D.I.Yogyakarta, Dinas Perhubungan Provinsi Yogyakarta dan pihak Angkasa Pura I berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP 1164 Tahun 2013 serta dengan berbagai pertimbangan, merencanakan pengoperasian bandara tersebut akan dipindahkan ke bandara baru di daerah Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo. Lokasi bandar udara yang cukup jauh dari pusat kota di Yogyakarta yaitu kira kira 45 km dan waktu tempuh kurang lebih selama 1 jam menjadi salah satu masalah yang terjadi akibat dari pembangunan bandar udara tersebut. Hal ini tentu memberikan dampak bagi para pengguna jasa pesawat yang datang dan pergi melalui bandar udara baru tersebut. Lokasi daerah yang rawan terjadi bencana seperti gempa bumi, banjir serta tanah longsor juga berdampak dalam pemilihan aspek teknologi dalam membangun sebuah alternatif moda transportasi yang layak, efisien serta efektif menuju bandara baru tersebut.
3 Dengan tidak adanya pilihan transportasi yang layak dari Kecamatan Temon sebagai lokasi bandar udara baru dengan Kota Yogyakarta sebagai Ibu Kota Provinsi menjadi salah satu permasalahan utama. Dengan demikian diperlukan alternatif moda transportasi yang efisien serta efektif yang dapat menempuh lokasi tersebut dengan waktu yang relatif singkat. Oleh sebab itu berdasarkan PM Nomor 43 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Kereta Api Nasional, yang berisi mengenai penyelenggaraan transportasi perkeretaapian nasional yang terintegrasi dengan moda transportasi lainnya dapat meningkatkan efisiensi penyelenggaraan perekonomian nasional. salah satunya dengan moda transportasi pesawat terbang. Maka dari itu dilakukanlah perencanaan pembangunan jalan rel kereta api baru yang memperhitungkan ketahanan terhadap aspek potensi bencana ke kawasan bandar udara baru yang berlokasi di Kecamatan Temon yang kemudian dihubungkan dengan Kota Yogyakarta sebagai Ibu Kota Provinsi untuk menjadi salah satu pilihan moda utama bagi penumpang dan barang yang akan menuju ke bandara baru tersebut. Dengan demikian, dengan adanya jalan rel yang memperhitungkan aspek potensi bencana sebagai jalur kereta api menuju bandara ini diharapkan dapat memiliki ketahanan konstruksi jalan rel yang memiliki umur rencana yang panjang serta mengurangi waktu tempuh dan jumlah kemacetan yang melintasi jalan raya Kota Yogyakarta-Wates. Dengan adanya hal tersebut maka umur perkerasan jalan raya Kota Yogyakarta-Wates dapat lebih lama dikarenakan berkurangnya jumlah kendaraan yang melintasi jalan raya ini serta dapat mengurangi tingkat kemacetan jalan raya Kota Yogyakarta-Wates. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perencanaan trase jalan kereta api yang baik serta efisien digunakan?
4 2. Berapa luasan lahan yang dibutuhkan untuk pembebasan lahan kebutuhan perencanaan jalan rel? 3. Bagaimana perencanaan geometri jalan rel kereta api serta strukturnya yang memperhitungkan potensi bencana yang ada serta sesuai dengan persyaratan persyaratan perancangan yang berlaku? 4. Berapakah total volume serta biaya pekerjaan (Bill of Quantity) dalam perencanaan yang sesuai dengan peraturan? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penilitian ini adalah untuk merancang geometrik jalan rel yang nantinya akan digunakan sebagai akses alternatif transportasi kereta api yang akan menuju Bandara Baru Yogyakarta dengan harapan dapat memperhitungkan potensi bencana yang terjadi, mengurangi waktu perjalanan, menghindari kemacetan di jalan serta menambah umur perkerasan jalan akibat berkurangnya beban kendaraan. Adapun tujuan dari penelitian tugas akhir ini sebagai berikut: 1. Merencanakan trase jalan kereta api jalur yang baru dan efisien untuk digunakan. 2. Mendapatkan luasan lahan untuk kebutuhan pembebasan lahan perencanaan jalan rel kereta api. 3. Mendapatkan susunan geometri jalan kereta api serta strukturnya yang memperhitungkan potensi bencana yang ada serta sesuai dengan persyaratan perencanaan yang berlaku. 4. Mendapatkan volume serta biaya pekerjaan (Bill of Quantity) yang diperlukan dalam perencanaan. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Sebagai salah satu jalur alternatif moda transportasi kereta api khususnya untuk menuju bandara.
