ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

BAB I PENDAHULUAN. Amerika dan mengakibatkan kematian jiwa pertahun, peringkat ke-empat

LATIHAN BATUK EFEKTIF DAN NAFAS DALAM PADA KLIEN DENGAN PNEMONIA. Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. peringkat kelima di seluruh dunia dalam beban penyakit dan peringkat

BAB I PENDAHULUAN. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur

BAB I PENDAHULUAN. pada paru-paru terhadap partikel asing maupun gas (GOLD, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang besar di dunia luas dengan prevalensi, dan biaya yang tinggi. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

NASKAH PUBLIKASI DISUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN DALAM MENDAPAT GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI. Disusun Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak langsung, memiliki andil besar dalam mempengaruhi berbagai aspek dalam

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. Batuk Efektif. 1.1 Pengertian. 1.2 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatian soal 12.3

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevalensipenyakit paru obstruktif kronikdisingkat dengan PPOKterus

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB VII SISTEM PERNAPASAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN CHEST PHYSIOTHERAPY PADA PENDERITA BRONKIEKTASIS DI RS PKU MUHAMADIYAH SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan pre post test design with control group, yang akan. mengungkapkan hubungan sebab akibat Active Cycle of Breathing

BAB I PENDAHULUAN. Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini sangat perlu

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa

Sistem Pernafasan Manusia

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibutuhkan manusia dan tempat pengeluaran karbon dioksida sebagai hasil sekresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik, Semarang, Jawa

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup ilmu fisiologi pernapasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Paru-paru terdiri dari bagian kanan dan kiri. Paru-paru kanan memiliki

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

Cara Mengukur Kapasitas dan Volume Paru-Paru

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. BAB ini penulis akan membahas tentang penerapan posisi semi fowler untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari penyebab kasus mortalitas dan morbiditas di negara-negara dengan. pendapatan tinggi dan pendapatan rendah.

BAB I PENDAHULUAN. SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik,

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc

HUBUNGAN ANTARA POSISI TUBUH TERHADAP VOLUME STATIS PARU

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.4

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT DADA DENGAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA PESERTA SENAM ASMA USIA DEWASA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) KOTA SEMARANG

PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PARU SEBELUM DAN SESUDAH BERENANG PADA WISATAWAN DI KOLAM RENANG TAMAN REKREASI KARTINI REMBANG

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

PEMBERIAN DIAPHRAGMATIC BREATHING

KONTRAK BELAJAR PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES NGUDI WALUYO. Kriteria Waktu Setelah. Strategi Pembelajaran. 1.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kisaran usia 5-14 tahun (Gerald dkk, 2004). Prevalens asma di Indonesia belum

BAB I PENDAHULUAN. Semua mahluk hidup pasti bernapas dan butuh bernapas. Bernapas. sederhana, mulai menghirup udara sampai menghembuskannya lagi hanya

ASIDOSIS RESPIRATORIK

PENGARUH PURSED LIPS BREATHING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Agens infeksius utama, Mycrobacterium tuberculosis adalah batang aerobik tahan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit paru-paru obstriktif kronis ( Chronic Obstrictive Pulmonary

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang

FORMAT PENGUMPULAN DATA. Judul : Pengaruh Bretahing Relaxation Dengan Menggunakan Teknik Balloon

BAB III METODE PENELITIAN

PEMERIKSAAN FAAL PARU

PENGARUH DEEP BREATHING EXERCISE TERHADAP NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA PENDERITA ASMA BRONKHIAL

REFERAT WSD. Oleh : Ayu Witia Ningrum Pembimbing : Dr. Fachry, Sp.P

BAB I PENDAHULUAN. Laennec di tahun 1819, kemudian diperinci oleh Sir William Osler pada

Tintin Sukartini*, Ika Yuni Widyawati*, Yani Indah Sari**

BAB 1 PENDAHULUAN. polusi udara baik dalam maupun luar ruangan, serta polusi di tempat kerja. 1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode true experiment dengan prepost

Pemberian Terapi Relaksasi Pernapasan Diapragma bagi Pasien Hipertensi di. Instalasi Gawat darurat Eka Hospital Tangerang Selatan 2015

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA. Laporan. Disusun untuk memenuhi tugas. Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia.

PENINGKATAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PASIEN PPOK MENGGUNAKAN METODE PERNAPASAN PURSED LIPS

mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

35 Muhammadiyah Journal of Nursing

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten yang ditandai dengan

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) sudah mulai menjadi

PENGARUH LATIHAN PERNAPASAN DIAFRAGMA TERHADAP ARUS PUNCAK EKSPIRASI PADA ANAK YANG MEMPUNYAI HOBI RENANG USIA 9-15 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

BAB 8 SISTEMA RESPIRATORIA

PENGARUH RESPIRATORY MUSCLE EXERCISES TERHADAP PENURUNAN SESAK NAFAS (DYSPNEA)

BAB III PEMERIKSAAN RESPIRASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Paru memiliki area permukaan alveolar kurang lebih seluas 40 m 2 untuk

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PENDERITA ASMA BRONKIALE DI RUMAH SAKIT KHUSUS PARU RESPIRA YOGYAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD

PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG

Transkripsi:

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK Juniartha Semara Putra ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK A. Paparan Singkat Jurnal Beserta Analisisnya 1. Latar Belakang Peneliti menguraikan tentang pengertian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yang terdiri dari bronchitis kronik dan emfisema atau keduanya.

Gambar skematis anatomi saluran nafas pada Bronchitis Kronis dan Emfisema Pada PPOK terjadi penurunan oksigenasi darah dan peningkatan karbondioksida arteri. Salah satu terapi PPOK adalah latihan nafas diafragma yang bertujuan mengurangi dan mengontrol sesak nafas. Teknik ini bertujuan memperbaiki ventilasi, mensinkronkan dan melatih kerja otot abdomen dan thorax untuk menghasilkan tekanan inspirasi yang cukup dan untuk melakukan ventilasi maksimal. Peningkatan ventilasi akan diikuti dengan peningkatan perfusi sehingga kadar CO2 arteri darah akan berkurang. Latihan nafas diafragma dapat memperbaiki kinerja alveoli untuk mengefektifkan pertukaran gas tanpa meningkatkan kerja pernafasan serta dapat mengatur dan mengkoordinasi kecepatan pernafasan sehingga pernafasan lebih efektif. Analisis : a. Latar belakang dari penelitian ini sebenarnya cukup kuat tetapi sebaiknya diuraikan juga secara singkat bagaimana mekanisme pernafasan diafragma bisa memberikan dampak yang kuat terhadap keefektifan fungsi pernafasan. b. Penguraian pokok-pokok pikiran dalam pendahuluan tampaknya belum menunjukkan pokok pikiran yang sistematis dari umum ke khusus. Sebaiknya dalam pendahuluan ( latar belakang ) diuraikan dulu tentang kronologis masalah, luas/ besarnya masalah, dampak masalah, upaya yang telah dilakukan dan solusi dari masalah. 2. Tujuan Penelitian

a. Mengidentifikasi fungsi pernafasan berdasarkan pemeriksaan Analisa Gas Darah sebelum dan sesudah dilakukan nafas diafragma pada PPOK b. Mengidentifikasi fungsi pernafasan berdasarkan pemeriksaan Peak Flow Meter( Arus Puncak Ekspirasi ) sebelum dan sesudah dilakukan latihan nafas diafragma pada pasien PPOK. c. Mengidentifikasi fungsi pernafasan Respiratory Rate sebelum dan sesudah dilakukan latihan nafas diafragma pada PPOK. d. Mengidentifikasi suara nafas (Ronchi dan Wheezing) sebelum dilakukan latihan nafas diafragma pada PPOK. Analisis : Tujuan penelitian nomor a,c dan d diuraikan dengan jelas oleh peneliti dan menunjukkan konsistensi dengan kerangka konseptual yang disusun. Sedangkan pada tujuan nomor b, mungkin perlu diperbaiki redaksi kalimatnya karena Arus Puncak Ekspirasi dalam bahasa Inggrisnya adalah Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) sehingga kalimatnya menjadi : Mengidentifikasi fungsi pernafasan berdasarkan pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi dengan alat Peak Flow Meter sebelum dan sesudah dilakukan latihan nafas diafragma pada pasien PPOK. 3. Bahan dan Metode Jenis penelitian : Quasy Experiment Design non Randomised dengan melibatkan kelompok control dan kelompok eksperimental. Populasi : seluruh pasien PPOK yang dirawat di Ruang Paru RSU Dr. Soetomo Surabaya sebanyak 35 orang. Populasi terjangkau : 21 orang Sampel ( berdasarkan rumus ) : 20 orang. Analisis : Pada bagian ini tidak dijelaskan tentang uji statistic dan pendekatan yang dipakai sehingga bisa menimbulkan kebingungan bagi yang membaca karena ternyata pada bagian selanjutnya uji statistic yang digunakan lebih dari satu. Selain itu alat ukur yang dipakai untuk pengumpulan data juga belum dijelaskan padahal ini merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian untuk mendapatkan data

