PENILAIAN DAN STRATEGI PENINGKATAN MATURITAS SPIP. Per 13 Februari 2018

dokumen-dokumen yang mirip
- 2 - Pasal 2 Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala ini.

Pelayanan Publik. Masyarakat. Pelayanan. Negara/ Pemerintah

Add your company slogan. Setyanta Nugraha LOGO. Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. 4/7/2016 Irtama

Bimtek Peningkatan Maturitas Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada Setjen dan Badan Keahlian DPR.

PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BAB I PENDAHULUAN

BAB V PENUTUP. pada bab ini dapat ditarik kesimpulan mengenai penerapan dan tingkat maturitas

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2012, No.51 2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Peme

KEBIJAKAN PENERAPAN SPIP DALAM PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA. Disampaikan oleh: Kepala BPKP DALAM RAKER BNPB TAHUN FEBRUARI 2018

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN pemantauan perkembangan PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Apa sebenarnya SPI dan SPIP?

SPIP adalah sistem pengendalian intern diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA dan KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

IMPLEMENTASI SPIP BALITBANG KEMENTERIAN KEHUTANAN

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 05 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA,

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO

PENGENDALIAN DALAM PERSPEKTIF SPIP

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 16 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI


PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PURWOREJO, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 9 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

PERANAN APIP DALAM PELAKSANAAN SPIP

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 22 TAHUN 2011

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG

Menimbang. Mengingat. Menetapkan

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

EVALUASI LINGKUNGAN PENGENDALIAN CONTROL ENVIRONMENT EVALUATION (CEE)

KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

INTEGRASI SPIP DAN QMS ISO 9001:2015 SEBAGAI KUNCI KEBERHASILAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI BADAN POM DALAM RANGKA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Penilaian Lingkungan Pengendalian CONTROL ENVIRONMENT EVALUATION (CEE)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

Oleh : Drs. AYI RIYANTO, MSi Satgas SPIP Perwakilan BPKP Provinsi DIY

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

BAB VII KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pemaparan temuan investigasi kasus dan pembahasan yang

Oleh Direktur Pengawasan Industri dan Distribusi pada Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian, BPKP. Mirawati Sudjono, Ak., M.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGADILAN NEGERI BOGOR

BERITA KOTA NOMOR SERI : E TENTANG BEKASI. Tahun Walikota. Kotamadyaa. Nomor 17

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERKEMBANGAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DI INDONESIA

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB 5 PENUTUP. Pendidikan Kabupaten Brebes, maka efektivitas untuk 5 (lima) unsur SPIP pada

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI UTARA LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

Sistem Pengendalian Internal dan Pemeriksaan Pengelolaan Tanggungjawab Keuangan Negara. Oleh : Lutfi Harris, M.Ak., Ak. Satuan Pengawasan Internal

PenguatanPengawasan Pengawasan dan Akuntabilitas. Outline Paparan

PEDOMAN TEKNIS PEMANTAUAN PENINGKATAN KAPABILITAS APIP

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BPKP NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS MONITORING KAPABILITAS APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. pengendalian intern dan pengaruh kualitas lingkungan pengendalian dalam

BAB V PENUTUP. pelaksanaan kegiatan di KJM telah menerapkan unsur-unsur SPI di dalamnya. Hal

BAB 7 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil Internal Control Questionnaire (ICQ) mengenai Sistem

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menhut-II/2012 TENTANG

PENILAIAN MATURITAS SPIP PADA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

GAMBARAN UMUM TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB V PENUTUP. - Informasi dan komunikasi dikategorikan Baik. Secara keseluruhan penerapan kelima unsur SPI dalam pengelolaan keuangan daerah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

Pedoman pelaksanaan PENYELENGGARAAN kegiatan pengendalian DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH

PERAN INSPEKTORAT UTAMA DALAM MENDUKUNG REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MEMUTUSKAN KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA SOE TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DI LINGKUNGAN PENGADILAN AGAMA SOE.

Transkripsi:

PENILAIAN DAN STRATEGI PENINGKATAN MATURITAS SPIP Per 13 Februari 2018

A. STRUKTUR MATURITAS SPIP Definisi Maturitas SPIP Tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP adalah tingkat kematangan/kesempurnaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah dalam mencapai tujuan pengendalian intern sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

A. STRUKTUR MATURITAS SPIP Karakteristik Tingkat Maturitas SPIP Tingkat Belum Ada Rintisan Berkembang Terdefinisi Terkelola dan Terukur Optimum Karakteristik SPIP K/L/Pemda sama sekali belum memiliki kebijakan dan prosedur yang diperlukan untuk melaksanakan praktek praktek pengendalian intern Ada praktik pengendalian intern, namun pendekatan risiko dan pengendalian yang diperlukan masih bersifat ad hoc dan tidak terorganisasi dengan baik, tanpa komunikasi dan pemantauan sehingga kelemahan tidak diidentifikasi. K/L/Pemda telah melaksanakan praktik pengendalian intern, namun tidak terdokumentasi dengan baik dan pelaksanaannya sangat tergantung pada individu dan belum melibatkan semua unit organisasi. Efektivitas pengendalian belum dievaluasi sehingga banyak terjadi kelemahan yang belum ditangani secara memadai. K/L/Pemda telah melaksanakan praktik pengendalian intern dan terdokumentasi dengan baik. Namun evaluasi atas pengendalian intern dilakukan tanpa dokumentasi yang memadai. K/L/P telah menerapkan pengendalian internal yang efektif, masing masing personel pelaksana kegiatan yang selalu mengendalikan kegiatan pada pencapaian tujuan kegiatan itu sendiri maupun tujuan K/L/Pemda. Evaluasi formal dan terdokumentasi. K/L/Pemda telah menerapkan pengendalian intern yang berkelanjutan, terintegrasi dalam pelaksanaan kegiatan yang didukung oleh pemantauan otomatis menggunakan aplikasi komputer

TINGKAT MATURITAS SPIP LEVEL Pemantauan/ 5 Optimum pengembangan berkelanjutan Evaluasi formal, berkala dan terdokumentasi Evaluasi formal, berkala dan terdokumentasi Implementasi kebijakan dan prosedur ; Dokumentasi Implementasi kebijakan dan prosedur ; Dokumentasi Implementasi kebijakan dan prosedur ; Dokumentasi Pengkomunikasian Kebijakan dan Prosedur Pengkomunikasian Kebijakan dan Prosedur Pengkomunikasian Kebijakan dan Prosedur Pengkomunikasian Kebijakan dan Prosedur Belum memiliki kebijakan dan prosedur Kebijakan dan Prosedur Tertulis Kebijakan dan Prosedur Tertulis Kebijakan dan Prosedur Tertulis Kebijakan dan Prosedur Tertulis Kebijakan dan Prosedur Tertulis LEVEL 0 Belum ada LEVEL 1 Rintisan LEVEL 2 Berkembang LEVEL 3 Terdefinisi LEVEL 4 Terkelola dan Terukur LEVEL 5 Optimum (+) Vertikal: Unsur unsur terpenuhi

A. STRUKTUR MATURITAS SPIP Karakteristik Tingkat Maturitas SPIP (Lanjutan) Tingkat Belum Ada. Pada tingkat ini, K/L/Pemda sama sekali belum memiliki infrastruktur (kebijakan dan prosedur) yang diperlukan untuk melaksanakan praktek praktek pengendalian intern. Tingkat Rintisan. Pada tingkat ini, K/L/Pemda telah menyadari pentingnya pengendalian intern. Pendekatan risiko dan pengendalian yang diperlukan bersifat ad hoc dan tidak terorganisasi dengan baik, tanpa komunikasi dan pemantauan. Kelemahan tidak diidentifikasi. Para Pegawai tidak menyadari tanggung jawabnya.

A. STRUKTUR MATURITAS SPIP Karakteristik Tingkat Maturitas SPIP (Lanjutan) Tingkat Berkembang. Pada tingkat ini K/L/Pemda telah melaksanakan praktik pengendalian intern, namun tidak terdokumentasi dengan baik dan pelaksanaannya sangat tergantung pada individu dan belum melibatkan semua unit organisasi. Oleh sebab itu keandalan SPIP masih berbeda dari satu unit organisasi ke unit lainnya dalam satu K/L/Pemda. Efektivitas pengendalian belum dievaluasi sehingga banyak terjadi kelemahan yang belum ditangani secara memadai. Tindakan Pimpinan K/L/P menangani kelemahan tidak konsisten.

A. STRUKTUR MATURITAS SPIP Karakteristik Tingkat Maturitas SPIP (Lanjutan) Tingkat Terdefinisi. Pada tingkat ini, K/L/Pemda telah melaksanakan praktik pengendalian intern dan terdokumentasi dengan baik. Namun evaluasi atas pengendalian intern dilakukan tanpa dokumentasi yang memadai. Beberapa kelemahan pengendalian terjadi dengan dampak yang cukup berarti bagi pencapaian tujuan organisasi.

A. STRUKTUR MATURITAS SPIP Karakteristik Tingkat Maturitas SPIP (Lanjutan) Tingkat Terkelola dan Terukur. Pada tingkat ini, K/L/P telah menerapkan pengendalian internal yang efektif, masing masing personel pelaksana kegiatan yang selalu mengendalikan kegiatan pada pencapaian tujuan kegiatan itu sendiri maupun tujuan K/L/Pemda. Evaluasi formal dan terdokumentasi. Namun, kebanyakan evaluasi dilakukan secara manual, belum menggunakan alat bantú aplikasi komputer.

A. STRUKTUR MATURITAS SPIP Karakteristik Tingkat Maturitas SPIP (Lanjutan) Tingkat Optimum. Pada tingkat optimum, K/L/Pemda telah menerapkan pengendalian intern yang berkelanjutan, terintegrasi dalam pelaksanaan kegiatan yang didukung oleh pemantauan otomatis menggunakan aplikasi komputer. Akuntabilitas penuh diterapkan dalam pemantauan pengendalian, manajemen risiko, dan penegakan aturan. Evaluasi diri sendiri (self assessment) atas pengendalian dilakukan secara terus menerus berdasarkan analisis gap dan penyebabnya. Para pegawai terlibat secara aktif dalam penyempurnaan sistem pengendalian intern.

B. FOKUS PENILAIAN TINGKAT MATURITAS SPIP Penegakan Integritas dan Etika Identifikasi Risiko Reviu kinerja Informasi Pemantauan berkelanjutan Komitmen thd Kompetensi Analisis Risiko Pembinaan SDM Komunikasi Efektif Evaluasi terpisah Kepemimpinan yg kondusif Pengendalian Sistem Informasi Struktur organisasi sesuai kebutuhan Delegasi wewenang & tanggung jwb Kebijakan pembnaan SDM Peran APIP yang efektif Hubungan kerja yg baik Pengendalian fisik aset Penetapan & riviu indikator Pemisahan fungsi Otorisasi Pencatatan Pembatasan akses Akuntabilitas Fokus penilaian maturitas SPIP merupakan variabel yang digunakan untuk menunjukkan tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP. Variabel tersebut merupakan sub sub unsur SPIP di dalam PP Nomor 60 Tahun 2008 Dokumentasi SPI

C. PENILAIAN TINGKAT MATURITAS SPIP NO UNSUR JUMLAH SUB UNSUR BOBOT SUB UNSUR JUMLAH BOBOT UNSUR 1. Lingkungan 8 3,75 30 Pengendalian 2. Penilaian Risiko 2 10 20 3. Kegiatan 11 2,27 25 Pengendalian 4. Informasi dan 2 5 10 Komunikasi 5. Pemantauan 2 7,5 15

C. PENILAIAN TINGKAT MATURITAS SPIP NO TINGKAT MATURITAS INTERVAL SKOR 0 Belum Ada Kurang dari 1,0 (0 < skor <1,0) 1 Rintisan 1,0 s/d kurang dari 2,0 (1,0 skor < 2,0) 2 Berkembang 2,0 s/d kurang dari 3,0 (2,0 skor < 3,0) 3 Terdefinisi 3,0 s/d kurang dari 4,0 (3,0 skor < 4,0) 4 Terkelola Dan Terukur 4,0 s/d kurang dari 4,5 (4,0 skor < 4,5) 5 Optimum Antara 4,5 s/d 5,0 (4,5 skor 5)

MEKANISME PENILAIAN TINGKAT MATURITAS PENYELENGGARAAN SPIP

TAHAPAN PENILAIAN

A. TAHAP PERSIAPAN Penetapan satuan kerja sebagai sampel; Penyiapan tim assessor; Pembentukan tim yang akan menjadi rekan kerja (counterpart); Penetapan rencana tindak (action plan) penilaian; dan Presentasi awal (entry meeting) berupa pemaparan rencana tindak penilaian.

Penetapan Responden 1. Pejabat struktural, terdiri dari: Seluruh pejabat struktural eselon tertinggi sampai yang terendah dari unit yang dinilai, 2. Minimal tiga orang pegawai nonpejabat struktural, yang mewakili tiap unit kerja eselon III yang ada.

B. TAHAP PENILAIAN 1. Penilaian Pendahuluan Tingkat Maturitas SPIP 2. Pengujian Bukti Maturitas SPIP Pemilihan tekhnik pengumpulan bukti Pemilihan fokus yg diuji Kuesioner Lanjutan Wawancara Analisis dokumen Observasi Simpulan Tingkat Maturitas

1. PENILAIAN PENDAHULUAN TINGKAT MATURITAS SPIP a. Survai Persepsi Maturitas SPIP Penilaian dilakukan berdasarkan persepsi pihak yang mewakili K/L/Pemda terhadap indikator pada setiap unsur penilaian maturitas SPIP. Responden yang mewakili K/L/Pemda harus lah pihak yang paling mengetahui implementasi dari parameter yang ditanyakan. Dilakukan secara panel (bersama sama) maupun secara tersendiri (individual). Pengisian dapat dilakukan dengan atau tanpa didampingi Tim Penilai dari BPKP. Tim Penilai BPKP tidak diperkenankan mengarahkan jawaban responden, hanya bertugas menjelaskan maksud pertanyaan.

KUESIONER PERSEPSI AWAL 2. Reviu Kinerja NO. PERTANYAAN Y/T 1 Apakah organisasi/unit organisasi/ unit kerja Saudara telah memiliki dokumen penetapan kinerja (PK/ Tapkin) yang ditetapkan secara formal? 2 Apakah dokumen penetapan kinerja (PK/ Tapkin) tersebut telah dikomunikasikan kepada seluruh pegawai yang berkepentingan? 3 Apakah organisasi/unit organisasi/ unit kerja Saudara telah melakukan reviu kinerja berdasarkan tolok ukur kinerja yang ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja (PK/ Tapkin)? 4 Apakah pimpinan organisasi/ unit-organisasi/ unit kerja telah melakukan evaluasi atas kinerja dan menggunakan hasilnya untuk memperbaiki cara/metode pelaksanaan kegiatan untuk efisiensi dan efektivitas pencapaian kinerja secara berkala dan terdokumentasi? 5 Apakah cara/metode pelaksanaan kegiatan dikembangkan terus menerus sesuai dengan perubahan untuk meningkatkan kinerja, dan telah dilakukan pemantauan otomatis/online oleh pimpinan organisasi atas kinerja organisasi/ unit organisasi/ unit kerja?

Karakteristik Kuesioner Persepsi Awal 1. Telah Ada 2. Dikomunikasikan 3. Diterapkan & Didokumentasikan 4. Dipantau & Dievaluasi 5. Dikembangkan Terus Menerus

PENILAIAN PENDAHULUAN TINGKAT MATURITAS SPIP b. Validasi Awal Survai Maturitas SPIP Dua kategori yaitu konsisten dan tidak konsisten. 1. Konsisten jawaban (persepsi) responden telah memenuhi gradasi yang disyaratkan dalam petunjuk pengisian kuesioner. 2. Tidak konsisten jawaban (persepsi) responden tidak memenuhi gradasi yang disyaratkan dalam petunjuk pengisian kuesioner.

KUESIONER PERSEPSI AWAL (KONSISTEN) 2. Reviu Kinerja NO. PERTANYAAN Y/T 1 Apakah organisasi/unit organisasi/ unit kerja Saudara telah memiliki dokumen penetapan kinerja (PK/ Tapkin) yang ditetapkan secara formal? Y 2 Apakah dokumen penetapan kinerja (PK/ Tapkin) tersebut telah Y dikomunikasikan kepada seluruh pegawai yang berkepentingan? 3 Apakah organisasi/unit organisasi/ unit kerja Saudara telah melakukan reviu kinerja berdasarkan tolok ukur kinerja yang ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja (PK/ Tapkin)? T 4 Apakah pimpinan organisasi/ unit-organisasi/ unit kerja telah melakukan T evaluasi atas kinerja dan menggunakan hasilnya untuk memperbaiki cara/metode pelaksanaan kegiatan untuk efisiensi dan efektivitas pencapaian kinerja secara berkala dan terdokumentasi? 5 Apakah cara/metode pelaksanaan kegiatan dikembangkan terus menerus sesuai dengan perubahan untuk meningkatkan kinerja, dan telah dilakukan pemantauan otomatis/online oleh pimpinan organisasi atas kinerja organisasi/ unit organisasi/ unit kerja? T

