BAB III FULL ACOUNTING INFORMATION (INFORMASI AKUNTANSI PENUH)

dokumen-dokumen yang mirip
VARIABLE COSTING DAN FULL COSTING UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN. Dra Siti Mirhani MM Ak Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

Handout Akuntansi Manajemen

INFORMASI AKUNTANSI PENUH

12/05/2015. Pelaporan Keuangan. Metode yang digunakan dalam Full Cost

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELAPORAN EKSTERN DENGAN METODE VARIABLE COSTING

VARIABEL COSTING SBG ALAT BANTU MANAJEMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN HARGA POKOK VARIABEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II PENENTUAN TARIF BERDASARKAN METODE WAKTU DAN BAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

PENENTUAN HARGA POKOK VARIABEL

BAB II BAHAN RUJUKAN

METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK. Nurul Badriyah,SE,MPd

BAB II LANDASAN TEORI. pengembangan akuntansi umum. Pengembangan tersebut diadakan karena. kebutuhan informasi terhadap biaya produksi secara rinci.

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

Modul ke: Akuntansi Manajemen 05FEB. Variable Costing. Fakultas. Diah Iskandar SE., M.Si & Lawe Anasta.,S.E.,M.S.,Ak. Program Studi Akuntansi

BAB II INFORMASI AKUNTANSI PENUH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

COST ACCOUNTING MATERI-12 SISTEM BIAYA TAKSIRAN

Perbedaan Pokok antara metode full costing dan variabel costing: perlakuan terhadap biaya produksi yang berperilaku

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Manajemen. Pengertian akuntansi manajemen menurut Horngren (2000) adalah proses

METODE HARGA POKOK PESANAN FULL COSTING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL. berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. M enurut Hansen. menggunakan produk atau fasilitas organisasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. maupun variable. Menurut Garrison dan Nooren (2006:51), mengemukakan

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Sandang Indah, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

Pengelompokan Biaya. 1-konsep akuntansi biaya 04/01/14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VARIABLE COSTING. Penentuan Harga Pokok Variabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan, baik yang bergerak di bidang jasa, produksi, manufacturing maupun perdagangan bertujuan untuk memperoleh laba yang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Istilah lain BOP : 1. Beban pabrik 2. Overhead produksi 3. Biaya produksi tidak langsung 4. Beban produksi 5. Biaya manufaktur tidak langsung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI 6 BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN KHUSUS

Full Costing dan Direct Costing

PENENTUAN HARGA POKOK VARIABEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE HARGA POKOK PESANAN FULL COSTING. AKUNTANSI BIAYA EKA DEWI NURJAYANTI, S.P., M.Si

HARGA TRANSFER / TRANSFER PRICING

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menetapkan pilihan yang mengucurkan laba incremental terbesar. Laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING SEBAGAI DASAR UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL PADA BERDIAKRI MEUBEL. Shandy Pratama

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Biaya BIAYA TPPHP. distribusi dan merupakan pengorbanan. produksi-distribusi COST. Contoh:

SISTEM JUST-IN-TIME (JIT) & Activity Based Cost System

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II BAHAN RUJUKAN

KARAKTERISTIK BIAYA, PENGERTIAN BIAYA, PENGGOLONGAN BIAYA, DAN ALIRAN BIAYA DALAM PERUSAHAAN MANUFAKTUR

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Definisi dan Manfaat Informasi Akuntansi Differensial. yang dihubungkan dengan pemilihan alternatif. Informasi akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE HARGA POKOK PESANAN (JOB ORDER COST METHOD) FULL COSTING - Oleh : Ani Hidayati

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berperan penting dalam

Endra M. Sagoro. Pendidikan Akuntansi FE UNY

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB II TELAAH PUSTAKA. (cost) dapat dipisahkan menjadi aktiva atau assets dan biaya. Biaya dianggap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tugas utama seorang manajer sebuah perusahaan adalah membuat perencanaan,

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) oleh negara melalui penyertaan modal secara langsung yang berasal dari kekayaan

Pengantar 04/06/2015 PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PENENTUAN HARGA JUAL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan membutuhkan seorang akuntan manajemen untuk mengolah

METODE PENENTOAN HARGA

BAB II BAHAN RUJUKAN

COST ACCOUNTING. FACTORY OVERHEAD : Planned, Actual, and Applied. Riaty Handayani, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas. Program Studi Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORI

PENGANTAR AKUNTANSI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN)