yang akurat dan konsisten. Dalam jurnal juga belum disebutkan kriteria dari populasi terjangkau, teknik sampling beserta kriteria inklusi dan eksklusi. Hal ini penting dicantumkan mengingat untuk mengetahui faal paru ada beberapa faktor yang berpengaruh misalnya pemberian obat bronchodilator. 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Pengaruh Latihan Nafas Diafragma terhadap hasil AGD 1) Terhadap PaO2 Pada kelompok control terjadi penurunan PaO2 tetapi tidak signifikan sedangkan pada kelompok perlakukan terjadi peningkatan PaO2 tetapi tidak signifikan. 2) Terhadap Pa CO2 Pada kelompok control terjadi peningkatan PaCO2 yang signifikan sedangkan pada kelompok perlakuan terjadi penurunan Pa CO2 yang signifikan. 3) Terhadap ph Pada kelompok control terjadi penurunan ph secara signifikan tetapi di bawah batas ph normal sedangkan pada kelompok perlakuan terjadi penurunan ph yang tidak signifikan tetapi masih dalam batas ph normal. b. Pengaruh latihan nafas diafragma terhadap respiratory rate Pada kelompok control maupun pada kelompok perlakuan terjadi penurunan respiratory rate pada hari ke-5 secara signifikan tetapi penurunan pada kelompok perlakuan menunjukkan makna klinis lebih baik. c. Pengaruh latihan nafas diafragma terhadap Arus Puncak Ekspirasi (APE) Pada kelompok control terjadi penurunan APE secara signifikan pada hari ke-5 sedangkan pada kelompok perlakuan terjadi peningkatan APE secara signifikan pada hari ke-5. d. Pengaruh latihan nafas diafragma pada suara nafas pasien Pada kelompok control tidak ada perbedaan yang signifikan pada suara nafas hari ke-5 ssedangkan pada kelompok perlakuan terjadi perbedaan suara nafas tambahan pada hari ke-5 Analisis : Penelitian yang dilakukan sudah menunjukkan hal yang konsisten dengan tujuan yang ingin dicapai pada bagian sebelumnya. Peneliti juga melakukan penelitian

dengan mengevaluasi hasilnya setiap hari sampai hari ke-5 sehingga didapatkan hasil yang lebih akurat kecuali pada hasil AGD tidak dijelaskan kapan bahan AGD itu diambil. 5. Simpulan dan Saran Simpulan yang dibuat sudah mengacu pada tujuan khusus dan saran yang diajukan mengacu pada tujuan dan sudah bersifat operasional, hanya saja belum tercantum kelemahan dari penelitian sehingga belum dapat diberikan saran untuk peneliti selanjutnya. B. Keunggulan dan Kelemahan Penelitian 1. Keunggulan : a. Peneliti sudah mampu melakukan penelitian yang konsisten dari awal sampai akhir bagian mulai dari tujuan, kerangka konsep, bahan dan metode,hasil penelitian serta simpulan dan saran. b. Fungsi pernafasan yang dinilai sudah mencakup tiga fungsi pernafasan berupa ventilasi, perfusi dan difusi. c. Fungsi pernafasan dinilai dari hari ke hari sampai hari ke-5 sehingga dapat memberikan data yang akurat tentang perkembangan pasien dari hari ke hari. d. Peneliti telah mampu mengembangkan tindakan independen perawat berupa melakukan latihan nafas diafragma yang kadangkala sering dilupakan perawat dalam melakukan praktek keperawatan sehari-hari. 2. Kelemahan : a. Pada jurnal belum tercantum pendekatan dan alat ukur yang dipakai dalam penelitian ini. b. Pada jurnal belum disebutkan kriteria dari populasi terjangkau, teknik sampling beserta kriteria inklusi dan eksklusi. c. Pada jurnal belum dicantumkan kelemahan penelitian sehingga belum dapat diberikan saran untuk peneliti selanjutnya. C. Aplikasi Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian di atas ada beberapa hal penting yang patut kita ambil manfaatnya dalam aplikasi perawatan pasien sehari- hari.

