Kerangka kontrol horizontal

dokumen-dokumen yang mirip
Metode Ilmu Ukur Tanah

Ilmu Ukur Tanah (Plan Survaying)

Pengukuran Tachymetri Untuk Bidikan Miring

KLASIFIKASI PENGUKURAN DAN UNSUR PETA

Pemetaan dimana seluruh data yg digunakan diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran dilapangan disebut : Pemetaan secara terestris Pemetaan yan

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

UJIAN NASIONAL Tahun Pelajaran 2011/2012 SOAL TEORI KEJURUAN

PROPOSAL KEGIATAN SURVEI PENGUKURAN DAN PEMETAAN

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

TIM PENYUSUN LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH DENGAN WATERPASS MEI 2014

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan

CONTOH LAPORAN PRAKTIKUM SURVEY PENGUKURAN MENGGUNAKAN ALAT WATERPAS

Tujuan Khusus. Tujuan Umum

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. B. Tujuan Praktikum

BAB VII PENGUKURAN JARAK OPTIS

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur

KONTUR ILMU UKUR TANAH II. DIII Jurusan Survei dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri

MODUL III WATERPASS MEMANJANG DAN MELINTANG

Pengukuran Sipat Datar Memanjang dan Melintang A. LATAR BELAKANG

Kesalahan Sistematis ( Systhematical error ) Kesalahan acak ( Random error ) Kesalahan besar ( Blunder )

PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN

VISUALISASI 3D LAHAN RENCANA PROYEK UNTUK PERHITUNGAN VOLUME GALIAN DAN TIMBUNAN

Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D.

PRINSIP KERJA DAN PROSEDUR PENGGUNAAN THEODOLITE. Prinsip kerja optis theodolite

GARIS KONTUR SIFAT DAN INTERPOLASINYA

BAB III PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pengukuran Detail Rehabilitasi Jaringan Irigasi tersier Pada UPTD. Purbolinggo

TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN JILID 2

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

PENGENALAN MACAM-MACAM PENGUKURAN SITUASI

TACHIMETRI. Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil. lengkap (situasi) yaitu pengukuran dengan menggunakan prinsip

LAPORAN PRAKTIKUM PEMETAAN SUMBERDAYA LAHAN (Pengukuran Beda Tinggi dengan Sipat Ukur Datar Profil Memanjang)

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 3 : METODE PENGUKURAN JARAK

TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN JILID 1

PENGUKURAN WATERPASS

TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN JILID 3

MODUL AJAR PRAKTIKUM POLIGON & TACHIMETRI DAFTAR ISI BUKU MODUL PRAKTIKUM POLIGON DAN TACHIMETRI PENYETELAN THEODOLITH DAN PEMBACAAN SUDUT

3.4 PEMBUATAN. Program D3/D4 Teknik Sipil FTSP ITS Mata Kuliah : Ilmu Ukur Tanah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Modul 10 Garis Kontur

TEKNIK SURVEI JILID 3 SMK. Iskandar Muda

METODA-METODA PENGUKURAN

BAB IX MACAM BESARAN SUDUT

PENGENALAN MATA KULIAH SURVEY DIGITAL

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

PEMETAAN SITUASI DENGAN PLANE TABLE

Pengukuran dan Pemetaan Hutan : PrinsipAlat Ukur Tanah

Gambar 1. Skema sederhana pesawat Theodolit.

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN BEDA TINGGI MENGGUNAKAN ALAT THEODOLIT Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Teknik

P E N G U K U R A N S I P A T D A T A R

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 4-5 : METODE PENGUKURAN SIPAT DATAR

Materi : Bab IV. PROYEKSI PETA Pengajar : Ira Mutiara A, ST

METODE PENGUKURAN TRIANGULASI

Gambar Sket posisi sudut di sebelah kanan arah jalur ukuran polygon terbuka terikat

MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN

PANDUAN PENYETELAN THEODOLIT DAN PEMBACAAN SUDUT (Latihan per-individu dengan pengawasan Teknisi Laboratorium)

Gambar 2.1. Gambar Garis Kontur Dari Suatu Permukaan Bumi

SURVEYING (CIV-104) PERTEMUAN 12 : METODE PENGUKURAN VOLUME

LEVELLING 3 SIPAT DATAR MEMANJANG & MELINTANG (UNTUK MENDAPATKAN BENTUK PROFIL POT.TANAH) Salmani,, ST, MS, MT 2012

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Geodesi mempunyai dua maksud yaitu:

Can be accessed on:

BAB I PEMETAAN 1. PENDAHULUAN 2. MAKSUD DAN TUJUAN 3. TEORI a. Skala

SURVEYING (CIV -104)

PENDAHULUAN Surveying : suatu ilmu untuk menentukan posisi suatu titik di permukaan bumi

ba - bb j Gambar Pembacaan benang jarak pada bak ukur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PANDUAN PRAKTIKUM NAVIGASI DARAT

Peta Topografi. Legenda peta antara lain berisi tentang : a. Judul Peta

5/16/2011 SIPAT DATAR. 1

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika

BAB. XVI. THEODOLIT 16.1 Pengertian 16.2 Bagian Theodolit

Pengukuran Poligon Tertutup Terikat Koordinat

TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN JILID 2

SURVEYING (CIV 104) PERTEMUAN 2 : SISTEM SATUAN, ARAH DAN MENENTUKAN POSISI DALAM SURVEYING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Contoh soal : Hitung Beda Tinggi dan Jarak Psw-Titik Horisontal apabila diketahui : TITIK A BA= 1,691 BT = 1,480 BB = 1,296 ta = 1,530 Z = 90'51'02"

ILMU UKUR TANAH. Oleh: IDI SUTARDI

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. PETA KEDUDUKAN BAHAN AJAR... xi. GLOSARIUM...

