Drs. H. Dadang Solihin, MA Direktur Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Bappenas. (Todaro: the three objectives of development)

dokumen-dokumen yang mirip
Musrenbang. Musrenbang Desa/Kelurahan, Kecamatan dilaksanakan sebelum Musrenbang Kabupaten dan Kota. Musrenbang Daerah Kabupaten/Kota

PP No 39/2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

HAMBATAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN MYRNA SUKMARATRI ST., MT.

Strategi perencanaan pembangunan nasional by Firdawsyi nuzula

TELAAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH: UPAYA MEMPERKUAT PERAN DPRD DALAM PEMBANGUNAN TEGUH KURNIAWAN, M.SC FISIP UI.

UNDANG-UNDANG NO 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

02/11/2012. Disampaikan Pada: Bimtek Penyusunan RKPD Kabupaten Situbondo 2 4 Mei 2012

Alur Perencanaan dan Penganggaran

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Manajemen Pembangunan

MANAJEMEN KEUANGAN BANDI. 11/26/2013 Bandi, 2013 MKN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

Artikel Perencanaan Pembangunan Daerah Karya : Said Zainal Abidin BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 3 TAHUN : 2006

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang-

BAB I PENDAHULUAN I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

BAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

- 1 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar

Pembangunan Nasional dan Daerah

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI GORONTALO

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

Pemerintah Kota Bengkulu BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II ASAS DAN TUJUAN

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (SPPN) Ekonomika Terapan

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN

SUMBER HUKUM UTAMA PERENCANAAN DI INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Jangka Panjang dan Menengah) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang 2016

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATACARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Tahun 2010 Nomor: 8

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2006 SERI : E.4

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1

Transkripsi:

BAPPENAS Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah Drs. H. Dadang Solihin, MA Direktur Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah Bappenas Lokakarya oaayapenyusunan Rencana apembangunan a Daerah a Kampus IPDN Jatinangor, 26 November 2008 2 Materi Tujuan Pembangunan Pembangunan Daerah Pergeseran Paradigma: From Government to Governance BerbagaiPengertian tentang Perencanaan Kegagalan Perencanaan Bias bias dalam Perencanaan Pembangunan nan Sistem Perencanaan yang Berhasil Sistem Perencanaan Pembangunan l(sppn) Apa Tujuan Pembangunan? (Todaro: the three objectives of development) 1. Peningkatan standar hidup (levels of living) setiap orang, baik pendapatannya, p tingkat konsumsi pangan, sandang, papan, pelayanan kesehatan, pendidikan, dll. 2. Penciptaan berbagai kondisi yang memungkinkan tumbuhnya rasa percaya diri (self esteem) setiap orang. 3. Peningkatan kebebasan (freedom/democracy) setiap orang. 3 4

How? 1. Mengurangi disparitas atau ketimpanganpembangunan pembangunan antar daerah antar sub bdaerah antar warga masyarakat (pemerataan dan keadilan). 2. Memberdayakan masyarakat ktdan mengentaskan kemiskinan. ki 3. Menciptakan atau menambah lapangan kerja. 4. Meningkatkan k pendapatan dan kesejahteraan masyarakat daerah. 5. Mempertahankan atau menjaga kelestarian kl sumber daya alam agar bermanfaat bagi generasi sekarang dan generasi masa datang (berkelanjutan). Pembangunan Daerah (1) Pembangunan daerah pada hakekatnya adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu kemampuanyang andal dan profesional dalam: memberikanpelayanan kepada masyarakat, mengelola sumber daya ekonomi daerah. 5 6 Pembangunan Daerah (2) Pembangunan Daerah (3) Pembangunan daerah juga merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat di seluruh daerah sehingga: tercipta t suatu lingkungan yang memungkinkan k masyarakat kt untuk menikmati kualitas kehidupan yang lebih baik, maju, dan tenteram, memperluas pilihan yang dapat dilakukan masyarakat bagi peningkatan harkat, martabat, dan harga diri. Pembangunan daerah dilaksanakan melalui penguatan otonomi daerah dan pengelolaan sumber daya yang mengarah pada terwujudnya tata kepemerintahan yang baik (good governance). Pelaksanaanpembangunan daerah yang baik hanya dapat dilakukan apabila terjadi keseimbangan peran dari tiga pilar, yaitu: pemerintah, dunia usaha swasta, dan masyarakat. 7 8

Pembangunan Daerah (4) Pergeseran Paradigma: From Government to Governance Pemerintahan (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) memainkan peran yang menjalankan dan menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif bagi unsur unsur lain. Peran dunia usaha swasta adalah mewujudkan penciptaan lapangankerja dan pendapatan. Masyarakat berperan dalam penciptaan interaksi sosial, ekonomi dan politik. Government Memberikan hak ekslusif bagi negara untuk mengatur hal-hal publik, Aktor di luarnya hanya dapat disertakan sejauh negara mengijinkannya. gj Governance Persoalan-persoalan publik adalah urusan bersama pemerintah, civil society dan dunia usaha sebagai tiga aktor utama. 9 10 Pelaku Pembangunan: Paradigma Governance Pelaku Pembangunan: Stakeholders Interaksi antara Pemerintah, Dunia Usaha Swasta, dan Masyarakat yang bersendikan transparansi, akuntabilitas, partisipatif, ii ifdb dsb. Dunia Usaha Swasta Kontrol Nilai Pertumbuhan Tenaga Kerja Pemerintah Pasar Kontrol Redistibusi Melalui Pelayanan Masyarakat Apabila sendi sendi tersebut dipenuhi, maka Governance akan Good. 11 STATE Executive Judiciary Legislature Public service Military Police CITIZENS organized into: Community-based organizations Non-governmental organizations Professional Associations Religious groups Women s groups Media BUSINESS Small / medium / large enterprises Multinational Corporations Financial institutions Stock exchange 12

Troika: Pola Hubungan antara Pemerintah, Dunia Usaha Swasta, dan Masyarakat Ternyata Pemerintah hmasih ihdiperlukan Masyarakat, Bangsa, dan Negara Masyarakat Pemerintah VISI Good Governance Dunia Usaha 13 14 Permasalahan Pembangunan Daerah (1) Permasalahan Pembangunan Daerah (2) 1. Pembangunan Ekonomi Meningkatnya pengangguran dan kemiskinan Menurunnya fungsi intermediasi perbankan untuk mengembangkan sektor riil Pola persebaran investasi iuntuk PMA dan PMDN secara nasional belum merata dan menunjukkan ketimpangan yang cukup tinggi antarwilayah 2. Pembangunan Sosial Menurunnya kemampuanpemerintahdalampelayanan pemerintah pelayananpelayanan sosial dasar (pendidikan, kesehatan dan gizi). 3. Pembangunan Prasarana Wilayah Terbatasnya tingkat pelayanan jaringan transportasi antar dan intra wilayah. Menurunnya kapasitas pemerintah daerah dalam pengaturan dan pengelolaan infrastruktur. Menurunnya kapasitas dan ketersediaan sumberdaya tenaga listrik. Meningkatnya masalah kelangkaan air bersih dan air minum. Menurunnya kapasitas pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan infrastruktur. 15 16

Permasalahan Pembangunan Daerah (3) Permasalahan Pembangunan Daerah (4) 4. Pembangunan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Menurunnya kualitas permukiman (kemacetan, kawasan kumuh, pencemaran lingkungan (i (air, udara, suara, sampah). Berkurangnya ruang publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di wilayah perkotaan. Alihfungsi lahan pertanian produktif menjadi lahan permukiman secara signifikan. Pembangunan SDA dan LH (lanjutan) Meningkatnya urbanisasi dan aglomerasi perkotaan. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) belum sepenuhnya menjadi acuan dalam pemanfaatan ruang dan fokus hanya pada Perencanaan. Penurunan luas kawasan Hutan Tropis dan kawasan resapan air, serta meningkatnya DAS kritis. Kejadian bencana alam gempa, banjir dan longsor yang frekuensinya meningkat dan dampaknya semakin meluas, terutama pada kawasan yang berfungsi lindung. 17 18 Permasalahan Pembangunan Daerah (5) Definisi Perencanaan 4. Permasalahan Khusus Lemahnya daya saing investasi Pembangunan daerah tertinggal belum ditangani secara terpadu antar sektor dan antara pemerintah, masyarakat, dandunia dunia usaha Pemekaran daerah yang belum mampu menyejahterakan masyarakat Rendahnya proses pembangunan dan penguatan stabilitas keamanandi daerah perbatasan negara. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat melalui serangkaian pilihan pilihan. Menentukan : Menemukan (mengungkapkan dan meyakinkan). Tindakan : Spesifik dan berkaitan dengan persoalan pelaksanaan Tepat : Dikaitkan dengan tindakan Pilihan pilihan : 1. Pemilihan tujuan dan kriteria 2. Identifikasi seperangkat alternatif yang konsisten dengan preskripsi dengan pemilihan alternatif yang memungkinkan 3. Arahan tindakan mengenai tujuan yang telah ditentukan 19 20

Syarat Perencanaan Syarat Perencanaan... Harus memiliki, mengetahui, dan memperhitungkan: 1. Tujuan akhir yang dikehendaki. 2. Sasaran sasaran dan prioritas untuk mewujudkannya (yang mencerminkan pemilihan dari berbagai alternatif). 3. Jangka waktu mencapai sasaran sasaran tersebut. 4. Masalah masalah yang dihadapi. 5. Modal atau sumber daya yang akan digunakan serta pengalokasiannya. Faktual dan Realistis Logis dan Rasional Fleksibel Komitmen Komprehensif atau menyeluruh 6. kebijakan kebijakan untuk melaksanakannya. 7. Orang, organisasi, atau badan pelaksananya. 8. Mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengawasan pelaksanaannya. 21 22 Fungsi/Manfaat Perencanaan Sebagai penuntun arah Minimalisasi ketidakpastian Minimalisasi inefisiensi sumberdaya Penetapan standar dan pengawasan kualitas Kegagalan Perencanaan K l P 23 24

Kegagalan Perencanaan (1) Kegagalan Perencanaan (2) 1. Penyusunan perencanaan tidak tepat, mungkin karena: informasinya kurang lengkap, metodologinya belum dikuasai, perencanaannya tidak realistis i sehingga tidak mungkin pernah bisa terlaksana pengaruh politis terlalu besar sehingga pertimbangan pertimbangan teknis perencanaan diabaikan. 2. Perencanaannya mungkin baik, tetapi pelaksanaannya tidak seperti seharusnya. kegagalan terjadi karena tidak berkaitnya perencanaan dengan pelaksanaannya. aparat pelaksana tidak siap atau tidak kompeten, masyarakat tidak punya kesempatan berpartisipasi sehingga tidak mendukungnya. 25 26 Kegagalan Perencanaan (3) Kegagalan Perencanaan (4) 3. Perencanaan mengikuti paradigma yang ternyata tidak sesuai dengan kondisi idan perkembangan serta tidak dapat mengatasi masalah mendasar negara berkembang. Misalnya, orientasi sematamata pada pertumbuhan yang menyebabkan makin melebarnya kesenjangan. Dengan demikian, yang keliru bukan semata mata perencanaannya, tetapi falsafah atau konsep dibalik perencanaan itu. 4. Karena perencanaan diartikan sebagai pengaturan total kehidupan manusia sampai yang paling kecil sekalipun. Perencanaandi sini tidakmemberikankesempatan kesempatan berkembangnya prakarsa individu dan pengembangan kapasitas serta potensi masyarakat secara penuh. Sistem ini bertentangan dengan hukum penawaran danpermintaan karena pemerintah mengatur semuanya. Perencanaan seperti inilah yang disebut sebagai sistem perencanaan terpusat (centrally planned system). 27 28

Bias Bias dalam Perencanaan Pembangunan (1) Bias bias dalam Perencanaan Pembangunan Bias pertama Adanya kecenderungan berpikir bahwa: dimensi rasional dari pembangunan lebih penting dari dimensi moralnya, dimensi material a lebih penting daripada dimensi kelembagaannya, dan dimensi ekonomi lebih penting dari dimensi sosialnya. Akibat dari anggapan itu ialah alokasi sumber daya pembangunan diprioritaskan menurut jalan pikiran yang demikian. 29 30 Bias Bias dalam Perencanaan Pembangunan (2) Bias Bias dalam Perencanaan Pembangunan (3) Bias kedua Pendekatan pembangunan yang berasal dari atas lebih sempurna daripada pengalaman dan aspirasi pembangunan di tingkat bawah (grass root). Akibatnya kebijakan pembangunan menjadi kurang efektif karena kurang mempertimbangkan kondisi yang nyata dan hidup di masyarakat. Bias ketiga Pembangunan masyarakatbanyak di tingkat bawah lebih memerlukan bantuan material daripada keterampilan teknis dan manajerial. Anggapan ini sering mengakibatkan pemborosan sumber daya dan dana, karena: kurang mempersiapkan keterampilan teknis dan manajerial dalam pengembangan sumber daya manusia, dan mengakibatkan makin tertinggalnya masyarakat di lapisan bawah. 31 32

Bias Bias dalam Perencanaan Pembangunan (4) Bias Bias dalam Perencanaan Pembangunan (5) Bias keempat Teknologi yang diperkenalkan dari atas selalu jauh lebih ampuh daripada teknologi yang berasal dari masyarakat itu sendiri. Anggapan demikian dapat menyebabkan pendekatan pembangunan yang: terlalu memaksa dan menyamaratakan teknologi tertentu untuk seluruh kawasan pembangunan di tanah air yang sangat luasdanberagamtahap perkembangannya ini. pendekatan pembangunan terlalu mengabaikan potensi teknologi tradisional yang dengan sedikit penyempurnaan dan pembaharuan mungkin lebih efisien danlebih efektif untuk dimanfaatkan dibandingkan dengan teknologi impor. Bias kelima Lembaga lembaga yang telah berkembang di kalangan rakyat cenderung tidak efisien dan kurang efektif bahkan menghambat proses pembangunan. Anggapan ini membuat lembaga lembaga masyarakat di lapisanbawah kurang dimanfaatkandandan kurang ada ikhtiar untuk memperbaharui, memperkuat serta memberdayakannya. Bahkan justru terdapat kecenderungan untuk memperkenalkan lembaga lembaga baru yang asing dan tidak selalu sejalan dengan nilai dan norma masyarakat. 33 34 Bias Bias dalam Perencanaan Pembangunan (6) Bias Bias dalam Perencanaan Pembangunan (7) Bias keenam Masyarakat di lapisan bawah tidak tahu apa yang diperlukannya atau bagaimanamemperbaikinasibnyamemperbaiki nasibnya. Oleh karena itu, mereka harus dituntun dan diberi petunjuk dan tidak perlu dilibatkan dalam perencanaan meskipun yang menyangkut dirinya sendiri. Akibat dari anggapan ini banyak proyek proyek pembangunan yang ditujukan untuk rakyat, tetapi salah alamat, tidak memecahkan masalah, dan bahkan merugikan rakyat. Biasini ini melihat masyarakatsebagaisebagai objek dan bukan subjek pembangunan. Bias ketujuh Orangmiskinadalahmiskinkarena adalah karena bodoh dan malas. Dengan demikian, cara menanganinya haruslah bersifat paternalistik seperti memperlakukan orang bodoh dan malas, dan bukan dengan memberi ikepercayaan. Dengan anggapan demikian masalah kemiskinan dipandang lebih sebagai usaha sosial (charity) dan bukan usaha penguatan ekonomi. 35 36

Bias Bias dalam Perencanaan Pembangunan (8) Bias kedelapan kdl Ukuran efisiensi pembangunan yang salah diterapkan, misalnya ICOR, diartikan bahwa investasi harus selalu diarahkan pada yang segera menghasilkan bagi pertumbuhan. Padahalupaya pemberdayaan masyarakat, akan menghasilkan pertumbuhan, bahkan merupakan sumber pertumbuhan yang lebih lestari (sustainable), tetapi umumnyadalam kerangka waktu (time frame) yang lebih panjang. Anggapan yang demikian beranjak dari konsep pembangunan yang sangat bersifat teknis dan tidak dk memahami sisi sisi sosial budaya dari pembangunan dan potensi yang ada pada rakyat sebagai kekuatan pembangunan. 37 Bias Bias dalam Perencanaan Pembangunan (9) Bias kesembilan Sektor pertanian dan perdesaan adalah sektor tradisional, kurang produktif, dan memilikimasamasa investasi yang panjang, karena itu kurang menarik untuk melakukan investasi modal besar besaran di sektor itu. Olehkarenanya karenanya, bermitra dengan petani dan usaha kecil di sektor pertanian dan perdesaan dipandang tidak menguntungkan dan memiliki risiko tinggi. Anggapan ini juga telah mengakibatkan prasangka dan menghambat upaya untuk secara sungguh sungguh membangun usaha pertanian dan usaha kecil di perdesaan. 38 Bias Bias dalam Perencanaan Pembangunan (10) Bias kesepuluh Kegiatan investasi makin cenderung terpusat di perkotaan, di sektor industri yang justru banyak disubsidi dan diproteksi, yang akibatnya juga mendorong urbanisasi. i Pengalaman Taiwan dan Jepang menunjukkan bahwa investasi di wilayah perdesaan dapat meningkatkan pertumbuhan dan sekaligus pemerataan yang menyebabkan ekonominya menjadi kukuh. Sistem Perencanaan yang Berhasil Sistem perencanaan yang mendorong berkembangnya mekanisme pasar dan peran serta masyarakat. Dalam sistem ini perencanaan dilakukan dengan menentukan sasaran sasaran secara garis besar, baik di bidang sosial maupun ekonomi, dan pelaku utamanya adalah masyarakat dan usaha swasta. 39 40

Perencanaan yang Ideal Prinsip partisipatif: masyarakat yang akan memperoleh manfaat dari perencanaan harus turut serta dalam prosesnya. Prinsip kesinambungan: perencanaan tidak hanya berhenti pada satu tahap; th tetapi tt iharus berlanjut sehingga menjamin adanya kemajuan terus menerus dalam kesejahteraan, dan jangan sampai terjadi kemunduran. Prinsip holistik: masalah dalam perencanaan dan pelaksanaannya tidak dapat hanya dilihat dari satu sisi (atau sektor) tetapi harus dilihat dari berbagai aspek, dan dalam keutuhan konsep secara keseluruhan. Mengandung sistem yang dapat berkembang (a learning andadaptive adaptive system). Terbuka dan demokratis (a pluralistic social setting). Sistem Perencanaan Pembangunan (SPPN) 41 42 AMANDEMEN KEEMPAT UUD NKRI 1945 UU 23/2003 tentang Pemilihan Presiden Latar Belakang REFORMASI PEMERINTAHAN DAERAH UU 32 /2004 tentang Pemerintah hdaerah REFORMASI PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA UU 17/2003 tentang Keuangan Negara UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara Tidak ada GBHN Pemilihan Presiden secara langsung Pemilihan Kepala Daerah secara demokratis Mengamanatkan CaPres menyampaikan Visi, Misi, Program Desentralisasi dan otonomi daerah Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung Penyusunan RAPBN berpedoman pada RKP Penyusunan RAPBD berpedoman pada RKPD UU15/2004 tentang t Pemeriksaan dan Tanggungjawab bkeuangan Negara Landasan Filosofis Cita cita sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD NKRI Tahun 1945 adalah berkehidupan kebangsaan yang bebas, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur; Tj Tujuan ldengan dibentuknya pemerintahan adalah dlhuntuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia; Tugas Pokok Setelah Kemerdekaan adalah menjaga kemerdekaan serta mengisinya dengan pembangunan yang berkeadilan dan demokratis yang dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan; Agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran maka diperlukan perencanaan pembangunan. 43 44