Modalitas latihan nafas diafragma sebenarnya sudah dimasukkan ke dalam SOP Keperawatan di RSUP Sanglah yaitu dalam SOP Tehnik Melakukan Nafas Dalam. Dari protap yang sudah ada tersebut yang mungkin perlu direvisi adalah letak tangan. Berdasarkan acuan dari beberapa sumber posisi tangan sebaiknya ; satu tangan di atas perut dan satu tangan di dada sehingga pasien bisa merasakan pengembangan dada dan perut. Pernafasan diafragma merupakan gabungan dari pernafasan dada dan pernafasan perut. Bila dibandingkan dengan jenis pernafasan yang lain maka pernafasan diafragma mempunyai kelebihan karena memungkinkan udara yang masuk ke paru-paru lebih banyak yaitu sekitar 1,5-2 kali nafas normal. Perbedaan ketiga jenis pernafasan dapat dilihat pada gambar berikut : Pernafasan dada Pernafasan perut Pernafasan Diafragma Latihan nafas diafragma berperan dalam pengembanaan rongga thorax dan paru dengan adanya kontraksi diafragma sewaktu inspirasi. Selama ekspirasi, otototot ekspirasi ( otot-otot abdomen) berkontraksi secara aktif dengan membantu diafragma bergerak naik untuk mengurangi volume rongga thorax dan volume paru. Sedangkan pursed lips breathing dapat meningkatkan tekanan intrabronchial dengan mempertahankan bronchus pada posisi terbuka. Dengan demikian tekanan intrabronchial seimbang/sama dengan tekanan intraalveolar, memperlama proses ekspirasi, mempermudah pengosongan udara dari rongga thorax dan mempermudah pegosongan karbondioksida.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peranan latihan nafas diafragma dalam memperbaiki fungsi paru pada pasien PPOK adalah : Latihan nafas diafragma Pengembangan rongga thorax dan paru saat inspirasi Kontraksi aktif otot otot abdomen saat ekspirasi Mempermudah pengeluaran udara ( CO2) dari rongga thorax Mengurangi kerja bernafas Peningkatan ventilasi Peningkatan perfusi Perbaikan kinerja alveoli utk mengefektifkan pertukaran gas Kadar CO2 dalam arteri ber(-) Faal paru sangat berguna untuk menunjang diagnosis. Pengukuran Arus Puncak Ekspirasi dengan alat mini wright peak flow meter merupakan pemeriksaan yang sangat sederhana. Penderita disuruh melakukan ekspirasi sekuat tenaga melalui alat tersebut. Apabila pada orang dewasa didapatkan angka APE kurang dari 200 lt/menit berarti ada obstruksi saluran nafas. Oleh karena itu penggunaaan alat ini sebaiknya dikembangkan di RSUP Sanglah dan alat ini juga berguna untuk memberikan latihan nafas pre operasi.

Mengingat pentingnya latihan nafas diafragma maka hal ini perlu diaplikasikan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan system pernafasan. Latihan nafas diafragma ini juga bisa dirangkai dengan latihan batuk efektif sehingga mempermudah pengeluaran sekret. Penelitian tentang latihan nafas diafragma ini memberikan manfaat yang besar dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan saluran pernafasan khususnya PPOK. Hal ini menggugah kita bahwa tindakan mandiri perawat yang bersinergi dengan tindakan medis mampu memberikan kontribusi yang besar dalam peningkatan kesehatan pasien Lampiran 1 PROSEDUR KERJA LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA 1. Posisi penderita bisa duduk, telentang, setengah duduk, tidur miring ke kiri atau ke kanan, mendatar atau setengah duduk. 2. Penderita meletakkan salah satu tangannya di atas perut bagian tengah, tangan yang lain di atas dada. Akan dirasakan perut bagian atas mengembang dan tulang rusuk bagian bawah membuka. Penderita perlu disadarkan bahwa diafragma memang turun pada waktu inspirasi. Saat gerakan (ekskursi) dada minimal. Dinding dada dan otot bantu napas relaksasi. 3. Penderita menarik napas melalui hidung dan saat ekspirasi pelan-pelan melalui mulut (pursed lips breathing), selama inspirasi, diafragma sengaja dibuat aktif dan memaksimalkan protrusi (pengembangan) perut. Otot perut bagian depan dibuat berkontraksi selama inspirasi untuk memudahkan gerakan diafragma dan meningkatkan ekspansi sangkar toraks bagian bawah. 4. Selama ekspirasi penderita dapat menggunakan kontraksi otot perut untuk menggerakkan diafragma lebih tinggi. Beban seberat 0,51 kg dapat diletakkan di atas dinding perut untuk membantu aktivitas ini.