KUESIONER PERSEPSI AWAL (TIDAK KONSISTEN) 2. Reviu Kinerja NO. PERTANYAAN Y/T 1 Apakah organisasi/unit organisasi/ unit kerja Saudara telah memiliki dokumen penetapan kinerja (PK/ Tapkin) yang ditetapkan secara formal? Y 2 Apakah dokumen penetapan kinerja (PK/ Tapkin) tersebut telah T dikomunikasikan kepada seluruh pegawai yang berkepentingan? 3 Apakah organisasi/unit organisasi/ unit kerja Saudara telah melakukan reviu kinerja berdasarkan tolok ukur kinerja yang ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja (PK/ Tapkin)? T 4 Apakah pimpinan organisasi/ unit-organisasi/ unit kerja telah melakukan Y evaluasi atas kinerja dan menggunakan hasilnya untuk memperbaiki cara/metode pelaksanaan kegiatan untuk efisiensi dan efektivitas pencapaian kinerja secara berkala dan terdokumentasi? 5 Apakah cara/metode pelaksanaan kegiatan dikembangkan terus menerus sesuai dengan perubahan untuk meningkatkan kinerja, dan telah dilakukan pemantauan otomatis/online oleh pimpinan organisasi atas kinerja organisasi/ unit organisasi/ unit kerja? Y

Bila jawaban (persepsi) responden tidak konsisten Validasi dan koreksi perlu dilakukan untuk kuesioner jawaban yang tidak konsisten. (Contoh tabel sebelumnya) Jawaban Ya (Y) pada tingkat 4 dan tingkat 1 dikategorikan sebagai jawaban yang tidak sesuai karena K/L/Pemda belum memenuhi tingkat 2 dan 3. Validasi dilakukan dengan konsep konservatisme. Karena jawaban tidak pada tingkat 2, maka jawaban yang berikutnya dianggap tidak konsisten sehingga diperlakukan sebagai tidak. Hasil survey persepsi Maturitas SPIP K/L/Pemda merupakan diagnosa awal tingkat maturitas SPIP suatu K/L/Pemda.

2. PENGUJIAN BUKTI MATURITAS SPIP Pengumpulan bukti maturitas SPIP dilakukan untuk meyakinkan atau memvalidasi bahwa hasil survai persepsi maturitas SPIP telah mencerminkan kondisi tingkat maturitas SPIP yang sebenarnya. Teknik pengujian bukti maturitas: 1. kuesioner lanjutan, 2. wawancara, 3. analisis dokumen, 4. observasi.

PENGUJIAN BUKTI MATURITAS SPIP Pengujian atas Jawaban yang Konsisten dan Tidak Konsisten Konsisten pengumpulan bukti maturitas secara uji petik (sampling) atas responden maupun jawaban survai. Tidak Konsisten pengumpulan bukti dilakukan secara uji petik (sampling) atas responden dan keseluruhan butir jawaban kuesioner (sensus). Namun demikian, dapat dilakukan atas keseluruhan responden (sensus) maupun keseluruhan butir jawaban kuesioner (sensus) sesuai pertimbangan profesional Tim Penilai.

PENGUJIAN BUKTI MATURITAS SPIP Pengujian bukti maturitas SPIP dilakukan kepada tingkatan Satuan Kerja K/L/Pemda yang telah terpilih menjadi responden saat pelaksanaan survey persepsi. Hasil validasi dari pengujian bukti maturitas disimpulkan secara berjenjang. Simpulan pertama dilakukan atas Satuan Kerja K/L/SKPD, untuk kemudian disimpulkan pada tingkat K/L/Pemda. Penyimpulan pada tingkat K/L/Pemda memperhatikan hal hal sebagai berikut: Terhadap fokus penilaian (parameter) yang bersifat umum, dalam artian harus dilakukan oleh semua Satuan Kerja K/L/Pemda, didasarkan pada modus dari hasil validasi pengujian bukti maturitas Terhadap fokus penilaian (parameter) yang bersifat khusus, dalam artian hanya dilakukan pada Satuan Kerja K/L/Pemda tertentu, didasarkan pada hasil validasi pengujian bukti maturitas yang diperoleh dari Satuan Kerja K/L/Pemda tersebut

FOKUS PENILAIAN (PARAMETER) YANG BERSIFAT KHUSUS DENGAN SATUAN KERJA K/L/PEMDA No Fokus Penilaian Satuan Kerja K/L/SKPD terkait 1. Komitmen terhadap Biro Kepegawaian K/L Kompetensi Badan Kepegawaian Daerah 2. Peran APIP yang Efektif Inspektorat Jenderal/Utama pada K/L Inspektorat Daerah pada Pemda 3. Identifikasi Risiko Inspektorat Jenderal/Utama pada K/L Inspektorat Daerah pada Pemda 4. Analisis Risiko Inspektorat Jenderal/Utama pada K/L Inspektorat Daerah pada Pemda 5. Evaluasi Terpisah Inspektorat Jenderal/Utama pada K/L Inspektorat Daerah pada Pemda