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

BAB II BAHAN RUJUKAN. Pengertian analisa menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan penentuan harga jual merupakan hal penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berusaha untuk mendapatkan dan senantiasa meningkatkan keuntungan atau laba

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

Transkripsi:

BAB III FULL ACOUNTING INFORMATION (INFORMASI AKUNTANSI PENUH) 3.1 Definisi full Acounting Information Full Acounting Information adalah seluruh aktiva, seluruh pendapatan yang diperoleh dan seluruh sumber yang dikorbankan suatu objek informasi. Unsur yang membentuk informasi akuntansi penuh adalah total aktiva, total pendapatan dan total biaya. Jika informasi akuntansi penuh berupa aktiva disebut dengan aktiva penuh (full assets). 3.2 Manfaat Full Acounting Information Informasi akuntansi penuh bermanfaat bagi manajemen untuk: 1. Pelaporan keuangan Pelaporan keuangan terbagi menjadi dua yaitu pelaporan keuangan kepada phak luar dan pelaporan keuangan pada manajemen puncak. Pelaporan keuangan memerlukan informasi akuntansi penuh yang berupa informasi masa lalu. Informasi akuntansi penuh masa lalu yang bermanfaat adalah aktiva penuh, pendapatan penuh dan biaya penuh. 2. Analisis kemampuan menghasilkan laba (profitability analysis) Analisis kemampuan menghasilkan laba dapat diterapkan dalam berbagai objek informasi, diantaranya produk, keluarga produk (product line), aktivitas (activities), atau unit organisasi. 3. Mengetahui biaya yang telah dikeluarkan untuk sesuatu Untuk mengetahui berapa biaya sesuatu, informasi akuntansi penuh yang bermanfaat adalah biaya penuh masa lalu yang berkaitan dengan objek biaya. Biaya penuh yang telah dikeluarkan untuk sesuatu berperan bagi manajemen dalam: 1. Evaluasi konsumsi sumber daya yang dikorbankan untuk sesuatu 2. Penyediaan informasi untuk memungkinkan manajemen melongok struktur biaya perusahaan pesaing yang digunakan untuk menghasilkan produk berupa barang atau jasa 3. Pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri 4. Penentuan harga jual produk (barang atau jasa)

5. Penyediaan kemudahan dalam penghilangan pemborosan dengan menyediakan informasi biaya untuk aktivitas bukan penambah nilai 6. Penyediaan informasi untuk improvement terhadap tingkat kemampuan barang atau jasa dalam menghasilkan laba dengan memantau total biaya daur hidup barang atau jasa 7. Penyediaan informasi untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan tentang biaya mutu (quality costs) 8. Cost reimbursement 9. Inventory costing 4. Penentuan harga jual dalam cost type contact Penentuan harga jual dalam cost type contact memerlukan informasi akuntansi penuh berupa biaya penuh masa lalu. 5. Penentuan harga jual normal Informasi akuntansi penuh masa yang akan datang yang bermanfaat dalam penentuan harga jual normal adalah aktiva penuh dan biaya penuh. Biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penentuan harga jual normal dapat dihitung dengan salah satu dari tiga pendekatan, yaitu full costing, variable costing atau activity-based costing. 6. Penentuan harga transfer Ada dua macam pendekatan yang digunakan untuk menentukan harga transfer, yaitu penetuan harga transfer atas dasar biaya (cost-based transfer price) dan penetuan harga transfer atas dasar harga pasar (market-based transfer price). 7. Penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah Informasi akuntansi penuh masa yang akan datang yang bermanfaat dalam penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah adalah aktiva penuh dan biaya penuh. Biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah dihitung dengan menggunakan pendekatan full costing. 8. Penyusunan program Dalam penyusunan program, manajemen memerlukan informasi akuntansi penuh masa yang akan datang berupa aktiva penuh, pendapatan penuh dan biaya penuh.