Modul 13. Proyeksi Peta MODUL KULIAH ILMU UKUR TANAH JURUSAN TEKNIK SIPIL POLIBAN. Modul Pengertian Proyeksi Peta

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Ukur Tanah adalah suatu ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran yang

Pengukuran dan pemetaan teristris sungai

TEORI SIPAT DATAR (LEVELLING)

Ir. Atut Widhi Karono APA PERANAN GEODESI DIAREA OILFIELD- ONSHORE PROJECT. Penerbit Ganesha Ilmu Persada

Pembagian kuadran azimuth

PEMETAAN TOPOGRAFI PENGUKURAN TITIK-TITIK DETAIL. Oleh : Dr Ir Drs H Iskandar Muda Purwaamijaya, MT

EVALUASI TITIK KONTROL TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DENGAN METODE PENGUKURAN KERANGKA DASAR VERTIKAL BENCH MARK (BM)

alat ukur waterpass dan theodolit

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station

MODUL PRAKTIKUM MAHASISWA

Bab ini memperkenalkan mengenai proyeksi silinder secara umum dan macam proyeksi silinder yang dipakai di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok 2 1

Pengertian Garis Kontur, Peraturan, & Cara PembuatanDEFINISI, GEOGRAFI, IPS ON FEBRUARY 23, 2016 NO COMMENTS

DAFTAR PUSTAKA. 1. Abidin, Hasanuddin Z.(2001). Geodesi satelit. Jakarta : Pradnya Paramita.

Garis Kontur, Sifat dan Interpolasinya

PETA TOPOGRAFI DAN PEMBACAAN KONTUR

Transkripsi:

Kerangka kontrol horizontal Pengukuran awal dari pekerjaan pemetaan adalah pengadaan titik-titik kerangka dasar pemetaan (TKDP) yang cukup merata yang cukup merata di daerah yang akan di petakan.tkdp ini akan di jadikan ikatan dari detil-detil yang merupakan obyekdari unsur-unsur yang ada di permukaan bumi yang akan di gambarkan dalam peta. Apabila kerangka peta ini baikdalam arti bentuk, distribusi dan ketelitian nya sesuaidengan yang di harpakan, maka bisa di harapkan peta yang akan di hasilakan juga baik. Namun sebaliknya, apabila kerangka dasar pemetaannyatidak baik, peta yang di hasilkan juga di ragukan kualitasnya. (kerangka dasar pemetaan, slamet basuki, 2006) Untuk Pemetaan diperlukan adanya kerangka peta, yaitu terdiri dari titik-titik pasti di permukaan bumi yang tertentu didalam hubungan horizontal koordinat-koordinatnya (X,Y) dan hubungan vertikal yang menunjukkan ketinggian (Z). Peta yang digunakan sebagai perencanaan harus baik dan benar yang berarti pemberian informasi dari peta harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dari permukaan bumi. Peta yang disajikan dalam bidang datar, sehingga posisi titik-titik yang dimuat di dalam peta dinyatakan dengan kordinat-koordinat pada bidang datar pula. Penentuan koordinatnya dilakukan dengan mengadakan pengukuran jarak dan arah jurusan, yaitu secara triangulasi, trilaterasi, poligon dan triangulaterasi. Titik-titik dinyatakan dalam sistem koordinat ( X,Y ) dan ( Z ) untuk ketinggian dari permukaan laut rata-rata. (kerangak dasar pemetaan, http://mazprie82geodesi.blogspot.com,2010) Polygon ada bermacam-macam. Polygon di bedakan berdasarkan pada kriteria tertentu, antara lain: a. Atas dasar titik ikat: terikat sempurna, terikat tidak sempurna, terikat sepihak, bebas (tanpa ikatan b. Atas dasar bentuk : tebuka, tertutup, bercabang. c. Atas dasar alat yang di gunakan untuk pengukuran : polygon theodolite (polygon sudut) dan polygon kompas. d. Atas dasar penyelesaian : polygon hitungan (numerik) dan polygon grafis. e. Atas dasar tingkat ketelitian: tingkat I, tingkat II, tingkat III, tingkat IV (rendah). f. Atas dasar hirarkhi dalam pemetaan: polygon utama (INDUK) dan polygon cabang (anakan / ray) Pengukuran jarak langsung. Jarak antara dua buh titik di permukaan bumi dalam ilmu ukur tana adalah jarak dalam bidang horizontal, yang merupakan jarak terpendekantara dua buah titik tersebut. Jarak dapat di ukuratau di tentukan dengan berbagai alat dan cara atau metode, yang pemilihannya tergantung dari alatyang tersedia dan tujuan pengukuran derta tingkat ketelitian yang di syaratkan. ( pengukuran jarak langsung, slamet basuki, 2006) Pelurusan pengukuran jarak dapat di bagi menjadi dua tahapan, yaitu: 1. Pelurusan arah antara dua titik yang akan di ukur. 2. Pelaksanaan pengukuran jaraknya sendiri. Pelurusan di lakukan apabila pengukuran tidak dapat di lakukan dengan sekali mebentang pita ukur karena jarak yang di ukur melebihi panjang pita ukur dan atau permukaan tanahnya tidak mendatar, sehingga jarak tersebut perlu di penggal-penggal agar setiappenggalan dapat di lakukan pengukuranjarak dengan sekali membentang pita ukur dan pita ukur dapat di tarik hingga mendatar.

(pengukuran jarak langsung, slamet basuki, 2006) Pengukuran biasanya di lakukan secara pergi pulang, dan jarak pergi pulang tidaklah sama, sehingga perlu di lakukan rata-rata jarak. Bila hanya di ukur sekali penggal. D rata-rata = (D pergi + D pulang) / 2 Bila di ukur lebih dari satu penggal D ratarata = ((D pergi (1-a, a-b, b-2))+(d pulang (2-b, b-a, a-1)))/ 2 Pengukuran jarak optis Pengukuran jarak optis dapat di lakukan karena pada teropong (Theodolite, sipat datar, BTM, plane table dll) di lengkapidengan garis bidikdan benang stadia yang di arsir pada diafragma. Bentuk benang silang pada setiap teropongtidak sama, tergantung dari pabrik pembuatnya, (pengukuran jarak optis, slamet basuki, 2006) Adapun beberapa metode yang di gunakan dalam pengukuran jarak optis, yaitu: 1. Sistem stadia 2. Teropong mendatar 3. Teropong miring 4. Sistem tangensial 5. Sistem rambu mendatar (substanbar rangkap) 6. Sistem bayangan rangkap Pada pekerjaan di lapangan, karena banyak nya metode yang ada, kami hanya menggunkan 2 metode yang umum di pakai, yaitu teropong mendatar dan teropong miring, dengan penjelasan sebagai berikut : Teropong mendatar Keterangan gambar BA = bacaan benang atas pada rambu i = jarak BA-BB pada diafragma. BT = bacaan benang tengah pada rambu S = jarak BA-BB pada rambu ukur BB = bacaan benang bawah pada rambu d = jarak dari fokus ke rambu ukur c = jarak sumbu II lensa obyektiv Dab = jarak mendatar dari A ke B f = fokus lensa obyektif dari gambar dapat di lihat bahwa d : s = f : i d =f/i x s Dab = c+f+d = c+ f/i x s C + f adalah konstan, di misalkan = b f/i juga konstan = A (oleh pabrik biasanya di buat = 100) Maka rumus jarak datar menjadi Dab =B +A*S Teropong miring Untuk teropong dengan kemiringan terhadap bidang mendatar yang melalui sumbu II teropong maka: Pengukuran sudut horizontal. Sudut horizontal adalah selisih dari dua arah. Sudut horizontal pada suatutitik di lapangan dapat di bagi dalam sudut tunggal dan sudut yang lebih dari satu sehingga teknik pengukuran nya juga berbeda. (pengukuaran sudut horizontal, slamet basuki, 2006) Pengukuran sudut sendiri terbagi dua, yaitu: 1. Pengukuran sudut tunggal 2. Pengukuran sudut banyak Pada masing-masing sudut tunggal dan sudut banyak juga terbagi menjadi beberapa metode, yaitu : 1. Pengukuran sudut tunggal. a. Cara pengukuran tunggal b. Cara pengukuran seri rangkap c. Cara pengukuran repetisi d. Cara pengukuran reiterasi 2. Pengukuran sudut banayak a. Metode arah b. Metode sudut atau kombinasi c. Sentring terpaksa Dari sekian banyaknya metode yang di gunakan, dalam praktek kerja lapangan kali ini, saya beserta kelompok menggunakan cara

pengukuran sudut tunggal, dengan metode cara pengukuran seri rangkap, dengan penjelasan sebagai berikut : a. Pengukuran sudut antara dua titik yang di lakukan dengan posisi teropong biasa dan luar biasa, sehinggauntuk mendapatkan nilai satu sudut seri rangkap, nilai besar sudut yang di peroleh di rata-ratakan.. b. Apabila di perlukan lebih dari satu seri rangkap maka cara tersebuttinggal di ulang saja, tetapi pada seri berikutnya posisi dari skala lingkaran horizontalnya di ubah dengan menambahkan 900atau besaran yang lain. Gambar pengukuran dua seri rangkap Pengukuran azimuth Suatu sudut yang di mulai dari salah satu ujung jarum magnet yang di akhiri pada salah satu ujung jarum magnet dan di akhiri pada ujung obyektif garis bidik yang besarnya sama dengan angka pembacaan. Dan azimuth suatu garis adalah sudut antara garis meridian dan garis tersebut, di ukur searah jarum jam, biasanya dari titik antara garis meridian (dapat pula dari arah selatan), besar nya sudut azimuth antara 00-36 00. (azimuth, http://file.upi.edu, ) Apabila jarak antara titik A dan titik B di ukur (dab) dan demikian pula sudut jurusan atau azimuth AB di ukur ( AB) dan koordinat A di ketahui (XA,YA), maka posisititik B dapat di tentukan dengan rumus: Demikian pula sebaliknya, apabila dua buah titik A dan B masing-masingdi ketahui koordinatnya (XA,YA) dan (XB,YB) maka dari padanya dapat di tentukan sudut jursan dan jaraknya: Hitungan polygon (polygon tertutup) Pembuatan kerangka peta dengan menggunakan metode polygon tertutup. Polygon tertutup adalah polygon yang di mulai dari titik awal dan menjadi titik akhirnya menjadi satu. (polygon tertutup,slamet basuki,2006)

Teori Kesalahan Pada pengukuran dan Pemetaan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kerja tersebut, sehingga semua itu tidak luput dari kesalahan-kesalahan. Kesalahan-kesalahan yang mungkin dapat terjadi pada pengukuran dan pemetaan terdiri dari tiga kesalahan, yaitu : 1. Kesalahan Sistematis (Sistematical Error) Kesalahan Sistematis adalah kesalahan yang terjadi karena faktor peralatan dan kondisi alam. Peralatan yang dibuat oleh manusia walaupun dibuat dengan tingkat akurasi tinggi tetap masih mempunyai keterbasan pada ketelitian. Alam turut mempengaruhi hasil pengukuran dan pemetaan karena perbedaan suhu, temperatur, dan kondisi alam dilapangan. Oleh sebab itu diperlukan adanya suatu prosedur untuk mengetahui kemungkinan munculnya kesalahan pada peralatan dan melakukan upaya untuk dapat mengeliminirnya atau bahkan untuk menghilangkan kesalahan tersebut. 2. Kesalahan Acak (Random Error) Kesalahan Acak adalah kesalahan yang terjadi karena keterbatasan pada poanca indera manusia. Keterbatasan tersebut dapat berupa kekeliruan, kurang hati-hati, kelalaian, ketidakmengertian pada instrument, atau belum terlatihnya petugas yang bersangkutan. Untuk menanggulanginya diperlukan koreksi-koreksi dengan pendekatan ilmu-ilmu statistik, pada fenomena pengukuran dan pemetaan

suatu syarat geometrik menjadi kontrol dan penyikat data yang tercakup pada titik-titik kontrol pengukuran. 3. Kesalahan Besar (Blunder) Kesalahan besar dapat terjadi apabila oprator atau surveyor melakukan kesalahan-kesalahan yang seharusnya tidak terjadi akibat dari kesalahan pada pembacaan dan penulisan nilai-nilai yang diambil dilapangan. Dengan demekian jika terjadi kesalahan besar maka pengukuran harus diulang atau data tersebut harus dibuang dan diganti dengan data yang baru, jika memang data tersebut tidak terlalyu berpengaruh pada pada hasil pengukuran dan pemetaan. Kesalahan kerangka dasar vertikal Kesalahan dapat terjadi akibat tidak berhimpitnya sumbu vertikal theodolite dengan arah garis vertikal. Karena kesalahan sumbu vertikal tak dapat dihilangkan dengan merata-ratakan dari observasi dengan teleskopdalam posisi normal dan dalam posisi kebalikan, maka pengukuran haruslah dilaksanakan dengan hati-hati, terutama pada saat pengukuran untuk sasaran dengan elevasi yang besar. Kesalahan kerangka dasar horizontal Kesalahan ini dapat terjadi akibat sumbu horizontal tidak tegak lurus terhadap sumbu vertikal. Untuk mengoreksi kesalahan pada pengukuran kerangka dasar horizontal dapat dilakukan koreksi secara sistematis pada pembacaan sudut horizontal. Kontrol koordinat dilakukan melalui empat atau dua buah titik ikat bergantung pada kontrol sempurna atau sebagian saja. Jarak datar dan sudut poligon setiap titik poligon merupakan variable yang menentukan untuk memperoleh koordinat definif tersebut. Syarat yang ditetapkan dan harus dipenuhi terlebih dahulu adalah syarat sudut baru kemudian syarat absis dan ordinat. Bobot koreksi sudut tidak diperhitungkan atau dilakukan secara sama rata tanpa memperhatikan faktor faktor lain, sedangkan bobot koreksi absis dan ordinat diperhitungkan melalui dua metode, yaitu : 1. Metode Bowditch Metode ini bobot koreksinya dihitung berdasarkan jarak datar langsung. 2. Metode Transit Metode ini bobot koreksinya dihitung berdasarkan proyeksi jarak langsung terhadap sumbu x ( untuk absis ) dan terhadap y ( untuk ordinat ). Semakin besar jarak datar langsung koreksi bobot absis dan ordinat maka semakin besar, demikian pula sebaliknya.

Rangkuman Survey dan Pemetaan 1. Pengukuran dan pemetaan pada dasarnya dapat dibagi 2, yaitu : a. Geodetic Surveying b. Plan Surveying 2. Geodetic surveying merupakan ilmu seni dan teknologi untuk menyajikan informasi bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun buatan manusia di bidang lengkung (luas > 55 km x 55 km) atau (>0,5 derajat x 0,5 derajat) 3. Plan Surveying merupakan ilmu seni dan teknologi untuk menyajikan informasi bentuk permukaan bumi baik unsur alam maupun buatan manusia di bidang lengkung (luas < 55 km x 55 km) atau (<0,5 derajat x 0,5 derajat) 4. Ilmu ukur tanah pada dasarnya terdiri dari tiga bagian besar yaitu : a. Pengukuran kerangka dasar Vertikal (KDV) b. Pengukuran kerangka dasar Horizontal (KDH) c. Pengukuran Titik-titik Detail 5. Kerangka dasar vertikal merupakan teknik dan cara pengukuran kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang rujukan ketinggian tertentu.

6. Pengukuran kerangka Dasar vertical pada dasarnya ada 3 metode, yaitu : a. Metode pengukuran kerangka dasar sipat datar optis; b. Metode pengukuran Trigonometris; dan c. Metode pengukuran Barometris. 7. Pengukuran kerangka dasar horizontal adalah untuk mendapatkan hubungan mendatar titiktitik yang diukur di atas permukaan bumi maka perlu dilakukan pengukuran mendatar. 8. Bagian-bagian dari pengukuran kerangka dasar horizontal adalah : a. Metode Poligon b. Metode Triangulasi c. Metode Trilaterasi d. Metode kuadrilateral e. Metode Pengikatan ke muka f. Metode pengikatan ke belakang cara Collins dan cassini 9. Bagian yang harus ada saat pengukuran yaitu benda ukur, alat ukur, dan pengukur/pengamat. 10. Persyaratan kesalahan saat pengukuran yaitu: a. Pengukuran tidak selalu tepat b. Setiap pengukuran mengandung galat c. Harga sebenarnya dari suatu pengukuran tidak pernah diketahui d. Kesalahan yang tepat selalu tidak diketahui 11. Penyebab kesalahan pengukuran yaitu : alam, alat dan pengukur 12. Factor- factor yang mempengaruhi hasil pengukuran yaitu : keadaan tanah jalur pengukuran, keadaan/kondisi atmosfer (getaran udara), refraksi atmosfer, kelengkungan bumi, kesalahan letak skala nol rambu, kesalahan panjang rambu (bukan rambu standar), kesalahan

pembagian skala (scale graduation) rambu, kesalahan pemasangan nivo rambu, kesalahan garis bidik. 13. Macam-macam kesalahan yaitu : kesalahan sistematis, kesalahan acak, kesalahan besar. 14. Kesalahan pada ukuran dibagi dua, yaitu : kesalahan sudut dan kesalahan jarak. 15. Kerangka dasar vertikal merupakan kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang rujukan ketinggian tertentu. 16. Pengukuran tinggi merupakan penentuan beda tinggi antara dua titik. Pengukuran beda tinggi dapat ditentukan dengan tiga metode, yaitu: Metode pengkuran penyipat datar Metode trigonometris Metode barometris. 17. Pengukran beda tinggi metode sipat datar optis adalah proses penentuan ketinggian dari sejumlah titik atau pengukuran perbedaan elevasi. Tujuan dari pengukuran penyipat datar adalah mencari beda tinggi antara dua titik yang diukur. Pengkuran sipat datar terdiri dari beberapa macam, yaitu: Sipat datar memanjang Sipat datar resiprokal Sipat datar profil Sipat datar luas 18. Pengukuran beda tinggi metode trigonometris prinsipnya yaitu mengukur jarak langsung (jarak miring), tinggi alat, tinggi benang tengah rambu dan sudut vertikal (zenith atau inklinasi) yang kemudian direduksi menjadi informasi beda tinggi menggunakan alat theodolite. 19. Pengukuran beda tinggi metode barometris prinsipnya adalah mengukur beda tekanan atmosfer suatu ketinggian menggunakan alat barometer yang kemudian direduksi menjadi beda tinggi.

20. Tingkat ketelitian yang paling tinggi dari ketiga metode tersebut adalah sipat datar kemudian trigonometris dan terakhir adalah barometris. Pada prinsipnya ketiga metode tersebut layak dipakai bergantung pada situasi dan kondisi lapangan. 21. Pengukuran menggunakan sipat datar optis adalah pengukuran tinggi garis bidik alat sipat datar di lapangan melalui rambu ukur. 22. Pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal maksudnya adalah pembuatan serangkaian titik-titik di lapangan yang diukur ketinggiannya melalui pengukuran beda tinggi untuk pengikatan ketinggian titik titik lain yang lebih detail dan banyak. 23. Tujuan pengukuran sipat datar kerangka dasar vertikal adalah untuk memperoleh informasi tinggi yang relatif akurat di lapangan sedemikian rupa sehingga informasi tinggi pada daerah yang tercakup layak untuk diolah sebagai informasi yang layak kompleks. 24. Bagian utama pada Alat sipat datar optis adalah a. Teropong untuk membidik rambu (menggunakan garis bidik) dan memperbesar bayangan rambu. b. Nivo tabung berfungsi mengatur agar garis bidik mendatar. c. Kiap (leveling head/base plate), digunakan untuk menegakan sumbu kesatu (sumbu tegak) teropong. d. Sekrup pengunci (untuk mengunci gerakan teropong kekanan/ kiri). e. Lensa okuler (untuk memperjelas benang). f. Lensa objektif/ diafragma (untuk memperjelas benda/ objek). g. Sekrup penggerak halus (untuk membidik sasaran). h. Vizir (untuk mencari/ membidik kasar objek). i. Statif (tripod) berfungsi untuk menyangga ketiga bagian tersebut di atas. 25. Peralatan yang digunakan pada pengukuran sipat datar optis adalah : a. alat sipat datar optis. e. patok. b. rambu ukur 2 buah. f. pita ukur

c. statif. g. payung. d. unting-unting. 26. Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. 27. Sistem proyeksi peta dibuat untuk mereduksi sekecil mungkin distorsi. Tujuan Sistem Proyeksi Peta dibuat dan dipilih untuk menyatakan dan menyajikan secara grafis posisi titik-titik pada permukaan bumi ke dalam sistem koordinat bidang datar. 28. Cara proyeksi peta dapat dilakukan dengan cara proyeksi langsung (direct projection) dan proyeksi tidak langsung (double projection). Secara garis besar sistem proyeksi peta bisa dikelompokkan berdasarkan pertimbangan ekstrinsik dan intrinsik. 29. Bidang datum adalah bidang yang akan digunakan untuk memproyeksikan titik-titik yang diketahui koordinatnya (j,l ). Sedangkan bidang proyeksi adalah bidang yang akan digunakan untuk memproyeksikan titik-titik yang diketahui koordinatnya (X,Y). 30. UTM merupakan sistem proyeksi silinder, konform, secant, transversal. 31. Sistem proyeksi peta TM-3 adalah sistem proyeksi Universal Tranverse Mercator dengan ketentuan faktor skala di meridian sentral = 0,9999 dan lebar zone = 3. 32. Sudut jurusan adalah sudut yang dimulai dari arah utara geografis, maka arah utara diambil sebagai suatu salib sumbu. 33. Meskipun membagi kuadran pada ilmu ukur sudut dan pada ilmu geodesi berjalan berlawanan, ialah pada Ilmu Ukur Sudut dari kanan ke kiri dan pada Ilmu Geodesi dari kiri ke kanan tapi daerah kuadran pada dua ilmu itu menyatakan daerah yang sama. Oleh karena itu, alat-alat Ilmu Ukur Tanah arahnya dari utara dan searah jarum jam. 34. Untuk menentukan luas pengukuran dengan menggunakan sistem koordinat dapat menggunakan metode Sarus. Metode Sarus dapat digunakan apabila terdapat beberapa variabel X dan Y. Misalnya X1, X2, X3,, Xn dan Y1, Y2, Y3,, Yn. Maka kedua variabel tersebut dikali silang kemudian dibagi 2. 35. Mengukur jarak adalah mengukur panjang penggal garis antar dua buah titik tertentu.

36. Jarak horizontal adalah jarak yang apabila diukur maka perbedaan tingginya adalah 0. Sedangkan jarak miring adalah hasil pengukurannya melibatkan kemiringan. 37. Klasifikasi pengukuran jarak : a. Pengukuran jarak langsung b. Pengukuran jarak tidak langsung 38. Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran jarak secara langsung diantaranya adalah : a. Mistar; b. Pita ukur metalik; c. Pita ukur serat-serat gelas; d. Pita ukur dari baja; e. Pita ukur invar; f. Roda ukur; dan g. Speedometer. 39. Azimuth ialah besar sudut antara utara magnetis (nol derajat) dengan titik/sasaran yang kita tuju, azimuth juga sering disebut sudut kompas, perhitungan searah jarum jam. 40. Back Azimuth adalah besar sudut kebalikan/kebelakang dari azimuth. 41. Macam-macam azimuth yaitu : a. Azimuth Sebenarnya, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara sebenarnya dengan titik sasaran; b. Azimuth Magnetis, yaitu sudut yang dibentuk antara utara kompas dengan titik sasaran; c. Azimuth Peta, yaitu besar sudut yang dibentuk antara utara peta dengan titik sasaran. 42. 3 (tiga) arah utara yang sering digunakan dalam suatu peta. a. Utara magnetis, yaitu utara yang menunjukkan kutub magnetis.