PEMILIHAN TEKNIK PENGUMPULAN BUKTI MATURITAS SPIP Pemilihan atau penambahan teknik pengumpulan bukti lainnya dapat dilakukan dengan menggunakan Matrik Operasionalisasi Indikator Penilaian sebagaimana tertuang dalam Lamp 3 (Form PM 3). Matriks tersebut dimaksudkan untuk memberikan panduan bagi Tim Penilai dalam memilih teknik pengumpulan bukti yang tepat

PEMILIHAN TEKNIK PENGUMPULAN BUKTI MATURITAS SPIP Pendalaman jawaban dapat dilakukan dengan berbagai teknik yaitu: a) kuesioner untuk meyakinkan jawaban responden secara lebih spesifik; b) wawancara untuk menggali informasi yang lebih mendalam dari sumber yang berkompeten dan terkait dengan substansi; c) analisis dokumen untuk meyakinkan keberadaan (eksistensi) dan substansi dokumen; d) observasi untuk meyakinkan berjalannya proses pengendalian.

PEMILIHAN FOKUS MATURITAS YANG AKAN DIUJI Pemilihan paramater/sub unsur yang akan diuji ditetapkan oleh tim penilai melalui pertimbangan profesional terhadap hasil awal Survai Maturitas SPIP: 1. Parameter yang bernilai > 2 atau yang memiliki nilai ekstrim (seperti 0). 2. Fokus maturitas dengan jawaban yang parameternya mendapat jawaban yang tidak konsisten dalam Kuesioner Maturitas SPIP. Terhadap fokus maturitas yang mendapat jawaban atau hasil survai maturitas SPIP yang Konsisten dilakukan secara uji petik (sampling) atas responden maupun jawaban survai; sementara itu, untuk hasil survai yang Tidak Konsisten pengujian dilakukan terhadap keseluruhan fokus maturitas (sensus). 3. Fokus jawaban yang ekstrim seperti semuanya Ya untuk satu areal atau fokus maturitas padahal tim penilai mempunyai bukti yang nyatanyata menolak jawaban Ya tersebut

PENYIMPULAN TINGKAT MATURITAS INDIKATOR Tujuan Penyimpulan Tingkat Maturitas Indikator Penyimpulan tingkat maturitas indikator bertujuan untuk mendapatkan hasil akhir jawaban tiap tiap indikator maturitas yang menuntun simpulan pada skor dan tingkat maturitas SPIP K/L/Pemda. Formulir yang digunakan dalam melakukan pengumpulan data dengan kuesioner lanjutan antara lain: Form PM 2B : Perhitungan Skor Awal Maturitas SPIP Form PM 8B : Hasil Validasi Indikator Maturitas SPIP Form PM 8C : Perhitungan Skor Akhir Maturitas SPIP

C. PENYUSUNAN LAPORAN PENILAIAN 1. Tentukan area of improvement atas tiap fokus penilaian untuk meningkatkan level maturitas penerapan SPIP; 2. Susun rekomendasi bagi manajemen untuk meningkatkan level maturitas penerapan SPIP, mulai dari satu level di atasnya hingga level optimum; 3. Buatkan konsep Laporan Hasil Penilaian Tingkat Maturitas SPIP K/L/Pemda (bentuk laporan lihat lampiran 9); 4. Lakukan pembahasan konsep laporan dengan pihak K/L/Pemda dan buatkan berita acara hasil pembahasan; 5. Buatkan Laporan Hasil Penilaian Tingkat Maturitas SPIP K/L/Pemda.

ALUR DOKUMEN Form 1 : Kuesioner Survai Maturitas SPIP Form 2A : Tabulasi Survai Maturitas SPIP Form 2B : Perhitungan Skor Maturitas SPIP Form 3 : Matriks Operasionalisasi Indikator Form 4 : Kuesioner Lanjutan Maturitas SPIP Form 5 : Panduan Wawancara Form 6 : Panduan Analisis Dokumen Form 7 : Panduan Observasi Form 8A : Tabulasi Kuesioner Lanjutan dan Wawancara Form 8B : Ikhtisar Validasi Indikator Maturitas SPIP Form 8C : Perhitungan Skor Akhir Maturitas SPIP

TERIMA KASIH