5 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada instansi terkait yaitu Direkotrat Jendral Perkeretaapian dan PT. Kereta Api Indonesia Daop VI Yogyakarta dalam mengambil kebijakan kebijakan terkait perencanaan jalan rel lintas Stasiun Kedundang Bandara Baru Yogyakarta Stasiun Wojo terutama untuk meningkatkan mutu pelayanan angkutan kereta api. 3. Memberikan wacana dalam aplikasi ilmu pengetahuan khususnya sistem serta teknik transportasi dalam mekanisme perancangan jalan rel. 1.5. Batasan Masalah Penelitian Untuk memperjelas permasalahan dan memudahkan dalam analisis, maka digunakan batasan-batasan masalah sebagai berikut: 1. Penelitian ditekankan pada perancangan jalur rel kereta api lintas Stasiun Kedundang Bandara Baru Yogyakarta Stasiun Wojo 2. Penelitian tidak membahas mengenai AMDAL akibat pembangunan jalan rel. 3. Aspek potensi bencana yang diperhitungkan adalah gempa bumi, tanah longsor dan banjir. 4. Peraturan yang digunakan dalam perhitungan aspek kebencanaan adalah Peta Zonasi Gempa Tahun 2012 Badan Standardisasi Nasional Indonesia (BSNI) untuk menentukan nilai Peak Ground Acceleration (PGA) serta aplikasi GeoSlope 2007 untuk perhitungan stabilitas tanah akibat faktor gempa dan Pedoman Perencanaan Sistem Drainase Jalan T-02-2006-B untuk perancangan saluran drainase pencegah banjir. 5. Perhitungan stabilitas lereng tanah galian dan timbunan menggunakan perangkat lunak GeoSlope 2007 dan hanya memperhitungkan Safety Factor (SF) 6. Penelitian tidak membahas persinyalan maupun infrastruktur kereta api lain seperti stasiun, rumah sinyal, persilangan sebidang dan dipo lokomotif.
6 1.6. Keaslian Penulisan Berdasarkan tinjauan pustaka dan studi literatur, penelitian terkait memiliki acuan dari beberapa penelitian terdahulu: 1. Pebiandi (2011) dengan Tugas Akhir berjudul Perencanaan Geometri Jalan Rel Kereta Api Trase Kota Pinang Menggala Sta 104+000 Sta 147+200 Pada Ruas Rantau Prapat Duri Ii Provinsi Riau dengan pemilihan trase didasarkan pada kecepatan rencana kereta api dan perancangan konstruksi jalan rel merujuk pada Peraturan Dinas Nomor 10 PJKA Tahun 1986. 2. Adi dan Sukmajati (2013) dengan Tugas Akhir Perencanaan Jalur Ganda (Double Track) Jalan Rel Ruas Semarang Gubug mengembangkan jalur tunggal menjadi jalur ganda akibat adanya peningkatan jumlah pengguna kereta api. 3. Utomo (2012) dengan Tugas Akhir Perencanaan Jalan Kereta Api Alternatif Lintas Sidoarjo-Tarik KM 14+000-16+000 Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur, dengan perencanaan jalan rel mengacu pada Peraturan Dinas Nomor 10 Tahun 1986, perhitungan stabilitas lereng menggunakan program Plaxis dan GeoSlope, dan Tata Cara Perencanaan Drainase Jalan ( SNI 03 3424 1994 ). Pada penelitian ini dilakukan perancangan geometrik jalan rel menuju Bandara Baru Yogyakarta dengan lokasi pada Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo dengan memperhitungkan aspek bencana gempa bumi, tanah longsor dan banjir. Penelitian dengan judul Perancangan Geometrik Jalan Rel Sebagai Transportasi Menuju Bandara Baru Yogyakarta Dengan Memperhitungan Faktor Kebencanaan (Kasus: Stasiun Kedundang Bandara Baru Yogyakarta Stasiun Wojo ) belum pernah dilakukan sebelumnya berdasarkan referensi tema tugas akhir dan tesis yang ada di Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM.