BAB 1 PENDAHULUAN. keseluruhan (Lossu dkk.,2015). Dengan memiliki gigi dan mulut yang sehat,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. seperti berbicara, makan, dan bersosialisasi tidak akan terganggu karena terhindar dari rasa sakit,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA 7 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN TENTANG ORAL HYGIENE BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI SDN JALAN ANYAR KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (World Health Organization) (2013), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menuju hidup sehat (Mantra dalam Yani, 2005). Hal serupa dinyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012). Status kesehatan gigi dan mulut umumnya dinyatakan dalam prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi estetik yang menunjang kecantikan. Menjaga kebersihan gigi dan

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Gigi dan mulut merupakan alat pencernaan mekanis manusia. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mufidah (2012) umumnya permasalahan keseh atan pada

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat

BAB VII PENUTUP. 1. Lebih dari separoh responden mengalami karies gigi di Sekolah Dasar Negeri

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebersihan gigi dan mulut. Perilaku pencegahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang. masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

I. PENDAHULUAN. Gigi adalah alat pengunyah dan termasuk dalam sistem pencernaan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

ABSTRAK. knowledge, role of teacher, shcool dental hygiene

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. (pedesaan) dan masyarakat urban (perkotaan). Terdapat beberapa perbedaan

PENGETAHUAN GURU PENJASKES DAN PERANANNYA DALAM PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG SEKAYAM KABUPATEN SANGGAU

BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai tahapannya

BAB I PENDAHULUAN. yang dikeluhkan oleh masyarakat (Pontonuwu dkk., 2013). Penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2010).

BAB VI PEMBAHASAN. dasar. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya promotif yaitu dengan. memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. (SKRT, 2004), prevalensi karies di Indonesia mencapai 90,05%. 1 Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Anisah (2007) bahwa anak usia sekolah berkisar antara usia 6-12 tahun, masa

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik agar jangan sampai terkena gigi berlubang (Comic, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. luas penyebaranya, diperkirakan 90% lebih banyak melanda anak anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. (Soetjiningsih, 1995). Pada usia tersebut anak mengalami proses

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. secara langsung sehingga anak-anak sering mengabaikan kebersihan yang dapat

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI SDI DARUL MU MININ KOTA BANJARMASIN TAHUN 2017 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jasmani dan rohani merupakan bagian terpenting dalam kehidupan

KERANGKA ACUAN KEGIATAN SIKAT GIGI MASSAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. kuman dan bakteri sehingga dapat menimbulkan penyakit. Keluhan terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi kesehatan keseluruhan dari tubuh. Pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk gigi tiruan cekat (fixed) atau gigi tiruan lepasan (removable). Salah

*Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado Jl. R.W. Mongisidi Malalayang Manado

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turut berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI ANAK SDN KLECO II KELAS V DAN VI KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA

EFEKTIFITAS METODE CERAMAH DAN BERMAIN DALAM PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP PENGETAHUAN SISWA/I SD N LADANG BAMBU MEDAN TUNTUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebersihan mulut merupakan hal yang sangatlah penting. Beberapa masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. karies karena struktur dan morfologi gigi sulung yang berbeda dari gigi tetap. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karbohidrat oleh bakteri, gigi, dan saliva.karies yang terjadi pada gigi desidui

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keadaan ini dapat mempengaruhi kesehatan gigi anak (Ramadhan, 2010). Contoh

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh (Mumpuni, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

PENELITIAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM KEBERHASILAN PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT. Desi Andriyani *

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang semakin muncul di permukaan. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 90% dari anak didunia mengalami masalah kerusakan gigi. Hasil Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas hidupnya harus berkembang dengan baik terutama anak-anak

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI MURID KELAS VI MADRASAH DINIYAH ISLAMIYAH MUHAMMADIYAH SEI KINDAUNG KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan jasmani yang tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi tubuh secara keseluruhan (Lossu dkk.,2015). Dengan memiliki gigi dan mulut yang sehat, beberapa aktifitas seperti berbicara, makan, dan bersosialisasi tidak akan terganggu karena terhindar dari rasa sakit, tidak nyaman, dan malu. Kenyataannya sampai saat ini tingkat kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih rendah. Hal ini terlihat dari peningkatan angka penduduk Indonesia yang memiliki masalah gigi dan mulut pada tahun 2007 sebanyak 23% sedangkan pada tahun 2013 sebanyak 26% ( Kemenkes RI, 2007 &2013 ). Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, menunjukkan kebiasaan menyikat gigi dengan benar penduduk Indonesia hanya 2,3% dan rata-rata indeks DMF-T Indonesia adalah 4,6. Salah satu prevalensi penyakit gigi dan mulut yang tinggi adalah karies gigi. Studi epidemiologi mengenai karies menunjukkan bahwa prevalensi karies meningkat pada negara berkembang (Aubrey dan Marcelo, 2006). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, menunjukkan bahwa prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4% dan pengalaman karies sebesar 67,2%. Di provinsi Sumatera Barat prevalensi karies aktif mencapai 41,6% dan pengalaman karies sebesar 70,6% (Riskesdas, 2007). 1