3.3 Klasifikasi Akuntansi Biaya Penuh )Full Acounting Information) Akutansi biaya penuh dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu -. biaya penuh historis (historical cost) dan -. biaya penuh masa yang akan datang (future estimate). Biaya penuh historis terutama digunakan untuk menyajikan laporan keuangan perusahaan baik itu neraca maupun perubahan posisi keuangan. Di samping itu biaya penuh juga digunakan untuk menilai prestasi manajer yang memimpin perusahaan, sedangkan biaya penuh masa yang akan datang terutama digunakan untuk semua tipe perencanaan baik itu perencanaan jangka panjang maupun perencanaan jangka pendek atau sering juga disebut pembuatan program yaitu keputusan tentang langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan. Biaya penuh masa yang akan datang juga digunakan untuk menetapkan berapa harga penjualan normal yang dikehendaki perusahaan supaya perusahaan tidak mengalami kerugian. Sebagai contoh, PT. ANDO membeli komponen kipas angin sebesar Rp. 15.000,- dan untuk merakit kipas angin tersebut diperlukan biaya-biaya sebagai berikut : Upah tenaga kerja Rp. 2.000,- biaya material (suku cadang) sebesar Rp. 3.000,- serta biaya operasi sebesar Rp. 5.000,- (termasuk biaya tetap), maka biaya penuh dari kipas angin tersebut adalah Rp. 25.000,-. 3.4 Perbedaan Full Costing, Variabel Costing dan Activity Based Costing 1. Full Costing Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produk dengan memasukkan seluruh komponen biaya produksi sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Biaya penuh (full cost) adalah jumlah seluruh biaya langsung yang berkenaan dengan item tersebut ditambah bagian-bagian yang layak dibebankan pada item tersebut dari biaya tidak langsung. Contoh. FCA Apabila perusahaan membeli komponen kipas angin Rp.15 000 dan menggunakan tenaga kerja langsung untuk merakit dengan upah Rp.2 000 material (suku cadang dan lain-lain) Rp.3000 serta bagian yang layak dibebankan pada kipas angin dari biaya operasi Rp.5 000 (termasuk biaya tetap) maka biaya penuh (full cost) dari kipas angin adalah Rp. 25 000 Di dalam metode full costing, biaya overhead pabrik yang bersifat variabel maupun tetap dibebankan kepada produk yang dihasilkan atas dasar tarif yang ditentukan dimuka

pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk selesai yang belum dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (elemen harga pokok penjualan) apabila produk selesai tersebut tidak dijual. Akutansi biaya penuh dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu -. biaya penuh historis (historical cost) dan -. biaya penuh masa yang akan datang (future estimate). Biaya penuh historis terutama digunakan untuk menyajikan laporan keuangan perusahaan baik itu neraca maupun perubahan posisi keuangan. Di samping itu biaya penuh juga digunakan untuk menilai prestasi manajer yang memimpin perusahaan, sedangkan biaya penult masa yang akan datang terutama digunakan untuk semua tipe perencanaan baik itu perencanaan jangka panjang maupun perencanaan jangka pendek atau sering juga disebut pembuatan program yaitu keputusan tentang langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan. Biaya penuh masa yang akan datang juga digunakan untuk menetapkan berapa harga penjualan normal yang dikehendaki perusahaan supaya perusahaan tidak mengalami kerugian. Perbedaan tersebut terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi tetap, dan akan mempunyai akibat pada : 1.Perhitungan harga pokok produksi dan 2.Penyajian laporan laba-rugi. Perhitungan Metode Full Costing Harga Pokok Produksi : Rp. xxx.xxx Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik tetap Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx.xxx Rp. xxx.xxx Rp. xxx.xxx Rp. xxx.xxx Harga Pokok Produk Rp. xxx.xxx Dengan menggunakan Metode Full Costing, 1. Biaya Overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap, dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead yang sesungguhnya.

2. Selisih BOP akan timbul apabila BOP yang dibebankan berbeda dengan BOP yang sesungguh- nya terjadi. Catatan : Pembebanan BOP lebih (overapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang dibebankan lebih besar dari BOP yang sesungguhnya terjadi. Pembebanan BOP kurang (underapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang dibebankan lebih kecil dari BOP yang sesungguhnya terjadi. 3. Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tsb digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik produk dalam proses maupun produk jadi) 4. Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya samapi saat produk yang bersangkutan dijual. 2. Variabel Costing Variable Costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya memasukkan komponen biaya produksi yang bersifat variabel sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. -. Kegunaan Variable Costing a. Penentuan Harga Jual Teori ekonomi mikro menyebutkan bahwa proses terjadinya harga adalah karena adanya dua kekuatan yang saling dominan yaitu kekuatan permintaan dan penawaran. Dengan demikian perusahaan tidak mampu mengendalikan harga produk yang dilempar ke pasar, karena keadaan pasar itu sendiri. Walaupun sampai pada batas-batas tertentu perusahaan dapat mengontrol harga jualnya, tetapi kontrol itu tidak menjadi sedemikian kuatnya sehingga harga pokok masih merupakan satu - satunya faktor penentu penetapan harga jual. Dalam keadaan seperti ini variable costing memberikan pedoman bagi menajemen sampai seberapa harga jual dapat berkurang sehingga biaya produksi dapat ditutupi. b. Perencanaan Laba Metode variable costing menitik-beratkan pada informasi mengenai contribution margin, yang merupakan kelebihan hasil penjualan terhadap biaya variable. Biaya contribution margin dihitung dalam bentuk presentase dari hasil penjualan, maka diperoleh contribution margin ratio atau marginal income ratio. Contribution margin merupakan data penting untuk membentuk menajemen di dalam mengambil keputusan apabila suatu produk lain harus dihentikan produksinya. Contribution margin ratio dapat membantu manajemen di dalam

mengambil keputusan produk mana yang perlu didorong dan produk mana yang dikurangi produksinya.. c. Pembuatan Keputusan Manajemen sering dihadapkan pada masalah pemilihan alternatif, dimana alternatif tersebut mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya laba perusahaan. Bantuan VC sangat tepat dalam hal usaha untuk memasuki pasarpasar baru, perluasan usaha, membuat sendiri atau memesan bahan pembantu atau suku cadang tertentu, keputusan memproses lebih lanjut produk sebelum dijual atau menjualnya setelah proses terdahulu, keputusan menghentikan suatu produk atau meneruskannya. -. Keunggulan Variable Costing a. Persediaan ( Cost ) IAI ( 1984 : 24 ) menyebutkan harga pokok barang yang diproduksi meliputi semua biaya bahan langsung yang dipakai, upah langsung, serta biaya produksi tidak langsung, dengan memperhitungkan saldo awal dan saldo akhir barang dalam pengolahan. selanjutnya IAI ( 1984 : 13 ) juga menyebutkan pengakuan yang sedikit fleksibel hanya terdapat pada industri ekstraktif bahwa, laporan keuangan harus dinyatakan kembali secara retroaktif ( berlaku surut ) untuk perubahan berikut ini, perubahan ke atau dari metode biaya penuh (full cost) dalam industri ekstraktif. Jadi pengakuan adanya laporan keuangan dalam bentuk selain full cost hanya ungkapan tersirat ( implisit ), dan itupun hanya kekecualian ( pada perusahaan ekstraktif ). Alasan lain adanya fleksibelitas karena industri ekstraktif dalam kegiatannya cenderung menggunakan biaya merginal (variable). b. Kapasitas Menganggur ( Idle Capacity ) Dalam majalah akuntansi ( 1989 : 5 ) edisi bulan September disebutkan bahwa kelemahan konsepsual lainnya dari metode full costing ini adalah masalah prosedur alokasi BOPT dan jika terjadi biaya yang keluar karena tidak efesien atau adanya kapasitas yang menganggur ( idle capacity ). Selanjutnya Hongren ( 1988 : 79 ) menyebutkan bahwa : varian tidak dapat dimasukkan ke dalam persediaan (uninventoriable) dan harus dianggap sebagai penyesuaian laba periode bersangkutan, bukan diproratakan pada persediaan dan HPP. Dengan cara ini pernilaian persediaan akan lebih representatif terhadap biaya yang diinginkan dan yang dapat dicapai. Tetapi jika terjadi varians yang cukup material maka harus dialokasikan secara proporsional ke finished good, WIP, dan harga pokok. Memasukkannya ke dalam WIP dan ke finished good mau tidak mau akan menaikkan nilai persediaan, karena tidak efisien. Lain halnya kalau tidak material, akan dikeluarkan seluruhnya menjadi beban tahun berjalan.

Lebih jelas, menahan kapasitas menganggur (ketidak efisienan ) tidak mempunyai manfaat ekonomis dan jasa potensial di masa yang akan datang. c. Pelaporan Laba Keunggulan variable costing yang lainnya akan disajikan melalui suatu contoh kasus yang dapat dilihat pada gambar 6.1, 6.2, dan 6.3. Laba yang telah diperoleh dalam tahun ke-2 dan ke-3, sejalan dengan meningkatnya tingkat penjualan. Sementara itu tingkat produksi dalam tahun ke- 2 juga naik, akan tetapi periode tahun ke- 3 justru turun ( manajer mengatur tingkat produksi ). Lalu hasil kerja manajer dalam gambar 6.1. (metode full costing) dibandingkan dengan laporan rugi-laba dengan metode variabel costing ( gambar 6.2. ) Dalam gambar 6.2.a. terlihat dengan jelas bahwa sebenarnya laba baru dapat dicapai hanya dalam periode tahun ke-3 saja, dan seharusnya manajer baru dapat menikmati bonusnya dalam periode akhir tahun ke- 3. Mengapa laba per tahun yang dilaporkan menurut metode full costing berbeda dengan hasil metode variable costing? Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan BOP Tetap ( gambar 6.2.b) Yang perlu digaris bawahi tentang kedua metode ini dikaitkan dengan pelaporan laba ialah bahwa laba yang dilaporakan berdasarkan metode full costing sangat dipengaruhi oleh perubahan tingkat produksi. Berbeda dengan metode variable costing, laba yang dihitung sangat dipengaruhi oleh tingkat penjualan (gambar 6.3. ). Besarnya tingkat penjualan adalah indikator yang baik, untuk menilai kinerja manajer perusahaan, karena dunia bisnis sekarang sudah benar- benar kompetitif. Dengan demikian wajarlah apabila para pemegang saham dan kreditur menerima laporan laba yang didasarkan atas kemampuan manajer menjual produk, bukannya didasarkan atas kemampuan manajer mempermainkan tingkat produksi. Gambar 6.1. Contoh kasus = Pelaporan Laba Tiga tahun yang lalu, PT. Ratna Juwita berada dalam kesulitan. Tingkat produksinya di bawah kapasitas normal. Perusahaan ini telah menyewa seorang manajer yang cukup terkenal dan bersedia mengambil alih kendali perusahaan. Dia seorang cukup bermurah hati. Ia mau dibayar dengan gaji yang sangat relatif rendah. Akan tetapi menuntut bonus 10 % per tahun dari laba bersih. Berikut adalah laporan rugi laba perusahaan selama ia pimpin ( 3 tahun ). Ratna Juwita Laporan rugi laba untuk tahun ke 1,2,3. Dalam miliaran rupiah ( Metode full costing ).

Tahun Tahun Tahun Tahun Ke- 1 ke- 2 ke- 3 1 3 Penjualan * 34,0 50,0 60,0 144,0 1) Harga Pokok Penjualan Persediaan Awal - - 6,4 - Harga Pokok Produksi 25,4 38,4 33,4 97,2 Persediaan Akhir - (6,4) - - Hpp 25,4 32,0 39,8 97,2 Laba Kotor 8,6 18,0 20,2 46,8 2) Biaya Pemasaran 9,1 16,4 19,1 44,8 Laba (Rugi) Bersih (0,5) 1,4 1,1 2,0 * Harga Jual = Rp 2.000,00 per unit Gambar 6.2 a. PT. Ratna Juwita- Laporan Rugi-Laba untuk tahun ke- 1,2,3 Dalam milyaran Rupiah, (Metode Variable Costing) Tahun Tahun Tahun Tahun Ke- 1 ke- 2 ke- 3 ke 1-3 Penjualan 34,0 50,0 60,0 144,0 (- ) Hpp Variabel Persediaan Awal - - 5,0 - Harga Pokok Produksi Var 17,0 30,0 25,0 72,0 Persediaan Akhir - ( 5,0) - - Hpp Variabel 17,0 25,0 30,0 72,0 Biaya Pemasaran dan Adm Var 8,5 12,5 15,0 36,0 Marjin Kontribusi 8,5 12,5 15,0 36,0 (- ) BOP Tetap 8,4 8,4 8,4 25,2 Biaya Pem & Adm Tetap 0,6 4,1 4,1 8,8 9,0 12,5 12,5 34,0 Laba bersih (0,5) NIHIL 2,5 2,0 b. Penjelasan perbedaan Laba Metode FC dengan Metode VC Tahun Tahun Tahun Ke- 1 ke- 2 ke- 3 Laba bersih (Metode FC) (0,5) 1,4 1,1 Laba bersih (Metode VC) (0,5) 0 2,5 Perbedaan 0 1, 4 1,4

Perubahan jumlah Persediaan dalam Unit (metode VC ) 0 5 5 Dikalikan tarif BOP Tetap 0,28 0,28 0,28 Tarif ini dihitung dari total BOP Tetap ( = Rp 8,4 milyar ) dibagi dengan kapsitas normal dalam unit ( 30 milyar unit ) -. Kelemahan Variable Costing Setelah diuraikan kebaikan variable costing, berikut ini akan diuraikan kelemahan- kelemahan Variable costing. 1. Pemisahan Biaya-biaya ke dalam variable dan biaya tetap sebenarnya sulit dilaksanakan, karena jarang sekali suatu biaya benar-benar variable atau benar-benar tetap. Suatu biaya digolongkan sebagai biaya variable apabila asumsi berikut ini dipenuhi : a. Bahwa harga barang atau jasa tidak berubah. b. Bahwa metode dan prosedur produksi tidak berubah-ubah. c. Bahwa tingkat efesiensi tidak berfluktuasi. Sedangkan biaya tetap dapat dibagi menjadi 2 kelompok : a. Biaya tetap yang dalam jangka pendek dapat berubah,misalnya gaji manajer produksi, pemasaran, keuangan danpembukuan. b. Biaya tetap yang dalam jangka panjang tetap konstan misalnya beban depresiasi dan sewa kantor yang dikontrak untuk jangka panjang. Tetapi dalam jangka panjang semua biaya bersifat variable. 1. Metode variable costing tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim ( di Indonesia Prinsip Akuntansi Indonesia = PAI ), sehingga laporan keuangan untuk kepentingan pajak dan masyarakat umum harus dibuat atas dasar full costing. Menurut pendukung full costing adalah tidak wajar apabila BOP Tetap tidak diperhitungkan dalam harga pokok persediaan dan harga penjualan. BOP Tetap seperti halnya BOP Variable diperlukan untuk menghasilkan produk oleh karena harus dibebankan sebagai biaya produksi. 2. Tidak diperhitungkannya BOP Tetap dalam harga Pokok Persediaan akan mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah, sehingga akan mengurangi modal kerja yang dilaporkan untuk tujuan-tujuan analisa keuangan. 3.5 Penentuan Harga Jual -. Hal hal yang mempengaruhi harga jual 1. Biaya Penuh untuk memproduksi produk/jasa (dapat diramalkan)

Biaya penuh disini adalah informasi batas bawah penentuan harga jual artinya bila biaya penuh tidak boleh lebih besar dari harga jual, supaya tidak menghasilkan kerugian. 2. Aspek di luar biaya meliputi : -. Selera konsumen -. Demand and suplai Sulit Diramal -. Jumlah Pesaing yang memasuki pasar -. Harga jula produk pesaing -. Manfaat biaya penuh 1. Mengurangi ketidak pastian dalam mengambil keputusan 2. Mengambil keputusan untuk memasuki pasar -. Jika biaya penuh > Harga Jual Dipasar Produk ngak bisa masuk pasar -. Jika biaya penuh < Harga Jual Maka produk bisa masuk pasar 3. Memberi perlindungan dalam kerugian 4. Memberi informasi tindakan pesaing -. Metode Penentuan Harga Jual 1. Harga Jual Normal 2. Harga Jual untuk pesanan Khusus 3. Harga jual dengan cost tipe contract 4. Harga jual yang dihasilkan oleh perusahaan yang di atur oleh pemerintah Penjelasan 1. Harga Jual Normal Secara normal : Harga jual harus dapat menutupi biaya penuh + Menghasilkan laba Formula : Tafsiran biaya Penuh + laba yang di harapkan Metode Full Costing Metode Variabel Costing 1. Cost of capital 2. Resiko bisnis 3. Capital employed -. Cost Capital : Biaya yang dikeluarkan untuk investasi Misalkan : butuh dana untuk jalankan usaha dengan kredit bank yang bunganya 24 % dan tax dari kaba tersebut dihasilkan 25 % maka Cos capitalnya = (100 % x 25 % ) x 0,24 = = 18 %

3.6 Pelaporan Keuangan -. Laporan keuangan disajikan untuk pihak insternal dan fihak eksternal -. Untuk pihak eksternal terikat oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum sedangkan untuk pihak internal tidak terikat oleh prinsip akuntansi yang berlaku umum -. Untuk kepentingan pelaporan keuangan dibutuhkan informasi akuntansi penuh berupa informasi masa lalu Contoh Pendapatan dan biaya penuh yang disajikan dalam laporan laba rugi Untuk pihak luar perusahaan Pendapatan Penjualan pada pihak luar Rp. 10.000.000 Accounting Harga Pokok Information Penjualan Terdiri dari Full assets, full Rp. revenues, 5.500.000 dan atau full costs. Oleh Laba bruto Rp. 4.500.000 Biaya Usaha Rp. (2.000.000) Laba bersih Usaha Rp. 2.500.000 Pendapatan dan biaya di luar usaha Rp. (500.000) Laba bersih sebelum pajak Rp. 2.000.000 Pendapatan dan biaya penuh yang disajikan melalui Laporan rugi laba untuk manajemen Puncak Pendapatan Penjualan pada pihak luar Rp. 10.000.000 Pendapatan penjualan antar devisi 2.500.000 Pendapatan penuh Rp. 12.500.000 Biaya langsung devisi : 1. Devisi Produksi Rp. 5.000.000 2. Biaya Umum dan Administrasi Rp. 1.000.000 3. Biaya Pemasaran Rp. 2.500.000 4. Biaya langsung devisi Rp. 8.000.000 5. Alokasi Biaya Dari Pusat Rp. 1.000.000 Biaya Penuh Rp. 9.500.000 Laba bersih sebelum pajak Rp. 3.000.000

Full costs Merupakan total biaya yang bersangkutan dengan objek informasi. Jika objek informasi berupa produk, maka full costs merupakan total biaya yang bersangkutan dengan produk tersebut. Full Costs dipengaruhi oleh metode penentuan Harga Pokok Produk yang digunakan, berupa: - Full Costing - Variable Costing - Activity Based Costing Full Costing Merupakan salah satu metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi sebagai harga pokok produksi, baik biaya variabel maupun tetap Penyajian Laporan Laba Rugi Laporan Laba-Rugi ( Metode Full Costing ) Hasil penjualan Rp. 500.000 Harga pokok penjualan Rp. 250.000 - Laba Bruto Rp. 250.000 Biaya administrasi dan umum Rp. 50.000 - Biaya pemasaran Rp. 75.000 - Laba Bersih Usaha Rp. 125.000 Ket :

Laporan Laba-rugi tsb menyajikan biaya-biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi pokok dalam perusahaan manufaktur, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum. Variable Costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya memasukkan komponen biaya produksi yang bersifat variabel sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Menurut metode full costing, karena produk yang dihasilkan ternyata menyerap jasa BOP Tetap walaupun tidak secara langsung, maka wajar apabila biaya tadi dimasukkan sebagai komponen pembentuk produk tersebut. Sementara dipihak lain, variable costing beranggapan bahwa BOP Tetap tadi tidak secara langsung membentuk produk, maka tidak relevan kalau dimasukkan sebagai komponen harga pokok. Sebaiknya BOP Tetap dimasukkan dalam kelompok period cost ( biaya periode ). Penggunaan konsep yang berbeda akan menghasilkan konsekuensi yang berbeda pula. Demikian halnya dengan kedua metode penentuan harga pokok ini. Laporan rugi laba yang disusun berdasarkan kedua metode akan menghasilkan laba yang berbeda. Jika pada periode tersebut terdapat perbedaan persediaan awal dan akhir produk selesai. Hal ini disebabkan karena metode full costing memasukkan BOP Tetap sebagai komponen harga pokok, sehingga apabila diakhiri periode terdapat persediaan produk selesai maka akan terjadi penundaan pembebanan BOP Tetap ke periode Variable Costing Direct costing/variabel costing adalah penentuan harga pokok produksi, di mana hanya biaya variabel saja yang dibebankan sebagai elemen biaya produksi. Dengan penentuan seperti itu, maka akan mempengaruhi cara penyajian laporan laba/rugi, di mana laporan laba/rugi akan disajikan sebagai berikut: Penjualan Rpxxx Biaya variabel Rpxxx _ Marjin kontribusi Rpxxx Biaya tetap Rpxxx _ Laba bersih Rpxxx Keuntungan dari pendekatan variable costing adalah tidak menunda pembebanan biaya tetap produksi, karena biaya tetap dianggap biaya periode. Dengan pembebanan seluruh biaya tetap ke periode dikeluarkannya, maka laba bersih akan menunjukkan jumlah yang berfluktuasi secara proporsional dengan penjualan, sehingga bagi manajemen lebih informatif. Direct costing mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut:

a. untuk perencanaan laba jangka pendek b. untuk pengambilan keputusan c. untuk penentuan harga jual d. dan lain-lain. Kelemahan dari direct costing yang utama adalah tidak bisa disajikan kepada pihak ekstern karena tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum (PABU).