Apa itu SPPN SPPN adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah. Asas SPPN 1) Pembangunan nasional diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional. 2) Perencanaan pembangunan nasional disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan. 3) SPPN diselenggarakan berdasarkan asas umum penyelenggaraan negara : Asas kepastian hukum Asas tertib penyelenggaraan negara Asas kepentingan umum Asas keterbukaan Asas proporsionalitas Asas profesionalitas Asas akuntabilitas 45 46 Tujuan SPPN Mendukung koordinasi antar-pelaku pembangunan. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar-daerah, antar-ruang, antar-waktu, antar-fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. 47 Tahapan Perencanaan 1. Penyusunan Rencana Rancangan Rencana Pembangunan / Daerah Rancangan Rencana Kerja Dep/Lembaga/ SKPD Musyawarah Perencanaan Pembangunan Rancangan Akhir Rencana Pembangunan 2. Penetapan Rencana RPJP Nas dgn UU dan RPJP Daerah dgn Perda RPJM dengan Peraturan Presiden / Kepala Daerah RKP / RKPD dengan Peraturan Presiden / Kepala Daerah 48

Tahapan Perencanaan 3. Pengendalian Pelaksanaan Rencana Dilakukan oleh masing-masing pimpinan SKPD. Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan SKPD sesuai dengan tugas dan kewenangannya. 4. Evaluasi Pelaksanaan Rencana Kepala SKPD melakukan evaluasi pelaksanaan rencana a pembangunan a SKPD periode sebelumnya. Kepala Bappeda menyusun evaluasi rencana pembangunan berdasarkan hasil evaluasi pimpinan i SKPD. Hasil evaluasi menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan daerah untuk periode berikutnya. Sumber: UU25/2004 49 Proses Perencanaan Pendekatan Politik: Pemilihan Presiden/Kepala Daerah menghasilkan rencana pembangunan hasil proses politik (public choice theory of planning), khususnya penjabaran Visi dan Misi dalam RPJM/D. Proses Teknokratik: Menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. Partisipatif: Dilaksanakan dengan melibatkan seluruh stakeholders, antara lain melalui Musrenbang. Proses top-down dan bottom-up: Dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. 50 Ruang Lingkup Perencanaan Alur Perencanaan dan Penganggaran NASIONAL DAERAH Dokumen Penetapan Dokumen Penetapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang UU (Ps. 13 Ayat 1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Perda (Ps. 13 Ayat 2) (RPJP-) (RPJP-Daerah) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Per Pres (Ps. 19 Ayat 1) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Peraturan KDH (Ps. 19 Ayat 3) (RPJM-Daerah) (RPJM-) Renstra Kementerian / Lembaga (Renstra KL) Peraturan Pimpinan KL Renstra Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra Peraturan Pimpinan SKPD (Ps. 19 Ayat 2) SKPD) (Ps. 19 Ayat 4) Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Per Pres (Ps. 26 Ayat 1) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Peraturan KDH (Ps. 26 Ayat 2) Rencana Kerja Kementerian / Lembaga (Renja KL) Peraturan Pimpinan KL (Ps. 21 Ayat 1) Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Peraturan Pimpinan SKPD ( Ps. 21 Ayat 3) 51 Diacu 20 Tahunan 5 Tahunan Tahunan RPJP RPJP Daerah Diperhatikan Renstra Renja - Rincian i RKA-KL KL KL APBN RPJM RPJM Daerah Dijabar kan Dijabar kan Diacu Diacu RKP RKP Daerah RAPBN Diserasikan melalui Musrenbang RAPBD APBN APBD Renstra Renja - RKA - Rincian SKPD SKPD SKPD APBD UU SPPN UU KN Pemerin ntah Pusat Pe emerintah D aerah 52