2 Karies gigi merupakan permasalahan gigi yang sering timbul tidak hanya pada orang dewasa tetapi juga dialami oleh anak-anak. Oral hygiene yang buruk dapat menjadi salah satu faktor resiko terjadinya karies. Di dunia 60-90% anak sekolah mengalami karies (WHO,2011). Di Indonesia 28,9% anak Indonesia usia 5-9 tahun mengalami masalah gigi dan mulut (Riskesdas,2013), sedangkan di provinsi Sumatera Barat menunjukkan 23,5% anak usia 5-9 tahun mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut (Riskesdas Sumatera Barat,2013). Salah satu faktor penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak adalah faktor perilaku, hal ini ditunjukkan dengan anak-anak yang mengabaikan kesehatan gigi dan mulut. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. Perilaku memegang peran penting dalam mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut. Oleh karena itu, perilaku dapat mempengaruhi baik buruknya kebersihan gigi dan mulut, termasuk mempengaruhi angka kejadian karies ( Widayati,2014). Sebagian besar anak-anak tidak menyadari dan tidak tahu pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut dikarenakan anak-anak masih sangat bergantung pada orang tua dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Dalam perubahan perilaku terdapat tiga domain penting meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku mulai terbentuk dari pengetahuan, kemudian pengetahuan menstimulus perubahan sikap dan tindakan (Maulana, 2007). Berdasarkan penelitian Hastuti (2010) pada anak SD di Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali pengetahuan anak tentang kesehatan gigi berada pada tingkatan buruk dan kurang dan hasil penelitian Afif Hamdalah (2013) pada siswa

3 SDN 2 Patrang Kabupaten jember tentang pengetahuan siswa mengenai kesehatan gigi hanya 11,54% responden memiliki pengetahuan tinggi. Pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang rendah pada anak merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya karies. Pengetahuan anak tentang karies berhubungan dengan terjadinya penyakit karies. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk peningkatan pengetahuan anak tentang kesehatan gigi dan mulut agar dapat mengendalikan tingginya karies pada anak. Salah satu upaya meningkatkan pengetahuan dan mencegah masalah kesehatan gigi dan mulut pada anak adalah dengan upaya preventif dengan cara memberikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut melalui penyuluhan (Nurhidayat dkk.,2012). Salah satu sasaran dari penyuluhan kesehatan gigi dan mulut adalah anakanak usia 8-11 tahun yang duduk di bangku kelas 3-5 Sekolah Dasar. Usia tersebut merupakan usia kritis terhadap terjadinya karies gigi permanen, karena masa transisi pergantian gigi susu ke gigi permanen diawali pada usia tersebut. Anak-anak juga cenderung mengkonsumsi makanan kariogenik seperti coklat, permen, dan kue-kue yang lengket, jika dikonsumsi berulang bisa mengakibatkan kerusakan pada gigi anak (Nurhidayat dkk.,2012).dengan diberikannya penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut pada usia tersebut anak-anak mengerti untuk menjaga kesehatan gigi agar tetap berfungsi dengan baik sampai usia tua. Anak-anak sebagai sasaran penyuluhan memiliki karakteristik tertentu sesuai dengan usia dan perkembangan kognitifnya. Anak usia 7-11 tahun berada pada tahap perkembangan operasional konkrit, yang sudah bisa menggunakan

4 penalaran, memecahkan masalah nyata (konkret), dan memahami sebab akibat (Papalia dkk,2013). Sehingga metode, pendekatan, dan media yang digunakan untuk membantu proses pendidikan pada anak harus disesuaikan supaya apa yang disampaikan dapat diterima secara efektif dan penerima memahami materi pendidikan. Metode penyuluhan dapat digunakan sebagai alat, strategi, dan motivasi peserta didik agar dapat dengan cepat menerima informasi. Terdapat berbagai metode untuk penyuluhan kesehatan diantaranya metode bermain peran (Setiawati dkk, 2008), dan metode dongeng (Mancoro, 2015). Dongeng adalah cerita fiktif sederhana yang tidak benar-benar terjadi yang berfungsi untuk mendidik juga menghibur (Ashlee,2012). Metode bercerita ini sangat berpengaruh dan disukai dalam pengajaran terhadap anak. Berdasarkan penelitian Mehrdad Ghaffari Targhi (2015) pada siswa SD dijelaskan bahwa metode dongeng memiliki efek yang lebih signifikan dibandingkan dengan metode ceramah terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan praktek dalam pendidikan kesehatan gigi dan mulut. Hasil penelitian Raafi ud Darajat (2012) pada siswa SD penggunaan metode dongeng dapat meningkatkan pengetahuan 61% siswa yang mengikuti penyuluhan. Bermain merupakan suatu kegiatan dengan atau tanpa menggunakan sesuatu dimana diberikan kesenangan, informasi, dan imajinasi terhadap sesuatu tersebut (Sumantri dkk.,2012). Hasil penelitian oleh Makuch (2001) pada anakanak SD di Inggris menunjukkan bahwa metode bermain telah menjadi pelopor kesehatan dalam promosi kesehatan gigi dan mulut. Salah satu metode bermain