b. Utara sebenarnya (utara geografis), atau utara arah meridian. c. Utara grid, yaitu utara yang berupa garis tegak lurus pada garis horizontal di peta. 43. Perbedaan pengikatan ke muka dan ke belakang dalam menentukan suatu titik koordinat adalah data awal yang tersedia, prosedur pengukuran di lapangan serta keadaan lapangan yang menentukan cara mana yang cocok digunakan. 44. Pengikatan ke muka dapat dilakukan apabila kondisi lapangan memungkinkan untuk berpindah posisi pengukuran yaitu pada daerah-daerah yang mudah seperti pada dataran rendah yang mempunyai permukaan datar, sehingga keadaan lapangan tersebut dapat memungkinkan dilakukan pengikatan ke muka. 45. Pengikatan ke belakang, dilakukan pada saat kondisi lapangan tidak memungkinkan menggunakan pengukuran pengikatan ke muka, dikarenakan alat theodolite tidak mudah untuk berpindah-pindah posisi, dan kondisi lapangan yang terdapat rintangan. 46. Theodolite, adalah alat yang digunakan untuk membaca sudut azimuth, sudut vertikal dan bacaan benang atas, bawah dan tengah dari rambu ukur. 47. Fungsi Theodolite digunakan untuk mengukur besaran sudut datar yang dibentuk dari titik koordinat yang akan dicari titik-titik lain yang telah diketahui koordinatnya. 48. Rambu ukur, digunakan sebagai patok yang diletakan di titik-titik yang telah diketahui koordinatnya untuk membantu dalam menentukan besaran sudut yang dibentuk dari beberapa titik yang telah diketahui koordinatnya, sehingga pada keperluan pengukuran ini tidak diperlukan data pada rambu ukur seperti benang tengah, benang atas, dan benang bawah. 49. Statif, digunakan sebagai penopang dan tempat diletakannya theodolite. 50. Unting-unting digunakan agar penempatan alat theodolite tepat berada di atas permukaan titik yang akan dicari koordinatnya. 51. Untuk menghitung titik koordinat dengan menggunakan pengikatan ke belakang cara Collins, data yang diukur di lapangan adalah besarnya sudut α dan sudut β. 52. Cara pengikatan ke belakang metode Cassini merupakan salah satu model perhitungan yang berfungsi untuk mengetahui suatu titik koordinat, yang dapat dicari dari titik-titik koordinat lain yang sudah diketahui.

53. Pengikatan ke belakang metode Cassini bertujuan untuk mengukur atau menentukan koordinat titik jika kondisi alam tidak memungkinkan dalam pengukuran biasa atau dengan pengukuran pengikatan ke muka. Sehingga alat theodolite hanya ditempatkan pada satu titik, yaitu tepat diatas titik yang akan dicari koordinatnya, kemudian diarahkan pada patok-patok yang telah diketahui koordinatnya, Yang membedakan metode Cassini dengan metode Collins adalah asumsi dan pengolahan data perhitungan. Sedangkan pada proses pelaksanaan pengukuran di lapangan kedua metode tersebut sama, yang diukur adalah jarak mendatar yang dibentuk antara patok titik koordinat yang sudah diketahui. 54. Peralatan yang digunakan pada pengukuran pengikatan ke belakang cara Cassini, antara lain sebagai berikut :Theodolite, Rambu ukur, Statif, Unting-unting, Benang, Formulir ukur dan alat tulis. 55. Langkah-langkah penggambaran Pengikatan ke belakang metode Cassini : a. menentukan titik A, B dan C yang telah disesuaikan dengan koordinat masing-masing baik absis maupun ordinatnya ke dalam kertas grafik. b. lukislah sudut 90 α pada arah koordinat A dan sudut 90 β pada arah koordinat B. c. lukis sudut 90 di titik A sehingga akan berpotongan dengan sudut yang dibentuk oleh sudut 90 α. d. hubungkan titik koordinat R dan S tersebut, sehingga kedua titik terdapat dalam satu garis lurus. e. tarik garis dari titik B terhadap garis RS, sehingga menjadi garis yang membagi garis RS dengan sudut sama besar yaitu saling tegak lurus 90. f. Bacalah koordinat titik P tersebut 56. Kerangka dasar horizontal adalah sejumlah titik yang telah diketahui koordinatnya dalam suatu sistem koordinat tertentu. Tujuan pengukuran ini ialah untuk mendapatkan hubungan mendatar titik-titik yang diukur di atas permukaan bumi. 57. Cara menentukan koordinat titik-titik KDH yang diukur :

a. Menentukan koordinat satu titik yaitu suatu pengukuran untuk suatu wilayah yang sempit, cara ini terbagi menjadi dua metode yaitu : pengikatan kemuka dan pengikatan kebelakang. b. Menentukan koordinat beberapa titik yang terdiri dari beberapa metode, yaitu : Cara poligon, Cara triangulasi, Cara trilaterasi dan Cara Kwadrilateral. 58. Poligon adalah serangkaian garis berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan dari pengukuran di lapangan. Sedangkan metode poligon adalah salah satu cara penentuan posisi horizontal banyak titik dimana titik satu dengan lainnya dihubungkan satu sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik-titik (poligon). 59. Syarat pengukuran poligon adalah : a) Mempunyai koordinat awal dan akhir, b) Mempunyai azimuth awal dan akhir 60. Tujuan Pengukuran poligon yaitu untuk menetapkan koordinat titik-titik sudut yang diukur. 61. Jenis jenis pengukuran poligon dapat ditinjau dari bentuk fisik visualnya dan dari geometriknya. 62. Peralatan yang digunakan dalam pengukuran poligon : Pesawat Theodolite, Statif, Unting- Unting, Patok, Rambu Ukur, Payung, Meja lapangan (meja dada),pita Ukur (meteran). Bahan yang digunakan dalam pengukuran poligon: Formulir Ukur, Peta wilayah study, Cat dan koas, Alat tulis, Benang dan Paku. 63. Sebelum melakukan pengukuran, sebaiknya prosedur penggunaan alat, dan prosedur pengukuran dipahami terlebih dahulu. Dalam pengolahan data dan penggambaran poligon KDH bias dilakukan secara manual atau digital. 64. Luas adalah jumlah area yang terproyeksi pada bidang horizontal dan dikelilingi oleh garisgaris batas. 65. Luas yang diukur pada gambar situasi disebut pengukuran tak langsung. 66. Luas yang dihitung dengan menggunakan data jarak dan sudut yang langsung diperoleh dari pengukuran dilapangan disebut pengukuran langsung. 67. Metode Sarrus, yaitu menggunakan koordinat-koordinat titik batas sebagai masukan untuk perhitungan luas.

68. Metode pengukuran luas, terdiri dari : Metode diagonal dan tegak lurus, Metode pembagian segitiga, Metode trapesium, Metode offset, Metode offset pusat, Metode simpson, Metode jarak meridian ganda, Metode kisi-kisi, Metode lajur, Metode pengukuran luas dengan planimeter. 69. Planimeter terbagi atas dua macam, yaitu planimeter fixed index model (model tetap), planimeter sliding bar model (model disetel) 70. Sistem besaran sudut pada pengukuran dan pemetaan dapat terdiri dari: a. Sistem besaran sudut seksagesimal Sistem besaran sudut ini disajikan dalam besaran derajat, menit dan sekon. b. Sistem besaran sudut sentisimal Sistem besaran sudut ini disajikan dalam besaran grid, centigrid dan centi-centigrid. c. Sistem besaran sudut radian Sistem besaran sudut ini disajikan dalam sudut panjang busur. Sudut pusat di dalam lingkaran yang mempunyai busur sama dengan jari-jari lingkaran adalah sebesar satu radian d. Sistem waktu (desimal) 71. Sistem waktu digunakan dalam pengukuran astronomi. Nilai sudut desimal maksimal adalah 360. 72. Dasar untuk mengukur besaran sudut ialah lingkaran yang dibagi dalam empat bagian, yang dinamakan kuadran. a. Cara seksagesimal membagi lingkaran dalam 360 bagian yang dinamakan derajat, sehingga satu kuadran ada 90 derajat. Satu derajat dibagi dalam 60 menit dan satu menit dibagi lagi dalam 60 sekon. 1 = 60 1 = 60 1 = 3600 b. Cara sentisimal membagi lingkaran dalam 400 bagian, sehingga satu kuadran mempunyai 100 bagian yang dinamakan grid. Satu grid dibagi lagi dalam 100 centigrid dan 1 centigrid dibagi lagi dalam 100 centi-centigrid. 1g = 100c

1c = 100cc 1g = 10000cc c. Sudut pusat di dalam lingkaran yang mempunyai busur sama dengan jari-jari lingkaran adalah sebesar satu radian. 2 π r = 2π rad. d. Hubungan antara satuan cara seksagesimal dan satuan cara sentisimal dapat dicari dengan dibaginya lingkaran dalam 360 bagian cara seksagesimal dan dalam 400 bagian cara sentisimal, jadi : 3600 = 400g 73. Untuk keperluan pengukuran dan pemetaan selain pengukuran kerangka dasar vertikal yang menghasilkan tinggi titik-titik ikat dan pengukuran kerangka dasar horizontal yang menghasilkan koordinat titik-titik ikat juga perlu dilakukan pengukuran titik-titik detail untuk menghasilkan titik-titik detail yang tersebar di permukaan bumi yang menggambarkan situasi daerah pengukuran. 74. Pengukuran titik-titik detail dilakukan sesudah pengukuran kerangka dasar vertikal dan pengukuran kerangka dasar horizontal dilakukan. Pengukuran titik-titik detail mempunyai orde ketelitian lebih rendah dibandingkan orde pengukuran kerangka dasar. 75. Pengukuran titik-titik detail dengan metode tachymetri pada dasarnya dilakukan dengan menggunakan peralatan dengan teknologi lensa optis dan elektronis digital. Pengukuran titik-titik detail dengan metode Tachymetri ini adalah cara yang paling banyak digunakan dalam praktek, terutama untuk pemetaan daerah yang luas dan untuk detail-detail yang bentuknya tidak beraturan. 76. Pengukuran tiitk-titik detail metode tachymetri ini relatif cepat dan mudah karena yang diperoleh dari lapangan adalah pembacaan rambu, sudut horizontal (azimuth magnetis), sudut vertikal (zenith atau inklinasi) dan tinggi alat. Hasil yang diperoleh dari pengukuran tachymetri adalah posisi planimetris X, Y, dan ketinggian Z. 77. Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada segitiga-segitiga sebangun, sisi yang sepihak adalah sebanding. 78. Penentuan beda elevasi dengan tachymetri dapat dibandingkan dengan sipat datar memanjang t.i. sesuai bidikan plus, dan pembacaan rambu sesuai bidikan minus.

79. Menggunakan pengukuran cara tachymetry, selain diperoleh unsur jarak, juga diperoleh beda tinggi. 80. Pengukuran metode tachymetri menggunakan alat theodolite, baik yang bekerja secara optis maupun elektronis digital yang sering dinamakan dengan Total Station. 81. Penggambaran hasil pengukuran tachymetri dapat dengan manual ataupun dengan komputerisasi (AutoCAD). 82. Data yang diambil dari lapangan semakin banyak semakin baik 83. Garis kontur adalah garis khayal yang mengubungkan titik titik dengan ketinggian yang sama. Tujuan pembuatan garis kontur di atas peta adalah untuk memperlihatkan naik turunnya keadaan permukaan tanah. 84. Aplikasi dari garis kontur adalah untuk memberikan informasi slope ( kemiringan tanah ratarata), irisan profil memanjang atau melintang permukaan tanah terhadap jalur proyek ( bangunan ) dan perhitungan galian serta timbunan ( cut and fill ). 85. Sifat sifat garis kontur : a. Berbentuk kurva tertutup, tidak bercabang dan tidak berpotongan. b. Menjorok ke arah hulu jika melewati sungai, menjorok ke arah jalan menurun jika melewati permukaan jalan dan tidak tergambar jika melewati bangunan. c. Garis kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan tanah yang terjal, garis kontur yang jarang menunjukan keadaan permukaan yang landai dan satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu.. d. Penyajian interval garis kontur tergantung pada skala peta yang disajikan, jika datar maka interval garis kontur adalah 1/1000 dikalikan dengan nilai skala peta, jika berbukit maka interval garis kontur adalah 1/500 dikalikan dengan nilai skala peta dan jika bergunung maka interval garis kontur adalah 1/200 dikalikan dengan nilai skala peta. e. Penyajian indeks garis kontur pada daerah datar adalah setiap selisih 3 garis kontur, pada daerah berbukit setiap selisih 4 garis kontur sedangkan pada daerah bergunung setiap selisih 5 garis kontur. f. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf U menandakan punggungan gunung. Dan rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf V menandakan suatu lembah/jurang.

86. Interval kontur adalah jarak tegak antara dua garis kontur yang berdekatan dan merupakan jarak antara dua bidang mendatar yang berdekatan. Interpolasi garis kontur menggunakan prinsip segitiga sebangun yaitu :dj = di (Tj To ) / ( Ti To ) 87. Galian dan timbunan dapat diperoleh dari peta situasi yang dilengkapi dengan garis-garis kontur atau diperoleh langsung dari lapangan melalui pengukuran sipat datar profil melintang sepanjang koridor jalur proyek atau bangunan. 88. Adapun Tujuan lain dari perhitungan galian dan timbunan sebagai berikut : a. Meminimalkan penggunaan volume galian dan timbunan pada tanah, sehingga pekerjaan pemindahan tanah dan pekerjaan stabilitas tanah dasar dapat dikurangi, waktu penyelesaian proyek dapat dipercepat, dan biaya pembangunan dapat se-efisien mungkin. b. Untuk menentukan peralatan (alat-alat berat) yang digunakan pada pekerjaan galian maupun timbunan, dengan mempertimbangkan kemampuan daya operasional alat tersebut. 89. Sebelum memulai perhitungan galian dan timbunan, pekerjaan diawali dengan pematokan (stake out). Pematokan bertujuan untuk menandai wilayah mana saja yang akan terkena galian dan timbunan, atau bagian-bagian di lapangan yang menjadi bakalproyek. Setelah pekerjaan stake out selesai, pekerjaan galian dan timbunan dapat dimulai dengan mengolah data yang diperoleh dari lapangan untuk selanjutnya diolah. Ada tiga sistem utama yang dipakai: metode tampang melintang, metode luas satuan atau lubang galian sumbang dan metode luas garis tinggi. 90. Beberapa kesalahan khas yang dibuat dalam hitungan pekerjaan tanah adalah: a. Mengacaukan tanda-tanda aljabar dalam hitungan luas ujung memakai metode koordinat. b. Memakai persamaan untuk hitungan volume stasiun angka bulat padahal yang ada adalah stasiun angka pecahan. c. Memakai volume luas ujung untuk bentuk pyramidal atau bentuk paju (wedgeshaped). Mencampur adukkan kuantitas galian dan timbunan 91. Peta adalah sarana informasi (spasial) mengenai lingkungan. Pemetaan adalah suatu proses penyajian informasi muka bumi yang fakta (dunia nyata), baik bentuk permukaan buminya maupun sumbu alamnya, berdasarkan skala peta, system proyeksi peta, serta symbolsymbol dari unsur muka bumi yang disajikan.

92. Pemetaan digital adalah suatu proses pekerjaan pembuatan peta dalam format digital yang dapat disimpan dan dicetak sesuai keinginan pembuatnya baik dalam jumlah atau skala peta yang dihasilkan. Format digital terdiri dari 2 macam, yaitu: a. Raster b. Vektor 93. Di bawah ini terdapat beberapa keunggulan dan kekurangan pemetaan digital dengan konvensional, yaitu: 94. Pemetaan digital terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, tenaga kerja, dan perangkat intelegensia. Terdapat beberapa tahapan dalam pemetaan digital, yaitu: a. Membangun basis geografi, Resolusi peta dan akurasi yang tersaji pada basis lahan geografi Tampilan untuk topografi kajian. b. Informasi sistem geologi terdiri dari batas batuan, nama batuan, sesar, kekar, dan morfologi, c. seluruh data yang dibutuhkan dimasukkan kedalam bentuk digital. 95. SIG atau GIS merupakan suatu sistem berbasis komputer yang mampu mengaitkan data base grafis (dalam hal ini adalah peta) dengan data base atributnya yang sesuai. Sistem Informasi Geogafis merupakan suatu kemajuan baru dari kelanjutan pengguna Komputer grafik Auto CAD (Computer Aided Design). Sistem Informasi Geogafis merupakan kombinasi antara CAD dengan data base yang dikaitkan dengan suatu pengenal unik yang sering dinamakan identifier (ID) tertentu. 96. Keuntungan menggunakan SIG a. Penanganan data geospatial menjadi lebih baik dalam format baku b. Revisi dan pemutakhiran data menjadi lebih mudah c. Data geospatial dan informasi lebih mudah dicari, dianalisis dan direpresentasikan d. Menjadi produk bernilai tambah

e. Data geospatial dapat dipertukarkan f. Produktivitas staf meningkat dan lebih efisien g. Penghematan waktu dan biaya h. Keputusan yang akan diambil menjadi lebih baik 97. Kelebihan dan kekurangan pekerjaan GIS dengan manual/pemetaan Digital 98. Sistem komputer untuk SIG terdiri dari perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan prosedur untuk penyusunan pemasukkan data, pengolahan, analisis, pemodelan (modelling), dan penayangan data geospatial. Sumber : http://jatmiko.smkn1kediri.sch.id/?page_id=456