Isi RPJP Mekanisme Penyusunan RPJP Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) <Satu Tahun Sebelum Berakhir RPJP yang Berlaku> NASIONAL Penjabaran Tujuan ke dalam: Visi dan Penjabarannya; Misi; Arah Pembangunan Kewilayahan Sarana Prasarana Bidang Kehidupan DAERAH Mengacu pada RPJP dan memuat: Visi dan Penjabarannya; Misi; Arah Pembangunan Daerah Kewilayahan Sarana Prasarana Urusan Wajib Urusan Pilihan DPR Presiden nteri PPN Men enggara gara Penyele Neg Evaluasi RPJP(-1) Pemikiran Visioner Dihimpun dan Dikaji Rancangan Awal RPJP Musrenbang Jangka Panjang Rancangan Akhir RPJP Nas Diajukan sebagai RUU RPJP Inisiatif Pemerintah Ditetapkan Dengan Undang- Undang RPJP Aspirasi Evaluasi Pemikiran Pemangku Acuan bagi RPJP(-1) Visioner Kepentingan RPJP Daerah 53 kat Masyarak Evaluasi RPJP(-1) Pemikiran Visioner Aspirasi Pemangku Kepentingan 54 LangkahPenyusunan RPJPD Visi, misi, dan arah pembangunan Daerah Mengacu pada RPJP. Rancangan RPJPD Proses Teknokratik oleh Bappeda Musrenbang RPJPD Bahan Rancangan RPJP Melibatkan lb Masyarakat Penyusunan Rancangan Akhir Oleh Bappeda Penetapan Rancangan RPJPD menjadi Perda Oleh DPRD RPJM NASIONAL Penjabaran visi, misi, program Presiden; Berpedoman pada RPJP 1. Strategi Pembangunan 2. Kebijakan Umum 3. Kerangka Ekonomi Makro 4. Program program Kementerian, Lintas kementerian, Kewilayahan, dan Lintas kewilayahan yang memuat kegiatan pokok dalam: Kerangka Regulasi Kerangka Anggaran Isi RPJM RPJM DAERAH Penjabaran visi, misi, program Kepala Daerah; Berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM 1. Strategi Pembangunan Daerah 2. Kebijakan Umum 3. Arah Kebijakan Keuangan Daerah 4. Program program SKPD, Lintas SKPD, Kewilayahan, Lintas kewilayahan yang memuat kegiatan pokok dalam: Kerangka Regulasi Kerangka Anggaran 55 56

t Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Presiden Dilantik 2 bulan 3 bulan Langkah Penyusunan RPJMD Presiden erian Kemente PPN Kem menterian / Le embaga RPJP Data Keuangan Moneter, Statistik, dan Data Sektoral Perencanaan Teknokratik Rancangan Awal RPJM Sidang Kabinet Rancangan RPJM Rancangan Renstra - KL Musrenbang Jangka Menengah Sidang Kabinet Rancangan Akhir RPJM Ditetapkan dengan Peraturan Presiden RPJM Penyesuaian Renstra -KL Indikator (1) Visi, Misi, Program Kepala Daerah Terpilih Bappeda menyusun (2) Rancangan Awal SKPD Menyusun Renstra SKPD RPJMD (3) Program SKPD a) Visi,Misi Kepala Daerah b) Strategi Pembangunan Daerah c) Kebijakan Umum d) Kerangka Ekonomi Daerah (4) Bappeda menyelenggarakan e) Program SKPD MUSRENBANG RPJMD Bappeda menyusun Rancangan Akhir RPJMD (5) Penetapan RPJMD Masyarakat Visi, Misi, Program CaPres Aspirasi Masyarakat yg Teramati Pemilu Visi, Misi, Program Presiden Terpilih Pemangku Kepentingan Pembangunan a) Visi, Misi Kepala Daerah b) Strategi Pembangunan Daerah c) Kebijakan Umum d) Kerangka Ekonomi Daerah e) Program SKPD (6) (7) Digunakan sebagai pedoman penyusunan Rancangan RKPD 57 58 Isi Renstra KL & Renstra SKPD Renstra-KL Berpedoman pada RPJM Isi: 1. Visi-Misi 2. Tujuan, Strategi, dan Kebijakan 3. Program-program 4. Kegiatan Indikatif Renstra-SKPD Berpedoman pada RPJM Daerah Isi: 1. Visi-Misi 2. Tujuan, Strategi, dan Kebijakan 3. Program-program 4. Kegiatan Indikatif Isi RKP/D RKP RKP Daerah Penjabaran RPJM Penjabaran RPJM Daerah; Mengacu pada RKP 1. Prioritas Pembangunan 1. Prioritas Pembangunan Daerah 2. Rancangan Kerangka Ekonomi 2. Rancangan Kerangka Ekonomi Makro Daerah Makro 3. Arah Kebijakan Keuangan Daerah 3. Arah Kebijakan Fiskal 4. Program program Kementerian, Lintas kementerian, Kewilayahan, dan Lintas kewilayahan yang memuat kegiatan dalam: Kerangka Regulasi Kerangka Anggaran 4. Program program SKPD, Lintas SKPD, Kewilayahan, Lintas kewilayahan yang memuat kegiatan dalam: Kerangka Regulasi Kerangka Anggaran 59 60