5 yaitu metode bermain peran. Berdasarkan penelitian Shilpa dan Swamy (2015) pada siswa Sekolah Dasar bermain peran merupakan strategi pendidikan yang efektif dalam menanamkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak Sekolah Dasar. Hasil penelitian Astuti (2014) pada anak SD metode bermain peran (Role Play) lebih efektif dibandingkan dengan metode dongeng (Storytelling) dalam meningkatkan prestasi siswa Sekolah dasar. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2015 menunjukkan Puskesmas Andalas dengan kasus karies terbanyak yaitu 662 kasus karies dari dua puluh dua puskesmas di kota Padang. Hasil screening Puskesmas Andalas pada seluruh sekolah binaan Puskesmas Andalas menunjukkan SDN 22 Andalas Padang memiliki angka kejadian karies tertinggi yaitu sebanyak 50 kasus. Anak-anak kelas 3 Sekolah Dasar berada pada masa transisi tumbuh kembang gigi dan perkembangan kognitif operasional konkret, masa ini disebut perkembangan intelektual dan pada usia ini daya ingatan anak mencapai intensitas terbesar, terbaik, dan terkuat (Papalia dkk,2013) dan siswa kelas 3 Sekolah Dasar umumnya masih menggunakan kurikulum 2006 sedangkan kelas 4 Sekolah Dasar sudah menggunakan kurikulum 2013. Sejauh yang peneliti ketahui belum ada penelitian yang serupa dengan yang akan peneliti lakukan. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti perbandingan efektifitas penyuluhan kesehatan gigi dan mulut metode dongeng (storytelling) dengan metode bermain peran (role play) pada siswa kelas 3 SD.

6 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu apakah terdapat perbedaan efektifitas penyuluhan kesehatan gigi dengan metode dongeng (storytelling) dan metode bermain peran (role play). 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui perbandingan efektifitas penyuluhan kesehatan gigi dengan metode dongeng (storytelling) dengan metode bermain peran (role play) pada siswa kelas 3 Sekolah Dasar. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui pengetahuan siswa kelas 3 sekolah dasar tentang kesehatan gigi sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan kesehatan gigi menggunakan metode dongeng (storytelling) 2. Untuk mengetahui perubahan pengetahuan siswa kelas 3 sekolah dasar tentang kesehatan gigi sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan kesehatan gigi menggunakan metode bermain peran (role play). 3. Untuk mengetahui perbandingan pengetahuan siswa kelas 3 sekolah dasar tentang kesehatan gigi dan mulut sebelum dan setelah dilakukannya penyuluhan menggunakan metode dongeng (storytelling) dengan metode bermain peran (role play)

7 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat : 1. Bagi peneliti Dengan melaksanakan penelitian ini, peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menganalisa pemecahan masalah yang berhubungan dengan pemberian penyuluhan kesehatan gigi pada siswa sekolah dasar guna meningkatkan pengetahuan siswa tentang kesehatan gigi, agar dapat mengurangi prevalensi karies pada anak. 2. Bagi siswa a. Memberikan informasi pada siswa tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi. b. Bertambahnya pengetahuan kesehatan gigi pada siswa ke arah yang lebih baik, sehingga dapat memperbaiki status kesehatan giginya. 3. Bagi pihak sekolah a. Hasil penelitian ini bisa menjadi tambahan informasi dan pengetahuan bagi guru dan pihak sekolah tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi agar terhindar dari penyakit karies. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk lebih mendukung dan meningkatkan kegiatan UKGS di sekolah 4. Bagi masyarakat Sebagai informasi pentingnya memelihara kesehatan gigi pada anak sehingga terciptanya perubahan pengetahuan kesehatan gigi yang lebih baik.

8 5. Bagi peneliti lain Sebagai bahan masukan dalam pengembanganpenyuluhan kesehatan gigi sehingga penggunaan metode-metode penyuluhan kesehatan dapat lebih dikembangkan. 6. Bagi institusi kesehatan Sebagai alternatif metode penyuluhan dalam program UKGS di sekolah binaan puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbandingan pengaruh metode dongeng (storytelling) dengan metode bermain peran (role play) sebagai metode penyuluhan kesehatan gigi pada siswa kelas 3 di Sekolah Dasar. Perubahan ini dapat dilihat dalam bentuk peningkatan pengetahuan siswa tentang kesehatan gigi dan mulut.