Isi Renja KL & Renja SKPD Mekanisme Penyusunan RKP Renja-KL Penjabaran Renstra KL Isi: 1. Kebijakan KL 2. Program dan Kegiatan Pembangunan Dilaksanakan Pemerintah Mendorong Partisipasi Masyarakat Renja-SKPD Penjabaran Renstra RKPD Isi: 1. Kebijakan SKPD 2. Program dan Kegiatan Pembangunan Dilaksanakan Pemerintah Mendorong Partisipasi Masyarakat 61 62 (8) Langkah Penyusunan RKPD Bappeda menyusun Rancangan Awal RKPD a) Prioritas Pembangunan Daerah b) Kebijakan Umum c) Kerangka Ekonomi Daerah Pagu Indikatif d) Program SKPD Rancangan Akhir RKPD a) Prioritas Pembangunan b) Kebijakan Umum c) Kerangka Ekonomi Daerah d) Program SKPD (15) Penetapan RKPD Sebagai pedoman penyusunan Rancangan APBD Mei (9) (10) (11.a) (14) SKPD Menyusun Renja SKPD Program SKPD MUSRENBANG Desa/Kelurahan/Kecamatan (11.b) MUSRENBANG Kab/Kota a. Sinkronisasi Program SKPD b. Harmonisasi Dekon dan TP (12) MUSRENBANG Prov Sbg Wakil Pemerintah Pusat a. Harmonisasi Dekon dan TP (13) Bappenas menyelenggarakan (4) MUSRENBANGNAS a. Sinkronisasi Program KL/SKPD b. Harmonisasi Dekon dan TP Maret April April 63 Pengendalian dan Evaluasi (1) Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dilakukan oleh masing masing pimpinan kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah. Menteri/Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaanrencana pembangunan dari masing masing pimpinan kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya. 64

Pengendalian dan Evaluasi (2) Pimpinan i kementerian/lembaga/kepala /K l SKPD melakukan lkk evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan kementerian/lembaga/skpd / periode sebelumnya. Menteri/Kepala Bappeda menyusun evaluasi rencana pembangunan berdasarkan hasil evaluasi pimpinan kementerian/lembaga/skpd. /SKPD Hasil evaluasi menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan nasional/daerahuntuk periode berikutnya. TERIMA KASIH 65 Dadang Solihin s Profile DadangSolihin currently is Director for Regional Development Performance Evaluation at Indonesian National Development Planning Agency (Bappenas). He holds MA degree in Economics from University of Colorado, USA. His previous post is Director for System and Reporting of Development Performance Evaluation at Bappenas. Beside working as Assistant Professor at Graduate School of Asia Pacific Studies, Waseda University, Tokyo, Japan, he also active as Associate Professor at University of Darma Persada, Jakarta, Indonesia. He got various training around the globe, included Shanghai International Program for Development Evaluation Training (2008), Public Officials Capacity Building Training Program for Government Innovation, Seoul Korea (2007), Advanced International Training Programme of Information Technology Management, at Karlstad City, Sweden (2005). the Training Seminar on Land Use and Management, Taiwan (2004). Developing Multimedia Applications for Managers, Kuala Lumpur, Malaysia (2003). Applied Policy Development Training, Vancouver, Canada (2002). Local Government Administration Training Course, Hiroshima, Japan (2001). and Regional Development and Planning Training Course, Sapporo, Japan (1999). He published more than five books regarding local autonomous. You can reach Dadang Solihin by email at dadangsol@yahoo.com or by his mobile at +62812 932 2202 67